Anda di halaman 1dari 9

TUGAS SKILLS LAB PROSTHODONSIA 2

MAXILLOMANDIBULAR RELATION RECORD (MMR)

OLEH:
FARIDA AUDINARTI TABATYA
1165160101111004
KELOMPOK B1
36

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
MAXILLOMANDIBULAR RELATION RECORD

I. Definisi
Prosedur yang dilakukan dalam ruang praktik/klinik yang membutuhkan kerjasama
dokter gigi dengan pasien untuk menemukan 1 titik pada gerakan 3 dimensi rahang
bawah. Merupakan prosedur wajib dilakukan dalam tahapan pembuatan gigi tiruan
lengkap/full denture untuk menyesuaikan relasi/oklusi antara rahang atas dan rahang
bawah yang diperoleh dengan melihat relasi vertical dan relasi horizontal antara rahang
atas dengan rahang bawah (Slaney,1999)
II. Prosedur penetapan oklusi
Sebelum prosedur penetepan dilakukan, perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Profil Wajah Pasien
Bentuk muka penderita dilihat dari arah samping (sagital) merupakan indikasi
hubungan rahang atas dan bawah. Terdapat tiga macam bentuk profil muka yatu
lurus (straight), cembung (convex), dan cekung (concave). Bentuk profil ini
perlu diketahui untuk penyesuaian bentuk labial gigi depan dilihat dari arah

proksimal. 
 Pada pemeriksaan profil wajah dilakukan dengan mengambil tiga

buah titik pada wajah, masing-masing pada dahi (glabella), dasar hidung
(subnasion) dan puncak dagu (gnathion). Bila ketiga titik ini berada pada satu
garis lurus maka profil mukanya lurus. Bila titik pada glabella dan puncak dagu
berada lebih ke depan dari titik pada dasar hidung, maka profilnya adalah
cekung. Dan profil cembung terjadi pada arah yang sebaliknya. (Gunadi, 1995)

2. Mata


Pemeriksaan mata dilakukan pada saat penderita duduk tegak dengan mata
memandang lurus ke depan, lalu dilihat adanya keadaan simetri atau tidak.
Guna mata dalam pemeriksaan ini antara lain untuk menentukan:
 Garis inter-pupil yang dipakai untuk menentukan tinggi gigit dan
kesejajaran galangan gigit rahang atas bagian posterior.
 Bidang horizontal Frankfurt, yaitu bidang yang melalui titik-titik infra
orbita dan tragus. Bidang ini penting untuk pencetakan rahang atas
dengan bahan cetak cair . pada penderita yang sensitive dan mudah
mual, garis ini hendaknya diatur sejajar lantai.
 Garis tragus-canthus, yang menjadi panduan letak kondil rahang yang

terletak lebih kurang setengah inci di depan tragus pada garis ini. 


 Garis tengah wajah penderita.

3. Telinga 


Peranan telinga dalam pembuatan 
 gigi tiruan adalah untuk
 :

 Menentukan garis camper, yaitu garis lurus yang menghubungkan


 tragus dengan sayap hidung (ala nasi). Guna garis ini adalah pada saat

pencetakan rahang dengan bahan cetak tidak cair seperti impression

compound harus sejajar dengan lantai. 


 Menentukan garis yang ditarik dari tragus ke sudut mata (canthus).


Kondil rahang bawah terletak pada garis ini, dengan jarak kurang lebih

setengah inci dari tragus. 


 Menentukan garis yang ditarik dari tragus ke sudut mulut. Garis ini
bermanfaat dalam menentukan posisi penderita pada waktu pencetakan

rahang bawah, dimana garis ini dibuat sejajar dengan lantai. 


