Anda di halaman 1dari 69

Dika Agung Bakhtiar drg.

,
Sp.Pros
Menurut Basker et al (1992) posisi mandibula
dikategorikan sbb :

REST POSITION

MUSCULAR POSITION

INTERCUSPAL POSITION (ICP)

RETRUDED CONTACT POSITION (RCP)


2
Nomenklatur utk
posisi mandibula

(Basker et al, 1992)

3
Rest posisi fisiologis merupakan posisi postural yg dikontrol
sepenuhnya oleh otot-otot pembuka, penutup, memajukan dan
menarik mundur mandibula. Selain itu juga dipengaruhi oleh
posisi kepala pasien. Pd studi terbaru, penghitungan rest posisi yg
lebih akurat disarankan utk memposisikan kepala pasien tegak
lurus & tanpa disangga oleh head-rest dental unit. Oleh karena
ketika pasien menundukkan kepalanya maka jarak rest posisi
berkurang, namun bila posisi kepala menengadah maka jarak rest
posisi bertambah (hasilnya tdk terlampau signifikan dg posisi kepala tegak lurus).

26
Ketika mandibula berada pada rest position maka akan terdapat
ruang/jarak di antara permukaan oklusal gigi-gigi RA & RB
interocclusal rest space atau interocclusal distance atau
disebut juga THE FREEWAY S PACE sebesar ± 2–4 mm ketika
dilihat di posisi premolar pertama (Boucher et al, 1997)

5
Basker & davenport (1992) :
>>posisi vertikal dan horisontal mandibula yg didapatkan dari
keseimbangan aktivitas otot-otot yg menggerakkan mandibula
dari posisi rest menuju mulanya kontak gigi-gigi

6
Basker & davenport (1992):

>>>posisi vertikal dan horisontal mandibula ketika terjadi


kontak oklusal yang maksimal

ICP = centric occlusion


terletak lebih anterior dari relasi sentrik
posisi maksilo-mandibula ditentukan oleh gigi geligi
kadangkala dianggap serupa dg “intercuspasi maksimal” atau
“habitual closure”

7
Basker & davenport (1992):
>>>pergerakan mandibula dari posisi ICP ke arah posterior
dengan mempertahankan kontak minimal gigi geligi

Besar pergerakan ±1 mm krn dibatasi oleh ligamen lateral


TMJ.

30
Dapat diartikan :
“Hubungan mandibula terhadap maksila dimana condyle berada
paling posterior/distal dalam fosa glenoid pada tinggi gigit
tertentu dan masih memungkinkan mandibula utk bergerak ke
arah lateral”

“RCP = Relasi Sentrik”

9
METODE DORS AL FLEKS I :
memposisikan pasien terlentang/tidur (semi supine/supine)
pada dental unit atau wajah menengadah ke atas (dorsal
fleksi) mandibula berada pada posisi paling posterior

METODE NUCLEUS WALKHOFF


bag. posterior lempeng gigit RA dilekatkan bulatan dg
diameter 3-4 mm yg terbuat dari malam model, instruksikan
px utk memposisikan ujung lidahnya menyentuh nukleus
walkhoff dan menutup mulutnya

10
MENGAPA ???
Memungkinkan GT utk berfungsi pd berbagai posisi
Mendukung (kondusif) utk kesehatan pasien (non-patologis)
 Brill
et al - nyeri & hilangnya sensasi oklusal pasien bila GT tdk pd CR
 Renyolds - 24% dari populasi normal mempunyai CR=CO
Nyaman digunakan- relatively centered (Celenza)
Lebih mudah direproduksi (Grasser)
Lebih mudah utk menstabilkan oklusi
CR tdk berbeda dg CO pd DVO (Wilson and Nairn)

KAPAN ???
Ketika seluruh oklusi gigi harus direstorasi dan tidak ada posterior
centric stops yg tersisa.(terutama pada GTP, GTJ atau GTSL yg
melibatkan seluruh komponen oklusi)
11
Posisi oklusi sentrik pasien sulit ditentukan karena:
 Pasien tdk dpt mengetahui oklusi sentrik atau posisi
habitual dgn menggunakan galangan gigit
 Posisi habitual tidak dapat ditentukan dgn galangan gigit
(Crum and Loiselle; Brill et al)

Oklusi sentrik pasien mungkin suatu posisi disfungsional


Lakukan palpasi otot-otot & TMJ utk memastikan tdk adanya
disfungsi (Brill et al)

12
 Oklusi pasien stabil
 Tidak ada kelainan patologis pd komponen
sistem mastikasi pasien (mis. tdk adaTMD atau keausan
gigi geligi yg parah)
 Adanya posterior centric stops

menggunakan maximum intercuspation/ICP

13
Menurut Boucher et al, 1997 dikategorikan menjadi :
1. Vertical Dimension of Occlusion (DVO)
2. Vertical Dimension of Rest posisition (DVR)
3. Posisi lainnya

>> Pd pengguna GTP, DVO merupakan jarak vertikal antara kedua GT ketika
gigi-giginya saling berkontak/oklusi.

51
PENETAPAN RELASI VERTIKAL
MAKSILOMANDIBULAR UTK GIGI TIRUAN PENUH

15
16
Ekstrusi gigi asli yg disebabkan hilangnya gigi antagonis akan
disertai menutupnya ruang antar rahang di regio tersebut. Untuk
perluasan basis GT, dibutuhkan ruang antar rahang yg cukup
agar dpt mengakomodasi penempatan anasir gigi. Pd kasus
semacam ini, agar didapatkan DV yg dpt diterima oleh pasien
(secara estetik & fungsi) maka perlu dilakukan tindakan bedah
pd tuber maksila yg fibrous & prominen, retromolar pads &
jaringan lunak yg iregular atau mengurangi perluasan basis GT,
hingga pencabutan gigi yg ekstrusi bila ekstrusinya parah

Berkurangnya jarak antar rahang akan mengurangi kekuatan


gigitan GT sehingga nyeri pd mukosa penyangga akibat
pergerakan basis GT menekan mukosa akan berkurang juga.
Kondisi ridge knife-edge juga diterapi dgn mengurangi DVO
pasien utk mencegah trauma dan nyeri pd mukosa penyangga.
17
Akan tetapi, jarak antar rahang yg berkurang akan berakibat pd
perubahan ekspresi wajah pasien yg tdk diharapkan (terutama
pd 1/3 bawah wajah, dimana dagu tampak terlalu dekat dgn
hidung dan menonjol, sudut mulut bergerak ke bawah krn
orbicularis oris berikut perlekatannya terdorong terlamapu
mendekati originnya, mengurangi aksi otot wajah shg tonus otot
berkurang wajah mjd menggelambir/flabby) shg DVO pasien
sebaiknya ditambah hingga scr estetik baik & nyaman utk pasien
saat GTP berfungsi.

Selain itu berkurangnya jarak antar rahang akan mengurangi


ruangan yg tersedia dalam rongga mulut, yg biasanya saat posisi
istirahat ruangan tsb diisi oleh lidah  mendorong lidah ke
belakang menuju tenggorokan  displacement jaringan
disekitarnya obstruksi/menutup tuba eustachian  mengganggu
fungsi telinga (hearing impairment) ketidaknyamanan.

