Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH DEEP BITE

Tugas ini dibuat untuk memenuhi penugasan pada blok 19

Disusun oleh:

1. J520180002 Hanifah Ajeng Pangesti


2. J520180013 Millenia Safira Nasti Dewanto
3. J520180026 Halimah Rahmawati
4. J520180033 Rahma Auliannisa
5. J520180034 Muhammad Daffa Mahanna
6. J520180038 Khusnavia Rahma Anggraini
7. J520180039 Amara Syifa TIfani
8. J520180041 Anastasia Mayang Cahyani
9. J520180043 Esti Ayuningtyas
10. J520180047 Purborini Argi Sundari
11. J520180052 Ulwan Nur Salsabila
12. J520180066 Safitri Dwiwandari Khofifah
13. J520180078 Arjun Najib

PROGRAMSTUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Deep overbite atau gigitan dalam merupakan kejadian atau masalah
umum yang sering dijumpai dan disebabkan oleh beragam etiologi.
Etiologi tersebut dapat disebabakan oleh tipe stuktur pada pasien tersebut
seperti tipe dental, tipe skeletal, maupun tipe kombinasi yaitu skeletal dan
dental, dimana etiologi tersebut sangat memepengaruhi terjadinya deep
bite. Deep bite biasa terjadi dikarnakan beberapa faktor seperti adanya
kebiasaan pada otot, adanya perubahan posisi pada gigi, hilangnya gigi
pendukung pada bagian posterior, dan kebiasaan menjulurkan lidah
kesamping.
Deep bite merupakan maloklusi yang sering dijumpai setelah
crowding dan dapat berdampak serius bagi kesehatan gigi, tulang rahang
dan bahkan sendi TMJ. Deep overbite sendiri merupakan masalah
maloklusi yang dapat melibatkan kesejajaran gigi seluruh gigi,tulang
alveolar dan basal, dan kesejajaran rahang atas dan rahang bawah.
Overbite merupakan perhitungan jarak vertical antara margin
insisivus maksila dan mandibular secara berlebihan ketika mandibula
melakukan posisi sentris. Dapat didefinisikan overbite seperti tumpang
tindih kearah vertical pada gigi insisivus ketika gigi insisivus sedang
berkontak.
Normalnya Overbite sendiri memiliki nilai atau jarak normal yaitu
2- 4 mm. Perawatan pada kasus deep bite harus dikontrol sedini mungkin
untuk menghindari terjadinya atrisi yang berat pada gigi sehingga
membutuhkan perawatan rehabilitasi pada mulut. Selain itu perlu
diperhatikan pada pasien dengan wajah pendek karna resiko terjadinya
masalah pada kesehatan gigi geligi sangat besar dan akan mempengaruhi
estetika pada individu tersebut.
BAB 2 PEMBAHASAN
A. ETIOLOGI
1) Faktor Inherrent
a. Morfologi gigi
Gigi anterior dengan mahkota panjang memiliki overbite yang lebih
besar dibandingkan gigi anterior dengan mahkota pende. Oleh karena
itu, setiap pengukuran derajat overbite harus diturunkan tidak hanya dari
jumlah tumpang tindih insisivus tetapi juga dari titik dimana gigi
menempel di permukaan palatal gigi antagonisnya.
b. Pola skeletal dan maloklusi
Overbite berlebih merupakan manifestasi dari makoklusi :
 Supraerupsi maksila atau mandibula atau kedua segmen anterio
 Infraoklusi gigi posterior rahang atas atau rahang bawah atau
keduanya
 Kurangnya pertumbuhan mandibula ke bawah dan ke depan selama
periode transisi dari gigi sulung ke gigi permanen.
 Retardasi pertumbuhan ramus dengan erupsi gigi anterior yang terus
menerus.
 Panjang otot pengunyahan yang tidak memadai menyebabkan erupsi
gigi posterior yang tidak memadai.
 Disharmoni parah dari lengkung gigi.
 Kurangnya pertumbuhan dentoalveolar selama erupsi gigi bikuspid
dan gigi posterior permanen sebagai akibat dari berjejalnya lengkung
gigi.
c. Pola pertumbuhan condyles
Pasien dengan deep bite memiliki pertumbuhan kondilus ke atas
dan ke depan dengan penurunan ketinggian wajah anterior. Jika gigi
insisivus mandibula memiliki kontak yang tepat dengan permukaan
lingual gigi insisivus rahang atas, kemungkinan besar gigitan dalam
tidak akan terjadi
2) Acquired factors
a. Muscular habits
Kebiasaan clenching atau grinding yang parah atau hipertonisitas
otot pengunyahan dapat menyebabkan depresi pada gigi posterior.
Keausan gigi yang berlebihan juga dapat menyebabkan hilangnya
ketinggian vertikal.
b. Perubahan posisi gigi
Kehilangan gigi sulung dini dapat menyebabkan pergeseran mesial
dari gigi M1 permanen sehingga menyebabkan terjadinya impaksi atau
gigi berjejal.
c. Hilangnya gigi pendukung posterior
Pada gigi dewasa, pencabutan gigi Molar tanpa penggantian akan
memungkinkan gigi yang berdekatan bergeser ke arah ruang tersebut.
Migrasi tersebut sering menyebabkan inklinasi aksial yang tidak normal
d. Kebiasaan menjulurkan lidah ke lateral
Dorongan lidah lateral dapat menyebabkan terjadinya overbite
yang dalam. Jenis disfungsi ini menghasilkan infraoklusi gigi posterior,
yang pada gilirannya menyebabkan deep bite.

