Anda di halaman 1dari 30

MA

KA
LA
H
DIAGNOSIS DAN PERAWATAN ORTODONTIK
LANJUT ETIOLOGI DAN PERAWATAN VERTICAL
PROBLEM (DEEP BITE DAN OPENBITE)
\

Oleh :
drg. HJ. Rohani,Sp.Ort
NIP.19580704 199403 2 001
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya


penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul ” Diagnosis dan
Perawatan Ortodontik Lanjut Etiologi dan Perawatan Vertical Problem (Deep
Bite dan Openbite)”. Tidak sedikit hambatan yang penulis temui, tetapi berkat
izin-Nya serta bantuan berbagai pihak hambatan tersebut dapat penulis atasi..
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Bengkulu 28 Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Over Bite atau Deep Bite .....................................................................1

B. Open Bite..............................................................................................1
C. Etiologi Maloklusi III...........................................................................2
BAB II :TINJAUAN PUSTAKA.................................................................3

A. Etiologi dan perawatan deep bite .....................................................3

B. Perawtan deep bite ..............................................................................5


C. macam-macam perawatan deep bite ......................................................6
D. ETIOLOGI PERAWATAN DEEP BITE.............................................13
E. PERAWATAN OPEN BITE................................................................16
BAB III: PEMBAHASAN.............................................................................21

BAB IV : KESIMPULAN................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Over Bite atau Deep Bite


Salah satu kelainan yang sering dijumpai pada kasus-kasus
maloklusi adalah kelainan dalam arah vertikal wajah. Pengalaman-
pengalaman dari para ahli menunjukkan bahwa perawatan maloklusi
dengan ketidakseimbangan muka dalam arah vertikal pada umumnya
lebih sulit bila dibandingkan dengan kelainan dalam arah
anteroposterior. Kelainan dalam arah vertikal dapat terlihat sebagai
memendeknya tinggi wajah bawah, yang ditandai dengan gigitan dalam
atau deep bite dan memanjangnya tinggi wajah bawah, yang ditandai
dengan gigitan terbuka atau open bite (Siregar, 1995).
Deep over bite atau deep bite merupakan suatu kondisi overbite
yang berlebihan, dimana pengukuran vertikal antara tepi incisal gigi
insisivus maksila dan mandibula lebih dari normal ketika mandibula
dibawa ke dalam oklusi sentrik maupun habitual (Grabber,
1972). Deep bite (overbite ≥ 5 mm) sering ditemukaan sedikitnya 20%
anak-anak dan 13% dewasa yang mewakili sekitar 95,2% masalah
oklusi vertikal. Beberapa komponen gigi dan skeletal berkontribusi
terhadap perkembangan deep bite, dan hal tersebut
menyebabkan dalamnya curve of spee dan turunnya sudut gonion
(Dawlatly, Fayed dan Mostafa, 2017). Deep overbite dapat terjadi
karena beberapa kemungkinan antara lain supraklusi gigi anterior,
infraklusi gigi posterior atau kombinasi keduanya (Nasution,
2008). Koreksi terhadap deep overbite ditentukan berdasarkan
penyebabnya. Terdapat tiga prinsip dalam mengoreksi deep overbite
yaitu dengan ekstrusi gigi posterior, flaring gigi anterior dan intrusi gigi
anterior (Nanda, 2005).

1
B. OPEN BITE
Open bite merupakan maloklusi yang terjadi dalam
bidang vertikal yang dikarakteristikkan dengan kurangnya overlap
vertikal antara gigi maksila dan mandibula. Open bite dapat terjadi baik
pada segmen anterior maupun posterior yang disebut sebagai open bite
anterior dan open bite posterior. Diagnosis, perawatan dan keberhasilan
retensi dalam merawat open bite menjadi tantangan terhadap teknik
dan ketrampilan klinisi. Beberapa faktor etiologi yang potensial
terhadap terjadinya open bite meliputi faktor herediter, gangguan
pola pertumbuhan, kebiasaan buruk menghisap jari, fungsi otot lidah
dan orofasial yang abnormal, interaksi komponen orofasial
dan skeletal, ketidakseimbangan antara postur rahang, gaya atau
tekanan oklusi dan posisi kepala. Para klinisi perlu memahami
etiologi dan proses perkembangan open bite agar dapat
memberikan managemen perawatan yang tepat (Mandava dan Kumar,
2009). Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan
penyebab terjadinya deep bite dan openbite, serta bagaimana perawatan
yang tepat untuk mengoreksi masalah oklusi vertikal deep bite dan
open bite, sehingga nantinya dapat membantu dalam
penatalaksanaan kasus malrelasi deep overbite dengan tepat

