Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MATA KULIAH ILMU BEDAH MULUT II


GIGI IMPAKSI DAN PENATALAKSANAANNYA

Dosen Pembimbing : Lucky Riawan, drg., Sp.BM

DISUSUN OLEH
Agung Tri Prakoso
Irsan Kurniawan
Tichvy Tammama

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL
FAKULTAS KEDKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG 2011

1
IMPAKSI GIGI MOLAR TIGA BAWAH

PENDAHULUAN
Gigi impaksi dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan gigi yang dalam
pertumbuhannya terhalang oleh gigi atau tulang disekitarnya, baik secara keseluruhan
atau sebagian. Impaksi yang paling sering ditemukan adalah impaksi gigi molar ketiga
bawah. Gigi molar ketiga adalah gigi yang paling terakhir berkembang dan biasanya
tidak terdapat cukup ruang untuk erupsiya di dalam lengkung rahang.
Jika gigi molar ketiga tidak erupsi seluruhnya dan terletak di bawah gingiva,
molar tiga tersebut biasanya dibiarkan saja, tetapi bila sebagian melewati permukaan
dapat menyebabkan infeksi yang dapat masuk ke gingiva (pericoronitis) dan juga molar
tiga tersebut dapat rusak atau menyebabkan kerusakan pada gigi molar kedua. Hal ini
adalah salah satu alasan untuk mengambil gigi impaksi tersebut. Komplikasi yang lebih
parah dapat berupa flegmon dasar mulut.

ETIOLOGI
Terdapat beberapa faktor etiologi dari gigi impaksi yaitu:
1. Faktor lokal
a. Kurangnya ruangan untuk erupsi normal pada lingkungan gigi;
b. Trauma pada benih gigi sehingga benih gigi terdorong lebih dalam lagi;
c. Posisi gigi yang ektopik;
d. Jarak benih gigi ke tempat erupsi jauh;
e. Infeksi pada benih gigi;
f. Adanya gigi berlebih yang erupsi lebih dulu;
g. Ankylosis gigi pada tulang rahang;
h. Persistensi gigi sulung yang menyebabkan impaksi gigi tetap di bawahnya;
i. Mukosa gingiva yang tebal sehingga sulit di tembus oleh gigi;
j. Pergerakan erupsi tertahan karena posisi yang salah dan tekanan dari gigi
samping;
k. Neoplasma / tumor yang menggeser kedudukan benih gigi;

2
l. Kista dentigerous yang berkembang pada benih gigi yang masih dalam tahap
pembentukan sering kali mencegah gigi erupsi.

2. Faktor sistemik
Menurut Bergee, faktor sistemik yang menyebabkan gigi impaksi dapat terbagi
dalam 2 sebab :
a. Sebab prenatal (herediter)
Faktor keturunan memegang peranan penting. Faktor keturunan ini tidak dapat
diketahui dengan pasti apakah tulang rahang terlalu kecil, gigi teralu besar atau benih
gigi-gigi yang letaknya abnormal.
b. Sebab postnatal
1. Kelainan kelenjar endokrin
a. Hipopituitari mengakibatkan kelambatan erupsi
b. Hipotiroid mengakibatkan kelambatan erupsi
2. Malnutrisi
Faktor ini sangat penting dalam pertumbuhan tubuh. Bila terjadi defisiensi maka
pertumbuhan akan terganggu.
Disamping faktor-faktor yang disebutkan diatas, stimulasi otot-otot pengunyahan
yang kurang juga dapat menyebabkan impaksi. Erupsi gigi yang normal harus disertai
dengan pertumbuhan rahang yang normal. Untuk itu perlu adanya stimulasi otot-otot
pengunyahan.

DIAGNOSIS
Hal-hal yang perlu diperhatian dalam membuat diagnosis yang tepat pada impaksi
adalah:
1. Pembuatan dental foto yang baik
Hal ini sangat membantu kita dalam menentukan diagnosa yang tepat.
Interpretasi rontgen foto dapat terlihat :
a. Posisi gigi impaksi
b. Jarak dari gigi impaksi ke tempat erupsi
c. Relasi gigi impaksi dengan gigi tetangga

3
d. Ciri-ciri kepadatan tulang yang mengelilinginya
e. Adanya kista atau akar yang bengkok

2. Pemeriksaan klinis secara periodik


Dengan pemeriksaan ini kita dapat menduga lokasi dari gigi impaksi dalam tulang
rahang. Misalnya dengan palpasi. Perhatikan pula kondisi lokal maupun umum yang
mengganggu erupsi gigi tersebut.