B. DIAGNOSIS
1) Pemeriksaan klinis dan radiografi
a. Pemeriksaan ekstraoral
I. Pasien memiliki wajah persegi pendek.
II. Bibir atas melengkung ke bawah dan sudut mulut berada di bawah
garis oklusal.
III. Lubang hidung besar.
IV. Bagian posterior wajah tampak lebar karena sudut mandibula yang
menonjol.
V. Sudut nasolabial normal dengan mandibula dalam posisi istirahat
dan bibir atas rileks, tepi insisal gigi anterior rahang atas diposisikan
di atas margin inferior bibir atas.
b. Pemeriksaan intraoral
I. Lengkungan rahang atas lebar dengan palatal datar. Resesi
gingiva dengan gigi Incisivus rahang atas dan / atau rahang
bawah terlihat.
II. Dentoalveolar deep bite diikuti dengan tanda-tanda berikut :
Sebagian besar disebabkan oleh kehilangan dini gigi
permanen yang menyebabkan kolapsnya lingual gigi anterior
rahang atas atau rahang bawah. Demikian pula kehilangan gigi
posterior juga dapat menyebabkan pendalaman overbite.
Kadang-kadang deep bite dapat disebabkan atau diperberat oleh
kelainan morfologi gigi. Ini dapat didiagnosis dengan analisis
yang cermat terhadap ukuran dan bentuk gigi.
III. Gigitan dalam kerangka menunjukkan :
Malrelasi tulang alveolar dan tulang mandibula atau
maksila yang mendasarinya. Pada gigi-geligi mandibula dapat
bermanifestasi sebagai kurva spee yang dalam atau kurva spee
terbalik pada gigi rahang atas.
2) Model Studi
 Model studi menunJukkan ada overbite berlebih.
 Lengkung RB menunjukkan kurva spee berlebihan.
 Kubah palatal tampak datar. Gigi molar infraoklusi.
 Gigi incisivus supraerupsi. Lengkung RA lebih lebar.
 Terkadang gigi dalam gigitan silang bukal
3) Sefalogram
Beberapa parameter dalam analisis sefalometrik yang berbeda menekankan
dan membedakan displasia vertikal.
a. Down analysis
Pada kasus deep bite skeletal, sudut bidang mandibula dan nilai sumbu y
menurun sedangkan sudut interincisal meningkat.
b. Steiner analisis
Pada kasus deep bite skeletal, sudut bidang mandibula menurun dan
sudut interincisal meningkat.
c. Riket analisis
Pada kasus deep bite skeletal, sumbu wajah meningkat dan sudut bidang
mandibula menurun.
d. Schwartz analisi
Sudut bidang dasar dan sudut gonial berkurang pada kasus skeletal deep
bite. Sudut bidang dasar menurun karena rotasi mandibula berlawanan
arah jarum jam atau rotasi bidang palatal searah jarum jam ke anterior.
Usia 9 tahun memiliki sudut 23 derajat dan pada usia 15 tahun 20,5
derajat.
4) Sassouni
Sassouni mengembangkan analisis untuk membedakan hubungan
gigitan dalam dengan gigitan terbuka. Menurutnya, pembentukan setiap
jenis kerangka mungkin disebabkan oleh ketidakseimbangan posisi atau
dimensi. Ketika posisional, arah perpindahan digambarkan sebagai
anterior atau posterior, ke bawah atau ke depan, ke atas dan lateral. Ketika
dimensi, itu digambarkan sebagai besar atau kecil.

C. PERAWATAN
1) Pertimbangan Perawatan
 Pertimbangan jaringan lunak
Interlabial gap atau celah interlabial. Mekanisme ekstrusif di daerah
molar untuk mengoreksi deep overbite menggerakkan mandibula ke
bawah dan ke belakang, sehingga dapat meningkatkan celah interlabial.
Jika pasien tidak memiliki celah interlabial dengan overbite yang dalam,
ekstrusi gigi posterior dapat menjadi perawatan pilihan, asalkan
pertimbangan perencanaan perawatan lainnya memungkinkan.
Jarak Insisi – stomion. Memperhatikan jarak insisi ke stomion yaitu
3 - 4 mm yang secara estetika baik. Karena pada perawatan deep overbite
dengan ekstrusi molar akan meningkatkan jarak ini disertai peningkatan
celah interlabial maka harus diperhatikan jarak insisi ke stomion sebleum
perawatan.
Smile line/ Garis senyum. Garis senyum yang estetis yaitu garis bibir
atas harus berada di atau dekat gingivoenamel junction. Pada beberapa
garis senyum pasien menunjukkan gingiva yang berlebih. Apabila
didapati pasien dengan kasus tersebut maka seharusnya jangan
melakukan ekstrusi gigi molar karena akan membuat garis senyum tidak
estetis.
Panjang bibir. Seringkali pasien memiliki celah interlabial yang besar
atau jarak insisi stomion yang besar karena bibir atas yang pendek.
Pilihan pengobatan pada pasien ini adalah untuk memperbaiki deep
overbite dengan intrusi gigi insisivus atas. Opsi ini mencegah ekstrusi
gigi posterior dan membantu meningkatkan hubungan gigi seri atas-bibir
atas.
Tonisitas bibir. Pada pasien yang memperlihatkan bibir atas dan
bawah yang hiperaktif dan tegang, pembukaan gigi insisivus atas dan
bawah menyebabkan relaps atau kekambuhan, karena tekanan otot.
 Pertimbangan rangka
Penilaian yang cermat terhadap rasio tinggi wajah bagian atas dan
bawah sebesar 45%: 55% adalah optimal. Pada pasien dengan tinggi
wajah bagian bawah yang besar, ekstrusi gigi geraham untuk mengoreksi
deep overbite bukanlah pengobatan pilihan karena dapat memperpanjang
wajah dengan perubahan jaringan lunak yang tidak diinginkan.
 Pertimbangan fungsional
Ekstrusi gigi posterior menurunkan mandibula ke bawah dan ke
belakang, dan kondilus menempati posisi baru dalam artikulasi TMJ. Hal
ini dapat menghasilkan dua penyesuaian sehingga keseimbangan antara
fungsi, otot dan anatomi TMJ dapat terjadi setelah perawatan ortodontik.
Pertama, jika ekstrusi gigi posterior cenderung stabil, kondilus, TMJ dan
otot harus merombak atau beradaptasi kembali dengan posisi morfologis
mandibula yang baru. Kedua, penyesuaian mengakibatkan kekambuhan
karena otot pengunyahan dan perubahan oklusi dapat menekan gigi
posterior yang diekstrusi kembali ke posisi semula sampai terjadi
keseimbangan jaringan lunak dan jaringan keras.
 Pertimbangan gigi
pasien membutuhkan intrusi insisivus untuk mengoreksi deep
overbite, intrusi insisivus atas hingga 4,0 mm dapat dilakukan tanpa
resorpsi akar yang signifikan. Jika pasien membutuhkan lebih dari 4,0
mm, intrusi gigi seri atas, dapat dikombinasikan dengan intrusi gigi seri
bawah. Intrusi juga harus menjadi pengobatan pilihan untuk pasien
dewasa yang mengalami keropos tulang yang signifikan
 Stabilitas
Stabilitas hasil yang dicapai harus menjadi perhatian utama dalam
koreksi deep bite. Pilihan perawatan pada orang dewasa harus dibatasi
pada gigi bila memungkinkan. Intrusi gigi dapat dilakukan tanpa
perubahan pada komponen skeletal dan otot wajah.
 Occlusal plane
Occlusal plane jika tidak dipertimbangkan bersama dengan
pertimbangan ketinggian bibir dan wajah vertikal dapat mengakibatkan
kondisi yang tidak menyenangkan dan tidak stabil dalam kasus gigitan
dalam ruang interocclusal
 Ruang interocclusal
Koreksi deep overbite dengan mencabut gigi posterior untuk melebarkan
batas ruang interoclusal harus dihindari karena sering menyebabkan
relapse yang disebabkan oleh otot-otot pengunyahan dan karena kontak