 Menentukan Bidang Horizontal Frankfurt (FHP). (Gunadi, 1995) 


4. Galangan gigit
Galangan gigit digunakan untuk menentukan tinggi bidang oklusal, bentuk
lengkung (yang dikaitkan dengan aktivitas bibir, pipi, dan lidah), catatan awal
hubungan antar-rahang dalam arah vertikal dan horizontal (termasuk
dukungan wajah sementara), dan perkiraan jarak interoklusal. Tinggi galangan
gigit sebesar panjang gigi ditambah dengan penyusutan jaringan alveolar yaitu
kira kira 10-12 mm. (Zarb, 2002).
III. Penetapan Gigit
Pasien diminta duduk dengan enak dan posisi tegak, lalu galangan gigit
rahang atas dimasukkan ke dalam mulut pasien dan dilakukan penetapan gigit.
Pada saat penetapan galangan gigit dibutuhkan kontur labial yang baik. Dengan
tujuan sebagai berikut :
 Agar Bibir dan pipi pasien tidak nampak terlalu cembung (Itjiningsih,
1993)
 Kontur labial dari galangan gigit rahang atas dibentuk untuk
mengembalikan bibir atas ke posisi pra pencabutan. (Watt dan
McGregor, 1992) .

Kontur labial tergantung pada struktur intrinsik serta dukungan di


belakangnya. Karena itu dokter gigi harus pertama kali membentuk kontur
permukaan labial galangan gigit sehingga semirip mungkin dengan posisi
anteroposterior gigi-gigi serta kontur basis gigi tiruan, yang juga harus
menggantikan dan memperbaiki dukungan jaringan yang diberikan oleh

struktur aslinya. (Zarb, 2002) 


Hal-hal yang perlu diperhatikan :

A. Adaptasi basis

 Basis harus diam di tempat, tidak boleh mudah lepas atau bergerak

karena dapat mengganggu pekerjaan tahap selanjutnya 


 Permukaan basis harus rapat dengan jaringan pendukung

 Pada rahang bawah tidak dapat sebaik rahang atas karena basis lebih

sempit serta ada gangguan pergerakan lidah. 


 Tepi basis tidak boleh terlalu panjang atau pendek (Itjiningsih, 1993)
B. Tinggi galangan gigit

Tingginya sesuai dengan panjang gigi ditambah dengan jumlah

 penyusutan jaringan alveolar yang telah terjadi. Bibir atas dapat menjadi
petunjuk apakah panjangnya memadai. Bidang oklusal posterior dibuat sejajar
dengan garis tragus-alanasi berdasarkan posisi bidang oklusal yang paling
wajar. (Zarb, 2002)
Pedoman untuk galangan gigit rahang atas adalah low lip line. Yaitu
pada saat pasien dalam keadaan rest position, garis insisal / bidang oklusal /
bidang orientasi galangan gigit rahang atas setinggi garis bawah bibir atas
dilihat dari muka. Sedangkan apabila dilihat dari lateral sejajar dengan garis
tragus-alanasi. 

Apabila pasien tersenyum, garis insisal / bidang orientasi galangan
gigit rahang atas terlihat kira-kira 2 mm di bawah sudut bibir. (Itjiningsih,
1993) 