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Etiologi dan Perawatan Deep Bite


1. Etiologi
Menurut Baratam dan Sreedhar (2009), etiologi deep
bite merupakan masalah yang kompleks dan dapat
melibatkan satu atau lebih etiologi dibawah ini:
1. Keturunan
- Mengikuti pola genetik atau kondisi keluarga
2. Skeletal
a. Pertumbuhan berlebih ataupun kurang dari satu
atau lebih segmen alveolar
b. Pertumbuhan berlebih dari ramus dan basis
kranium posterior yang menyebabkan mandibula
berotasi ke atas (berlawanan arah jarum jam).
Karakteristik yang sering dijumpai yaitu ramus
yang panjang dan korpus mandibula pendek dengan
penurunan sudut gonion
c. Basis rahang atas dan bawah konvergen
d. Pola pertumbuhan horisontal atau rotasi ke depan atas
(berlawanan arah jarum jam) dari rahang bawah
e. Keempat bidang wajah (Frankfurt Horizontal,
palatal, oklusal dan mandibula) yang terlihat pada
sefalogram lateral tampak horisontal dan sedikit
pararel
3. Dental
a. Hilangnya atau mesial tipping gigi posterior atau
dengan kata lain yaitu turunnya tinggi wajah posterior
b. Premature loss dan lingual collapse gigi anterior

3
c. Overerupsi gigi insisivus, infraoklusi segmen
bukal atau kombinasi d. Kelainan morfologi gigi
e. Penyakit periodontal
4. Muskular
- Muskulus yang terletak pada bidang vertikal
posterior (masseter, pterigoideus internus dan
temporal) terlalu kuat dan terikat pada anterior
mandibula dan meregang pada garis vertikal,
menyebabkan gigi geraham secara langsung mendapat
tekanan dari muskulus. Ketika untaian posterior
vertikal dari muskulus terlalu kuat dan terletak di
anterior, aksi depresif yang besar akan ditransmisikan
ke gigi-geligi.
5. Kebiasaan buruk
a. Lateral Tongue
thrust swallow b.
Finger sucking
c. Lip sucking

Gambar 1. Skeletal deep bite karena basis rahang bergerak ke


depan satu sama lain (konvergen). Tinggi wajah
anterior bawah pendek (Baratam dan Sreedhar,
2009)

4
Gambar 2. Dental deep bite akibat dari overerupsi gigi
anterior atau under erupsi gigi molar. True deep
bite disebabkan karena infraoklusi posterior,
sedangkan pseudo deep bite disebabkan
karena supraerupsi gigi posterior (Baratam dan
Sreedhar, 2009).

5
- Gigitan yang dalam akibat gigi posterior drifting
ke mesial selama migrasi patologis
f. Pengurangan jumlah dan ukuran gigi yang
menyebabkan lengkung gigi kurang resisten mealwan
penutupan rahang

Gambar 3. Pada kasus dimana sudut yang terbentuk kecil,


dua bidang akan
bertemu pada regio oksipital. Jika sudut yang
terbentuk sangat kecil, dua bidang akan pararel
satu sama lain. Kecilnya sudut FMA disebabkan
gerakan ke depan atau anticlockwise
rotation mandibula. Pada kasus tersebut akan
didapatkan tinggi wajah yang rendah sehingga ada
kecendurungan terjadinya deep bite. (Baratam dan
Sreedhar, 2009)
B. Perawatan Deep Bite
Deep bite dapat dikoreksi dengan intrusi gigi anterior atau
ekstrusi gigi posterior. Klinisi harus dapat memutuskan kedua
modalitas tersebut sesuai dengan indikasi pasien. Terdapat beberapa
faktor yang dapat digunakan untuk membantu memutuskan kedua
modalitas tersebut antara lain (Bhalajhi, 2004):
1. Lip relationship

