Anda di halaman 1dari 21

PEMICU 2 BLOK 15

“Dok…Tolong perbaiki gigi saya dong…. ”

DISUSUN OLEH:

Yolanda Novira Rangkuti (180600007)

Kelompok 2

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
Nama Pemicu : Dok…Tolong perbaiki gigi saya dong….

Penyusun : Drg. Wandania Farahanny MDSc., Sp.KG(K) ; Drg. Irma Ervina, Sp.

Perio (K), Drg. Ariyani, MDSc., Sp. Pros. (K)

Hari/ Tanggal : Selasa, 22 September 2020

Skenario :

Seorang wanita berprofesi sebagai sales marketing berusia 40 tahun datang ke RSGM
FKG USU dengan keluhan tambalan gigi depannya sudah rusak. Pasien merasa
penampilannya terganggu karena ada garis bercak berwarna kecoklatan pada
tambalannya. Pasien mengharapkan perbaikan estetis pada giginya agar dapat
memperbaiki penampilan senyumnya. Pasien mengaku tidak rutin ke dokter gigi dan
tidak pernah mendapatkan aplikasi fluor kecuali dari pasta giginya. Pasien hanya
menggosok giginya satu kali sehari setiap pagi dan tidak pernah melakukan flossing.
Pemeriksaan intra oral menunjukkan adanya restorasi Resin komposit yang sudah
rusak pada gigi 11, 21 dan terlihat adanya staining di tepi restorasi dan juga di daerah
interdental proksimal. Pada permukaan labial gigi 21, terlihat karies sekunder dan
tambalan yang pecah pada 1/3 tengah meluas insisal. Tes vitalitas dengan EPT gigi
11 dan 21 menunjukkan respon positif dengan tes perkusi gigi normal. Pemeriksaan
oklusi sentrik relasi rahang klas I dengan kontak ringan di daerah anterior.
Berdasarkan pemeriksaan oklusi lateral kanan kiri terlihat skema oklusi pasien canine
guidance. Interpretasi radiografi periapikal gigi 11 menunjukkan gambaran radiopak
meluas ke dentin dan ada sedikit garis radiolusen di pinggirannya, sedangkan gigi 21
terlihat radiolusen pada kedalaman dentin, belum mencapai pulpa dan tidak ada
kelainan jaringan periapeks. Pemeriksaan Saliva Buffer : Flow rate istirahat 60 detik,
konsistensi saliva berbusa, Pemeriksaan pH salivai istirahat 6.6, flow rate stimulated
saliva: 3,5ml/5 menit.

Pertanyaan:

1. Jelaskan kemungkinan penyebab perubahan warna pada restorasi lama pada gigi 11
dan 21

2. Jelaskan tingkat faktor risiko karies pada pasien tersebut !

3. Sebutkan diagnosa kelainan pada gigi 11 dan 21!

4. Jelaskan rencana perawatan yang akan dilakukan pada kasus di atas.

5. Jelaskan prosedur restorasi kavitas yang akan dilakukan pada gigi 11 dan 21
dimulai dari isolasi, desain preparasi kavitas, tissue management, pemilihan bahan
adhesive ,alat & bahan yang digunakan serta cara aplikasi bahan restorasi.

6. Jelaskan dengan detail bagian permukaan morfologi anatomi mahkota gigi 11, 21
lengkap dari pandangan labial, palatal, insisal, dan proksimal !

7. Jelaskan hubungan pengembalian bentuk anatomi gigi anterior dengan oklusi


setelah dilakukannya restorasi pada kasus diatas !

8. Jelaskan tujuan dilakukan contouring, finishing, polishing dan peranannya pada


restorasi kasus diatas dan jelaskan dengan gambar bentuk alat alat yang digunakan
pada prosedur tersebut.
9. Jelaskan efek yang terjadi pada periodonsium jika restorasi pada kasus di atas tidak
dilakukan dengan tepat !

10. Jelaskan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mempertahankan


kesehatan periodonsium terutama pada daerah interdental tersebut !

