Anda di halaman 1dari 8

Gigi tiruan lengkap

A. Indikasi
Indikasi GTL anrata lain :
1.

Edentulous ridge

2.

Pasien yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut

3.
Pasien yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang
masih ada dan tidak mungkin diperbaiki
4.
Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya (prognosis
GTSL buruk)
5.

Keadaan mulut dan kondisi pasien baik

6.

Resorbsi tulang berlebihan

7.

Ada persetujuan mengenai waktu, biaya, prognosa yang akan diperoleh

Kontra indikasi GTL antara lain:


1.

Pasien yang tidak kooperatif

2.

Pasien dengan usia lanjut, harus mempertimbangkan sifat dan kondisi pasien tersebut

3.

Adanya penyakit sistemik yang diderita pasien

4.

OH yang buruk

5.

Riwayat alergi bahan


B. Pengukuran Dimensi Vertikal

Physiological rest position.


Pencatatan rahang dalam keadaan physiological rest position menunjukan suatu indikasi
untuk dimensi vertikal relatif yang benar. Hal ini bisa jadi bukan petunjuk yang pasti, namun bila
digunakan dengan metode lain, dapat membantupenentuan relasi vertikal rahang bawah terhadap
rahang atas.Cara yang dianjurkan adalah pasien diminta untuk memposisikan keadaan istirahat
saat tanggul gigitan telah ditempatkan, dengan posisi tegak dan kepala tidak didukung. Setelah
tanggul gigitan dimasukkan ke dalam mulut pasien, pasien kemudian diminta untuk menelan dan
meletakkan rahangnya dalam keadaan istirahat. Saat terjadi relaksasi, dengan perlahan bibir agak
dibuka untuk melihat besarnya jarak antara kedua tanggul gigitan.Pasien harus membiarkan

dokter gigi memisahkan bibir tanpa bantuan atau tanpa pergerakan rahang atau bibir. Jarak interoklusal pada saat posisi istirahat hendaknya berkisar antara 2-4 mm bila dilihat dari regio
premolar.
Jarak antar rahang dan posisi istirahat dapat diukur dengan menempelkan plester atau
titik dengan pensil tinta pada wajah. Bila perbedaan lebih besar dari 4 mm, dapat dikatakan
bahwa dimensi vertikal saat oklusinya terlalu kecil; Bila kurang dari 2 mm, dimensi vertikalnya
terlalu besar. Tanggul gigitan disesuaikan hingga dokter gigi tersebut puas akan besar jarak antar
rahang. (Gambar 12-4 sampai gambar 12-6). Hal ini penting karena jarak interoklusal yang
cukup terjadi saat rahang bawah berada pada keadaanphysiological rest position.
1 Gbr. 12-4 Pengukuran dilakukan antara dua titik pada wajah saat rahang berada pada hubungan
vertikal physiological rest position
2 Gbr 12-5 Dengan tanggul gigitan di dalam mulut dan rahang pada dimensi vertikal posisi
istirahat, jarak interoklusal tampak memuaskan. Perhatikan ruangan antara tanggul gigitan.
3 Gbr 12-6 Dengan tanggul gigitan berkontak, jarak antara titik-titik di wajah adalah 3-4 mm
lebih kecil dibandingkan ketika rahang berada dalam keadaan physiological rest position.
Fonetik dan estetik.
Uji fonetik dimensi vertikal akan lebih baik dengan mendengarkan suara yang dihasilkan
daripada mengobservasi hubungan antar gigi selama berbicara. Produksi suara ch, s dan j
dihasilkan dari pertemuan tertutup gigi anterior. Saat penempatan benar, gigi insisif bawah akan
bergerak ke depan ke posisi hampir langsung dibawah dan hampir menyentuh insisif sentral atas.
Bila jarak terlalu besar, artinya bahwa dimensi vertikal saat oklusi yang didapatkan terlalu kecil.
Bila gigi anterior bersentuhan ketika suara dihasilkan, kemungkinan dimensi vertikal saat oklusi
terlalu besar. Sebaliknya, bila gigi mengunci bersama saat berbicara kemungkinan dimensi
vertikal saat oklusi terlalu besar.
Estetik,
juga
dipengaruhioleh
relasi
vertikal
rahang
bawah
terhadap
rahang atas.Suatupenelitian yang membandingkan kulit bibir dengan kulit diatas bagian wajah
lainnya dapat digunakan sebagai acuan. Normalnya, tonus kulit harus sama secara keseluruhan.
Namun harus disadari bahwa posisi anteroposterior relatif gigi juga sama-sama terlibat dalam
relasi vertikal rahang seperti pada perubahan tonus kulit.
Kontur bibir tergantung pada struktur intrinsiknya dan pendukung di belakangnya. Oleh
karena itu, pertama kali dokter gigi harus membuat kontur permukaan labial tanggul gigitan
sehingga dapat secara tepat berkontak dengan posisi anteroposterior gigi dan kontur dasar
landasan, sebaliknya harus mengganti atau memperbaiki dukungan jaringan, yang disediakan
oleh struktur alami (Gbr. 12-7)