6
Pasien dengan deep bite yang menunjukkan bibir
atas yang pendek atau gummy smile harus dirawat
dengan intrusi gigi anterior. Pada pasien yang
menunjukkan bibir atas normal yaitu 2-3 mm incisal
gigi maksila terekspos, idealnya dirawat dengan ekstrusi
gigi molar.
2. Vertical facial relationship
Ekstrusi satu atau lebih gigi posterior dapat
menyebabkan rotasi mandibula ke bawah dan belakang,
sehingga dapat meningkatkan tinggi anterior wajah.
Kondisi tersebut menguntungkan bila perawatan
dilakukan pada kasus deep bite skeletal dengan
pertumbuhan horisontal yang berlebihan dan rotasi ke
atas dari mandibula
3. Interocclusal space
Rata-rata jarak interoklusal pada regio premolar
adalah 2-4 mm. Peningkatan jarak interoklusal
mengindikasikan adanya gigi molar yang belum erupsi
sempurna. Pada kasus tersebut, maka deep bite dapat
dirawat
dengan ekstrusi gigi posterior. Klinisi tidak dianjurkan
mengurangi jarak interoklusal karena dapat menyebabkan
kelelahan otot-otot mastikasi yang mengakibatkan
perenggangan otot dan predisposisi relaps. Pada
pasien dengan jarak interoklusal normal maka indikasi
perawatan dengan intrusi gigi anterior lebih disarankan
daripada ekstrusi molar.
C. Macam Perawatan deep bite meliputi:
a. Removable Appliance

7
Anterior bite plane merupakan alat ortodontik lepasan yang
sering digunakan untuk koreksi deep bite. Plat akrilik diletakkan
di belakang gigi insisivus atas, dan ketika pasien dalam
keadaan oklusi, gigi insisivus mandibula akan berkontak
dengan bite plane sehingga mengijinkan gigi posterior untuk
erupsi. Tinggi bite plane harus cukup untuk memisahkan kontak
oklusi pada segmen posterior yaitu sekitar 1.5-2 mm (Bhalajhi,

Gambar 4. Anterior bite plane dengan


ketebalan akrilik 1.5-2 mm
(Baratam dan Sreedhar, 20

b. Myofunctional Appliance
Kasus deep bite yang didiagnosis karena infraoklusi
gigi molar dapat dirawat dengan aktivator dan dilakukan
trimming untuk mengekstrusi gigi molar. Ketebalan
interoklusal akrilik dikurangi secara bertahap agar gigi

8
posterior erupsi. Bionator juga dapat digunakan untuk
koreksi deep bite
(Bhalajhi, 2004).

a
b
Gambar 5. (a) intrusi anterior (b) trimming untuk
ekstrusi gigi posterior
c. Headgear
Ketika deep bite sangat dalam akibat over erupsi gigi
anterior maksila, high pull headgear dapat diletakkan
pada arch wire segmen anterior dengan tujuan untuk
intrusi gigi anterior. Sedangkan cervical headgear
dengan gaya vektor ke bawah dapat meningkatkan
tinggi wajah bawah melalui ekstrusi gigi molar (Baratam
dan Sreedhar, 2009).
d. Fixed Appliance Therapy
Alat ortodontik cekat dapat digunakan untuk
intrusi gigi anterior maupun ekstrusi molar.
Perawatan ini juga dapat memberikan efek skeletal.
Alat ini digunakan untuk koreksi deep bite dengan
instrusi lengkung gigi dan basal.
Anchorage bend
Anchor bend yang dibentuk di mesial molar tube
sehingga arch wire segmen anterior terletak di
gingival terhadap slot braket. Dengan demikian,

9
ketika arch wire ditarik ke oklusal dan dimasukkan
dalam slot braket, akan dihasilkan gaya intrusi ke arah
gingival pada gigi insisvus. Instrusi gigi anterior
dengan teknik ini harus menggunakan kekuatan
ringan. Kekuatan arch wire yang berlebihan
akan menyebabkan kecenderungan ekstrusi gigi
molar lebih besar. Kekuatan yang

direkomendasikan untuk intrusi gigi insisivus mandibula


yaitu 12.5 g per gigi dan untuk gigi insisivus maksila
sebesar 15-20 g per gigi. Gaya reaksi ekstrusi dari gigi
molar dicegah melalui oklusi interdigitasi atau pada
kasus yang ekstrim dapat ditambahkan posterior
bite plane dengan ketebalan yang minimum (Baratam
dan Sreedhar, 2009).

