Anda di halaman 1dari 10

GIGTAN SILANG (CROSSBITE) DAN PERAWATANNYA

(CROSSBITE AND THE TREATMENT )

SRI ERDINA

190600067

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kedokteran Gigi

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan 2015

Email : srierdina@gmail.com

ABSTRACT
Crossbite ( gigitan silang ) merupakan suatu kondisi dimana gigi lebih dekat ke pipi (bukal)

atau lebih dekat ke lidah ( lingual). Masalah ini kebanyakan terjadi pada anak-anak kerena

gigi mereka masih dalam masa pertumbuhan. Keluhan dari masalah ini adalah menyebabkan

postur wajah yag kurang baik, ketidaknyamanan dalam mengunyah dan berbicara. Crossbite

terdiri dari dua jenis yang paling umum yaitu crossbite anterior dan posterior.Perbedaan dari

kedua crossbite tersebut adalah arah pertumbuhan dari gigi itu sendiri. Perawatan dari

crossbite ini sendiri dengan menggunakan alat ortodontik seperti kawat gigi dengan jenis dan

teknik yang berbeda sesuai dengan jenis crossbitenya. Setelah dilakukan perawatan akan

tampak perbaikan dari posisi gigi yang lebih rapih dan pelebaran senyum. Stabilitas dari

perbaikan crossbite ini sangat bergantung pada kebiasaan pasca perawatan.

Keywords: Crossbite, crossbite anterior, crossbite posterior, kawat gigi

ABSTRACT

Crossbite is a condition where the teeth are closer to the cheek (buccal) or closer to the tongue

(lingual). This problem mostly occurs in children because their teeth are still in their infancy.

Complaints from this problem are causing bad facial posture, discomfort in chewing and
1
speaking. Crossbites consist of the two most common types, anterior and posterior crossbites.

The difference between the two crossbites in the direction of growth of the teeth themselves.

The treatment of this crossbite itself uses orthodontic tools such as braces with different types

and techniques according to the type of crossbite. After treatment, there will be an

improvement in the position of the teeth which is more tidy and widening the smile. The

stability of this crossbite improvement depends very much on post-treatment habits.

Keyword : crossbite , anterior crossbite, posterior crossbite, braces

PENDAHULUAN

Crossbite merupakan kelainan pada posisi gigi sehingga gigi tersusun tidak

rapi. Masalah gigi ini banyak dijumpai di Indonesia terutama anak-anak usia

sekitar 6 tahun yang melibatkan 1 atau 2 gigi permanen dan seringkali dijumpai di

klinik, baik itu klinik gigi umum, klinik gigi spesialis anak maupun klinik terapi

bicara.1

Masalah ini menyebabkan banyak keluhan karena menimbulkan postur wajah

yang menjadikan penampilan kurang menarik, disamping itu dapat mengakibatkan

trauma oklusi juga ketidaknyamanan secara fungsional dalam mengunyah

makanan dan kesusahan dalam melafalkan kata-kata dengan benar sehingga para

ahli menyarankan untuk melakukan perbaikan pada crossbite secepat mungkin.

Crossbite dapat disebabkan oleh banyak faktor tetapi penyebab utama yang

paling umum adalah kebiasaan yang buruk yang seringkali dilakukan anak-anak

yaitu kebiasaan menghisap ibu jari dan masalah ini bisa juga disebabkan oleh

kebiasaan seperti tidur di atas satu lengan, bertopang dagu.1 Sim (1977)

menyatakan 10% dari seluruh populasi anak-anak menunjukkan beberapa tipe

crossbite.2 Ia sering mengamati bahwa tipe crossbite anterior, posterior, dan

kombinasinya terlihat diantara saudara kandung dalam satu keluarga yang


2
membuktikan bahwa faktor genetik juga menjadi penyebab keberadaannya.2

Crossbite terjadi ketika beberapa gigi berada di jalur yang salah. Crossbite bisa

unilateral (di satu sisi) atau bilateral (di kedua sisi). Itu juga bisa terjadi pada

anterior atau posterior. Perawatan ortodontik dapat mengoreksi crossbite sedari

dini. Penangan crossbite dapat dilakukan dengan menggunakan kawat gigi.

Kawat gigi dapat diletakkan pada gigi maksila saat ekspansi sedang berlangsung

untuk hingga nanti dapat menutup "celah gigi" yang akan berkembang ketika

rahang atas sedang diperluas. Setelah ekspansi selesai, anak mungkin perlu

memakai satu set kawat gigi untuk 1 hingga 2 tahun untuk mencapai oklusi yang

ideal. Dan alasan utama untuk pengoreksian crossbite sejak dini ini adalah untuk

mencegah TMJ (temporomandibular joint) yang menyebabkan nyeri pada sendi

tengkorak.

ETIOLOGI CROSSBITE

Crossbite dapat didefenisikan sebagai hubungan abnormal antara gigi-gigi yang


3
berlawanan pada arah bukopalatal atau labiopalatal.