oklusal penuh gigi posterior selama berbicara dan pengunyahan.
 Waktu pengobatan dan usia pasien
Pada pasien dewasa yang menunjukkan deep overbite dengan
menyertai garis senyum tinggi, vertikal menurun tinggi wajah dan
masalah alveolar, pengobatannya mungkin sangat lama. Pasien diberikan
pilihan ortognatik koreksi masalah dan harus dilakukan bersamaan
dengan ahli bedah oral and maksilofasial.
2) Perawatan koreksi deep overbite
 Koreksi deep over bite dnegan removable appliance/ alat lepasan,
antara lain:
a. Bite plane atau bite plate.
Digunakan pada tahun 1879 oleh Miller,memungkinkan
pemanjangan gigi posterior yang tergantung pada pertumbuhan tulang
alveolar. Tulang baru harus dikondisikan untuk dapat menahan tekanan
pengunyahan dengan cara menarik pelat gigitan secara bertahap.
b. Sved bite plane / pesawat gigitan sved.
Sved memodifikasi pelat gigitan untuk mencoba mendapatkan
beberapa depresi dari gigi anterior rahang atas serta gigi anterior rahang
bawah. Dia menutupi seluruh permukaan palatal dan insisal dan meluas
hingga sepertiga dari permukaan labial gigi depan dengan akrilik
c. Posterior tongue crib
Dorongan lidah secara lateral atau posisi lateral lidah selama
melakukan fungsinya menyebabkan deep bite karena infraoklusi gigi
geraham. Gigitan dalam yang sebenarnya ini disebut sebagai gigitan
dalam fungsional karena lidah diposisikan pada permukaan oklusal
selama berfungsi.
d. An Essix intrusion appliance
Alat Essix tidak memerlukan clasps; mudah dibuat, dan dapat
dibentuk secara thermo dari satu lembar plastik Essix 1mm.
 Koreksi deep overbite dengan alat myofungsional, antara lain:
a. The activator
Kasus deep overbite dengan infraoklusi molar dapat dirawat dengan
aktivator yang dirancang dan dipangkas untuk memungkinkan ekstrusi
gigi ini dengan gigitan konstruksi sedang atau tinggi tergantung pada
ruang bebas hambatan.Pada kasus deep overbite yang disebabkan oleh
supraoklusi gigi insisivus, ruang interoklusal biasanya kecil sehingga
aktivator tidak boleh dibuat dengan konstruksi gigitan yang tinggi.
Pemotongan aktivator secara selektif dapat dilakukan untuk
mengintrusi atau mengekstrusi gigi. Dalam kasus deep bite, intrusi gigi
insisivus dicapai dengan mengisi tepi insisal gigi ini dengan akrilik.
Ekstrusi gigi geraham dicapai dengan memuat permukaan palatal di atas
area cembung terbesar di rahang atas dan di bawah area cembung
terbesar di mandibular.
b. The Bionator
Kasus deep overbite dapat berhasil ditangani dengan tipe standar
Bionator, setelah menggiling akrilik dengan cara yang memungkinkan
erupsi bertahap gigi segmen bukal tanpa hambatan.
c. Fungtional regulator
Untuk koreksi deep overbite alat FR Ia dan FR Ib digunakan.
Peningkatan ruang ekstraoral vertikal dimungkinkan karena gigitan
konstruksi diambil sehingga gigitan terbuka di segmen posterior saat
mandibula dipegang ke depan. Erupsi atau pemanjangan gigi posterior
terjadi dengan cara yang mirip dengan yang terlihat pada biteplate
anterior, kecuali jaringan lunak bukal ke dalam ruang interoklusal.
d. The twin block functional appliance
Deep overbite oleh twin block dikurangi dengan koreksi vertikal ke
atas pada hubungan insisivus edge-to-edge dengan jarak interincisal 2-3
mm pada gigitan protrusif. Penutup oklusal molar posterior 1 mm setara
dengan jarak vertikal 3 mm hingga 4 mm di regio premolar pertama.
Pengurangan overbite dicapai dengan memotong penutup oklusal pada
oklusi twin block atas secara distal untuk mendorong erupsi gigi geraham
bawah. Sangat penting bahwa ini dilakukan sedini mungkin dalam
pengobatan, biasanya saat memasang twin block, untuk memungkinkan
perkembangan vertikal berlanjut bersamaan dengan koreksi sagital
karena perkembangan vertikal lebih lambat daripada koreksi sagital yang
biasanya dicapai dalam 6-9 bulan.
 Koreksi deep over bite dengan fixed appliance therapy/ alat cekat