Gambar 6. Anchorage bend untuk prosedur bite


opening
Archwire with
reverse curve of Spee
Arch wire yang dibentuk kurva dengan arah yang
berlawanan dengan curve of Spee dapat digunakan
untuk mengintrusi gigi anterior bawah. Ketika arch
wire dimasukkan ke molar tube, akan terbentuk kurva ke

10
arah gingiva pada segmen anterior. Arch wire
segmen anterior tersebut kemudian didorong ke
oklusal untuk masuk kedalam slot braket sehingga
mengahasilkan gaya intrusi pada gigi insisivus.
Reverse curve of Spee pada rahang bawah berperan
untuk gerakan tipping gigi molar ke distal dan insisivus
ke labial. Karena gigi insisivus flaring ke labial,
perubahan angular tersebut berkontribusi untuk koreksi
overbite jika kawat dipasang pada periode yang cukup
lama. Selain itu, pertumbuhan vertikal wajah dan
ekstrusi gigi premolar bawah akan terjadi (Baratam dan
Sreedhar, 2009).

Gambar 7. Reverse curve of Spee

Utility arch
Utility arch adalah arch wire yang dibengkokkan
dengan melakukan bypass pada segmen bukal
kemudian dimasukkan pada slot braket anterior.
Teknik ini dapat digunakan untuk menggerakkan
beberapa gigi termasuk intrusi insisivus, protraksi
maupun retraksi insisivus. Arch wire ini diaktifkan
dengan membuat V bend pada segmen bukal agar
dihasilkan gaya intrusi anterior (Baratam dan Sreedhar,
2009).

11
Gambar 8. Utility arch dengan bypass segmen bukal

Ekstrusi Gigi Posterior


Ekstrusi gigi posterior dapat dilakukan
dengan menggunakan reverse curve of
spee kawat bulat diameter 0.016 inch.
Kerugian menggunakan kawat bulat yaitu
terjadinya perubahan yang tidak
diharapkan pada inklinasi aksial gigi
posterior dan flaring gigi anterior. Selain
reverse curve of spee, ekstrusi gigi
posterior dapat menggunakan elastik
intermaksila yang dikombinasikan saat
pemakaian anchorage bend maksila
dan mandibula sehingga menyebabkan
over erupsi
gigi molar bawah dan membantu mengoreksi dental deep
bite (Baratam dan Sreedhar, 2009).

12
kemudian dipakai semalaman tiap hari sampai akhirnya
selama 24 jam tiap hari kecuali pada saat makan.

Gambar 15. Frankle Regulator tipe IV (Erbay, Ugur dan


Ulgen, 1995)
c. Orthodontic Therapy
Open bite yang ringan hingga moderat dapat
dirawat menggunakan fixed mechano-therapy yang
dikombinasikan dengan box elastik. Elastik ini
direnggangkan diantara gigi anterior maksila dan
mandibula, sehingga memberikan efek ekstrusi segmen
anterior (Bhalajhi, 2004).
Multiloop Edgewise Archwire Appliance (MEAW)
MEAW dibuat dengan menggunakan arch wire SS
0.016 X 0.022 dengan loop berbentuk L (L-Loop) di
interdental mulai dari distal gigi insisivus kedua hingga
molar. Kim menganjurkan pencabutan molar kedua atau
ketiga untuk mengurangi hambatan dan menciptakan
ruang untuk menegakkan segmen posterior. MEAW pada
maksila berbentuk kurva Spee dalam, sedangkan pada
mandibula berbentuk kurva Spee terbalik. Bentuk kawat
seperti ini akan memberikan efek intrusi pada insisivus
sehingga perlu dikompensasi dengan pemberian elastik

13
vertikal di anterior yang diletakkan pada lup di mesial
gigi kaninus atas dan bawah dengan ukuran
3/16 inchi dan gaya 4 oz (Zen, 2014).
Gambar 9. Pemakaian elastik klas II
Implan yang digunakan berupa Temporary Anchoring
Devices (TADs) untuk mengintrusi gigi insisivus maksila.
TADs digunakan bersamaan dengan alat ortodontik cekat
(Baratam dan Sreedhar, 2009).
e. Bedah Ortognatik
Pada pasien dewasa dengan deep overbite yang
berlebihan disertai garis senyum yang tinggi (gummy smile)
dan penurunan tinggi vertikal wajah maka diperlukan koreksi
ortognatik.
Maxillary Surgery
Maksila dapat dipindahkan ke atas dengan bedah Le
Fort I. Reposisi maksila secara bedah pada arah superior
dapat dilakukan dengan complete maxillary osteotomy.
Pada kasus pertumbuhan vertikal maksila yang
berlebihan, teknik ini dapat digunakan untuk koreksi deep
bite.
Mandibular Surgery
Pasien dengan wajah yang pendek (skeletal deep bite)

ditandai dengan ramus yang panjang, sudut gonion 90o


(square) dan jarak hidung dagu pendek, dapat dirawat
dengan prosedur bedah pada ramus mandibula
sehingga mandibula dapat bergerak ke bawah hanya pada
bagian dagu, meningkatkan mandibular angle. Metode yang
tepat yaitu sagital split mandibular ramus surgery untuk
merotasi mandibula sedikit ke depan dan bawah, serta

14
sudut gonion lebih besar. Pada kasus deep bite pada
alveolar anterior mandibula
dapat dikoreksi dengan subapical osteotomy (Baratam dan
Sreedhar, 2009).

Gambar 10. Bedah ortognatik untuk koreksi deep bite


f. Retensi

Koreksi deep overbite pada maloklusi klas I dan II selalu


memerlukan retensi pada bidang vertikal. Jika gigi
anterior ditekan untuk mengoreksi overbite, maka
diperlukan tambahan bite plane anterior pada retainer
rahang atas. Retainer digunakan pada 4 hingga 6 bulan
pertama.
D. Etiologi dan Perawatan Open Bite

15
1. Etiologi
Open bite adalah maloklusi yang terjadi pada bidang vertikal,
yang dikarakteristikkan dengan kurangnya vertikal overlap antara
gigi maksila dan mandibula. Open bite yang terjadi pada regio
anterior disebut open bite anterior, sedangkan open bite yang
terjadi di regio posterior disebut open bite posterior (Mandava dan
Kumar, 2009).
a. Open bite Anterior

lain:
Faktor keturunan seperti peningkatan ukuran lidah, ukuran
skeletal dan pola pertumbuhan yang abnormal dari maksila dan
mandibula menyebabkan terjdinya maloklusi open bite.
2. Kebiasaan buruk

- Prolonged thumb sucking

- Tongue thrusting

3. Skeletal

3.1 Overgrowth atau undergrowth satu atau lebih segmen alveolar.

Pada anterior open bite disebabkan karena undergrowth pada


segmen anterior dengan pertumbuhan berlebih pada alveolar
regio posterior. Pada open bite posterior disebabkan karena
undergrowth alveolar regio posterior.
3.2 Peningkatan tinggi wajah anterior dan penurunan tinggi
wajah posterior. Tinggi wajah posterior (Sella-Gonion) dan tinggi

16
wajah anterior (Nasion-Menton) diukur pada sefalogram lateral
dengan gigi pada posisi oklusi habitual untuk memperkirakan
arah pertumbuhan atas rekomendasi Jarabak (1972). Rasio kurang
dari
62% menunjukkan pola pertumbuhan vertikal dengan open bite
anterior lebih dari 65% kecenderungan adanya deep bite.
3.3 Pola pertumbuhan vertikal atau rotasi ke belakang (clock wise
rotation) mandibula
3.4 Anticlockwise rotation maksila

3.5 Basis rahang divergen

3.6 Ramus yang panjang dengan korpus mandibula panjang atau


pendek dan peningkatan sudut gonion (artikularis-gonion-
menton)
4. Dental

1. Open bite skeletal


Open bite terjadai hanya karena keterlibatan dental dan alveolar yang
didominasi oleh faktor lingkungan seperti kebiasaan menghisap ibu
jari atau benda, bernafas melalui mulut (BLM) dan mendorong
lidah. Beberapa faktor lokal seperti ankilosis gigi dan gangguan
erupsi karena overerupsi gigi posterior dan under erupsi gigi anterior
serta kerusakan jaringan periodontal regio anterior yang
menyebabkan gigi anterior flaring ke depan.
Evaluasi sefalometri mandibular plane-palatal plane angle
untuk menentukan penyebab open bite. Pada oklusi normal,
pengukuran sudut ini ada 30o, dan hasil bisecting bidang oklusal
selalu seimbang. (a) Posisi gigi molar normal dengan under erupsi

17
gigi insisivus. (b) Over erupsi gigi molar maksila. (c) Overerupsi
gigi molar mandibula.
Gambar 14. Bidang fasial yang divergen pada kasus open bite
skeletal

b. Open bite Posterior


Open bite posterior merupakan kondisi yang ditandai oleh
kurangnya kontak antara gigi posterior ketika gigi dalam oklusi
sentrik. Menurut Mandava dan Kumar (2009), etiologi open bite
posterior antara lain
1. Gangguan mekanis saat erupsi yang disebabkan oleh
ankilosis gigi dengan tulang alveolar yang terjadi secara spontan
atau Karen trauma. Contohnya seperti adanya sumbatan gigi
sebelum erupsi (adanya gigi supernumerary) dan tidak terjadinya
resorbsi akar gigi desidui atau tulang alveolar. Ketika gigi mulai
erupsi, adanya tekanan dari jaringan lunak diantara gigi (pipi, lidang,
jari) dapat menghambat erupsi gigi selanjutnya. Ankilosis gigi
biasanya terjadi pada gigi molar kedua desidui.
2. Kegagalan mekanis saat erupsi (Failure of the eruptive
mechanism) yang disebabkan karena gangguan mekanis gigi itu
sendiri yang ditemukan pada pasien yang tidak memiliki kelainan.
Kondisi tersebut tidak akan merespon terhadap perawatan
ortondontik.
E. Perawatan Open Bite

a. Eliminasi Kebiasaan Buruk


Open bite yang didiagnosis akibat kebiasaan buruk seperti
thumb sucking atau tongue thrusting memerlukan perawatan

18
interseptif berupa passive habit breaking appliance. Alat ini
dapat berupa lepasan ataupun cekat (Bhalajhi, 2004).
b. Myofunctional Therapy
Open bite skeletal dapat dirawat pada masa pertumbuhan
menggunakan alat fungsional berupa Frankel Regulator tipe IV atau
dengan aktivator. Alat ini menggunakan bite block yang terletak di
oklusal gigi posterior sehingga memberikan efek intrusi pada gigi
posterior maksila dan mandibula. Pasien yang menunjukkan adanya
rotasi mandibula ke bawah dan belakang dengan peningkatan
pertumbuhan vertikal, dapat dikombinasikan menggunakan
vertical pull headgear dan chin cup (Bhalajhi, 2004). Frankle
Regulator Type IV (FR-IV)
Alat ini terdiri atas akrilik dengan kerangka dari kawat,
didesain untuk mengurangi gerakan gigi yang tidak diinginkan
dan mengatur otot yang terletak dekat dengan gigi dan
menempatkan rahang dalam letak yang dikehendaki. Sayap
akrilik lingual menempatkan mandibula ke depan sedangkan
bantalan akrilik di labial dan sayap akrilik yang lebar di bukal
(buccal shield) menahan tekanan dari bibir dan pipi. Pemakaian
piranti Frankel dimulai bertahap 2-3 jam tiap hari pada minggu-
minggu pertama,

19
Gambar 16. MEAW kombinasi dengan High Pull chincup untuk
koreksi open bite (Ribeiro dkk., 2010)

d. Surgical Correction
Open bite skeletal pada pasien dewasa perawatan
yang terbaik yaitu dengan prosedur bedah yang
melibatkan maksila dan mandibula. Prosedur bedah yang
dilakukan yaitu membawa maksila ke bawah (step
down of maxilla) dan mengangkat mandibula (step up of
mandible) (Mandava dan Kumar, 2009).
Gambar 17. (1) Reposisi posterior maksila. (2) Hasil
pembedahan maksila berotasi ke depan bawah.
(3) Rotasi mandibula ke atas (4) dan ke depan
open bite terkoreksi.

