DISUSUN OLEH
Agung Tri Prakoso
Irsan Kurniawan
Tichvy Tammama
1
IMPAKSI GIGI MOLAR TIGA BAWAH
PENDAHULUAN
Gigi impaksi dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan gigi yang dalam
pertumbuhannya terhalang oleh gigi atau tulang disekitarnya, baik secara keseluruhan
atau sebagian. Impaksi yang paling sering ditemukan adalah impaksi gigi molar ketiga
bawah. Gigi molar ketiga adalah gigi yang paling terakhir berkembang dan biasanya
tidak terdapat cukup ruang untuk erupsiya di dalam lengkung rahang.
Jika gigi molar ketiga tidak erupsi seluruhnya dan terletak di bawah gingiva,
molar tiga tersebut biasanya dibiarkan saja, tetapi bila sebagian melewati permukaan
dapat menyebabkan infeksi yang dapat masuk ke gingiva (pericoronitis) dan juga molar
tiga tersebut dapat rusak atau menyebabkan kerusakan pada gigi molar kedua. Hal ini
adalah salah satu alasan untuk mengambil gigi impaksi tersebut. Komplikasi yang lebih
parah dapat berupa flegmon dasar mulut.
ETIOLOGI
Terdapat beberapa faktor etiologi dari gigi impaksi yaitu:
1. Faktor lokal
a. Kurangnya ruangan untuk erupsi normal pada lingkungan gigi;
b. Trauma pada benih gigi sehingga benih gigi terdorong lebih dalam lagi;
c. Posisi gigi yang ektopik;
d. Jarak benih gigi ke tempat erupsi jauh;
e. Infeksi pada benih gigi;
f. Adanya gigi berlebih yang erupsi lebih dulu;
g. Ankylosis gigi pada tulang rahang;
h. Persistensi gigi sulung yang menyebabkan impaksi gigi tetap di bawahnya;
i. Mukosa gingiva yang tebal sehingga sulit di tembus oleh gigi;
j. Pergerakan erupsi tertahan karena posisi yang salah dan tekanan dari gigi
samping;
k. Neoplasma / tumor yang menggeser kedudukan benih gigi;
2
l. Kista dentigerous yang berkembang pada benih gigi yang masih dalam tahap
pembentukan sering kali mencegah gigi erupsi.
2. Faktor sistemik
Menurut Bergee, faktor sistemik yang menyebabkan gigi impaksi dapat terbagi
dalam 2 sebab :
a. Sebab prenatal (herediter)
Faktor keturunan memegang peranan penting. Faktor keturunan ini tidak dapat
diketahui dengan pasti apakah tulang rahang terlalu kecil, gigi teralu besar atau benih
gigi-gigi yang letaknya abnormal.
b. Sebab postnatal
1. Kelainan kelenjar endokrin
a. Hipopituitari mengakibatkan kelambatan erupsi
b. Hipotiroid mengakibatkan kelambatan erupsi
2. Malnutrisi
Faktor ini sangat penting dalam pertumbuhan tubuh. Bila terjadi defisiensi maka
pertumbuhan akan terganggu.
Disamping faktor-faktor yang disebutkan diatas, stimulasi otot-otot pengunyahan
yang kurang juga dapat menyebabkan impaksi. Erupsi gigi yang normal harus disertai
dengan pertumbuhan rahang yang normal. Untuk itu perlu adanya stimulasi otot-otot
pengunyahan.
DIAGNOSIS
Hal-hal yang perlu diperhatian dalam membuat diagnosis yang tepat pada impaksi
adalah:
1. Pembuatan dental foto yang baik
Hal ini sangat membantu kita dalam menentukan diagnosa yang tepat.
Interpretasi rontgen foto dapat terlihat :
a. Posisi gigi impaksi
b. Jarak dari gigi impaksi ke tempat erupsi
c. Relasi gigi impaksi dengan gigi tetangga
3
d. Ciri-ciri kepadatan tulang yang mengelilinginya
e. Adanya kista atau akar yang bengkok
KLASIFIKASI
Klasifikasi gigi impaksi sangat penting untuk setiap operator yang akan
melakukan operasi pengambilan gigi impaksi (odontektomi). Dengan demikian dapat
ditentukan rencana teknik operasi, kesulitan-kesulitan apa yang akan dihadapi dan alat
yang dipergunakan.
Klasifikasi menurut Pell Gregory
1. Relasi M3 rahang bawah terhadap ramus mandibula dan rahang bawah
Kelas I : Ruangan antara bagian anterior ramus asenden dan permukaan distal
molar kedua rahang bawah cukup untuk mengakomodasi diameter mesio-distal
mahkota molar ketiga rahang bawah.
Kelas II: Ruangan antara bagian anterior ramus asenden dan permukaan distal
molar kedua rahang bawah kurang dari diameter mesiodistal mahkota molar
ketiga rahang bawah (bagian gigi terletak di dalam ramus).
Kelas III: Seluruh bagian molar ketiga rahang bawah terletak di dalam ramus
asenden mandibula.
2. Posisi M3 rahang bawah di dalam tulang rahang (Fragiskos, 2007; Peterson, 2004)
Kelas/ Posisi A: permukaan oklusal gigi yang impaksi (molar ketiga rahang
bawah) pada ketinggian yang sama, atau sedikit dibawah molar kedua rahang
bawah (Gambar 1.a)
Kelas/ Posisi B: permukaan oklusal gigi yang impaksi (molar ketiga rahang
bawah) pada tengah-tengah molar kedua atau pada ketinggian yang sama dengan
garis servikal molar kedua rahang bawah (Gambar 1.a).
4
Kelas/ Posisi C: permukaan oklusal gigi yang impaksi (molar ketiga rahang
bawah) dibawah garis servikal molar kedua rahang bawah (Gambar 1.a)
A
B
C
A B C
2 3
1
Gambar 1. Klasifikasi Impaksi Molar Ketiga Mandibula Berdasarkan Pell dan Gregory (1933): a
Berdasarkan Kedalaman Impaksi dan Proksimitas terhadap Molar Kedua; b Posisinya Berdasarkan Jarak
antara Molar Kedua terhadap Anterior Border Ramus Mandibula (Fonseca,2007).
3. Relasi dari sumbu panjang gigi M3 rahang bawah dalam hubungan dengan poros
panjang M2 rahang bawah
Kelas 1 : vertikal
Kelas 2 : horisontal
Kelas 3 : disto-angular
Kelas 4 : buko-agular
Kelas 5 : linguo-angular
Kelas 6 : mesio-angular
Kelas 7 : inverted
Gambar 2. Mesio-angular Kelas 1 Posisi A; Horisontal Kelas 2 Posisi B; Disto-angular Kelas 3 Posisi C
4. Klasifikasi menurut George Winter
5
Kelas I : posisi vertikal
Kelas II : posisi mesio-angular
Kelas III : posisi horizontal
Kelas IV : posisi disto-angular
Kelas V : posisi buko-angular
Kelas VI : posisi linguo-angular
Kelas VII : posisi inverted
Gambar 3 . Klasifikasi Impaksi Molar Ketiga Mandibula, Menurut Archer (1975) dan Kruger (1984),
George Winter. (1.Mesio-angular, 2.disto-angular, 3.vertikal, 4.horisontal, 5.buko-angular, 6.linguo-
angular, 7. inverted) (Fragiskos, 2007).
Selain posisi-posisi impaksi molar ketiga rahang bawah tersebut diatas terdapat
impaksi gigi molar ketiga rahang bawah yang tidak lazim pada mandibula. Seperti
impaksi molar ketiga rahang bawah pada ramus mandibula.
6
Gambar 5. Impaksi Gigi 48 pada Ramus Mandibula Disertai Fistula Ekstraoral, b. Odontektomi
dengan Pembedahan Ekstraoral
PERAWATAN
Dalam mengevaluasi gigi yang impaksi, hendaknya kita mempertimbangkan
peran dari gigi tersebut dalam rencana perawatan. Ada beberapa cara penanganan yaitu:
1. Tanpa perawatan
Pada penderita dalam periode pertumbuhan, pertumbuhan potensial masih besar,
seringkali impaksi dari gigi dapat bererupsi dengan sendirinya akibat faktor pertumbuhan
tersebut. Keadaan ini jarang dijumpai.
3. Perawatan ortodontik
7
Prinsipnya adalah memberi ruangan yang cukup dan posisi gigi impaksi dalam
keadaan menguntungkan. Penyediaan ruangan dapat dengan jalan pengurangan jumlah
gigi, pelebaran lengkung rahang dan penggunaan alat lepasan atau alat cekat.
Gambar 6. Penggunaan Alat Ortodontik Cekat Untuk Menegakkan Molar Ketiga yang Impaksi
TEKNIK PEMBEDAHAN
Sebelum melakukan pembedahan terlebih dahulu harus mengetahui indikasi dan
kontra indikasi dari pengambilan molar tiga impaksi rahang bawah.
Indikasi Pengambilan Gigi Impaksi (Peterson, 2004)
- Pencegahan atau perawatan perikoronitis
- Pencegahan penyakit gigi
- Pertimbangan ortodontik
Insisif mandibula yang berjejal
Menghalangi/ mengganggu perawatan ortodontik
Mengganggu bedah ortognatik
- Pencegahan kista dan tumor odontogenik
8
- Resorpsi akar gigi yang bersebelahan
- Tujuan profilaksis :pencegahan fraktur rahang disekitar molar tiga mandibula
- Penatalaksanaan nyeri yang tidak dapat dijelaskan
Prosedur bedah
Secara garis besar meliputi : pembukaan flap, membuang jaringan tulang,
pengeluaran gigi, penaganan luka beserta penjahitan penjahitan dan pemberian instruksi
dan obat-obatan.
Pembukaan flap
Berbagai macam desain flap untuk molar rahang bawah adalah seperti yang
terlihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 7. Desain Flap untuk Molar Ketiga Rahang Bawah a. Insisi dengan Pembebasan ke Distal; b.
Pembukaan Terbatas Diperoleh dengan Pembebasan Insisi ke Distal; c. Envelope flap; d. Pembukaan
dengan Envelope Flap Masih Memberikan Pembukaan yang Terbatas; e. Perluasan Flap ke Bukal; f.
Pembukaan yang Lebih Besar dengan Perluasan Flap ke Bukal; g. Triangular Flap; h. Pembukaan yang
Lebih Baik dengan Triangular Flap Tanpa Harus Melibatkan Margin Gingiva Gigi yang Bersebelahan
9
Tahap pembuatan flap bermacam-macam, tergantung keadaan gigi yang impaksi:
1. Untuk M3 impaksi secara keseluruhan
Flap dibuat pada daerah dekat external oblique ridge dengan jarak sekitar 1,5 cm
dari bagian distal M2. sayatan ditarik ke arah anterior sampai bagian interproksimal
M2 dan M1. Sayatan diperluas ke arah muccobucal fold dengan sudut 45º.
2. Untuk M3 yang impaksi sebagian
Sayatan ditarik dari external oblique ridge sampai bagian distal M3 dan diteruskan
mengikuti bukal M3 sampai bagian interproksimal M3 dan M2 kemudian diperluas
ke muccobucalfold dengan sudut 45º.
Adapun jenis-jenis flap lainnya juga dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 8. A. Insisi Envelope, Perluasan ke Posterior Menyebar ke Lateral untuk Menghindari n. Lingualis;
B. Pembukaan Insisi Envelope; C. Pembebasan insisi pada Mesial molar 2; Dengan Pembebasan Insisi ke
Mesial Molar 2, Pandangan Menjadi Lebih Luas
10
Gambar 9. A. Tulang yang Menutupi Permukaan Oklusal Dibuka dengan Menggunakan Bor Fisur; B.
Tulang pada Disto-bukal Gigi impaksi Dibuka dengan Bor
Gambar 10. A.Bur Bedah Membagi Akar Melalui Bifurkasi, Harus Diperhatikan Bahwa Pengeboran
Tidak Boleh Terlalu ke Lingual untuk Menghindari n. Lingualis; B. Elevator Lurus Diinsersikan pada
Celah dan Diputar Menyamping, Hal Ini Akan Menyebabkab Gigi Terbagi Dua, Bagian Distal Kemudian
Diangkat ke Atas.
Gambar 11.a. Radiograf Menunjukkan Impaksi Molar Ketiga Rahang Bawah pada Posisi Horisontal b.
Foto Klinis Daerah Gigi yang Impaksi \
Gambar 12. Insisi Horisontal Menggunakan Scalpel dengan Pisau no. 15. a Ilustrasi Diagramatik. b Foto
Klinis
11
Gambar 13. Refleksi dan Retraksi Flap dengan Elevator Periosteal Berujung Lebar. a Ilustrasi
Diagramatik. b Foto Klinis
Gambar 14. Pembuangan Tulang Menggunakan Bur Bundar, untuk Mengekspos Gigi yang Impaksi
Gambar 15. Membelah Gigi pada Garis Servikal Menggunakan Bur fisur. Ilustrasi Diagramatik.(a)
Menunjukkan Posisi Bor Tidak Boleh Dijalankan,untuk Menghindari Cedera Saraf Alveolar Inferior
Gambar 16. Separasi Mahkota dari Akar Gigi, dengan Rotasi Elevator pada Celah yang Dibuat pada Gigi
yang Impaksi .