Jawaban :

1. Diskolorisasi (staining) pada tepi restorasi gigi 11 dan 21 kemungkinan


disebabkan karena adanya kebocoran mikro. Kebocoran mikro dapat
didefinisikan sebagai celah mikroskopik yang terdapat diantara dinding
kavitas dan bahan restorasi. Kebocoran mikro menimbulkan perubahan warna
disekitar batas tepi suatu restorasi (marginal staining). Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya kebocoran mikro antara lain adalah tipe substrat
pada permukaan gigi, bentuk kavitas, configuration factor, tekhnik aplikasi
bahan restorasi, dan jenis bahan restorasi dan juga bahan bonding agent yang
digunakan.
Perubahan warna pada resin komposit setelah penumpatan dapat terjadi
karena dua faktor. Faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik
adalah faktor dari dalam bahan tumpatan itu sendiri yang dapat
mempengaruhi perubahan warna resin komposit adalah komposisi resin
matriks dan ukuran partikel filler. Matriks resin dapat mempengaruhi adanya
perubahan warna pada tumpatan karena komponen tri eltilen glikol
dimetakrilat (TEGMA) yang dimiliki oleh resin. Faktor ekstrinsik adalah
faktor dari luar yang dapat menyebabkan diskolorasi akibat adanya absorbsi
zat warna dari minuman, makanan, tembakau, bahan kumur, oral hygiene dan
pengaruh sinar ultraviolet.
Sedangkan staining pada interproksimal gigi disebabkan karena
kurangnya kesadaran pasien dalam merawat rongga mulutnya. Pasien hanya
menyikat gigi sekali dalam sehari dan tidak pernah melakukan flossing.
Dental floss ini berguna untuk menghilangkan plak pada permukaan
interproksimal gigi serta membersihkan partikel-partikel sisa makanan yang
tertekan dibawah titik kontak. Tidak pernah melakukan flossing menyebabkan
penumpukan sisa-sisa makanan atau debris sehingga menimbulkan stain pada
interproksimal gigi.
Pada kasus ini, pasien hanya menyikat gigi satu kali sehari dan tidak
menggunakan floss. Hal ini yang tentu sangat mempengaruhi dari perubahan
warna pada restorasi resin komposit gigi 11 dan 21 pada pasien tersebut.

Sumber : N Karina. 2017. http://scholar.unand.ac.id/23988/2/BAB%201.pdf

Kristanti Y. Perubahan warna resin komposit nanohibrida akibat perendaman dalam


larutan kopi dengan kadar gula yang berbeda. Jurnal PDGI 2016; 65(1): 27.

2. Hubungan sebab akibat dalam menyebabkan terjadinya karies gigi sering


disebut sebagai faktor resiko. Individu dengan resiko karies yang tinggi adalah
seseorang yang mempunyai faktor resiko karies yang lebih banyak. Faktor
resiko karies terdiri atas karies, fluor, oral hygiene, bakteri, saliva, dan pola
makan. Perkembangan karies juga dipengaruhi adanya faktor modifikasi.
Faktor-faktor ini memang tidak langsung menyebabkan karies, namun
pengaruhnya berkaitan dengan perkembangan karies. Faktor-faktor tersebut
adalah umur, jenis kelamin, perilaku, faktor sosial, genetik, pekerjaan, dan
kesehatan umum. Karies dapat terjadi bila ada faktor penyebab yang saling
berhubungan dan mendukung, yaitu host (saliva dan gigi), mikroorganisme,
substrat dan waktu.
Tingkat risiko karies pada pasien termasuk sedang karena pasien
hanya menggosok gigi satu kali sehari dan pasien tidak melakukan flossing
sehingga membuat oral hygiene pasien memburuk dan meningkatkan resiko
terjadinya karies.
Saliva pada pasien yaitu flow ratenya 3.5/5menit inin termasuk
kedalam resiko karies sedang, buffer saliva 6.6 ini termasuk ke dalam risiko
karies rendah. Jadi menurut gambaran klinis dan data yang di dapat risiko
karies pasien termasuk kedalam risiko karies sedang/moderate.
Sumber: Bebe ZA, Susanto HS, Martini. Faktor risiko kejadian karies gigi pada
orang dewasa usia 20 – 39 tahun di Kelurahan Dadapsari, Kecamatan Semarang
Utara, Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2018; 6(1): 367.
Sundoro EH. Pemanfaatan saliva dalam mendeteksi faktor-faktor resiko terhadap
karies. JKGUI 2000;7(Edisi khusus):431-2.