Bila bibir tidak memiliki dukungan yang tepat pada bagian anterior, maka bagian tersebut
akan lebih ke vertikal daripada ketika didukung secara alami oleh jaringan. Pada kondisi seperti
itu terdapat kecenderungan meningkatnya dimensi vertikal oklusi untuk menyediakan dukungan
bagi bibir, dan hal ini bisa menimbulkan kegagalan.
Panduan estetis untuk relasi rahang atas terhadap rahang bawahvertikal yang benar
adalah, yang pertama, untuk memililih gigi yang memiliki ukuran yang sama dengan gigi asli
dan, kedua, untuk memperkirakan dengan tepat jumlah kehilangan jaringan dari linggir alveolar.
Jumlah kehilangan jaringan dapat dinilai dari riwayat gigi geligi dan lamanya gigi telah hilang.
4Gbr. 12-7 Tanggul gigitan rahang atas dibuat kontur sehingga permukaan labial akan
menyerupai landasan dan gigi artificial gigi tiruan akhir. A, dari samping, B, pandangan oklusal
menunjukkan kontur dan dimensi zona netral, yang telah disesuaikan pada tanggul gigitan ini.
Prinsip yang sama diterapkan pada pembuatan kontur tanggul gigitan rahang bawah.
Ambang batas penelanan.
Posisi rahang bawah pada permulaan tindakan penelanan telah digunakan sebagai
bimbingan untuk dimensi vertikal saat oklusi. Teorinya adalah, ketika seseorang menelan, gigi
geligi bertemu dengan kontak yang sangat ringan pada awal dari siklus penelanan. Jika oklusi
gigi tiruan terus hilang selama penelanan, dimensi vertikal oklusi dapat menjadi tidak memadai
(terlalu rendah). Berdasarkan hal inilah, catatan relasi kedua rahang pada tahap siklus penelanan
ini digunakan sebagai dimensi vertikalsaat oklusi. Teknik ini melibatkan pembuatan soft wax
cone pada basis gigi tiruan rahang bawah pada suatu keadaan dimana ia berkontak dengan tepian
oklusi rahang atas ketika rahang membuka terlalu lebar (Lihat Gbr. 13-11). Kemudian aliran
saliva distimulasi dengan menggunakan permen atau dengan cara lain. Tindakan menelan saliva
berulang kali akan mengurangi tinggi soft wax cone secara bertahap untuk memungkinkan
rahang bawah mencapai ketinggian dimensi vertikal saat oklusi. Lamanya waktu aksi ini
dilakukan dan kelembutan relatif dari corong lilin akan mempengaruhi hasilnya. Kami,
bagaimana pun juga, belum menemukan ketetapan dalam pemosisian vertikal akhir rahang
bawah dengan metode ini.
Sensasi taktil dan kenyamanan yang dirasakan pasien.
Sensasi taktil pasien digunakan sebagai pemandu untuk penentuan dimensi vertikal
oklusal yang benar.Adjustable central bearing screw dilekatkan pada palatal gigi tiruan rahang
atas atau tepian oklusi, dan central bearing plate dilekatkan pada tepian tanggul gigitan rahang
bawah atau basis gigi tiruan percobaan (lihat Gbr. 13-8). Central bearing screw,pertama-tama