D. CONTOH KASUS
Sepasang kembar homozigot, PF dan PR (11 tahun, 4 bulan) datang ke
Departemen Kedokteran Gigi Anak Azienda Ospedaliera Policlinico Tor
Vergata Roma, selama kunjungan pedodontik pertama, dalam gigi campuran,
dengan maloklusi yang sama, yaitu Kelas II Divisi 2 yang disebabkan oleh
posisi retro mandibula yang berhubungan dengan deep bite.
Dalam kasus ini diharapkan dapat dilakukan penilaian pada dua kembar
identik penderita maloklusi yang sama, bagaimana keefektifan dan stabilitas
klinis dari perawatan fungsional interseptif Kelas II Divisi 2 selama masa
pubertas serta membandingkan perubahan skeletal dan gigi dan perubahan
dental-alveolar yang disebabkan oleh penerapan dua peralatan lepasan yang
dimodifikasi, yaitu Clark’s Twin block dan Bergersen’s Occlus-o-guide.

 Clark’s Twin Block


Menurut teori fungsionalis Clark WJ dan Singh GD, kekuatan oklusal
yang diinduksi oleh fungsi pengunyahan dan ditransmisikan ke gigi mampu
memberikan stimulus berkelanjutan untuk remodeling tulang, yang
mempengaruhi kecepatan pertumbuhan. Untuk tujuan ini, dirancang Twin
Block, peranti lepasan dalam resin yang terdiri dari dua pelat yang masing-
masing dilengkapi dengan bidang lateral yang berlawanan, miring pada 70° ke
bidang oklusal, yang bersentuhan di daerah distal gigi premolar kedua bawah,
menghasilkan posisi rahang yang menonjol dan memungkinkan rotasi
mandibula yang benar. Alat ini mampu meningkatkan panjang badan
mandibula yang signifikan. Selain itu, penggunaan perawatan interseptif Twin
Block pada maloklusi Kelas II Divisi 2 menunjukkan bahwa alat ini mampu
meningkatkan pertumbuhan dan reposisi rahang depan.
 Bergersen’s Occlus-o-guide
Peralatan pemandu erupsi EGA (Eruption Guidance Appliance), termasuk
Occlus-o-guides bertujuan untuk mencapai oklusi ideal secara simultan. Alat
ini memiliki karakteristik dasar untuk memandu gigi, tahap awal kemunculan
dan tahap erupsi yang lebih kompleks, ke posisi spasial yang benar dalam
bidang oklusal, dengan tujuan yaitu untuk mencegah atau akhirnya
memperbaiki perkembangan maloklusi yang kurang lebih kompleks sebelum
pertukaran gigi selesai sepenuhnya.
 Panduan Oklusi khususnya adalah alat monoblok yang telah dibentuk
sebelumnya, diindikasikan untuk pasien berusia antara 6 dan 12.
Terbuat dari silikon elastomer yang lembut, tidak berbau dan tidak berasa,
sesuai dengan gigitan gigi seri head to head yang jika di satu sisi memiliki
kemampuan untuk mendorong pertumbuhan atau kemajuan rahang myoskeletal
untuk mencapai Kelas I dasar, di sisi lain mampu memandu erupsi setiap
elemen individu permanen di tempat yang tepat, memastikan interkuspidasi dan
mencapai serta mempertahankan setiap gigi pada posisi yang benar sampai
akhir pertukaran gigi, Secara khusus, Occlus-o-guide juga mampu menghambat
pertumbuhan tulang vertikal sekaligus memastikan kontrol yang baik dari