3. Berdasarkan skenario dan interpretasi radiografi yang diberikan pada


kasus, diagnosis kelainan pada gigi 11 dan 21 adalah karies sekunder.
Karies sekunder yang terjadi pada gigi tersebut merupakan jenis kerusakan
pasca restorasi komposit. Karies sekunder adalah karies yang menyebar
dibawah atau di dalam tepi restorasi yang disebabkan oleh akumulasi debris
akibat tidak sempurnanya preparasi kavitas.
Secara klinis gigi dapat diindikasikan mengalami karies sekunder
apabila terjadi diskolorisasi, pecahnya tepi tambalan dan terdapat fisur yang
dalam pada tepi restorasi jika karies aktif maka karies dapat meluas hingga ke
dentin. Karies sekunder dapat disebabkan oleh adanya retensi plak pada
kebocoran mikro antara dinding kavitas dengan tepi restorasi, atau adaptasi
tepi restorasi yang buruk sehingga integritas tepi restorasi dengan dinding
kavitas tidak sempurna.
Karies sekunder umumnya ditandai dengan diskolorisasi pada tepi
tumpatan. Perubahan warna ini disebabkan karena matriks resin yang
merupakan komponen bahan utama dari resin komposit sangat berpengaruh
pada stabilitas warna yang dipengaruhi oleh pH larutan. Apabila pH dalam
rongga mulut rendah, tumpatan dan email akan rusak sehingga membentuk
lubang kecil yang biasa disebut celah mikro (mikroleakage). Seringnya
mengonsumsi makanan atau minuman dengan zat pewarna, misalnya seperti
teh dan kopi juga dapat mengakibatkan diskolorisasi.
Sumber: Utami S.P, Mulyawati E. Pasak fabricated FRC dan restorasi resin
komposit pada insisivus sentral maksila karies sekunder dengan pulpa nekrosis.
MKGK 2016; 2(2): 50-5.

4. Langkah pertama yang kita lakukan yaitu gigi tersebut dilakukan preparasi
dengan tujuan membuang seluruh bahan restorasi lama dan memastikan tidak
ada jaringan karies yang tertinggal.
Setelah preparasi sudah sesuai dengan prinsip preparasi, langkah
selanjutnya adalah penumpatan bahan restorasi resin komposit. Gigi di-etsa
dengan asam fosfat 38% (Total etch, Ivoclar) selama 10-15 detik, lalu dibilas
dengan air dan dikeringkan dengan semprotan udara. Aplikasi selapis tipis
cairan bonding (Adper single bond, 3M ESPE) ke seluruh permukaan yang
telah di-etsa, didiamkan beberapa saat, kemudian disinar selama 20 detik.
Komposit pasta warna email A2 (3M ESPE) diaplikasikan secara
merata pada bagian palatal terlebih dahulu sehingga cangkang enamel palatal
terbentuk dan disinar selama 20 detik. Setelah itu, dilakukan pembentukan
dinding proksimal dengan bantuan matriks milar. Terakhir, dilakukan
pembentukan bagian dalam gigi, bagian insisal dan bagian luar gigi.
Penumpatan bahan restorasi resin komposit dilakukan dengan teknik
inkremental dan disinar 20 detik pada setiap layer. Restorasi dan adaptasi tepi
restorasi diperiksa, juga kesesuaian warna dan bentuk, serta oklusi. Pasien
diinstruksikan untuk kontrol 1 minggu kemudian.
Kedua, Pada kunjungan ini dilakukan evaluasi restorasi. Tindakan yang
dilakukan adalah finishing dan polishing menggunakan blade no.12 dan 15,
flame-shaped finishing bur, bur enhance, occlubrush point, dan occlubrush
cup.
Sumber : Prisinda D, Marshaliana CL. Penatalaksanaan Hipokasifikasi Email
Dengan Restorasi Komposit Kelas Iv Pada Gigi Anterior Rahang Atas (Laporan
Kasus). JMKG 2016;5(1):3-4.