Open Bite Posterior


Tujuan utama perawatan yaitu dengan
menghilangkan penyebabnya. Lateral tongue spikes
merupakan perawatan yang efektif yang bertujuan untuk
kontrol kebiasaan buruk lateral tongue thrust. Ketika
kebiasaan buruk tersebut dihambat, secara spontan open bite
posterior dapat terkoreksi. Dengan alat ini, gigi posterior
mengalami ekstrusi. Pada kasus open bite posterior
akibat infraoklusi gigi ankilosis, perawatan terbaik yang
dapat dilakukan yaitu pembuatan mahkota gigi posterior
untuk mendapatkan oklusi yang normal (Mandava dan
Kumar, 2009).

Gambar 18. Lateral tongue spikes


Retensi
Adanya faktor etiologi yang persisten menjadi
penyebab utama relapnya perawatan open bite. Faktor
kedua, pertumbuhan lanjut pada regio molar menjadi
alasan lain terjadinya relaps. Penggunaan aktivator tipe open
bite atau bionator dengan posterior bite block diindikasikan
untuk pemakaian retensi jangka panjang (Mandava dan
Kumar, 2009)

BAB III
PEMBAHASAN

Deskrpansi vertikal menyebabkan masalah pada overbite.


Beberapa komponen skeletal dan dental dianggap berkontribusi
terjadinya deep bite dan open bite. Diskrepansi pada kedalaman curve
of spee, diskrepansi inklinasi dan erupsi gigi, kebiasaan buruk
menjadi faktor penyebab utama terjadinya maloklusi deep bite
dan open bite dari komponen dental. Pada komponen skeletal,
mandibula berperan penting terhadap terjadinya maloklusi bidang
vertikal. Pada penelitian Dawlatly, Fayed dan Mostofa (2017)
menyebutkan bahwa komponen skeletal memiliki pengaruh signifikan
pada etiologi open bite, sedangkan diskrepansi dental lebih
berpengaruh terhadap perkembangan deep bite. Selain itu, inklinasi
gigi insisivus sangat berkontribusi terjadinya open bite dan over erupsi
gigi insisivus menjadi faktor utama penyebab deep bite.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan ketika akan
merawat deepbite diantaranya, hubungan Bibir, hubungan vertikal
wajah, hubungan jarak interoklusal. Alat ortodontik lepasan dengan
bite plane anterior umum digunakan pada perawatan deepbite bertujuan
mencegah kontak oklusal gigi posterior sehingga gigi tersebut dapat
elongasi dan gigi anterior rahang bawah dapat intrusi. Tinggi bite plane
anterior sebaiknya cukup untuk memisahkan gigi posterior maksila
dan mandibula sekitae 1,5-2 mm. Selain itu dapat digunakan
peninggi gigitan dengan dataran gigitan berbentuk bidang miring
pada permukaan palatinal gigi anterior maksila, atau membuat sudut
dengan bidang oklusal. Pada peninggi gigitan anterior bidang
kemiringan dapat disesuaikan berdasarkan kasus yang ada. Sehingga
dapat digunakan hampir pada semua kasus deepbite.
Maloklusi vertikal berkembang akibat interaksi beberapa
faktor etiologi yang berbeda selama periode pertumbuhan. Faktor
ini meliputi pertumbuhan maksila dan mandibula, fungsi bibir dan
lidah, perkembangan dentoalveolar beserta erupsi gigi. Namun salah
satu faktor terpenting dalam perkembangan open bite adalah pola
pertumbuhan mandibula. Open bite dapat terjadi dan berkembang
akibat pola pertumbuhan mandibula yang lebih ke posterior dan
menyebabkan rotasi mandibula. Sejauh mana pola pertumbuhan
ini mempengaruhi terjadinya open bite, tergantung pada ada atau
tidaknya kompensasi dentoalveolar dalam arah vertikal. Artinya jika
pertumbuhan dentoalveolar besar yaitu erupsi gigi dalam rahang
berlebihan terutama regio posterior, maka kompensasi dentoalveolar
tidak akan menutupi kelainan skeletal yang menyebabkan open bite
(Zen, 2014).

