Anda di halaman 1dari 41

KELOMPOK 1

Anggota Kelompok
Ketua : Adzkia Bisifa Nasution (200600001)

Sekretaris : Ardia Wianda Ivanka (200600003)

Alya Febriyanti (200600002) Nadiva Zahra Harahap (200600126)


Ayu Lestari (200600004) Rafi Zuhayr Bukit (200600127)
Berliana Julianti (200600005) Vanessa Jasmine Halawa (200600128)
Catherine Ivory J.M. Sitorus (200600007) Angelina Betty (200600129)
Chatrine Lorenddiva Sembiring (200600008) Ririn Febriyanti Nainggolan (200600130)
Desfika Annisa Fitri Lubis (200600009) Desti Khairunnisa (200600131)
Dina Aulia Nasution (200600010) Amanda Nahdatul Nisya (200600132)
Dina Masrura (200600011) Danie Aurelia Malau (200600133)
Sebastian Chandra (200600124) Iftitah Aulia Irhan (200600242)
Muhammad Zeedane A. A S (200600125)
Latar Belakang
• Impaksi gigi kaninus rahang atas merupakan masalah perkembangan gigi yang secara
signifikan mempengaruhi 1-3% dari populasi, menempati urutan ketiga setelah impaksi
molar tiga RA dan RB.
• Prevalensi impaksi gigi kaninus rahang atas dalam kisaran 0.9% - 3.0%, tergantung pada
populasi yang diperiksa
• Gigi impaksi → kegagalan erupsi karena beberapa penyebab
• Etiologi gigi impaksi diantaranya → posisi benih gigi abnormal, kurangnya ruang untuk
erupsi, terdapat ankilosis gigi sulung, gigi sulung tanggal dini sehingga benih gigi permanen
masih jauh berada di dalam tulang alveolar, trauma, celah alveolar, terdapat odontoma,
tumor dan neoplasma.
• Tujuan perawatan impaksi gigi caninus permanen rahang atas adalah mendapatkan
estetika wajah pasien yang baik, oklusi gigi yang baik, kesehatan jaringan periodontal, serta
mencegah gangguan fonetik.
Deskripsi Topik
Seorang pasien wanita usia 25 tahun dirujuk ke RSGM USU, dengan keluhan
ingin memasang kawat gigi (behel) untuk merapikan giginya. Pasien juga
mengeluhkan gigi taring kiri atas yang tidak tumbuh. Pada pemeriksaan
klinis terdapat tonjolan region labial di gusi antara gigi 22 dan gigi 24. Pada
pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran seperti berikut:
More information:

Pada pemeriksaan intraoral terlihat ada crowded pada


daerah 13, 14, 24, 25. Pemeriksaan secara probing
ditemukan 13 14 24 25 BOP (+), dan ada pseudopoket
sebesar 4 mm. tidak ada kehilangan perlekatan. Indeks plak
2, indeks debris 1,1 dan indeks kalkulus 1,4.
Klasifikasi menurut Archer
Class I Impaksi caninus berlokasi pada daerah palatal
➢ Horizontal
➢ Vertikal
➢ Semivertikal

Class II Impaksi caninus berlokasi pada permukaan bukal


➢ Horizontal
➢ Vertikal
➢ Semivertikal

Class III Impaksi caninus dengan posisi gigi berada di daerah labial dan palatal. Dimana
posisi mahkota berada di salah satu sisi dan akar berada di sisi lainnya.

Class Iv Impaksi caninus berlokasi pada alveolar prosesus. Biasanya vertikal, terletak di
antara gigi insisivus dan premolar pertama.

Class V Impaksi caninus yang berlokasi di edentulus maksila. Posisi impaksi caninus
dapat berada pada posisi yang tidak biasa seperti inverted position (posisi yang
terbalik).

“Klasifikasi gigi 23 menurut Archer: Class II vertikal:”


Klasifikasi menurut Archer
Class I Impaksi gigi caninus terletak di sebelah palatal dari gigi sampingnya

Class II Impaksi gigi caninus terletak di sebelah bukal dari gigi sampingnya

Class III Impaksi gigi caninus terletak di tengah-tengah antara bukal dan
palatal atau di antara gigi-gigi sampingnya

Class Iv Impaksi gigi caninus dengan mahkota terletak di sebelah bukal


sedangkan akarnya terletak di sebelah palatal dari gigi sampingnya
atau sebaliknya.
Class V Impaksi gigi terletak pada edentulus maksila