disesuaikan sehingga terlihat jelas sangat panjang. Kemudian, dalam langkah


progresif, screw kemudian disesuaikan ke bawah hingga pasien mengindikasikan bahwa rahang
terlalu menutup. Prosedur ini diulangi dalam arah yang berlawanan hingga pasien
mengindikasikan giginya terasa terlalu panjang. Screw kemudian disesuaikan ke bawah hingga
pasien mengindikasikan panjangnya telah tepat, dan penyesuaian dilakukan berulang-ulang
hingga tinggi kontak terasa benar. Permasalahan dengan metode ini berkaitan dengan keberadaan
benda asing di ruangan palatal dan lidah. Penentuan akhir harus dibuat pada percobaan setelah
gigi berada pada posisinya.Partisipasi pasien dalam penentuan untuk mendapatkan catatan
dimensi vertikal juga harus dipertimbangkan, karena ada keuntungan fisiologis dan psikologik
dengan pendekatan ini.
Tes relasi rahang vertikal dengan tanggul gigitan
Pemisahan rahang vertikal yang dicapai dalam mulut dengan tanggul gigitan dan
ditempatkan padaartikulator adalah dimensi vertikal saat oklusi. Hubungan pendahuluan ini
dicapai dan dipertahankan oleh tanggul gigitan. Hal ini mendahului penentuan hubungan
horizontal rahang dan pada akhirnya catatan relasi sentrik pendahuluan.
Berikut ini adalah beberapa tes yang membantu dokter gigi dalam memastikan relasi vertikal
oklusi yang tepat dengan tanggul gigitan:
1.
2.

Penilaian dukungan wajah keseluruhan


Observasi visual jumlah ruangan antar tanggul gigitan ketika rahang berada dalam posisi
istirahat.
3.
Pengukuran antara titik-titik pada wajah ketika rahang berada dalam posisi istirahat
dimana tanggul gigitan tidak berkontak dan saat oklusi dimana tanggul gigitan berkontak.
4.
Observasi dilakukan ketika pasien mengucapkan suara desisan, untuk memastikan
tanggul gigitan berdekatan bersamaan tetapi tidak berkontak.
5.
Opini pasien terhadap kenyamanan yang dirasakan dengan tinggi tanggul gigitan yang
diperoleh.
Pengunaan tes-tes ini memungkinkan dokter gigi untuk membuat penentuan pendahuluan dan
tentatif dari dimensi vertikal saat oklusi. Penentuan final, bagaimanapun juga, tidak dapat dibuat
dengan metode apapun hingga gigi geligi terposisikan pada gigi tiruan lilin percobaan dan
dimensi vertikal dipastikan di mulut

C. Respon jaringan
Penggunaan gigi tiruan dalam waktu lama dan tidak menjaga kebersihan mulut dan
gigi tiruan dapat menimbulkan beberapa reaksi terhadap jaringan mulut yaitu, stomatitis
hiperplastik, stomatitis angularis, hiperplasia jaringan mulut dan denturestomatitis
perlekatan mikrobial pada permukaan gigi tiruan dapat mengakibatkan proliferasi
koloni bakieri sehingga terjadi pembentukan plak yang menyebabkan bau mulut dan denture
stomatitis Perkcmbangan denture stomatitis dipengaruhi oleh adanya gigi tiruan. kandida sp.
dan rnikroorganisrne Iainnya, serta faktor lokal dan sisternik seperti pH asam saliva. asupan
tinggi karbohidrat terapi. antibiotik dalam jangka wakiu panjang. terapi hormonal pada
penyakit sistemik seperti diabetes melitus dan arterial hypertension
DENTURE STOMATITIS
Soenartyo, Hadi. Denture Stomatitis: Penyebab dan Pengelolaannya. Majalah kedokteran gigi,
2000; 4(33): 148-51
Adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan-perubahan
patologik pada penyangga gigi tiruan di dalam rongga mulut. Perubahan-perubahan tersebut
ditandai dengan adanya eritema dibawah gigi tiruan lengkap atau sebagian, baik dirahang
atas maupun dirahang bawah. Denture Sore mouth dan chronic atropic candidosis adalah
istilah lain yang juga digunakan untuk menyatakan kelainan atau keadaan ini.
Beberapa pasien mengeluh adanya rasa panas atau gatal yang biasanya dirasakan
pada mukosa palatum atau mukosa lidah. Intensitas peradangan berbeda-beda, kadang
terbatas pada daerah tertentu atau bisa pula mengenai seluruh jaringan pendukung gigi tiruan.
Kelainan ini cenderung terjadi pada rahang atas daripada rahang bawah. menurut Newton.
Secara klinis denture stomatitis dibagi 3 tipe yaitu :
Tipe I : Tampak Hyperaemia berupa noda atau titik sebesar jarum pentul
Tipe II : Eritema yang tidak terbatas tegas
Tipe III : Inflamasi Granuler atau hyperplasia papiler
Atropi epitel, stratum korneum yang tipis disertai infiltrasi leukosit pada epitel, adalah gambaran
yang sering ditemukan pada pemeriksaan histopatologi, meskipun keadaan ini sering dijumpai
pada denture stomatitis oleh karena Candida albicans disbanding denture stomatitis yang
disebabkan trauma.