18
Apabila diketahui kondisi patologis yg tersebut di atas terjadi
pada pasien sbg akibat berkurangnya jarak antar rahang maka
GT dibuat sebagai “treatment denture” (DVO GT ditambah secara
bertahap dlm kurun waktu tertentu dg cara menambahkan
akrilik pd permukaan oklusal GT RB agar pasien dpt beradaptasi
terhadap perubahan DVOnya). (Boucher et al, 1997)

Pasien
pengguna
GTP yg
pemeliharaan
nya krg baik
shg
kehilangan
DVO dan
berakibat
mandibula
protrusif
19
 Titik kontak oklusal gigi asli RA & RB menentukan DVO 
gigi asli hilang  sulit & rumit  operator harus cermat
& teliti
 Px dg rahang tdk bergigi lebih banyak mengalami
kesulitan utk menentukan kontak gigi-gigi pada GT  krn
tdk adanya membran periodontal  respon proprioseptif
hilang
 Lempeng & galangan gigit dr malam merah yg mudah
berubah, terkadang membingungkan px

20
21
Basker & davenport, 1992 :
>>>jarak antara dua titik, yg satu terletak di maksila dan lainnya
terletak di mandibula, ketika gigi geligi rahang atas dan bawah
saling berkontak

60
Menurut Boucher et al (1997) metode pengukuran relasi vertikal
maksilomandibular dikelompokkan menjadi:
1. Metode mekanikal
menggunakan pencatatan gigitan sebelum dilakukan
tindakan pencabutan, kesejajaran ridge dll serta estetik &
kenyamanan pasien.

2. Metode fisiologis
melibatkan penggunaan rest posisi fisiologis, fenomena
penelanan dan fonetik serta estetik & kenyamanan pasien.

23
1. Relasi Ridge
a. Jarak papilla insisivus terhadap gigi insisif mandibula
b. kesejajaran ridge (ridge parallelism)

2. Pengukuran GT lama pasien

3. Pencatatan sebelum pencabutan gigi (preextraction records)


a. Radiografik profil pasien/Cephalometric Ro
b. Model studi rahang dalam posisi oklusi
c. Pengukuran dimensi wajah

24
a. Jarak papilla insisivus thd gigi insisif mandibula
Papilla insisivus mrpkan anatomical landmark yg relatif stabil
posisinya ketika tjd resorbsi ridge alveolar.

Jarak antara papilla insisivus thd ujung insisal gigi anterior


RB (diukur pd model rahang) ±4 mm pd gigi-gigi asli.
Ujung insisal gigi insisif sentral RA berada ±6 mm di bawah
papilla insisivus. Shg nilai mean overlap vertikal antara gigi
insisif sentral RA & RB ±2 mm.

>>perlu diperhatikan bahwa perhitungan tsb mrpkan


perhitungan rata-rata dan tdk relevan pd pasien dg resorbsi
yg parah.

25
b. Kesejajaran ridge / Parallelism of the ridges
Kesejajaran ridge maksila dan mandibula serta 5 derajat
pembukaan di regio posterior seringkali digunakan sbg
panduan ideal besarnya jaw separation  krn gigi dg oklusi
normal yg lalu dicabut akan meninggalkan residual ridge di
sisi posterior paralel satu sama lainnya (dgn syarat tdk tjd
perubahan abnormal pd prosesus alveolarisnya).

Akan tetapi, pd pasien yg kehilangan gigi anterior & posterior


dlm waktu yg berbeda-beda, seringkali didapatkan residual
ridgenya tdk sejajar

27
GT lama pasien dapat diukur dan hasil pengukurannya
dikorelasikan dgn hasil observasi pd wajah pasien utk
menentukan adanya perubahan-perubahan pd desain GT yg
dibutuhkan pasien.

Pengukuran dilakukan dg menggunakan Boley Gauge caliper


(alat utk mengukur ketebalan tepi GT RA dan RB –gbr.8.8) dan
Alma gauge (alat utk mengukur relasi insisal dlm bdg vertikal &
horisontal). Jika setelah dilakukan observasi wajah pasien, hasil
pengukuran dianggap terlampau pendek maka dilakukan
perubahan pd desain GT pasien yg baru.

28
Boley Gauge

67
69
a. Radiografik profil pasien/Cephalometric Ro
a. Dpt digunakan utk menganalisa DVO akan tetapi karena
resiko radiasi maka penggunaannya jarang dilakukan utk
perawatan prostodontik pd pasien edentulous

b. Model studi rahang dlm posisi oklusi


pencetakan dilakukan sebelum pencabutan lalu model rhg
dipasang dlm artikulator utk dihitung tinggi dan jarak gigit
pasien serta evaluasi ukuran & bentuk gigi.

c. Pengukuran dimensi wajah/Facial measurements


c. Menggunakan alat seperti arbitrary face bow dan kaliper
(mengukur jarak antara dagu ke dasar hidung sebelum gigi
dicabut)
79
Menggunakan Willis
Gauge

DVO YG BENAR
DIDAPAT DR JARAK
VERTIKAL DASAR
HIDUNG-DAGU =
JARAK VERTIKAL
S UDUT MULUT-PUPIL

* Hanya utk ras


kaukasoid
33
34
1. Physiological Rest Position

2. Phonetic & Esthetics

3. Swallowing threshold

4. Tactile sense

5. Persepsi pasien thd kenyamanan

36
Walaupun pengukuran ini bukan panduan yg mutlak, tapi bila
dikombinasikan dg metode lain akan memberikan informasi DVO
pasien yg tepat. Pengukuran dg cara :
1. Pasien diinstruksikan utk rileks ketika galangan gigit
diinsersikan dalam mulut pasien
2. Pasien diminta melakukan gerakan menelan
lalu merelaksasi rahangnya utk beberapa saat
3. Bila pasien tampak rileks, operator
perlahan-lahan membuka bibir pasien
utk melihat besarnya ruang antar
galangan gigit. (pasien tdk boleh
menggerakkan rhg atau bibirnya).
Idealnya, jarak antar oklusal = 2-4 mm
(freeway space)

37
4. Hasil pengukuran rest posisi mandibula pasien (tanpa
galangan gigit) dibandingkan dgn pengukuran rest posisi
pasien dgn menggunakan galangan gigit.
Bila selisihnya >4 mm maka DVO terlampau rendah namun
bila <2mm maka DVO terlampau tinggi.
5. Galangan gigit disesuaikan hingga sesuai dgn DVO pasien
yg harmonis dgn estetik, fungsi, fonetik dan kenyamanan
pasien

38
DIMENSI VERTIKAL OKLUSI =
DIMENSI VERTIKAL REST POSTION – FREEWAY SPACE (2-4 mm)
39
MENANDAI UJUNG HIDUNG & DAGU YG
PALING MENONJOL UTK DIUKUR DVR &
DVO

METODE PENGUKURAN DVO ( TWO DOT TECHNIQUE)


78
9
Uji Fonetik utk DVO dilakukan dgn cara mendengarkan bunyi
atau suara yg diproduksi. Biasanya dilakukan saat pasang coba
model malam GTP dimana anasir gigi anterior & posterior telah
Tersusun dgn baik.

Pengucapan huruf “ ch, s, j “ akan merapatkan gigi-gigi anterior.


Bila penyusunan gigi dilakukan dg benar maka gigi insisif RB
akan bergerak maju hingga terletak pd posisi tepat berada di
bawah dan hampir bersentuhan dgn gigi insisif sentral RA. Jika
Jaraknya terlampau besar berarti DVO yg dihasilkan terlampau
rendah. Namun jika gigi anterior RA & RB saling bersentuhan,
maka DVO terlampau tinggi.

80
 PHONETIC TEST dgn SILVERMAN METHOD (SILVERMAN, 1953)
 = CLOSEST SPEAKING TEST

 Pada DV yg benar maka saat pasien mengucapkan


huruf”S”
 yang berdekatan (mis. kata MISSISSIPI atau SUSI
SUSANTI) akan
 terdapat sela/jarak antar insisal gigi-gigi anterior RA &
RB
 “INCISAL DISTANCE GAP” sebesar 2-4 mm

43
Bila terdengar suara “clicking” krn gigi-gigi saling bersentuhan
ketika pasien berbicara maka DVO pasien terlampau tinggi.