12
Gambar 17. Ilustrasi Diagramatik (a) dan Foto Klinis (b) Menunjukkan Pengambilan Mahkota Gigi
Menggunakan Elevator Lurus
Gambar 18. a, b. Luksasi Akar Gigi yang Impaksi Menggunakan elevator Seldin yang Bersudut
Gambar 19.a Daerah Operasi Setelah Pengambilan Gigi. b Lapangan Bedah Setelah Penjahitan
13
Gambar. 20. a Radiograf Menunjukkan Molar Ketiga yang Impaksi (Impaksi Tulang Parsial) dengan
Posisi Mesio-angular. b Foto Klinis Daerah Impaksi
Gambar. 21. Insisi Horisontal (untuk flap envelope) Menggunakan scalpel dengan Pisau no. 15. a Ilustrasi
Diagramatik. b Foto Klinis
Gambar. 22. Ilustrasi Diagramatik (a) dan Foto Klinis (b) Setelah Insisi Selesai
Gambar. 23 a, b. Refleksi Flap dan Retraksi Menggunakan Elevator Periosteal Ujung Lebar
Gambar. 24. EksposurMahkota Gigi Menggunakan Bur Bundar. a Ilustrasi Diagramatik. b Foto Klinis
14
Gambar. 25. Pembuangan Tulang Menggunakan Teknik guttering. Sebuah groove Dibuat Sebelah Bukal,
yang Terletak Sebelah Distal Mahkota Gigi, Menghasilkan Ruangan yang Akan Membantu Luksasi
Gambar. 26. Membelah Mahkota Gigi yang Impaksi of, pada Arah buko-lingual, yang Meluas Sejauh
Tulang intraradikular. a Ilustrasi Diagramatik. b Foto Klinis
Gambar. 27. Separasi Gigi dengan Memposisikan dan Rotasi elevator Lurus pada groove yang telah
Dibuat
15
Gambar. 28. Separasi Gigi dengan Memposisikan dan Rotasi Elevator dalam Membuat groove
Gambar. 29. Ilustrasi Diagramatik (a) dan Foto Klinis (b) Gigi Impaksi Setelah Separasi
Gambar. 30. Luksasi Segmen Distal Gigi dengan Rotasi Elevator ke Arah Distal. a Ilustrasi Diagramatik.
b. Foto Klinis
16
Gamabar. 31. Luksasi Segmen Mesial Gigi yang Impaksi Menggunakan Elevator Lurus . a Ilustrasi
Diagramatik. B. Foto Klinis
Gambar. 32. Segmen Gigi Setelah Pengambilan Gambar. 33. Soket yang Kosong Setelah Ekstraksi Gigi
Gambar. 34. a Pengambilan Folikel Menggunakan hemostat dan Kuret Periapikal. b Lapangan Bedah
Setelah Penjahitan
17
Gambar. 35. a Radiograf Menunjukkan Molar Ketiga mandibula yang Impaksi (Impaksi Tulang Sebagian)
dengan Posisi distoangular. b Foto Klinis Daerah Impaksi
Gambar. 36. Insisi Horisontal Terletak Sejauh Aspek Mesial Molar Pertama. a Ilustrasi Diagramatik. b Foto
Klinis Daerah Impaksi
Gambar. 37. Ilustrasi Diagramatik (a) dan Foto Klinis (b) Menunjukkan Insisi Horisontal telah Selesai
Gambar. 38 . Refleksi Flap Mukoperiosteal, dan Eksposure Parsial Mahkota Gigi yang Impaksi. a Ilustrasi
Diagramatik. b Foto Klinis
18
Gambar. 39. Pembuangan Tulang Pada Aspek Bukal dan Distal Mahkota Gigi. Groove Dibuat untuk
Membantu Luksasi. a Ilustrasi Diagramatik. b Foto Klinis
Gambar. 40. Membelah Bagian Distal Mahkota Gigi yang Impaksi Menggunakan Bur Fisur. a Ilustrasi
Diagramatik. b Foto Klinis
Gambar. 41. Pembuangan Bagian Distal Mahkota Menggunakan sebuah Elevator Lurus . a Ilustrasi
Diagramatik. b Foto Klinis
19
Gambar. 42. Luksasi Gigi yang Impaksi pada Arah Distal, setelah membuat Jalan Keluar untuk
Pengambilan. A Ilustrasi Diagramatik. b Foto Klinis
Gambar. 43. Gigi yang Telah Dicabut Gambar. 7.64. Lapangan Bedah Setelah Penjahitan
Penanganan luka
KOMPLIKASI
Pada saat pengambilan M3 dapat terjadi komplikasi berupa:
1. Perdarahan karena cedera pembuluh darah
2. Kerusakan pada gigi M2 karena trauma alat
3. Rasa sakit
4. Parestesi pada lidah dan bibir
Dalam literatur dikatakan bahwa 96 % pasien dengan trauma pada n. alveolaris
inferior dan 87 % pasien dengan trauma pada n. ligualis akan sembuh secara
spontan ( Dym & Ogle, 2001)
20
Gambar 8. Nervus alveolaris inferior dan nervus lingualis
DAFTAR PUSTAKA
Dym, H. and Ogle, O.E. 2001, Minor Oral Surgery. W. B. Saunders Company
Pedlar J & frame, J.W., 2001. Oral and Maxillofacial surgery. An Objective – based
textbook. W.B. Saunders
McGowan. 1999. An atlas of minor oral surgery Principles and practice. 2nd edition.
London: Martin Dunitz Ltd.
Peterson, 1998. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 3rd ed. Mosby
21
Fragiskos. 2007. Oral Surgery. Berlin Heidelberg: Springer.
22