5. Jelaskan prosedur restorasi kavitas yang akan dilakukan pada gigi 11 dan 21
dimulai dari isolasi, desain preparasi kavitas, tissue management, pemilihan
bahan adhesive , alat & bahan yang digunakan serta cara aplikasi bahan
restorasi.
Gigi 21
- Isolasi
Isolasi gigi 21 menggunakan rubberdam, atau cotton roll. Disarankan
menggunakan rubberdam karena lebih baik dalam mengontrol cairan.
- Desain preparasi kavitas
• Membuat outline form preparasi karies proksimal.
• Preparasi dimulai dari arah palatal, pertama kali digunakan round diamond
bur untuk menembus kavitas. Setelah terjadi lubang digunakan fissure
diamond bur untuk menbentuk kavitas sekaligus menembus kearah labial
• Pada permukaan cavo surface enamel margin (tepi kavitas) dibuat bevel
menggunakan fissure bur seluas 1,5-2 mm dari tepi kavitas dengan
kemiringan 50o (full bevel). Seluruh permukaan bidang preparasi dihaluskan
dengan fine finishing diamond bur.
• Kavitas dibersihkan, kemudian permukaan kavitas diulasi cavity cleanser
menggunakan tip applicator

- Tissue management
Pada kasus daerah servikal perlu dilakukan tissue management. Gunanya
adalah untuk mengkondisikan gingiva agar tak teriritasi oleh restorasi.
- Crown Form
Mempersiapkan Crown form. Crown form dibentuk sesuai dengan daerah
preparasi sehingga akan membentuk anatomi gigi.
- Bahan adhesive - Etsa dan bonding (teknik total etch)
1. Gel etsa diaplikasikan ke seluruh struktur gigi yang telah dipreparasi, kira-
kira hanya sampai 0.5 mm dari margin preparasi.
2. Diamkan 15-30 detik (30 detik untuk preparasi enamel saja dan 15 detik
bila dentin terlibat).
3. Bilas untuk menghilangkan etsa.
4. Keringkan dengan damp cotton pellet, disposable brush atau paper tissue.
Permukaan dentin harus tetap lembab.
5. Aplikasikan primer pada seluruh permukaan preparasi menggunakan
microbrush atau aplikator yang sesua, dan curing dengan visible light cure
sesuai dengan ketentuan pabrik.
6. Bila bonding system tidak menyatukan primer dan adhesive, aplikasikan
adhesive menggunakan microbrush atau applicator tip.
- Penumpatan
• Siapkan bahan tumpatan komposit resin sewarna gigi
• Masukkan komposit kedalam kavitas secara incremental (lapis demi lapis
dengan ketebalan 2 mm per lapis, disinari light cure 40 detik) menggunakan
plastis filling instrument, dimulai dari arah palatal.
• Bentuk sesuai dengan anatomi gigi.
• Crown form dipasang pada posisinya dan diketatkan dengan wedge dari arah
labial.
• Sinar dengan UV (light cure) selama 40 detik.
• Kelebihan bahan dikurangi, diperiksa menggunakan artikulating paper, bila
ada peninggian dikurangi menggunakan finishing bur.
- Pemolesan
• Berbagai macam alat poles untuk restorasi resin komposit a.l. : - Arkansas
stoner - Enhance - Pogo - Sand rubber - Softlex disc beserta mandril - Silicone
rubber, dll.
• Selama pemolesan, instruksi pabrik harus diperhatikan.
- Strip abrasif dapat digunakan untuk mengasah tepi gingival aproksimal,
bila diperlukan. Strip dapat dilewatkan melalui celah interdental dan
ditarik ke belakang dan ke depan terhadap kelebihan bahan tumpatan.
Gigi 11
- Preparasi Kelas III Konvensional dengan Bevel
- Isolasi
Menggunakan rubberdam atau cotton roll.
- Tissue management
Pada kasus daerah servikal perlu dilakukan tissue management. Gunanya
adalah untuk mengkondisikan gingiva agar tak teriritasi oleh restorasi.
- Pemilihan bahan adhesive
- Aplikasi Etsa, Primer dan Adhesive
1. Gel etsa diaplikasikan ke seluruh struktur gigi yang telah dipreparasi, kira-
kira hanya sampai 0.5 mm dari margin preparasi.
2. Diamkan 15-30 detik (30 detik untuk preparasi enamel saja dan 15 detik
bila dentin terlibat).
3. Bilas untuk menghilangkan etsa.
4. Keringkan dengan damp cotton pellet, disposable brush atau paper tissue.
Permukaan dentin harus tetap lembab.
5. Aplikasikan primer pada seluruh permukaan preparasi menggunakan
microbrush atau aplikator yang sesua, dan curing dengan visible light cure
sesuai dengan ketentuan pabrik.
6. Bila bonding system tidak menyatukan primer dan adhesive, aplikasikan
adhesive menggunakan microbrush atau applicator tip.
- Aplikasi Matriks
Pasang clear polyester strip matrix pada proksimal gigi kemudian pasang
wedge pada gingival margin.
- Insersi and Curing
1. Campurkan komposit sesuai dengan ketentuan pabrik, menggunakan
disposable plastic spatula.
2. Insersi dengan hand instrument atau syringe secara incrementally.
3. Tutupkan strip mengikuti kontur gigi, kemudian curing dengan sinar selama
20 detik tanpa menyentuh strip.
- Contouring dan Polishing
1. Contouring dilakukan langsung setelah material light-cured composite
dipolimerisasi atau 3 menit setelah pengerasan awal material self-cured.
2. Ekses lingual dihilangkan menggunakan round atau oval 12-bladed carbide
finishing bur atau diamond bur pada kecepatan sedang dengan air coolant dan
tekanan intermiten.
3. Kontur dan margin permukaan proksimal dicek secara visual dan taktil
dengan explorer atau dental floss. Bila terdapat hambatan, finishing tambahan
dilakukan dengan sharp gold finishing knife, amalgam knife (Scaler 34/35)
atau No.12 surgical blade mounted in Bard-Parker handle. Special carbide
finishing dan carbide hand instruments dapat digunakan untuk menghilangkan
ekses dan membuka area embrasure.
4. Haluskan daerah proksimal dengan abrasive finishing strip.

