Anggota Kelompok
Ketua : Adzkia Bisifa Nasution (200600001)
Class III Impaksi caninus dengan posisi gigi berada di daerah labial dan palatal. Dimana
posisi mahkota berada di salah satu sisi dan akar berada di sisi lainnya.
Class Iv Impaksi caninus berlokasi pada alveolar prosesus. Biasanya vertikal, terletak di
antara gigi insisivus dan premolar pertama.
Class V Impaksi caninus yang berlokasi di edentulus maksila. Posisi impaksi caninus
dapat berada pada posisi yang tidak biasa seperti inverted position (posisi yang
terbalik).
Class II Impaksi gigi caninus terletak di sebelah bukal dari gigi sampingnya
Class III Impaksi gigi caninus terletak di tengah-tengah antara bukal dan
palatal atau di antara gigi-gigi sampingnya
❑ Inspeksi
❑ Kondisi umum pasien
❑ Palpasi
❑ Kondisi bibir dan jaringan
❑ Mobiliti
perioral
❑ Status bukaan mulut
❑ Simetri wajah
❑ Pemeriksaan area gigi kaninus untuk melihat apakah terdapat
❑ Pembengkakan
tanda pericoronitis dan status dari erupsi gigi
❑ Palpasi pembesaran kelenjar
❑ Kondisi gigi impaksi – karies, tambalan gigi, dan resorbsi
limfadenopati, sendi
internal (mirip dengan karies), crown, perawatan saluran akar
temporomandibular, glandula
yang berisiko terjadinya fraktur Poket periodontal distal,
salivarius, pemeriksaan
resorbsi akar harus dicatat.
spesifik terkait keluhan pasien
❑ Penyakit sistemik skeletal yang dapat menyebabkan komplikasi
patologis harus diperhatikan.
❑ Adanya kista dan tumor
C. Pemeriksaan Radiologi
❑ Radiografi periapikal → memuat 3
sampai 4 gambar gigi dan jaringan
pendukungnya
❑ Radiografi panoramik →
menggambarkan daerah rahang
atas dan rahang bawah pada satu
film
❑ Cone Beam Comuted Tomography
(CBCT) → 3D, memberikan
gambaran mengenai elemen elemen
tulang yang ada pada kerangka
maksilofasial
Diagnosis : Impaksi gigi kaninus RA
Subjektif : pasien mengeluhkan gigi taring kiri atas yang tidak tumbuh
Objektif : tonjolan region labial di gusi antara gigi 22 dan gigi 24
Radiografi : adanya impaksi gigi 23 dalam posisi semivertikal terletak pada
posterior apikal gigi incisivus lateralis
Dilaserasi akar
Sistemik Genetik
“Pada kasus tidak dapat diketahui secara pasti penyebab dari gigi impaksi tersebut”
Tujuan rencana perawatan gigi 23: membawa gigi impaksi tersebut
dalam posisi normal
Pemeriksaan tanda vital, pemberian Setelah bedah, pasien diberi medikasi oral
antiseptik oral, anestesi inflitrasi gigi 23 antibiotik, analgesok, dan antiinflamasi
Lakukan isolasi kemudian lakukan Pada button kemudian diberi power chain
pemasangan bagian labial dengan button yang dikaitkan pada gigi 24
Komplikasi yang muncul tergantung pada:
kerja sama pasien dan dokter gigi, karena
perawatan akan dalam waktu yang lama,
selain itu perlu memerhatikan usia pasien,
adanya ruang gigi, adanya gigi berjejal,
terbalik/tidaknya letak mahkota, inklinasi
letak gigi terhadap garis media wajah,
ada/tidaknya ankylosis dan ujung akar
gigi yang sudah impaksi sudah terbentuk
atau pun bengkok
Komplikasi
Infeksi yang dapat
Paresthesia dan Kerusakan jaringan lunak
berlanjut menjadi sekitar
perdarahan
osteomyelitis
Medikasi merupakan salah satu hal terpenting untuk menghindari komplikasi yang mungkin terjadi pasca
operasi. Obat-obatan pasca operasi gigi impaksi yang biasa diberikan antara lain:
•Analgesik
Analgesik preemtif yang biasa digunakan pada kasus bedah gigi impaksi adalah ibuprofen oral.
Terkait kasus, dapat diresepkan tablet ibuprofen sebagai analgesic dan antiinflamasi dengan dosisi
400- 800 mg 3-4 kali sehari, selama 2-3 hari. Agar lebih efektif, sebaiknya obat langsung diminum
segera setelah tindakan bedah karena diperlukan waktu sekitar 1 jam untuk mendapatkan efek
maksimal obat
R/ Paracetamol Tab 500 mg No. IX
S 3 dd tab 1
•Antibiotic
ANAMNESIS
Anamnesis atau keluhan pasien merupakan wawancara medis yang dilakukan oleh dokter
terhadap pasiennya untuk memperoleh informasi mengenai kondisi yang sedang dialami oleh
pasien agar dokter dapat menyimpulkan diagnosis penyakit dari pasien tersebut. Anamnesis
meliputi: Keluhan pasien, keluhan-keluhan gigi sebelumnya, riwayat medis umum yang lalu
dan sekarang, gaya hidup dan kebiasaan, riwayat keluarga, status sosio-ekonomi dan
1 pekerjaan.