C. Penetapan dimensi relasi vertikal
Posisi istirahat fisiologis adalah titik awal dari mana hubungan vertikal
oklusi ditetapkan untuk pasien edentulous. Hubungan vertikal oklusi mewakili
jarak mandibula yang dipisahkan dari rahang atas ketika gigi tiruan dalam
kontak maksimum. Hubungan vertikal posisi istirahat adalah posisi fisiologis
yang dibentuk oleh otot dan gravitasi. Perbedaan antara hubungan vertikal
oklusi dan hubungan vertikal istirahat disebut jarak interoklusal.
Jarak interoklusal adalah ruang yang ada di antara gigi tiruan ketika
mandibula berada pada posisi istirahat fisiologis. Pada pasien edentulous.
jumlah jarak interoklusal dalam gigi palsu yang ada dapat diukur dan berfungsi
sebagai panduan ketika menentukan jumlah yang diperlukan untuk pasien ini.
Vertical Dimension of occlusion (VDO) adalah jarak antara maxilla dan
mandibula pada saat gigi berkontak maksimal.
VDR (vertical dimension of rest) adalah posisi rahang saat pasien duduk relax
dengan mandibula pada posisi relax dan lebih posterior (retruded). Biasanya
pada posisi ini terdapat freeway space sebesar 2mm - 4mm diantara gigi geligi,
dilihat dari premolar.
Prosedur klinis untuk menentukan VDO & VDR
1. Beri tanda/ marker pada hidung dan dagu pasien (two dots) (Figure 5.4)
2. Meminta pasien untuk duduk dalam posisi relax & kepala bersandar
3. mengukur jarak antara tanda di dagu dan hidung dengan catatan gigit ( oklusal
rim) dengan ringan memasukkan pada gigi posterior untuk merekam vdo (figure
5.5)
4. Mengukur vdr dengan cara gigi dan bibir beristirahat sepenuhnya
terpisah(figure 5.6)
5. menilai retensi dan stabilitas dasar rekaman maksila dengan tepi oklusal di
langit-langit mungkin diperlukan untuk retensi tambahan jika perifer bocor.
6. Menstabilkan dasar catatan mandibula pada residual ridge dengan menekan
secara bilateral dengan jari-jari telunjuk ke kiri dan ke depan residual ridge ,
sementara ibu jari bersandar ringan pada dagu untuk stabilitas &mengontrol
gerakan mandibula. (Figure 5.7)
7. Instruksikan pada pasien bahwa kontak antara oklusal rim akan tidak teratur
karena ketinggian masing- masing oklusal rim yang disesuaikan dengan
keadaan rongga mulut
8. Perkirakan berapa banyak wax yang harus dihilangkan dari tepi untuk
memungkinkan penutupan pada vdo yang diinginkan saat kedua oklusal rim
berkontak (Figures 5.8a-5.8c)
9. sesuaikan permukaan oklusal rim untuk memberikan kontak yang rata di
tengah-tengah antara alveolar ridges (Figures 5.9)
10. Merekam jarak antaroklusal pada pasien. Jarak antar- oklusal pada posisi

istirahat ini besarnya harus 2-4 mm dilihat di daerah premolar. (Zarb, 2002) 


Dengan penerapan rumus
 :

Dimensi vertikal = rest position – free way space 


Pertama diukur dimensi / jarak vertikal pasien dalam keadaan istirahat tanpa
galangan gigit. Kemudian dikurangi dengan free way space sebesar 2-4 mm.

(Itjiningsih, 1993) 

D. Pencatatan akhir

 
 Memastikan kontak kedua galangan gigit baik dan garis yang dibuat

saling bertepatan. kemudian kedua galangan gigit dapat dilepas secara

bersamaan. 
 Kemudian lekatkan kedua galangan gigit dengan

menguncinya dengan pisau malam yang dipanaskan setelah itu


ditempatkan pada model kerja masing-masing. (Watt dan McGregor,

1992) 

DAFTAR PUSTAKA

1. Watt, David M dan MacGregor, A. Roy. 1992. Membuat Desain Gigi Tiruan
Lengkap. Jakarta: Hipokrates. Pp : 187-197
2. W.H. Itjiningsih. 1993. Geligi Tiruan Lengkap Lepas. Jakarta: EGC. Pp : 62-73

3. Gunadi, Haryanto. A; Burhan, Lusiana A.; Suryatenggara, Freddy. 1995. Ilmu Geligi
Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 1. Jakarta: Hipokrates. Pp : 112-116
 Zarb, George A.
2002
4. Duncan J Wood, Thony Jhonson. 2012. Technique in Dentures Technology –willey
Blackwell: pages 22-26
5. Mac Entee.1999. The Complete Denture – in Clinical Pathway. Quitessence Book :
pages 38-41

Anda mungkin juga menyukai