Crossbite terjadi karena defleksi palatal pada lengkung rahang atas yang

menyebabkan terjadinya erupsi gigi permanen.4 Penyebab dari timbulnya

permasalahan ini terdiri dari banyak faktor sebagai berikut:

 Faktor skeletal

Maksila yang sempit dapat menyebabkan gigitan silang bukal baik lateral

maupun bilateral. Gigitan silang unilateral yang paling sering terjadi jika ada

penyempitan maksila yang simetris sampai tonjol molar atas dan bawah berkontak

ujung dengan ujung yang akan menghasilkan pergeseran mandibula ke satu sisi

untuk meningkatkan interkuspasi dan gigitan silang pada sisi ke mana mandibula

tersebut bergeser.3
3
 Faktor kondisi patologis

Crossbite juga dapat dikaitkan dengan kondisi patologis, seperti langit-langit

mulut yang sumbing yang menyebabkan menyempitnya ruang celah bagi gigi

sehingga dapat menyebabkan crossbite anterior ataupun posterior maupun

keduanya.

Beberapa penyakit juga dapat menyebabkan terjadinya crossbite seperti

artritis, akromegali, distrofi otot, hiperplasia kondilus, dan osteochondroma.5

 Faktor kebiasaan

Apabila kebiasaan mengisap jari atau ibu jari mempunyai durasi dan

intensitas yang cukup dalam akan dapat terjadi gigitan silang bukal unilateral. 3

Kebiasaan buruk seperti tidur di atas satu lengan dan kebiasaan bertopang dagu

juga dapat menjadi salah satu penyebabnya.1

 Faktor jaringan lunak

Gaya keseimbangan jaringan lunak dengan pergeseran lidah ke bawah daan

peningkatan tekanan dari pipi yang mengakibatkna kontraksi lengkung rahang

atas.3 Penyumbatan hidung kronis juga dapat menyebabkan crossbite.5 Bernapas

melalui mulut membuat lidah terdepresi dan posisi istirahat normalnya di palatum,

yang akan mengubah keseimbangan antara lidah dan pipi, dan mendorong

terjadiny penyempitan maksila.3

 Faktor Genetik

Bagaimanapun perkembangan gigi anak banyak meniru dari ayahnya

terutama pada bentuk rahang. Sehingga faktor keturunan bisa jadi salah satu

alasan terjadinya crossbite walaupun subjek nya belum banyak.6

4
 Faktor lokal

Gigi berjejal dapat menyebabkan gigi bererupsi ke dalam hubungan crossbite.

Keadaan ini terjadi pada situasi seperti insitif lateral atas yang bererupsi ke

palatal dan gigi premoral kedua yang bererupsi ke lingual terlalu dini.

GAMBARAN KLINIS CROSSBITE

Crossbite di klasifikasikan lebih dalam menjadi dua yaitu sebagai berikut :

1. Anterior Crossbite

Crossbite anterior didefinisikan sebagai maloklusi akibat posisi lingual gigi anterior

rahang atas dalam hubungannya dengan gigi anterior mandibula. Crossbite anterior pada gigi

sulung mungkin melibatkan satu atau lebih gigi anterior dan dapat dibedakan dalam crossbite

gigi, fungsional, dan skeletal. Berbagai faktor telah di jelaskan menyebabkan gigi crossbite

anterior, termasuk jalur erupsi anterior rahang atas, trauma pada gigi sulung di mana ada

perpindahan tunas gigi, keterlambatan erupsi gigi sulung, gigi supernumerary, dan panjang

lengkung yang tidak akurat.7 Posisi oklusi gigi-gigi anterior maksila lebih kearah lingual atau

palatal dari gigi anterior mandibula.8

Gambar 1. Anterior Crossbite

5
2. Posterior Crossbite

Bjork mendefinisikan crossbite posterior sebagai maloklusi di mana cusp bukal gigi

kaninus, premolar, dan molar gigi atas tersumbat secara lingual ke cucp bukal

kaninus, premolar, dan molar gigi bawah.9 Crossbites posterior juga paling sering

terjadi pada gigi sulung dan campuran. Tipe crossbite ini biasanya

menunjukkan pergeseran fungsional mandibula ke sisi crossbite . Crossbite posterior

dapat terjadi karena kelainan tulang, gigi atau fungsional. Salah satu alasan umum

pengembangan crossbite posterior adalah adanya perbedaan ukuran antara rahang

atas dan rahang bawah dimana rahang atas lebih kecil dari mandibula.

6
GAMBAR 2. POSTERIOR CROSSBITE

PERAWATAN CROSSBITE

Tujuan dan manfaat dari perawatan untuk crossbite mencakup:

1. Menghilangkan pergeseran mandibula yang dapat mengarah pada disfungsi sendi

2. Menciptakan ruang untuk menghilangkan gigi yang berjejal akibat kurangnya celah

3. Memperbaiki postur wajah dan estetika senyum dengan mengurangi lebar koridor

bukal

 Anterior crossbite

Gigitan silang anterior yang melibatkan satu atau dua gigi insisif, dapat dilakukan

penanganan dengan menggunakan pesawat lepasan atas selama tahap gigi geligi

campuran. Agar perbaikan berhasil, harus ada overbite pascaperawatan yang baik

untuk stabilitas.3 Yaitu dengan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang

menimbulkan crossbite itu sendiri.

Untuk gigi berjejal berat dan anterior crossbite dapat dilakukan perawatan dengan alat

ortodontik cekat teknik Begg untuk mengoreksi gigi yang malposisi dengan efektif .

Hasilnya adalah dapat mngoreksi inklisasi gigi-gigi rahang atas dan bawah , overjet

7
dan overbite dipertahankan, penutupan sisa ruang.8

Gambar 3. Pengoreksian anterior crossbite

 Posterior crossbite

Ada beberapa terapi yang dapat digunakan untuk memperbaiki crossbite

posterior: kawat gigi , pegas 'Z' atau pegas kantilever, quad helix , pelat yang dapat

dilepas, terapi pelurusan yang jelas, atau masker Delaire.3 Terapi yang benar harus

diputuskan oleh dokter gigi sesuai dengan jenis dan tingkat keparahan dari crossbite.

Gambar 4. Penggunaan Quad helix

PEMBAHASAN

Crossbite merupakan masalah pada gigi yang ditandai dengan malposisi nya arah

pertumbuhan gigi. Masalah ini seringkali terjadi pada anak-anak terutama karena

mereka masih dalam masa usia gigi bercampur.

Kebiasaan buruk yang dapat memberi tekanan ke arah pipi seperti menopang

dagu , tidur dengan posisi tangan satu di dekat wajah , kebiasaan menggigit bibir ,
8
menghisap jari dan memakai dot bisa menjadi penyebab terjadinya crossbite itu

sendiri. Dan bisa dengan faktor-faktor lain seperti faktor paatologis dan genetis juga

keadaan bibir sumbing yang dapat mempersempit celah gigi untuk tumbuh sehingga

menyebabkan gigi mengambil posisi yang crossbite.

Perawatan dari masalah gigi crossbite ini sangat beragam tergantung pada jenis

crossbite dan tingkat keparahan dari crossbite itu sendiri. Antara crossbite anterior dan

posterior berbeda dalam perawatannya. Pemakaian kawat gigi dengan teknik tertentu

yang menyesuaikan dengan keadaan gigi crossbite adalah salah satu nya. Yang harus

diperhatikan dari perwatan crossbite sendiri juga adalah pasca perawatannya. Dimana

pasien harus bisa menghilangkan kebiasaan buruk yang bisa mengganggu stabilitas

dari perawatan crossbite itu sendiri dengan tidak memiringkan gigi secara berlebihan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Utari TR, Abdillah N. (2012). Perawatan Crossbite Anterior pada

Masa Gigi Bercampur Menggunakan Incline Plane Lepasan :

Laporan Kasus. Jurnal Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta, 1(1) , 96-103.

2. Crossbite Anterior. (2013, May 13). Retrieved October 20, 2019,

from https://www.scribd.com/doc/141085440/Crossbite-Anterior.

3. Gill, D. (2014). Orthodontics at a glance.United Kingdom : John

Wiley & Sons Inc.

4. Singh, G. (2015). Textbook of orthodontics (2nd ed.). New Delhi:

Jaypee Brothers Medical Publishers.

5. Ülkü Z. Ersoy DDS, DMSc; Dr. Gliedman . (2004, June 8).

9
Principles of Crossbite Treatment [PowerPoint slides] . Columbia

University School of Dental and Oral Surgery.

6. George RM, D.D.S., Ann A., MICH. A Crossbite Case : Case

Report. American Board of Orthodontia, 847-850.

7. Vadiakas, G., & Viazis, A. D. (1992). Anterior crossbite

correction in the early deciduous dentition. American Journal of

Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, 102(2), 160–162. doi:

10.1016/0889-5406(92)70029-a

8. Nainggolan, H. J., Ardhana, W., & Christnawati, C. (2015).

Penggunaan Vertical Loop pada Perawatan Gigi Berjejal Parah

dan Crossbite Anterior dengan Teknik Begg. Majalah

Kedokteran Gigi Indonesia, 20(2), 231. doi:

10.22146/majkedgiind.8192

9. Bjoerk, A .; Krebs, A .; Solow, B. (1964-02-01). "Suatu Metode

untuk Pendaftaran Malocculusion Epidemiologis". Acta

Odontologica Scandinavica . 22 : 27–41. doi : 10.3109 /

00016356408993963 . ISSN 0001-6357 . PMID 14158468

10. Allen, David; Rebellato, Joe; Domba, Rose; Ceron, Ana M. (2003-

10-01). "Kontribusi kerangka dan gigi untuk crossbites

posterior" . Angle Orthodontist . 73 (5): 515–524. ISSN 0003-

3219 . PMID 14580018 .

1
0

Anda mungkin juga menyukai