→ Pada kasus diketahui bahwa keluhan utama pasien ialah ingin memasang kawat gigi
(behel) untuk merapikan giginya dan mengeluhkan gigi taring kiri atas yang tidak
tumbuh.
❖ Pemeriksaan Ekstra-oral
1. Wajah dan leher: lesi, swelling, asimetri, facial palsy
2. Mata
3. Bibir: tonus otot, warna, tekstur (kering, deskuaasi, fisur)
4. Sirkum oral
5. Kelenjar limfa (submental, submandibular, servikal): diraba apakah ada pembesaran,
rasa sakit, dan bagaimana konsistensinya.
→ pada kasus tidak ditemukan kelainan ekstra oral/tidak tertera dalam skenario
2
❖ Pemeriksaan Intra-oral
1. Pemeriksaan rongga mulut
Oral hygiene, dinilai berdasarkan penumpukan plak, akumulasi debris makanan, biofilm,
kalkulus dan stain pada permukaan gigi, serta lapisan biofilm pada dorsum lidah.
→ Pada kasus ditemukan bahwa : Berdasarkan temuan tersebut diperoleh skor OHI-S
Indeks plak: 2,0 yang didapatkan dari penambahan indeks debris dan
Indeks debris: 1,1 indeks kalkulus sehingga 1,1 + 1,4 didapati hasil skor
Indeks kalkulus: 1,4 OHI-S yaitu 2,5 yaitu dalam kategori sedang (fair).
Abnormalitas dan kondisi patologis dari bibir, dasar mulut, lidah, palatum, orofaring, saliva.
→ Pada kasus tidak ditemukan adanya abnormalitas dan kondisi patologis dari bibir, dasar
mulut, lidah, palatum, orofaring, saliva
Diperiksa apakah ada karies, restorasi, kecacatan tumbuh kembang, anomali bentuk gigi, keausan
gigi, stain, hipersensitivitas, hubungan kontak proksimal, mobility gigi, serta migrasi patologis.
→ Pada kasus ditemukan bahwa: Gigi 13, 14, 24, 25 crowded, terlihat secara radiografi dan
visual
3. Pemeriksaan Periodonsium
→ Pada kasus ditemukan bahwa terdapat tonjolan region labial di gusi antara gigi 22 dan gigi
24.
✓ Poket periodontal
→ Pada kasus, Gigi 13, 14, 24, 25 ada pseudopoket sebesar 4mm
✓ Gingiva cekat
✓ Lesi furkasi
✓ Lesi pernanahan
✓ Aktivitas penyakit
PEMERIKSAAN PENUNJANG
3
Radiografi adalah pemeriksaan penunjang yang sangat penting dalam menegakkan diagnosa
penyakit periodontal, tetapi radiograf semata tidak dapat menentukan diagnosa.
Gingiva Index
Gingivitis diukur dengan gingiva index. Index adalah metode untuk mengur kondisi
dan keparahan suatu penyakit atau keadaan pada individu atau populasi. Index
digunakan pada praktek klinik untuk menilai status gingiva pasien dan mengikuti
perubahan gingiva seseorang dari waktu kewaktu.
Diagnosis kasus tersebut adalah gingivitis dental biofilm induce. Gingivitis
adalah salah satu jenis penyakit inflamasi yang terjadi pada gingiva tanpa
disertai kerusakan pada jaringan pendukung gigi.
Gingivitis yang diinduksi oleh plak adalah respon inflamasi dari jaringan
gingiva karena akumulasi plak yang terletak di bawah margin gingiva.
•Skor OHI-S
Kontrol Plak
Evaluasi
Setelah fase I selesai, dapat dilakukan evaluasi respons dengan mengukur ulang poket
periodontal dan semua kondisi anatomi untuk memutuskan perawatan bedah.
Pembedahan periodontal dilakukan saat pasien sudah dapat mengikuti instruksi untuk
kontrol plak yang efektif dan gingiva bebas dari peradangan.
Diagnosis kasus ini adalah impaksi gigi kaninus. Impaksi ini
terjadi pada gigi 23 yang ditandai dengan pemeriksaan subjektif
bahwa pasien mengeluhkan gigi taring kiri atas yang tidak
tumbuh. Berdasarkan pemeriksan radiografi dijumpai adanya
impaksi gigi 23 dalam posisi semivertikal terletak pada posterior
apikal gigi incisivus lateralis. Berdasarkan klasifikasi gigi caninus
impaksi menurut Andreasen dan Archer, kasus impaksi gigi 23
pasien diatas termasuk ke dalam Kelas II.