6. Bagian permukaan morfologi anatomi mahkota gigi 11, 21 lengkap dari


pandangan labial, palatal, insisal, dan proksimal :
 Gigi terbesar untuk gigi anterior.
 Bentuk spt kampak dengan sudut mesio-insisal hampir 90 drajat.
 Sudut disto-insisal sedikit membulat.
Ukuran-ukuran bagi maxillary central incisivus :
 Crown Height - 10.5 mm
 Root Length - 13.0 mm
 Mesiodistal Crown Diameter - 8.7 mm
 Labiopalatal Crown Diameter - 7.0 mm
Aspek Labial :
- Permukaan labial lebih luas drpd gigi depan yg lain.
- Garis luar mesial sedikit cembung.
- Garis luar distal adalah lebih cekung.
- Contact Area dengan gigi I1 yang bersebelahan ialah pada puncak garis
luar mesial crown dekat sudut mesio-incisal
Aspek Palatal :
- Cingulum penonjolan dibawah garis servikal.
- Marginal Ridge lanjutan cingulum yg berupa penonjolan ke mesial dan
distal.
- Foramen caecum.
Aspek Mesial :
- Berbentuk baji
- Ukuran paling besar pd crest labial & palatal lalu mengecil ke edge insisal
- Garis luar labial sedikit cembung
- Akar berbtk kerucut, apeks bundar & ujungnya terletak pd poros gigi.
- Garis servikal berlekuk lebih dalam ke insisal.

Aspek Distal :

- Berbentuk baji.
- Garis luar labial dan cembung.
- Akar berbtk kerucut dgn apeks yg bundar.
- Garis servikal lekukan lebih dangkal.

