Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS TWEED

METODE ANALISIS SEFALOMETRI

DOWNS STEINER BALLARD

WENDELL -
RICKETTS McNAMARA
WYLIE

TWEED
ANALISIS TWEED

 Charles H. Tweed mengembangkan suatu sistem analisis diagnosis diferensial yang


memungkinkan klinisi mengklasifikasikan masalah pasien dalam 3 kategori: fasial, dental,
atau skeletal
 Analisis Tweed Diagnostic Facial Triangle
didasarkan oleh defleksi mandibula yg dihitung dari sudut bidang Frankfort - Mandibula
dan posisi insisivus bawah
 Dilakukan untuk menentukan posisi akhir yang ditempati gigi incisivus bawah pada akhir
perawatan ortodontik
 Terutama dipakai utk menentukan rencana perawatan klinis dan tidak dianjurkan hanya
menggunakan analisis ini saja
Diagnostic Facial Triangle

Segitiga dengan sisi-sisi:

Frankfort – Horizontal Plane (FHP)

Mandibular Plane (Go – Me)

Long Axis of Lower Incisor


Diagnostic Facial Triangle

Ketiga sisi akan membentuk sudut-sudut:

Frankfort – Mandibular Plane Angle (FMA)

Frankfort – Mandibular Incisor Angle (FMIA)

Incisor – Mandibular Plane Angle (IMPA)


Diagnostic Facial Triangle

(Jacobson, 2006)
Frankfort – Mandibular Plane Angle (FMA)

 Sudut yang dibentuk oleh FHP dan bidang mandibula


 Mengindikasikan arah pertumbuhan wajah bagian bawah, secara
horizontal dan vertical
 Besarnya FMA dapat menyatakan besarnya pertumbuhan mandibula
 Nilai normal: 25º
 Rentang normal:
 22º - 28º (Jacobson, 2006)
 16º - 35º (Athanasiou, 1995; Singh, 2007)
Frankfort – Mandibular Plane Angle (FMA)

FMA 16º - 28º


• Prognosis baik FMA 28º - 35º
• Pertumbuhan mandibula ke bawah dan • Prognosis kurang memuaskan
ke depan normal • Umumnya memerlukan ekstraksi gigi
• Terdapat 60% kasus maloklusi

FMA >35º
• Prognosis buruk, ekstraksi
biasanya mempersulit masalah
• Pertumbuhan ke arah bawah/
vertikal lebih besar
Frankfort – Mandibular Incisor Angle (FMIA)

 Sudut yang dibentuk oleh FHP dan perpanjangan aksis gigi


incisivus bawah
 Nilai FMIA mengindikasikan derajat keseimbangan dan harmoni
antara wajah bawah dan batas anterior gigi geligi
 Tweed menemukan bahwa pasien yang menunjukkan estetika
wajah yang baik memiliki sudut FMIA sebesar 62º - 70º
 Nilai normal: 65º
 Rentang normal: 60º - 75º
Incisor – Mandibular Plane Angle (IMPA)

 Sudut yang dibentuk oleh perpanjangan aksis gigi


incisivus bawah dengan bidang mandibula
 Digunakan sebagai panduan dalam menjaga atau
memposisikan gigi incisivus bawah dalam relasinya
dengan tulang basal di bawahnya
 Nilai normal: 90º
 Rentang normal: 85º - 95º
Hubungan Ketiga Sudut

Jika FMA 21º - 29º  FMIA seharusnya 68º


FMA
FMIA Jika FMA 30º atau >  FMIA seharusnya 65º

IMPA Jika FMA 20º atau <  IMPA tidak boleh lebih dari 92º

Jika FMA >25º  tiap derajat dari angka tsb harus diikuti
pengecilan yg sederajat dari IMPA

Misal: Jika FMA = 32º (25º + 7º) maka IMPA = 83º (90º - 7º)
Koreksi sefalometrik menurut Tweed dapat diukur pada radiograf
dengan cara:
 Gambar segitiga Tweed pada sefalogram
 Gambar garis putus2 dari apeks gigi incisivus bawah
ke atas sampai berpotongan dengan FHP pada sudut
65º
 Ukur jarak (mm) antara garis solid (inklinasi gigi
incisivus sebenarnya) dan garis putus2 (inklinasi
diharapkan, diukur di tepi incisal incisivus bawah).
Jarak tsb  seberapa besar gigi incisivus bawah harus
di-tipping-kan ke lingual untuk mencapai kebutuhan
minimal FMIA 65º
 Kalikan 2 dari angka yang diperoleh dari posisi tepi
incisivus mandibula yang diharapkan ke posisi tepi
incisivus yang sebenarnya (untuk memperhitungan
kedua sisi lengkung)
Tweed-Merrifield Diagnostic Analysis System