KLASIFIKASI
Klasifikasi gigi impaksi sangat penting untuk setiap operator yang akan
melakukan operasi pengambilan gigi impaksi (odontektomi). Dengan demikian dapat
ditentukan rencana teknik operasi, kesulitan-kesulitan apa yang akan dihadapi dan alat
yang dipergunakan.
Klasifikasi menurut Pell Gregory
1. Relasi M3 rahang bawah terhadap ramus mandibula dan rahang bawah
 Kelas I : Ruangan antara bagian anterior ramus asenden dan permukaan distal
molar kedua rahang bawah cukup untuk mengakomodasi diameter mesio-distal
mahkota molar ketiga rahang bawah.
 Kelas II: Ruangan antara bagian anterior ramus asenden dan permukaan distal
molar kedua rahang bawah kurang dari diameter mesiodistal mahkota molar
ketiga rahang bawah (bagian gigi terletak di dalam ramus).
 Kelas III: Seluruh bagian molar ketiga rahang bawah terletak di dalam ramus
asenden mandibula.

2. Posisi M3 rahang bawah di dalam tulang rahang (Fragiskos, 2007; Peterson, 2004)
 Kelas/ Posisi A: permukaan oklusal gigi yang impaksi (molar ketiga rahang
bawah) pada ketinggian yang sama, atau sedikit dibawah molar kedua rahang
bawah (Gambar 1.a)
 Kelas/ Posisi B: permukaan oklusal gigi yang impaksi (molar ketiga rahang
bawah) pada tengah-tengah molar kedua atau pada ketinggian yang sama dengan
garis servikal molar kedua rahang bawah (Gambar 1.a).

4
 Kelas/ Posisi C: permukaan oklusal gigi yang impaksi (molar ketiga rahang
bawah) dibawah garis servikal molar kedua rahang bawah (Gambar 1.a)

A
B
C

A B C

2 3
1

Gambar 1. Klasifikasi Impaksi Molar Ketiga Mandibula Berdasarkan Pell dan Gregory (1933): a
Berdasarkan Kedalaman Impaksi dan Proksimitas terhadap Molar Kedua; b Posisinya Berdasarkan Jarak
antara Molar Kedua terhadap Anterior Border Ramus Mandibula (Fonseca,2007).

3. Relasi dari sumbu panjang gigi M3 rahang bawah dalam hubungan dengan poros
panjang M2 rahang bawah
Kelas 1 : vertikal
Kelas 2 : horisontal
Kelas 3 : disto-angular
Kelas 4 : buko-agular
Kelas 5 : linguo-angular
Kelas 6 : mesio-angular
Kelas 7 : inverted

Gambar 2. Mesio-angular Kelas 1 Posisi A; Horisontal Kelas 2 Posisi B; Disto-angular Kelas 3 Posisi C
4. Klasifikasi menurut George Winter

5
Kelas I : posisi vertikal
Kelas II : posisi mesio-angular
Kelas III : posisi horizontal
Kelas IV : posisi disto-angular
Kelas V : posisi buko-angular
Kelas VI : posisi linguo-angular
Kelas VII : posisi inverted

Gambar 3 . Klasifikasi Impaksi Molar Ketiga Mandibula, Menurut Archer (1975) dan Kruger (1984),
George Winter. (1.Mesio-angular, 2.disto-angular, 3.vertikal, 4.horisontal, 5.buko-angular, 6.linguo-
angular, 7. inverted) (Fragiskos, 2007).

Selain posisi-posisi impaksi molar ketiga rahang bawah tersebut diatas terdapat
impaksi gigi molar ketiga rahang bawah yang tidak lazim pada mandibula. Seperti
impaksi molar ketiga rahang bawah pada ramus mandibula.

Gambar 4. Panoramik Impaksi pada Ramus Mandibula

6
Gambar 5. Impaksi Gigi 48 pada Ramus Mandibula Disertai Fistula Ekstraoral, b. Odontektomi
dengan Pembedahan Ekstraoral

PERAWATAN
Dalam mengevaluasi gigi yang impaksi, hendaknya kita mempertimbangkan
peran dari gigi tersebut dalam rencana perawatan. Ada beberapa cara penanganan yaitu:

1. Tanpa perawatan
Pada penderita dalam periode pertumbuhan, pertumbuhan potensial masih besar,
seringkali impaksi dari gigi dapat bererupsi dengan sendirinya akibat faktor pertumbuhan
tersebut. Keadaan ini jarang dijumpai.