Open Bite Anterior


Open bite yang disebabkan oleh adanya kebiasaan buruk perlu
dilakukan terapi untuk mengeliminasi etiologi tersebut sebelum
dilakukan intervensi perawatan ortodontik. Terapi bicara, latihan lidah
dan alat ortodontik seperti tongue crib dapat digunakan untuk
menghilangkan kebiasaan buruk. Perawatan open bite skeletal sangat
berkaitan dengan usia pasien, sehingga perawatan pasien yang masih
dalam masa pertumbuhan ditujukan untuk modifikasi pertumbuhan
arah vertikal melalui kontrol vertikal molar (Zen, 2014). Menurut
Alexander (2000), penggunaan high pull headgear ditujukan untuk
koreksi open bite dengan jalan mengintrusi gigi molar atas
sehingga memungkinkan autorotasi mandibula berlawanan arah jarum
jam dengan penggunaan minimal 10 jam per hari. Cara lain untuk
mengintrusi gigi molar yaitu dengan menggunakan bite block
yang dikombinasikan dengan alat fungsional sehingga erupsi gigi
posterior dan pertumbuhan arah vertikal dapat dihambat. Dengan
menghambat erupsi gigi posterior maka pertumbuhan mandibula
dapat mengarah lebih ke anterior.
Lingkungan sekitar gigi dan tulang alveolar, termasuk gaya dan
tekanan yang ada di sekelilingnya, juga fungsi muskular, semuanya
menentukan posisi gigi. Semakin besar pengaruh faktor lingkungan
sebagai etiologi maloklusi vertikal semakin baik prognosis hasil
perawatannya jika faktor tersebut dapat dihilangkan
BAB IV

KESIMPULAN

Keberhasilan perawatan diskrepansi vertikal baik deep bite


maupun open bite memerlukan analisis yang tepat mengenai faktor
yang berkontribusi terhadap masalah. Selama membuat rencana
perawtan perlu mempertimbangkan jaringan lunak, pola skeletal,
stabitas, bidang oklusal, jarak interoklusal, waktu perawatan dan usia
pasien. Perawatan diskrepansi arah vertikal secara dini melalui
modifikasi pertumbuhan, mengeliminasi faktor etiologi, pemilihan
metode yang tepat pada pasien dewasa dan kepatuhan pasien selama
perawatan akan menunjang keberhasilan dan stabilitas hasil perawatan.
DAFTAR
PUSTAK
A

Alexander RG., 2000, The Role of Occlusal Forces in Openbite


Treatment, J Clin
Orthod, 34: 23-29.

Baratam S. dan Sreedhar C., 2009, Deep overbite – A review (Deep


bite, Deep overbite, Excessive overbite), Annal and Essences
of Dentistry, Vol. 1, Issue 1, Juli- September: 8-25.

Bhalajhi SI., 2004, Orthodontics The Art and Science, New


Delhi: Arya (Medi) Publishing House, hal.: 433-438.
Dawlatly M.M., Fayed M.M.S., dan Mostafa YA., 2017, Open
bite and Deep Bite Malocclusion: A Comparative
Analysis of the Vertical Problems, Acta Scientific
Dental Sciences, Vol. (1.7): 06-13.

Erbay EE, Ugur T, Ulgen M., 1995, The effects of Frankel’s function
regulator (FR-4) therapy on the treatment of Angle Class I
skeletal anterior open bite malocclusion, Am J Ortho Dentofac
Orthop, Vol. 108: 9-21.

Grabber TM., 1972, Orthodontics Principle and Practice, 3rd ed.,


Philadelphia: W.R.
Saunders Company.

Mandava P. dan Kumar A., 2009, Management of Open Bite, Annals


and Essences of Dentistry, Vol. 1., Issue 2, Oktober-Desember: 24-31.

Nanda, R., Kuhlberg, A., 2005, Biomehanics and Esthetic


Strategies in Clinical
Orthodontics, Elsivier Saunders, St. Louis, Missouri.

Nasution S.R., 2008, Deep overbite dan cara Penanggulangannya,


www.usulibrary.ac.id diunduh tanggal 16/03/2018.

Ribeiro dkk., 2010, Multiloop Edgewise Archwire in the Treatment of


a Patient with an Anterior Open Bite and a Long Face,
American Journal of Orthodontics and Dentofacial
Orthopedics, Vol. 138 (1): 89-95.
Siregar E., 1995, Perawatan Maloklusi Anterior Open Bite
(Laporan Kasus), Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (JDUI), Vol. II, No.
Khusus 2: 18-30.

Zen Y., 2014, Perawatan Gigitan Terbuka Anterior, Majalah


Kedokteran Gigi, Vol.
21(1):

Anda mungkin juga menyukai