 Dasar  Tweed’s diagnostic facial triangle


 Digunakan bersamaan dengan diagnostic facial triangle
untuk memperoleh data sefalometrik lain yang
merefleksikan relasi anteroposterior, relasi vertikal, dan
jaringan lunak yang menutupinya
Variabel-Variabel Analisis Tweed-Merrifield

SNA SNB ANB

AO - BO OP Z-angle

UL TC PFH

AFH FHI
Sella – Nasion – Titik A (SNA)

 Memberikan panduan untuk


menentukan posisi
anteroposterior dari maksila
terhadap basis cranium
 Nilai normal:
80º - 84º
Sella – Nasion – Titik B (SNB)

 Menunjukkan relasi
horizontal mandibula
terhadap basis cranium
 Nilai normal:
78º - 82º
Titik A – Nasion – Titik B (ANB)

 Menunjukkan relasi
anteroposterior maksila terhadap
mandibular
 Nilai normal:
1º - 5º
Titik A/Titik B ke Bidang Oklusal (AO – BO)
 Relasi ini dipakai untuk memeriksa relasi
anteroposterior maksila terhadap
mandibular
 AO – BO dipengaruhi
kecuraman/kedataran bidang oklusal
karena pengukuran dilakukan
perpendicular/tegak lurus dari titik A dan
titik B ke bidang oklusal
 Nilai normal:
0 – 4 mm
Occlusal Plane (OP)
 Nilai relasi dentoskeletal OP
terhadap FHP
 Nilai normal: 8º - 12º
 Rata2 kemiringan bidang
oklusal:
 Laki-laki : 9º
 Perempuan : 11º
Z-angle
 Merupakan garis profil dagu-bibir
yang dihubungkan ke FHP
 Merefleksikan nilai gabungan antara
FMA, FMIA, IMPA, dan jaringan
lunak karena kesemuanya
berhubungan dgn facial balance
 Jika FMA 25º, FMIA 68º, distribusi
jaringan lunak baik  Z-angle
seharusnya mendekati 78º
 Nilai normal:
70º - 80º (ideal 75º - 78º)
Upper Lip Thickness (UL)

 Ketebalan bibir mempengaruhi Z-angle


 Bibir atas biasanya menipis sejalan dgn
maturasi, tapi menebal dgn adanya retraksi
incisivus
 Penebalan mendekati 1 mm muncul pada
tiap 4 mm retraksi incisivus
Total Chin Thickness (TC)

 Tulang dagu dan jaringan lunak


yang menutupi pogonion punya
pengaruh besar pada profil
jaringan lunak dan Z-angle
 TC seharusnya sama dengan atau
sebanding dengan UL  jika
proporsi tidak berasio 1:1,
dilakukan kompensasi dgn
penempatan incisivus
 Defisiensi TC atau nilai TC > akan
tampak pada Z-angle dan akan
meningkatkan kesulitan
manajemen perawatan
Posterior Facial Height (PFH)

 Ukuran linear (mm) dari tinggi ramus


yang diukur dari articulare, garis yang
bersinggungan dgn ramus ascenden ke
MP
 Relasinya dgn tinggi wajah anterior
menentukan sudut FMA dan proporsi
wajah bawah
Anterior Facial Height (AFH)

 Ukuran linear (mm) yang diukur dari


bidang palatal ke menton
 Pada koreksi maloklusi klas II,
penting utk membatasi kenaikan AFH
dgn mengontrol ekstrusi molar
maksila dan mandibula
AFH : PFH Ratio (FHI)

 Facial Height Index (FHI) normal AFH – PFH = 0,65 – 0,75


 Jika nilai FHI < atau > dari rentang normal  maloklusi cenderung
lebih kompleks dan kesulitan perawatan meningkat
 Contoh:
 Indeks 0,85 biasanya ditemui pada pasien dgn FMA yang kecil,
pertumbuhan ramus berlebih atau AFH terlalu kecil
 Indeks mendekati 0,60, pola kraniofasial  tinggi ramus terlalu
kecil atau AFH terlalu besar
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai