ANESTESI
LOKAL
DRG. FAUZAN AKMAL
PENGERTIAN ANESTESI
LOKAL
Tindakan yang menghilangkan rasa nyeri atau sakit untuk
sementara pada salah satu bagian tubuh.
Dosis 12 6 2
Maksimal
(mm/KgBB)
Potensi 1 3 15
Toksisitas 1 2 10
KELEBIHAN ANESTESI
LOKAL
1. Penderita masih memiliki kesadaran
2. Gangguan fisiologis yang kecil, karena itu cocok untuk
penderita dengan resiko tinggi
3. Angka morbiditas rendah
4. Penderita dapat pulang sendiri tanpa harus diantar
5. Tidak diperlukan tenaga tambahan yang terlatih
6. Tidak terlalu sukar untuk menguasainya
7. Biaya yang relatif kecil
8. Penderita tidak perlu melakukan puasa sebelumnya.
KEKURANGAN ANESTESI
LOKAL
1. Penderita mempunyai perasaan takut yang berlebihan
2. Terjadi infeksi pada tempat insersi jarum
3. Penderita alergi terhadap bermacam-macam obat anestesi
lokal
4. Penderita tidak kooperatif (penderita anak-anak, retardasi
mental)
5. Tindakan bedah yang besar
6. Terdapat anomali anatomis penderita, sehingga sukar atau
tidak dapat dilakukan anestesi lokal
MEKANISME ANESTESI
LOKAL
Perpindahan ion kalsium pada Pengikatan molekul anestesi lokal
reseptor saraf pada reseptor
Teknik ini digunakan untuk anestesi pada gigi atas dan gigi
anterior bawah.
Pencegahan :
1. Jangan memaksakan jarum pada jaringan yang keras (tulang atau periosteum)
2. Jangan mengubah arah jarum selagi jarum berada jauh di dalam jaringan
3. Jangan menggunakan jarum dengan diameter yang terlalu kecil
4. Jangan mensteril ulang jarum habis pakai
5. Jangan menginsersikan jarum terlalu jauh ke dalam jaringan; sisakan sedikitnya sepertiga
panjang jarum di luar jaringan
6. Jangan mengejutkan penderita dengan insersi jarum yang tiba-tiba tanpa sepengetahuan
penderita..
Daerah jarum yang sering rusak
2. Parastesi (anestesi yang menetap)
Penyebab :
1. Kerusakan saraf akibat trauma pada teknik inferior alveolar nerve block
atau berasal dari larutan yang sudah terkontaminasi oleh alkohol
menimbulkan edema meningkatkan tekanan disekitar saraf
parastesi.
2. Perdarahan di sekitar selubung saraf peningkatan tekanan pada saraf
parastesi
parastesi
Penanganannya :
1. Kompres dingin pada hari pertama setelah kejadian untuk menghambat
pembengkakan
2. Terapi panas setelah 24 jam
3. Pemberian antibiotika bila dicurigai adanya infeksi.
4. Pemberian anti nyeri
Hematoma
4. Edema
Penyebab :
1. Trauma selama injeksi
2. Infeksi
3. Alergi
4. Hemoragi
5. Injeksi larutan yang dapat menyebabkan perih (alkohol atau larutan sterilisasi
lain)
Pencegahan :
1. Perawatan dan pemeliharaan peralatan anestesi lokal
2. Lakukan injeksi yang tidak menimbulkan trauma.
3. Lakukan evaluasi medis yang adekuat pada pasien sebelum pemberian obat.
5. Trismus
Trismus adalah kondisi kesulitan membuka rahang karena
kejang otot.
Trismus termasuk salah satu komplikasi anestesi lokal yang
umum dijumpai, khususnya setelah tindakan mandibular
nerve block
Penyebab :
1. Trauma pada otot atau pembuluh darah.
2. Larutan anestesi lokal yang terkontaminasi dengan alkohol
mengiritasi jaringan trismus.
3. Perdarahan.
4. infeksi derajat ringan pada otot yang disebabkan oleh
karena insersi jarum.
5. Penyebab utama trismus adalah gangguan pada musculus
pterygoideus internus (medialis)oleh karena insersi jarum
Trismus
Pencegahan :
1. Gunakan jarum sekali pakai yang tajam dan steril.
2. Perawatan dan pemeliharaan ampul
3. Jarum yang terkontaminasi harus segera diganti
4. Latih teknik insersi dan injeksi yang atraumatik
5. Hindari injeksi berulang dan insersi berkali-kali pada daerah yang sama.
6. Gunakan anestesi lokal dengan volume yang tepat.
Trismus
Penanganan :
1. Pada trismus ringan, pengobatan secara simptomatik, yaitu : analgesik
dan kumur-kumur air garam hangat. Antibiotika bila dicurigai infeksi.
2. Pada trismus yang agak berat dan berlangsung lama, pengobatan dengan
kompres panas, latihan buka tutup mulut, analgesik, dan bila perlu dapat
ditambahkan antibiotika dan CNS muscle relaxant.
6. Nyeri saat penyuntikan
Penyebab nyeri :
1. Injeksi yang kurang hati-hati
2. Jarum tumpul akibat pemakaian injeksi
3. Posisi bevel yang salah. Bevel seharusnya ditempatkan paralel ke
permukaan 30 tulang untuk mencegah ujung yang tajam pada jarum
menusuk periosteum yang padat.
4. Penyuntikan larutan non isotonik atau yang sudah terkontaminasi.
5. Tekanan yang cukup besar pada saat mendepositkan larutan pada
jaringan
6. infeksi pada tempat insersi jarum.