parameter gigi overjet dan overbite.
Kriteria pemilihan kasus dan pasien didasarkan pada verifikasi radiografi
dari adanya potensi pertumbuhan kraniofasial lebih lanjut, dan adanya
hubungan gigi Kelas II Divisi 2 berdasarkan kerangka Kelas II dengan ANB
termasuk antara 4° dan 6° dan posisi retro mandibula (SNB < 78°). Analisis
sefalometrik memastikan bahwa selama perawatan, gigi seri bawah dapat
diproklinasi sementara inklinasi aksial gigi seri atas mungkin awalnya
disesuaikan dengan gerakan miring ke labial dan selanjutnya dipertahankan
selama koreksi skeletal maloklusi.
a. Tahap pertama pengujian dilakukan dengan merekam parameter klinis.
Untuk masing- masing dari dua pasien dokumentasi radiografi lengkap
dengan ortopantomografi lengkung gigi (Gbr. 1A, 2A), dan teleradiografi
tengkorak dalam proyeksi lateral (Gbr. 1B, 2B) sebenarnya dikumpulkan,
diikuti dengan pendaftaran model studi plester.
 ekstra-oral, dengan foto wajah tampak frontal, frontal dengan senyum, profil
samping dan naso-labial-dagu (Gbr. 1C, 2C);
Gambar 1D

Gambar 2D
 intra-oral dengan foto tampak depan, samping kanan, kiri, oklusal atas dan
oklusal bawah (Gbr. 1D, 2D)
 Sesuai dengan analisis sefalometrik Standar, parameter dicatat untuk skeletal
b. Pada tahap kedua pengujian dilanjutkan ke desain dua peralatan. Dalam
realisasi modifikasi Twin-block dengan penambahan dua distal snare spring
pada gigi insisivus lateral atas dan dua zeta spring di belakang gigi insisivus
sentral atas, pencatatan gigitan dilakukan pada posisi overkoreksi, dengan
hubungan insisal di kepala. menuju ratio (overjet nol atau sedikit terbalik).
Namun, untuk memastikan bahwa kedua lengkung tetap menyatu,
dipisahkan oleh jarak 7-8 mm, hal ini tidak menyebabkan gangguan apapun
ketika gigi insisivus sentral atas diproklinasi secara labial.
BAB III KESIMPULAN

Deep bite adalah salah satu maloklusi paling umum dan paling
merusak yang terlihat pada anak-anak maupun orang dewasa yang dapat
terjadi bersama dengan maloklusi lainnya. Gejala yang tidak
menguntungkan dari maloklusi ini mempengaruhi keterlibatan periodontal
pasien. Fungsi abnormal, pengunyahan yang tidak tepat, stres berlebihan,
trauma, masalah fungsional, bruxism, clenching dan gangguan sendi
temporomandibular.
Kasus Kelas II Divisi 2 tipe fungsional perawatan interseptif dari
retrusi mandibular dengan deep bite yang dilakukan pada fase pubertas
melalui pemeriksaan klinis dari modifikasi Bergersen’s Occlus-oguide
memungkinkan penyelesaian simultan dari masalah tulang, gigi-alveolar
dan gigi dalam satu langkah, sementara itu menggunakan Clark’s Twin-
block yang dimodifikasi masih membutuhkan fase kedua pengobatan yang
diperlukan untuk menyelesaikan keselarasan, leveling, inter-cuspidasi
lengkung, optimalisasi parameter overjet dan overbite gigi dan untuk
stabilisasi Kelas I basal.

Anda mungkin juga menyukai