Anda di halaman 1dari 7

Analisis Cephalometric Lateral Down

Menurut Down keseimbangan wajah dapat dipengaruhi oleh posisi dari mandibula. Demi
mencapai keseimbangan tersebut Down menggunakan Frankfurt Horizontal Plane ( Porion-
Orbitale) sebagai bidang referensi yang menurutnya paling sesuai dengan pasien. Selain itu FHP
digunakan juga untuk mendeterminasikan tingkat dari retrognatik, orthognatik dan prognatik.

Analisis Down terbagi menjadi 2 komponen yang berlaku sebagai parameter :


1. Parameter skeletal, membantu dalam mendefinisikan tipe fasial
2. Parameter dental, menentukan apakah gigi geligi terposisi normal dalam hubungannya
dengan struktur tulang
Parameter skeletal

 Facial Angle

Sudut yang dibentuk dari pertemuan garis fasial (Nasion-pogonion) terhadap bidang FH dengan
rata- rata sudut 87,8 o (±3,6 o). Sudut ini untuk mengukur derajat retrusi atau protrusi rahang
bawah terhadap wajah bagian atas. Dagu yang protruded sudutnya lebih besar dari dagu yang
retruded. Sering ditemukan pada pasien skeletas kelas 3 dengan dagu yang protruded.

 Angle of convexity

Sudut konveksitas dibentuk oleh pertemuan garis titik N ke titik A lalu ke titik Pogonion (N-A-
Pg), Sudut ini dibaca dengan tanda plus atau minus dengan nilai tengah 0. Jika garis pogonion-A
mengalami perluasan dan terlokasi anterior dari garis N-A, maka sudut dibaca positif,
menunjukkan prominensi basis gigi maksila dalam hubungannya dengan mandibula. Sedangkan
sudut yang negatif menunjukkan profil prognathic atau Class III. Rentang sudut -8,5 o sampai
+10o dengan rerata 0o.
 A-B plane Angle
Titik dari poin A-B ke Nasion- pogonion. Sudut rata- rata -4,6° (-9 ke 0)

Indikasi hubungan maksila mandibula terhadap facial plane. Apabila poin B terletak
dibelakang poin A maka sudutnya negatif. Sudut Positif pada maloklusi kelas 3 atau pada
maloklusi kelas 1 dengan mandibular protruded.

 Y- Axis
Sudut yang pertemuan Sella Gnathion terhadap FHP. Sudut rata-rata 59 (53-66)
Biasanya pada pasien kelas 2 facial patterns dengan indikasi pertumbuhan mandibular
secara vertical. Ada juga pada pasien kelas 3 facial patterns dengan pertumbuhan
mandibular secara horizontal.
B. Parameter Dental

1. Kemiringan Bidang Oklusal (Cant of Occlusal Plane)


Merupakan garis biseksi antara cusp molar pertama dan insisal edge. Pada kasus
malposisi insisif secara parah, Down merekomendasikan untuk menggambar bidang
oklusal dari cusp premolar dan molar. Pengukuran ini mengukur kemiringan bidang
oklusal terhadap bidang FHP, ketika bagian anterior bidang lebih rendah daripada
anterior, maka sudut menjadi positif. Sudut positif besar banyak ditemukan pada Class II,
begitupula sebaliknya. Ramus mandibular yang panjang cenderung menurunkan sudut
ini. Rerata sudut ini adalah +9,3o.
2. Incisor mandibular plane angle
Sudut ini terbentuk dari interseksi perpanjangan sumbu axis insicivus bawah terhadap
bidang mandibular. Sudut rerata 1,4 (-8,2 sampai 7)

3. Sudut Bidang Oklusal Insisif


Sudut ini menghubungkan insisif bawah terhadap permukaan fungsional pada bidang oklusal.
Sudut positif meningkat ketika gigi mengalami inklinasi ke depan (proklinasi), dan paling kecil
pada kondisi Class II divisi 2 ketika insisif mengalami retroklinasi. Reratanya adalah 14,5 o
dengan rentang +3,5o hingga +20o, standar deviasi 3,5o.

4. Sudut Inter-Insisal

Sudut ini terbentuk dengan meneruskan garis dari insisal edge dan apeks akar insisif satu maksila
memotong insisif satu mandibula (dari insisal edge hingga apeks). Sudut ini umumnya kecil pada
pasien dengan tipping anterior pada insisif (proklinasi). Reratanya 135,4o dengan rentang 130o
hingga 150o.

5. Protrusi Insisif Maksila


Merupakan Sudut Pengukuran incisal edge maxillary central incisor terhadap garis poin
A-pogonion. Sudut rata-rata 2,7 mm (-1 sampai 5mm). Jarak ini positif jika incisal edge
berada di depan garis A-Pg dan negatif jika di belakang.
1. Proffit, William R. Contemporary Orthodontic 4th ed. 2007. Mosby Elsevier
2. Singh G, editor. Textbook of Orthodontics. 2nd ed. New Delhi: Jaypee Brothers; 2007.

Anda mungkin juga menyukai