“Klasifikasi gigi 23 menurut Archer: Class II”


A. Anamnesis
❑ Pada anamnesis sering didapatkan: keluhan sakit
gigi, rahang bawah bengkak, dan bila ditekan
keluar nanah (pus)
❑ Tanyakan: frekuensi, lama keluhan serta riwayat
pengobatan, termasuk juga riwayat masalah gigi
sebelumnya, riwayat sosial, riwayat keluarga,
riwayat medis. → menentukan tatalaksana
B. Pemeriksaan Objektif
01 02 Intra Oral
Ekstra Oral

❑ Inspeksi
❑ Kondisi umum pasien
❑ Palpasi
❑ Kondisi bibir dan jaringan
❑ Mobiliti
perioral
❑ Status bukaan mulut
❑ Simetri wajah
❑ Pemeriksaan area gigi kaninus untuk melihat apakah terdapat
❑ Pembengkakan
tanda pericoronitis dan status dari erupsi gigi
❑ Palpasi pembesaran kelenjar
❑ Kondisi gigi impaksi – karies, tambalan gigi, dan resorbsi
limfadenopati, sendi
internal (mirip dengan karies), crown, perawatan saluran akar
temporomandibular, glandula
yang berisiko terjadinya fraktur Poket periodontal distal,
salivarius, pemeriksaan
resorbsi akar harus dicatat.
spesifik terkait keluhan pasien
❑ Penyakit sistemik skeletal yang dapat menyebabkan komplikasi
patologis harus diperhatikan.
❑ Adanya kista dan tumor
C. Pemeriksaan Radiologi
❑ Radiografi periapikal → memuat 3
sampai 4 gambar gigi dan jaringan
pendukungnya
❑ Radiografi panoramik →
menggambarkan daerah rahang
atas dan rahang bawah pada satu
film
❑ Cone Beam Comuted Tomography
(CBCT) → 3D, memberikan
gambaran mengenai elemen elemen
tulang yang ada pada kerangka
maksilofasial
Diagnosis : Impaksi gigi kaninus RA
Subjektif : pasien mengeluhkan gigi taring kiri atas yang tidak tumbuh
Objektif : tonjolan region labial di gusi antara gigi 22 dan gigi 24
Radiografi : adanya impaksi gigi 23 dalam posisi semivertikal terletak pada
posterior apikal gigi incisivus lateralis

Tanda klinis gigi impaksi yang memperkuat diagnosa pada kasus:


➢ Delayed eruption gigi kaninus permanen yang berkepanjangan melebihi usia 14
sampai 15 tahun. Pada kasus → pasien berumur 25 tahun
➢ Asimetri pada tonjolan kaninus atau tidak adanya tonjolan kaninus labial normal
yang diamati selama palpasi alveolar. Pada kasus → tonjolan region labial di gusi
antara gigi 22 dan gigi 24 yang menandakan adanya impaksi gigi pada bagian bukal.
Lokal

Perbedaan ukuran gigi dengan


panjang lengkung gigi
Kehilangan gigi insisivus lateralis
Kegagalanukuran
perbedaan resorpsi akar
gigi gigi
dengan
kaninus
panjang desiduigigi
lengkung
Variasi ukuran akar gigi insisivus
lateralis
Prolong retensi gigi desidui

Ankilosis gigi kaninus


Faktor iatrogenic
Kista atau neoplasma
Faktor idiopatik

Dilaserasi akar
Sistemik Genetik

Defisiensi endokrin Iradiasi Faktor keturunan Celah palatum

“Pada kasus tidak dapat diketahui secara pasti penyebab dari gigi impaksi tersebut”
Tujuan rencana perawatan gigi 23: membawa gigi impaksi tersebut
dalam posisi normal

Perawatan Bedah → closed window


• melibatkan eksisi bedah dari mukosa dan tulang tipis yang
menutup gigi
• prosedur langsung membuka gigi untuk dapat diraba
langsung di bawah mukosa mulut
• bonding attachment ditempelkan pada gigi akan
memungkinkan erupsi yang didorong secara ortodontik untuk
mencapai posisi gigi yang baik
Perawatan Ortodonti
Tujuan: untuk memasukkan gigi yang ektopik ke dalam
lengkung rahang tanpa mengganggu stabilitas lengkung gigi
utama
Prosedur

Pemeriksaan tanda vital, pemberian Setelah bedah, pasien diberi medikasi oral
antiseptik oral, anestesi inflitrasi gigi 23 antibiotik, analgesok, dan antiinflamasi

Buat flap, insisi flap dibuat sepanjang


Luka ditutup dengan tampon, lakukan
bone crest melalui periosteum dengan
evaluasi
insisi vertikal pada palatal

Setelah kaninus terlihat, lakukan Flap dikembalikan ke posisi semula dan


penghilangan laipsan tipis pada tulang dijahit dengan metode interrupter pada
alveolar distal 21 dan 22

Lakukan isolasi kemudian lakukan Pada button kemudian diberi power chain
pemasangan bagian labial dengan button yang dikaitkan pada gigi 24
Komplikasi yang muncul tergantung pada:
kerja sama pasien dan dokter gigi, karena
perawatan akan dalam waktu yang lama,
selain itu perlu memerhatikan usia pasien,
adanya ruang gigi, adanya gigi berjejal,
terbalik/tidaknya letak mahkota, inklinasi
letak gigi terhadap garis media wajah,
ada/tidaknya ankylosis dan ujung akar
gigi yang sudah impaksi sudah terbentuk
atau pun bengkok
Komplikasi
Infeksi yang dapat
Paresthesia dan Kerusakan jaringan lunak
berlanjut menjadi sekitar
perdarahan
osteomyelitis

Masalah kesehatan Terbukanya akar gigi akibat Kegagalan erupsi gigi


periodontal exposure mahkota atau akar gigi akibat adanya
impaksi yang letaknya dekat ankilosis
dengan akar gig tetangga

Resorbsi akar Resesi gingiva Perforasi sinus


maxilaris
Menurut WHO, penggunaan obat yang rasional adalah pasien memperoleh
pengobatan yang tepat sesuai indikasi klinisnya dengan dosis dan jangka waktu
yang memenuhi syarat serta harga terjangkau.

Medikasi merupakan salah satu hal terpenting untuk menghindari komplikasi yang mungkin terjadi pasca
operasi. Obat-obatan pasca operasi gigi impaksi yang biasa diberikan antara lain:

•Analgesik

Analgesik preemtif yang biasa digunakan pada kasus bedah gigi impaksi adalah ibuprofen oral.
Terkait kasus, dapat diresepkan tablet ibuprofen sebagai analgesic dan antiinflamasi dengan dosisi
400- 800 mg 3-4 kali sehari, selama 2-3 hari. Agar lebih efektif, sebaiknya obat langsung diminum
segera setelah tindakan bedah karena diperlukan waktu sekitar 1 jam untuk mendapatkan efek
maksimal obat
R/ Paracetamol Tab 500 mg No. IX
S 3 dd tab 1
•Antibiotic

Penicillin sampai saat ini masih merupakan gold standard


dalam mengobati infeksi dental. Adapun golongan penicillin
yang umum diresepkan oleh dokter gigi yaitu Amoxicillin.
Amoxicillin dapat diresepkan dengan dosis 500 mg,
dikonsumsi 3 kali sehari selama lima hari. Namun bila uji
kulit positif diberikan klindamisin dengan dosis 3×300 mg
selama 3-5 hari.

R/ Amoksisilin 500 mg tab No.XV


S 3 dd tab 1
•ANAMNESIS

Diagnosis adalah tindakan mengidentifikasi penyakit melalui evaluasi terhadap riwayat,


tanda dan gejala penyakit, serta pemeriksaan penunjang lainnya. Penegakan
diagnosis dapat dilakukan dengan cara:

ANAMNESIS
Anamnesis atau keluhan pasien merupakan wawancara medis yang dilakukan oleh dokter
terhadap pasiennya untuk memperoleh informasi mengenai kondisi yang sedang dialami oleh
pasien agar dokter dapat menyimpulkan diagnosis penyakit dari pasien tersebut. Anamnesis
meliputi: Keluhan pasien, keluhan-keluhan gigi sebelumnya, riwayat medis umum yang lalu
dan sekarang, gaya hidup dan kebiasaan, riwayat keluarga, status sosio-ekonomi dan
1 pekerjaan.

→ Pada kasus diketahui bahwa keluhan utama pasien ialah ingin memasang kawat gigi
(behel) untuk merapikan giginya dan mengeluhkan gigi taring kiri atas yang tidak
tumbuh.

→ Pada kasus, tidak disebutkan mengenai riwayat medis pasien


PEMERIKSAAN KLINIS

❖ Pemeriksaan Ekstra-oral
1. Wajah dan leher: lesi, swelling, asimetri, facial palsy
2. Mata
3. Bibir: tonus otot, warna, tekstur (kering, deskuaasi, fisur)
4. Sirkum oral
5. Kelenjar limfa (submental, submandibular, servikal): diraba apakah ada pembesaran,
rasa sakit, dan bagaimana konsistensinya.
→ pada kasus tidak ditemukan kelainan ekstra oral/tidak tertera dalam skenario
2
❖ Pemeriksaan Intra-oral
1. Pemeriksaan rongga mulut

Oral hygiene, dinilai berdasarkan penumpukan plak, akumulasi debris makanan, biofilm,
kalkulus dan stain pada permukaan gigi, serta lapisan biofilm pada dorsum lidah.

→ Pada kasus ditemukan bahwa : Berdasarkan temuan tersebut diperoleh skor OHI-S
Indeks plak: 2,0 yang didapatkan dari penambahan indeks debris dan
Indeks debris: 1,1 indeks kalkulus sehingga 1,1 + 1,4 didapati hasil skor
Indeks kalkulus: 1,4 OHI-S yaitu 2,5 yaitu dalam kategori sedang (fair).
Abnormalitas dan kondisi patologis dari bibir, dasar mulut, lidah, palatum, orofaring, saliva.

→ Pada kasus tidak ditemukan adanya abnormalitas dan kondisi patologis dari bibir, dasar
mulut, lidah, palatum, orofaring, saliva

2. Pemeriksaan Gigi Geligi

Diperiksa apakah ada karies, restorasi, kecacatan tumbuh kembang, anomali bentuk gigi, keausan
gigi, stain, hipersensitivitas, hubungan kontak proksimal, mobility gigi, serta migrasi patologis.

→ Pada kasus ditemukan bahwa: Gigi 13, 14, 24, 25 crowded, terlihat secara radiografi dan
visual

3. Pemeriksaan Periodonsium

✓Plak dan kalkulus


✓Gingiva

→ Pada kasus ditemukan bahwa terdapat tonjolan region labial di gusi antara gigi 22 dan gigi
24.
✓ Poket periodontal
→ Pada kasus, Gigi 13, 14, 24, 25 ada pseudopoket sebesar 4mm

✓ Perdarahan pada probing


→ Pada kasus probing ditemukan 13 14 24 25 BOP (+)

✓ Gingiva cekat
✓ Lesi furkasi
✓ Lesi pernanahan
✓ Aktivitas penyakit

PEMERIKSAAN PENUNJANG
3
Radiografi adalah pemeriksaan penunjang yang sangat penting dalam menegakkan diagnosa
penyakit periodontal, tetapi radiograf semata tidak dapat menentukan diagnosa.
Gingiva Index

Gingivitis diukur dengan gingiva index. Index adalah metode untuk mengur kondisi
dan keparahan suatu penyakit atau keadaan pada individu atau populasi. Index
digunakan pada praktek klinik untuk menilai status gingiva pasien dan mengikuti
perubahan gingiva seseorang dari waktu kewaktu.
Diagnosis kasus tersebut adalah gingivitis dental biofilm induce. Gingivitis
adalah salah satu jenis penyakit inflamasi yang terjadi pada gingiva tanpa
disertai kerusakan pada jaringan pendukung gigi.
Gingivitis yang diinduksi oleh plak adalah respon inflamasi dari jaringan
gingiva karena akumulasi plak yang terletak di bawah margin gingiva.

Indikator yang digunakan


untuk mengukur tingkat
kebersihan mulut
seseorang yakni
menggunakan oral
hygiene index simplified
(OHI-S) dari Green and
Vermillion. Penilaian OHI-
S tergantung dari food
debris dan kalkulus yang
terdapat dalam mulut.
• Indeks plak

Indeks plak adalah metode pengukuran


luasnya keberadaan plak. Indeks ini
diindikasikan untuk mengukur skor plak gigi
berdasarkan lokasi dan kuantitas plak yang
berada dekat margin gingiva.

• Debris Index Simplified (DI-S)

Dilakukan dengan meletakkan sonde


pada permukaan gigi daerah 1/3
insisal/oklusal dan digerakkan menuju
daerah 1/3 gingival/servikal.
•Calculus Index Simplified (CI-S)

Digunakan untuk mengukur kalkulus yang


ditemukan pada pemukaan bukal dan
lingual untuk mewakili 3 segmen pada gigi.
Dental eksplorer diletakkan pada crevice
distogingiva dan digerakkan menuju daerah
subgingiva.