Aspek Insisal :

- Permukaan labialis lebih datar drpd permukaan palatal.


- Garis insisal terletak di tengah, korona labio-palatal lebih tebal.
- Garis luar palatal terlihat seperti segi tiga ke arah singulum

Sumber : Nasution, Minasari Imran. Peran Gigi Geligi Pada Rongga Mulut 2nded.
Medan : USUPress, 2017 : 80-82

7. Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada maksila dan
mandibula, yang terjadi selama pergerakan mandibula dan berakhir dengan
kontak penuh dari gigi geligi kedua rahang. Oklusi terjadi karena adanya
interaksi antara dental system yang ada pada ,maksila dan mandibula.
Hubungan oklusi gigi anterior berperan penting terhadap estetik. Apabila
bentuk anatomi gigi tidak dikembalikan atau tidak sesuai dengan bentuk asli
gigi maka yang terjadi adalah maloklusi. Apabila maloklusi terjadi
kemungkinan akan berdampak pada sistem pengunyahan, postur wajah dan
tampilan gigi yang kurang estetik. Modifikasi pada tepi insisal gigi anterior
dapat mengubah anterior guidance dan harus dilakukan dengan hati-hati:
- Penyesuaian tepi insisal gigi anterior bawah untuk memungkinkan
ketebalan yang lebih besar pada mahkota pada lingual gigi anterior atas
dapat mengubah kelengkungan bidang oklusal atau mengubah kemiringan
jalur insisal, dan dapat menyebabkan gangguan protrusif;
- Modifikasi estetika pada tepi insisal gigi anterior atas atau bawah mungkin
memiliki efek yang serupa dan harus dilakukan dengan hati-hati dan
memperhatikan kemungkinan gejala sisa.
Sumber: Minasari. Peran Gigi Geligi pada Rongga Mulut. Jilid 1. Medan: USUPress.
2017:14-17.
Mount GJ, Ngo HC. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd ed.
Chichester: Wiley Blackwell, 2016:280.

8. Contouring, Finishing dan Polishing sangat penting karena :


• Untuk memastikan kesehatan mulut dan ketahanan jangka panjang restorasi
• Permukaan yang halus akan mengurangi kemungkinan terjadinya adhesi,
yang berarti plak akan lebih sukar menempel pada permukaan tersebut
• Pembuatan kontur, finishing dan polishing yang tepat akan meningkatkan
intergritas restorasi. Ini akan menurunkan risiko pasien untuk terkena karies
sekunder dan penyakit periodontal
• Permukaan gigi yang sangat halus meningkatkan indeks reflektif dan
refraksi restorasi untuk menciptakan senyuman yang lebih natural dan estetik
• Jika teknik yang dilakukan tepat finishing dan polishing sangat
meningkatkan umur daya tahan dan ketahanan aus jangka panjang dari
restorasi
• Finishing dan polishing meningkatkan kenyamanan dan kepuasan pasien
dan pasien akan menghargai natural beauty pembentukan kontur, finishing,
dan pemolesan yang tepat pada restorasi anterior merupakan komponen kunci
untuk keberhasilan restorasi bonded jangka panjang. Menguraikan pentingnya
tiga fase berbeda dalam proses finishing dan pemolesan. Pertama, bahan
restoratif yang tepat, dari komposit hingga pemoles, harus dipilih dengan
cermat untuk membantu menyelesaikan pekerjaan dengan benar. kemudian,
dokter gigi harus membuat konsep hasil akhir yang diinginkan, dan mengatur
restorasi yang sesuai. Dan terakhir, teknik finishing dan polishing yang tepat
harus dilakukan untuk mencapai sukses restoratif yang maksimal.
Gambar alat-alat yang digunakan pada prosedur tersebut:
1) Abrasive strips
Digunakan untuk memperhalus dan memoles permukaan proksimal dari
semua bagian restorasi.