2. Perawatan dengan pembedahan


Indikasinya :
a. Bila masa pertumbuhan rahang telah selesai
b. Bila gigi impaksi mendorong gigi sebelahnya
c. Bila ada gejala neuralgia
d. Bila ada pembentukan kista
e. Bila terjadi infeksi perikoronal
f. Adanya karies dan infeksi periapikal
g. Bila terjadi resorpsi internal

3. Perawatan ortodontik

7
Prinsipnya adalah memberi ruangan yang cukup dan posisi gigi impaksi dalam
keadaan menguntungkan. Penyediaan ruangan dapat dengan jalan pengurangan jumlah
gigi, pelebaran lengkung rahang dan penggunaan alat lepasan atau alat cekat.

Gambar 6. Penggunaan Alat Ortodontik Cekat Untuk Menegakkan Molar Ketiga yang Impaksi

4. Kombinasi pembedahan dan perawatan ortodonti


Perawatan dengan cara ini dilakukan bila:
a. Ada rintangan pada jalan erupsi;
b. Benih gigi tidak searah dengan arah erupsi yang normal;
c. Gigi impaksi diperbaiki kedudukannya;
d. Kita mengiginkan perawatan yang lebih cepat.

TEKNIK PEMBEDAHAN
Sebelum melakukan pembedahan terlebih dahulu harus mengetahui indikasi dan
kontra indikasi dari pengambilan molar tiga impaksi rahang bawah.
Indikasi Pengambilan Gigi Impaksi (Peterson, 2004)
- Pencegahan atau perawatan perikoronitis
- Pencegahan penyakit gigi
- Pertimbangan ortodontik
 Insisif mandibula yang berjejal
 Menghalangi/ mengganggu perawatan ortodontik
 Mengganggu bedah ortognatik
- Pencegahan kista dan tumor odontogenik

8
- Resorpsi akar gigi yang bersebelahan
- Tujuan profilaksis :pencegahan fraktur rahang disekitar molar tiga mandibula
- Penatalaksanaan nyeri yang tidak dapat dijelaskan

Kontraindikasi Pengambilan Gigi Impaksi


- Umur yang ekstrim, pasien yang terlalu muda atau terlalu tua;
- Status kesehatan yang melemahkan;
- Kerusakan struktur yang berdekatan yang tidak dapat dihindari karena prosedur
bedah
- Peradangan akut

Prosedur bedah
Secara garis besar meliputi : pembukaan flap, membuang jaringan tulang,
pengeluaran gigi, penaganan luka beserta penjahitan penjahitan dan pemberian instruksi
dan obat-obatan.

Pembukaan flap
Berbagai macam desain flap untuk molar rahang bawah adalah seperti yang
terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 7. Desain Flap untuk Molar Ketiga Rahang Bawah a. Insisi dengan Pembebasan ke Distal; b.
Pembukaan Terbatas Diperoleh dengan Pembebasan Insisi ke Distal; c. Envelope flap; d. Pembukaan
dengan Envelope Flap Masih Memberikan Pembukaan yang Terbatas; e. Perluasan Flap ke Bukal; f.
Pembukaan yang Lebih Besar dengan Perluasan Flap ke Bukal; g. Triangular Flap; h. Pembukaan yang
Lebih Baik dengan Triangular Flap Tanpa Harus Melibatkan Margin Gingiva Gigi yang Bersebelahan

9
Tahap pembuatan flap bermacam-macam, tergantung keadaan gigi yang impaksi:
1. Untuk M3 impaksi secara keseluruhan
Flap dibuat pada daerah dekat external oblique ridge dengan jarak sekitar 1,5 cm
dari bagian distal M2. sayatan ditarik ke arah anterior sampai bagian interproksimal
M2 dan M1. Sayatan diperluas ke arah muccobucal fold dengan sudut 45º.
2. Untuk M3 yang impaksi sebagian
Sayatan ditarik dari external oblique ridge sampai bagian distal M3 dan diteruskan
mengikuti bukal M3 sampai bagian interproksimal M3 dan M2 kemudian diperluas
ke muccobucalfold dengan sudut 45º.
Adapun jenis-jenis flap lainnya juga dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 8. A. Insisi Envelope, Perluasan ke Posterior Menyebar ke Lateral untuk Menghindari n. Lingualis;
B. Pembukaan Insisi Envelope; C. Pembebasan insisi pada Mesial molar 2; Dengan Pembebasan Insisi ke
Mesial Molar 2, Pandangan Menjadi Lebih Luas

Membuang jaringan tulang


Apabila diperlukan dapat dilakukan pengambilan jaringan tulang yang
menghalangi pengambilan M3. Pengambilan dapat dilakukan dengan menggunakan bor.
Banyaknya tulang yang diambil disesuaikan dengan kebutuhan.