•Skor OHI-S

Penilaian skor debris dan skor kalkulus


adalah sebagai berikut:
(1) Baik, apabila nilai berada diantara 0-
0,6;
(2) (2) Sedang, nilai berada diantara 0,7-
1,8; dan
(3) (3) Buruk, nilai berada diantara 1,9-3,0.
Pada pemeriksaan klinis pada pasien di dapatkan bahwa:

- Nilai BOP positif pada gigi 13 14 24 25 mengindikasikan adanya inflamasi


pada gingiva
- Ada pseudopoket sebesar 4 mm pada gigi 13 14 24 25 dan tidak ada
kehilangan perlekatan merupakan tanda klinis terjadinya gingivitis
- Indeks plak 2 menandakan adanya lapisan tipis plak sebesar < 1 mm
disekeliling serviks gigi
- Indeks debris 1,1 dan indeks kalkulus 1,4 sehingga dapat dihitung skor OHIS
pasien sebesar 2,5 yang tergolong buruk
- Crowded pada daerah 13,14,24, 25 dapat menjadi faktor etiologi penimbunan
dental plak pada pasien

Berdasarkan klasifikasi periodontal and peri implant diseases and condition


oleh AAP 2017 maka pasien diklasifikasikan pada gingivitis dental biofilm
induced. Hal ini dikarenakan terjadinya gingivitis pada pasien disebabkan
oleh plak pada permukaan gigi pasien
Perawatan yang dapat dilakukan pada kasus gingivitis pada pasien yaitu dengan
perawatan periodontal yang mana tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan penyakit
yang ada dan mencegah kembalinya penyakit tersebut, dengan cara perawatan yang
sesuai.

Kontrol Plak

Instruksi kontrol plak harus dimulai sejak kunjungan pertama, yaitu


penggunaan sikat gigi mencakup metode menyikat gigi yang benar, frekuensi
1 menyikat gigi, lama menyikat gigi, sikat gigi yang digunakan dan prinsip
penyikatan. Sikat gigi interdental dapat mengurangi plak gigi, perdarahan, dan
probing kedalaman poket.
Obat-obatan berupa obat kumur antiseptik yang mengandung chlorhexidine
juga dapat diresepkan bersamaan dengan penghilangan plak secara mekanis.
Scalling

Tindakan untuk menghilangkan deposit bakteri dan kalkulus yang menyebabkan


gingivitis salah satunya ialah tindakan scalling. Tindakan ini dikombinasikan
dengan selalu memperhatikan kebersihan gigi dan mulut pasien, merupakan
2 bentuk perawatan dasar yang efektif dalam merawat gingivitis yang diinduksi oleh
plak. Tujuan utama tindakan ini adalah untuk memperbaiki kesehatan gingiva
dengan cara menghilangkan faktor yang menimbulkan keradangan
dari permukaan gigi.

Evaluasi

Setelah fase I selesai, dapat dilakukan evaluasi respons dengan mengukur ulang poket
periodontal dan semua kondisi anatomi untuk memutuskan perawatan bedah.
Pembedahan periodontal dilakukan saat pasien sudah dapat mengikuti instruksi untuk
kontrol plak yang efektif dan gingiva bebas dari peradangan.
Diagnosis kasus ini adalah impaksi gigi kaninus. Impaksi ini
terjadi pada gigi 23 yang ditandai dengan pemeriksaan subjektif
bahwa pasien mengeluhkan gigi taring kiri atas yang tidak
tumbuh. Berdasarkan pemeriksan radiografi dijumpai adanya
impaksi gigi 23 dalam posisi semivertikal terletak pada posterior
apikal gigi incisivus lateralis. Berdasarkan klasifikasi gigi caninus
impaksi menurut Andreasen dan Archer, kasus impaksi gigi 23
pasien diatas termasuk ke dalam Kelas II.

Pasien ingin mempertahankan gigi 23, maka perawatan yang


dapat diberikan dokter kepada pasien adalah bedah exposure
surgical window regio 23 dengan flap tertutup, dilanjutkan dengan
pemasangan breket teknik piggyback pada alat ortodonti straight
wire. Teknik bedah exposure dengan flap tertutup dengan
pertimbangan agar tidak terjadi kerusakan jaringan gingiva yang
lebih besar dan estetis yang lebih baik, rasa sakit pasca bedah
minimal dan lebih singkat

Anda mungkin juga menyukai