2) Impregnated rubber points and cups


Digunakan untuk bagian gigi yang tidak dapat dijangkau oleh coated abrasive
disc seperti permukaan anterior lingual dan posterior oklusal. Alat-alat ini
juga terdiri dari banyak jenis jika dilihat dari ukuran partikel abrasifnya.
3) Aluminium coated abrasive disc
Sangat berguna pada permukaan yang datar atau konveks terutama untuk
restorasi anterior, seperti pada incisal edges dan embrasure.

4) Diamond finishing bur


Digunakan untuk membur jaringan keras gigi, biasanya enamel. Gerakan dari
bur diamond akan meninggalkan permukaan yang kasar.
5) Carbide finishing bur
Untuk membuang material restorasi yang berlebih. Bur jenis ini juga membuat
permukaan lebih halus. Bur ini tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran
yaitu, tapered, inverted cone, rounded, pear-shaped, dan lain-lain.

Sumber : Mopper W K. Contouring, Finishing and Polishing Anterior Composites.


Inside Dentistry, 2011: 62-70.
AlQarni MA, Togoo RA, Shahrani IA, Phani CRS. Finishing and Polishing
Procedures of Composite Restorations by Saudi Dentists: A Cross-sectional Study.
JCDP 2013; 14(4): 660.
Jefferies SR. Abrasive Finishing and Polishing in Restorative Dentistry: A State-of-
the-Art Review. Dent Clin N Am 2007; 51: 381.