44
Posisi mandibula pada awal gerakan menelan digunakan sbg
panduan utk menetapkan DVO. Ketika pasien menelan, gigi-gigi
akan saling berkontak (minimal) pada awal siklus menelan
berlangsung.

Jika oklusi GTP terus menerus tdk tercapai ketika pasien


melakukan gerakan menelan, maka DVO yg dihasilkan
sebelumnya terlampau rendah.

45
Metode pengukuran DVO dgn memanfaatkan tactile sense
pasien dilakukan menggunakan suatu adjustable bearing screw
(the coble device) yg dilekatkan di tengah-tengah galangan gigit
RA & RB. Kekurangan dari metode ini adalah adanya benda
asing yg terletak di palatum dan ruang lidah.

46
5
Partisipasi pasien dalam menentukan DVO harus diperhatikan
terutama persepsi pasien dalam hal estetik, fonetik,
kenyamanan yg dirasakan pasien agar tercapai keberhasilan
perawatan GTP yang secara fisiologis dan psikologis dapat
diterima oleh pasien

86
 GTP tidak stabil
 Spasme otot-otot mastikasi
 Profil pasien buruk krn otot wajah tegang & bibir sulit
menutup
 Bunyi clicking pada anasir gigi GTP saat beroklusi 
Horse S ound
 Iritasi mukosa pendukung, resorpsi tulang & gangguan
pada TMJ (temporomandibular disorders)

49
 Kekuatan gigit berkurang
 Ekspresi wajah terlihat lebih tua krn kehilangan support
(mis. bibir & sudut mulut mjd turun & melipat; pipi
sering tergigit krn tonus otot kurang)
 Fonetik terganggu terutama pengucapan huruf yg
mendesis (mis. S)
 Lidah akan terdesak ke arah laring  kronis akan
mengganggu tuba eustachii pada telinga
 Costen syndrome

50
51
1. Pemeriksaan TMJ dan otot-otot fasial
- palpasi pada area TMJ
- cek : clicking sound, dpt dibantu-
krepitasi, popping stetoskop
nyeri
- pola penutupan mandibula (adanya deviasi ataupun
displacement)

2. Pemeriksaan relasi ridge


- palpasi
- cek : tonus otot; nyeri

52
Pemeriksaan TMJ dilakukan dengan cara :
a.memposisikan pasien rileks dan kepala tegak, bersandar pd head-
rest dental unit
b.palpasi pada kondile kanan & kiri pasien dgn cara operator
menempatkan jari kelingkingnya pada lubang telinga kanan dan kiri
c. pasien diminta melakukan gerakan membuka & menutup mulut
secara perlahan dan berulang kali.

>>>Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat keserasian pergerakan kondile


kanan dan kiri saat membuka dan menutup mulut, melihat adanya deviasi dan
displacement mandibula. Apabila ditemukan ketidakserasian pergerakan
kondile, maka akan menyulitkan tahapan penetapan relasi sentris pasien.

53
Pemeriksaan relasi ridge atau relasi rahang (dilakukan di pasien atau di model
studi terpasang di artikulator).
Bertujuan untuk menentukan susunan gigi anterior dan posterior dengan cara
melihat relasi puncak ridge (anterior & posterior) RA terhadap RB dari arah
sagital dan transversal.
 Arah Transversal (dilihat dari depan) :
untuk melihat relasi puncak ridge posterior
≥ 80° atau normal apabila lengkung ridge RA lebih lebar dari lengkung ridge
RB (gigitan fissura luar RA atau gigitan fissura dalam RB).
≤ 80° apabila lengkung ridge RA lebih sempit dari lengkung ridge RB atau
puncak ridge RA posisinya lebih ke dalam dari puncak ridge RB (gigitan
fissura luar RB atau gigitan fissura dalam RA)
 Arah Sagital (dilihat dari samping):
untuk melihat relasi puncak ridge anterior
Normal bila puncak ridge anterior RA lebih protrusif dari puncak ridge
anterior RB (susunan gigi normal). Progeni bila puncak ridge anterior RB
lebih protrusif dari puncak ridge anterior RA (susunan anasir gigi anterior
dibuat cross bite atau edge-to-edge)
54
a. Pemeriksaan dukungan bibir (lip support) dgn cara melihat
dukungan galangan gigit RA pada bibir atas dari arah depan
dan samping.
Anatomical landmark yang diperhatikan adalah philtrum,
sulcus nasolabialis dan commisura bibir.
Lip support berkurang: tampak philtrum datar, sulcus
nasolabialis dalam, commisura bibir turun.
Lip support berlebih: tampak philtrum hilang (dapat sebagian
atau seluruhnya), sulcus nasolabialis dangkal dan
commisura bibir distorsi ke lateral.