Nyeri saat penyuntikan
Pencegahan :
1. Gunakan jarum yang tajam
2. Area tempat insersi diulasi larutan anestesi topikal
3. Insersi jarum dilakukan perlahan-lahan dan sedapat
mungkin hindarkan trauma yang tak diperlukan.
4. Injeksikan larutan anestesi dengan perlahan-lahan dan
gunakan tekanan yang sekecil mungkin.
7. Rasa terbakar pada
penyuntikan
Penyebab :
1. pH larutan anestesi lokal yang didepositkan ke jaringan
lunak tidak normal.
2. Injeksi yang terlalu cepat.
3. Ampul yang disimpan dalam alkohol atau bahan sterilisasi
lainnya dapat menyebabkan alkohol berdifusi kedalam
ampul.
Rasa Terbakar saat Penyuntikan
Pencegahan :
1. Ph larutan anestesi netral sekitar 7,4.
2. Memperlambat kecepatan injeksi. Kecepatan yang ideal
adalah 1 mL/min. Jangan melewati 1,8 mL/min.
3. Ampul harus disimpan dalam temperatur ruangan dalam
kontainer aslinya atau kontainer yang sesuai tanpa alkohol
atau bahan sterilisasi lainnya.
8. Infeksi
Penyebab :
1. Jarum yang telah terkontaminasi sebelum melakukan
anestesi.
2. Injeksi pada daerah yang mengalami infeksi
3. Pemakaian cartridge atau jarum pada lebih dari satu pasien
4. Injeksi berulang-ulang pada tempat yang sama
Infeksi
Pencegahan infeksi :
1. Gunakan jarum yang steril
2. Menghindari kontak jarum dengan permukaan yang tidak steril.
3. Perawatan dan pemeliharaan ampul :
a. Gunakan ampul hanya sekali
b. Simpan ampul dalam wadah aslinya.
c. Bersihkan leher ampul dengan alcohol steril
4. Persiapkan jaringan sebelum penetrasi. Keringkan dan gunakan antiseptik
topikal.
Infeksi
Penanganan :
1. Antibiotika adekuat
Bisa sembuh.
9. Nerve Block yang Tidak
Diinginkan
Insersi jarum mengenai kapsul kelenjar parotis dan menyebabkan anestesia
pada nervus facialis .
Akibatnya : paralisa hemifacialis, hilangnya reflek menutup dari kelopak
mata yang bersifat sementara.
Nerve Block yang Tidak Diinginkan
Pencegahan :
pada anestesi mandibula jika larutan didepositkan hanya jika
telah terjadi kontak ujung jarum dengan tulang (aspek
medial ramus).
Jika jarum meleset ke posterior dan tidak terjadi kontak pada
tulang, jarum harus ditarik kembali hampir seluruhnya dari
jaringan, barel ditarik ke posterior dan jarum diinsersikan
kembali sampai terjadi kontak dengan tulang.
KOMPLIKASI AKIBAT
LARUTAN ANESTESI LOKAL
1. Toksisikasi
Gejala :
a. Tanda-tanda ringan seperti : penderita bicara lebih banyak, gelisah,
pusing, tinnitus, pandangan kabur, nausea, denyut nadi dan tekanan
darah meningkat.
b. Pada keadaan lanjut : nystagmus, fasikulasi otot, tremor pada
pelupuk mata, rahang dan ekstremitas pada keadaan yang lebih berat
dapat terjadi konvulsi dengan gejala tonic-clonic seizure.
c. Gejala depresi sistim susunan saraf pusat yang ditandai dengan
turunnya tekanan darah, denyut nadi cepat dan lemah, kadang-
kadang terjadi bradikardi, apnea, dan hilangnya kesadaran penderita.
d. Pada dosis yang fatal dapat terjadi kematian karena kegagalan
pernafasan.
Toksisitosis
Penanganan :
1. Pada keadaan yang ringan : observasi tanda-tanda vital,
penghentian tindakan anestesi dan menenangkan
penderita.
2. Pada keadaan yang agak berat dapat dilakukan pemberian
oksigen. Apabila terjadi konvulsi sebaiknya diberikan
diazepam, barbiturat short-acting atau long acting,
Succinylcholine chloride (skletal muscle relaxant).
Toksisitosis
Pencegahan :
1. Penderita telah dievaluasi secukupnya sebelum diberikan
anestesi lokal
2. Gunakan larutan anestesi yang mengandung
vasokonstrikor sejauh tidak kontra indikasi.
3. Gunakan obat anestesi seminimal mungkin
4. Gunakan konsentrasi obat anestesi seminimal mungkin
5. Injeksi dilakukan secara perlahan-lahan
6. Selalu lakukan aspirasi sebelum injeksi obat anestesi.
2. Idiosyncrasy
Penanganan :
Prinsip : Mempertahankan jalan napas penerita agar intake
oksigen dapat terjamin, dan mengevaluasi sistim sirkulasi
darah penderita, dengan cara :
1. mengubah posisi duduk penderita
2. obat-obatan atau cairan infus bila diperlukan
3. Reaksi Alergi
Penanganan :
1. Tempatkan penderita pada posisi supine dengan posisi
tungkai setinggi kepala.
2. Penderita diinstruksikan untuk menarik napas dalam
beberapa kali
3. Kendorkan pakaian yang terlalu ketat
4. Berikan bau-bauan yang dapat merangsang pernapasan
seperti : amonia atau alkohol
5. Bila perlu dapat dilakukan inhalasi oksigen
Referensi