10
Gambar 9. A. Tulang yang Menutupi Permukaan Oklusal Dibuka dengan Menggunakan Bor Fisur; B.
Tulang pada Disto-bukal Gigi impaksi Dibuka dengan Bor

Mengeluarkan gigi impaksi


Bila gigi telah terlihat maka dapat segera dikeluarkan. Pengeluaran dapat
dilakukan secara utuh dengan menggunakan elevator dengan tekanan ringan atau dengan
dipecah.

Gambar 10. A.Bur Bedah Membagi Akar Melalui Bifurkasi, Harus Diperhatikan Bahwa Pengeboran
Tidak Boleh Terlalu ke Lingual untuk Menghindari n. Lingualis; B. Elevator Lurus Diinsersikan pada
Celah dan Diputar Menyamping, Hal Ini Akan Menyebabkab Gigi Terbagi Dua, Bagian Distal Kemudian
Diangkat ke Atas.

Ekstraksi molar ketiga yang impaksi pada posisi horisontal

Gambar 11.a. Radiograf Menunjukkan Impaksi Molar Ketiga Rahang Bawah pada Posisi Horisontal b.
Foto Klinis Daerah Gigi yang Impaksi \

Gambar 12. Insisi Horisontal Menggunakan Scalpel dengan Pisau no. 15. a Ilustrasi Diagramatik. b Foto
Klinis

11
Gambar 13. Refleksi dan Retraksi Flap dengan Elevator Periosteal Berujung Lebar. a Ilustrasi
Diagramatik. b Foto Klinis

Gambar 14. Pembuangan Tulang Menggunakan Bur Bundar, untuk Mengekspos Gigi yang Impaksi

Gambar 15. Membelah Gigi pada Garis Servikal Menggunakan Bur fisur. Ilustrasi Diagramatik.(a)
Menunjukkan Posisi Bor Tidak Boleh Dijalankan,untuk Menghindari Cedera Saraf Alveolar Inferior

Gambar 16. Separasi Mahkota dari Akar Gigi, dengan Rotasi Elevator pada Celah yang Dibuat pada Gigi
yang Impaksi .

12
Gambar 17. Ilustrasi Diagramatik (a) dan Foto Klinis (b) Menunjukkan Pengambilan Mahkota Gigi
Menggunakan Elevator Lurus

Gambar 18. a, b. Luksasi Akar Gigi yang Impaksi Menggunakan elevator Seldin yang Bersudut

Gambar 19.a Daerah Operasi Setelah Pengambilan Gigi. b Lapangan Bedah Setelah Penjahitan

Ekstraksi Molar Ketiga dengan impaksi mesio-angular

13
Gambar. 20. a Radiograf Menunjukkan Molar Ketiga yang Impaksi (Impaksi Tulang Parsial) dengan
Posisi Mesio-angular. b Foto Klinis Daerah Impaksi

Gambar. 21. Insisi Horisontal (untuk flap envelope) Menggunakan scalpel dengan Pisau no. 15. a Ilustrasi
Diagramatik. b Foto Klinis

Gambar. 22. Ilustrasi Diagramatik (a) dan Foto Klinis (b) Setelah Insisi Selesai

Gambar. 23 a, b. Refleksi Flap dan Retraksi Menggunakan Elevator Periosteal Ujung Lebar

Gambar. 24. EksposurMahkota Gigi Menggunakan Bur Bundar. a Ilustrasi Diagramatik. b Foto Klinis

14
Gambar. 25. Pembuangan Tulang Menggunakan Teknik guttering. Sebuah groove Dibuat Sebelah Bukal,
yang Terletak Sebelah Distal Mahkota Gigi, Menghasilkan Ruangan yang Akan Membantu Luksasi

Gambar. 26. Membelah Mahkota Gigi yang Impaksi of, pada Arah buko-lingual, yang Meluas Sejauh
Tulang intraradikular. a Ilustrasi Diagramatik. b Foto Klinis

Gambar. 27. Separasi Gigi dengan Memposisikan dan Rotasi elevator Lurus pada groove yang telah
Dibuat

15
Gambar. 28. Separasi Gigi dengan Memposisikan dan Rotasi Elevator dalam Membuat groove

Gambar. 29. Ilustrasi Diagramatik (a) dan Foto Klinis (b) Gigi Impaksi Setelah Separasi