55
b. Pemeriksaan panjang galangan gigit RA terhadap bibir atas.
Bibir normal: bila tersenyum maka 2/3 panjang gigi anterior RA
terlihat dan panjang galangan gigit RA akan terlihat 2 mm di
bawah bibir atas.
Bibir pendek: bila tersenyum maka gigi anterior RA dan
prosesus alveolaris terlihat lalu panjang galangan gigit RA akan
terlihat 4 mm di bawah bibir atas.
Bibir panjang: bila tersenyum maka gigi anterior RA tidak
terlihat dan galangan gigit RA panjangnya sama atau 2 mm di
atas bibir atas (galangan gigit lebih pendek).

c. Pemeriksaan estetik & kenyamanan pasien saat menggunakan


galangan gigit
56
PEMERIKSAAN LIP &
CHEEK S UPPORT

57
b. Pemeriksaan panjang galangan gigit RA terhadap bibir atas.
Bibir normal: bila tersenyum maka 2/3 panjang gigi anterior RA
terlihat dan panjang galangan gigit RA akan terlihat 2 mm di
bawah bibir atas.
Bibir pendek: bila tersenyum maka gigi anterior RA dan
prosesus alveolaris terlihat lalu panjang galangan gigit RA akan
terlihat 4 mm di bawah bibir atas.
Bibir panjang: bila tersenyum maka gigi anterior RA tidak
terlihat dan galangan gigit RA panjangnya sama atau 2 mm di
atas bibir atas (galangan gigit lebih pendek).

c. Pemeriksaan estetik & kenyamanan pasien saat menggunakan


galangan gigit
58
a. Posisikan pasien duduk rileks dan kepala tegak.
b. Tentukan titik yang paling prominen pada ujung hidung dan
dagu (teknik two dot).
c. Pasang benang putih pada tragus
melewati ala nasi (bidang Camper)
kemudian insersikan galangan gigit
RA ke dalam mulut pasien.

d. Posisikan occlusal bite plate pada mulut hingga


permukaannya berkontak dengan permukaan insisal dan
oklusal galangan gigit RA lalu fiksasi dengan jari telunjuk
dan jari tengah operator atau meminta pasien memfiksasi
dengan ibu jari kanannya.
59
...4.MENENTUKAN LETAK BIDANG INSISAL DAN
OKLUSAL GALANGAN GIGIT RA...
Kesejajaran bidang oklusal galangan gigit RA & RB terhadap
bidang oklusal pasien ditetapkan menggunakan occlusal bite
plate

60
OCCLUSAL PLANE PLATE PARALEL DG
BIDANG CAMPER/CAMPER PLANE (ALA
TRAGUS LINE)

61
5. Pengukuran DVO
memakai two dot technique N
Rumus : DVO = DVR – FWS (2-4 mm)
6. Penetapan relasi sentris/letak gigit
Bimanual Manipulation :
posisi px sedikit berbaring
(slightly supine)

62
Operator
membantu
mengarahkan px
utk menutup
mulutnya dlm
posisi relasi
sentris

139
1-2
mm

140
65
66
67
MOUNTING

68

Anda mungkin juga menyukai