9. Jaringan periodontal memiliki peran penting dalam kesehatan, fungsi, dan


kenyamanan gigi. Jaringan periodonsium yang sehat diperlukan untuk semua
terapi prostetik dan restoratif sebagai prasyarat untuk hasil yang sukses.
Interaksi antara periodonsia dan kedokteran gigi restoratif terdapat di banyak
bidang ini, termasuk lokasi tepi restorasi, kontur mahkota, dan respons
jaringan gingiva terhadap preparat restoratif. Hubungan erat faktor iatrogenik
dengan kerusakan periodontal pada awalnya dikenali oleh Black 1912.
Berikut hal-hal yang dapat terjadi apabila restorasi tidak dilakukan dengan
tepat:
1. RESTORASI MARGIN
Restorasi gigi atau protesa yang kurang tepat merupakan faktor yang
berkontribusi terhadap inflamasi gingiva dan kerusakan periodontal. Hal ini
dipengaruhi oleh Penempatan margin gingiva untuk restorasi, Jarak antara
margin restorasi dan gigi yang tidak disiapkan, Kontur restorasi, Oklusi,
Bahan yang digunakan dalam restorasi, Prosedur restoratif.
2. PERSIAPAN KAVITAS
Perawatan dengan baik harus dilakukan agar tidak merusak jaringan
gingiva selama persiapan kavitas. Apabila terjadi lecet ringan maka dapat
sembuh dengan cepat, hal ini dapat dihindari jika memungkinkan. Lecet
tersebut menyebabkan resesi, sehingga dapat menghabiskan seluruh zona
gingiva. Selain itu, lebar biologis harus dipertimbangkan ketika margin harus
ditempatkan di dalam celah gingiva karena bagian tersebut merupakan yang
paling rentan dari semua struktur pendukung terhadap penyakit periodontal.
Untuk menghindari hal ini, penggunaan rubber dam dapat digunakan atau
instrumen tumpul tipis untuk menarik kembali margin gingiva bebas atau
dengan menggunakan retraction cord (idealnya 2-0).
3. APLIKASI RUBBER DAM
Selama prosedur operative rutin, rubber dam sangat berguna dalam
menjaga jaringan gingiva di sekitarnya. Rubber dam melindungi gigi dari
abrasi dan menjaga area bebas dari kontaminasi oleh saliva atau debris,
sehingga memastikan restorasi yang ditempatkan dengan baik. Selama
persiapan restorasi, apabila tidak menggunakan rubber dam, ada kemungkinan
abrasi gingiva yang berlebihan dengan stone atau bur. Kemungkinan seperti
itu lebih besar jika zona gingiva yang melekat tidak mencukupi atau jaringan
gingiva di sekitarnya tipis dan halus.
Penggunaan klem rubber dam apabila dilakukan pemaksaan pada
penggunaannya di area subgingiva dapat menyebabkan penipisan epitel
junctional dan perlekatan jaringan ikat gingiva. Penggunaannya tidak boleh
ditempatkan untuk durasi waktu yang lebih lama karena dapat menyebabkan
iskemia, sehingga pengelupasan jaringan dan resesi dapat terjadi.
Penempatan matriks
Setelah preparasi kavitas, matriks yang dirancang dan dikontur dengan
benar harus ditempatkan dengan baik sehingga tidak melukai lebar biologis,
juga dapat disesuaikan secara akurat dengan margin. Matriks harus kaku dan
berkontur dengan baik untuk mereproduksi bentuk yang tepat dan untuk
mencegah overhang intracrevicular.
Apabila Restorasi Interdental dengan Kontur yang Tidak Benar
Termasuk seperti kontak interdental yang tidak mencukupi atau tidak ada,
interdental di bawah kontur atau di atas kontur pada sepertiga gingiva,
gingival overhanging.
Semua faktor diatas berkontribusi pada impaksi makanan dan
menyebabkan akumulasi serta retensi plak mikroba, yang dapat menyebabkan
karies dan atau kerusakan periodontal.
CROWN CONTOUR
Kontur restorasi telah digambarkan sebagai hal yang sangat penting
untuk menjaga kesehatan periodontal. Kontur yang tepat memberikan akses
untuk kebersihan gigi. Bukti dari penelitian dengan jelas menunjukkan
hubungan antara over contouring dan inflamasi gingiva, sedangkan under
contouring tidak menghasilkan efek periodontal yang merugikan. Penyebab
paling umum dari restorasi berlebih adalah persiapan gigi yang tidak
memadai.
DEBRIS SUBGINGIVAL
Respon periodontal yang merugikan dapat terjadi jika debris tertinggal
di bawah jaringan selama prosedur restoratif. Sumber dapat berupa retraction
cord, bahan cetak, bahan sementara, atau semen sementara atau permanen.
PERMUKAAN RESTORASI YANG TIDAK HALUS
Sebagian besar bahan restoratif bersifat biokompatibel dan tidak
merusak jaringan periodontal, kecuali akrilik yang dapat menyembuhkan
sendiri. Semua bahan restorasi harus memiliki permukaan yang sangat halus
untuk mencegah penumpukan plak dan pada akhirnya timbulnya penyakit
periodontal.
PERIODONSIUM NORMAL
Pengaruh Restorasi pada kesehatan jaringan periodontal. Bahan-bahan
restorasi biasanya mengandung kekasaran permukaan yang dapat menjadi
tempat akumulasi plak sehingga perlu dilakukan pemolesan.
Restorasi resin komposit, seiring waktu, memiliki tingkat polesan yang
lebih tinggi yang dapat dicapai tetapi kurang kuat, sehingga dapat
meningkatkan porositas dan berkurang. Masalah lainnya adalah bahwa pada
interaksi antara resin dan senyawa organik dalam pasta gigi, plak dan
minuman ringan mungkin menyebabkan terjadi pelunakan bahan komposit
yang menyebabkan kekasaran permukaan dan retensi plak.
10. Tindakan pencegahan yang dilakukan dapat berupa skeling, flossing, kuretase,
penyesuaian oklusal serta pembuatan restorasi permanen yang ideal. Restorasi
permanen yang ideal harus mengikuti ketentuan-ketentuan, yaitu ketinggian
marginal ridge yang sama, membuat groove dan fossa sehingga berbentuk
seperti cawan yang dangkal di distal dengan groove yang sedikit meluas agar
dapat berfungsi menjauhkan makanan dari interproksimal ke bukal atau ke
lingual, serta membentuk kontur proksimal yang sesuai sehingga didapat titik
kontak yang ideal, yaitu lokasi, lebar, ketinggian titik kontak dan keketatan
antar kedua gigi yang tepat.
Sumber : Hokardi CA, Masulili SL. Keberhasilan Restorasi Komposit untuk
Perbaikan Titik Kontak pad Terapi Periodontal. Maj Ked. Gi 2012;19(1):45.

Anda mungkin juga menyukai