Gambar. 30. Luksasi Segmen Distal Gigi dengan Rotasi Elevator ke Arah Distal. a Ilustrasi Diagramatik.
b. Foto Klinis

16
Gamabar. 31. Luksasi Segmen Mesial Gigi yang Impaksi Menggunakan Elevator Lurus . a Ilustrasi
Diagramatik. B. Foto Klinis

Gambar. 32. Segmen Gigi Setelah Pengambilan Gambar. 33. Soket yang Kosong Setelah Ekstraksi Gigi

Gambar. 34. a Pengambilan Folikel Menggunakan hemostat dan Kuret Periapikal. b Lapangan Bedah
Setelah Penjahitan

Ekstraksi Molar Ketiga dengan Impaksi Distoangular

17
Gambar. 35. a Radiograf Menunjukkan Molar Ketiga mandibula yang Impaksi (Impaksi Tulang Sebagian)
dengan Posisi distoangular. b Foto Klinis Daerah Impaksi

Gambar. 36. Insisi Horisontal Terletak Sejauh Aspek Mesial Molar Pertama. a Ilustrasi Diagramatik. b Foto
Klinis Daerah Impaksi

Gambar. 37. Ilustrasi Diagramatik (a) dan Foto Klinis (b) Menunjukkan Insisi Horisontal telah Selesai

Gambar. 38 . Refleksi Flap Mukoperiosteal, dan Eksposure Parsial Mahkota Gigi yang Impaksi. a Ilustrasi
Diagramatik. b Foto Klinis

18
Gambar. 39. Pembuangan Tulang Pada Aspek Bukal dan Distal Mahkota Gigi. Groove Dibuat untuk
Membantu Luksasi. a Ilustrasi Diagramatik. b Foto Klinis

Gambar. 40. Membelah Bagian Distal Mahkota Gigi yang Impaksi Menggunakan Bur Fisur. a Ilustrasi
Diagramatik. b Foto Klinis

Gambar. 41. Pembuangan Bagian Distal Mahkota Menggunakan sebuah Elevator Lurus . a Ilustrasi
Diagramatik. b Foto Klinis

19
Gambar. 42. Luksasi Gigi yang Impaksi pada Arah Distal, setelah membuat Jalan Keluar untuk
Pengambilan. A Ilustrasi Diagramatik. b Foto Klinis

Gambar. 43. Gigi yang Telah Dicabut Gambar. 7.64. Lapangan Bedah Setelah Penjahitan

Penanganan luka

Setelah gigi dikeluarkan dilakukan penghalusan tulang alveolar dan pencucian


luka dengan menggunakan larutan normal saline. Setelah itu luka ditutup dengan
penjahitan. Pemberian instruksi, analgetik dan antibiotik.

KOMPLIKASI
Pada saat pengambilan M3 dapat terjadi komplikasi berupa:
1. Perdarahan karena cedera pembuluh darah
2. Kerusakan pada gigi M2 karena trauma alat
3. Rasa sakit
4. Parestesi pada lidah dan bibir
Dalam literatur dikatakan bahwa 96 % pasien dengan trauma pada n. alveolaris
inferior dan 87 % pasien dengan trauma pada n. ligualis akan sembuh secara
spontan ( Dym & Ogle, 2001)

20
Gambar 8. Nervus alveolaris inferior dan nervus lingualis

5. Trismus karena iritasi syaraf


6. Infeksi/peradangan
7. Biasanya disertai dengan pembengkakan, dapat ditanggulangi dengan membuka
jahitan, irigasi dengan larutan antiseptik dan diberi antibiotik
8. Fraktur mandibula
9. Dry socket
10. Emfisema : pembengkakan yang timbul karena terjebaknya udara di dalam
jaringan lunak akibat penggunaan bor high speed.

DAFTAR PUSTAKA

Dimitroulis, 1997. A Synopsis of Minor Oral Surgery. Reed Educational and


Professional Publishing Ltd

Dym, H. and Ogle, O.E. 2001, Minor Oral Surgery. W. B. Saunders Company

Mitchel, L and Mitchel, D.A. Oxford Handbook of Clinical Dentistry. Oxford


University Press

Pedlar J & frame, J.W., 2001. Oral and Maxillofacial surgery. An Objective – based
textbook. W.B. Saunders

McGowan. 1999. An atlas of minor oral surgery Principles and practice. 2nd edition.
London: Martin Dunitz Ltd.

Peterson, 1998. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 3rd ed. Mosby

21
Fragiskos. 2007. Oral Surgery. Berlin Heidelberg: Springer.

22

Anda mungkin juga menyukai