Beberapa prosedur di bawah ini dapat di anjurkan untuk perawatan stomatitis akibat gigi tiruan :

1. pemeliharaan kebersihan mulut dan gigi tiruan yang baik diikuti dengan mengistirahatkan
jaringan , perbaikan oklusi, serta perbaikan gigi tiruan.
2. Terapi antijamur. Dilakukan setelah pemeriksaan apus jaringan membuktikan adanya infeksi
Candida. Pemberian tablet nistatin cukup efektif untuk mengendalikan infeksi ini.
3. pengambilan papilomatosia secara bedah
Stomatitis karena gigi tiruan dapat timbul bersama-sama dengan keilitis angularis yaitu suatu
peradangan pada sudut mulut yang kadang-kadang terasa sakit. Keilitis angularis dapat sembuh
dengan pemberian salep antijamur pada daerah yang terkena
Penyebab utama dari hiperplasia ini adalah tepi basis gigi tiruan yang terlalu panjang
yang mungkin disebabkan oleh resorpsi prosesus alveolaris (Pala, 2002: 9-10). Trauma pada
mukosa juga dapat terjadi karena penekanan tepi basis gigi tiruan pada mukosa bergerak atau
pada perbatasan mukosa bergerak dan tidak bergerak akibat oklusi yang tidak seimbang
sehingga tepi basis gigi tiruan masuk ke jaringan sulkus. Selain itu, disebabkan oleh iritasi
kronis dari gigi tiruan yang longgar (Damayanti, 2009: 7).
Hiperplasia akibat penggunaan gigi tiruan sering asimtomatik dan terbatas pada
jaringan di sekeliling tepi gigi tiruan di daerah vestibular, lingual atau palatal, dan di bagian
sisa prosesus alveolar (Damayanti, 2009: 7).Secara klinis, lesi ini berwarna merah muda,
sedikit pucat dari warna mukosa normal. Lesi terletak sejajar terhadap ridge dengan dasar
lamina propia serta mempunyai panjang lima mm sampai tiga mm dan tinggi lima mm
sampai sepuluh mm. Tidak jarang, dua atau tiga lesi terdapat dalam mulut, lesi terbesar
terletak paling dekat dengan ridge. Lesi ini bersifat elastis dan lunak mirip polip fibro-epitel.
Limpadenopati regional tidak ditemukan di sekitar gigi tiruan (Gayford, 1993: 123).
Hiperplasia merupakan akibat dari respon fibroepitelial karena pemakaian gigi tiruan
yang disebabkan tepi basis gigi tiruan yang terlalu panjang dan gigi tiruan yang longgar.
Hiperplasia ini berupa lesi yang berwarna merah muda, elastik, dan lunak. Lesi ini timbul di
jaringan sekitar gigi tiruan. Perawatan hiperplasia dapat dilakukan dengan pembedahan
untuk lesi yang besar dan penghentian pemakaian gigi tiruan sementara waktu.
D. Pencetakan
Tahap awal setelah pasien dianamnesa dan diindikasikan adalah pencetakan (impression), yaitu
suatu bentuk negatif dari jaringan mulut yang akan dipakai sebagai basal seal prothesa (Swenson,
1964).
Dua macam cetakan, yaitu:

1.
Cetakan anatomis (dalam keadaan tidak berfungsi), yaitu pencetakan tidak menghiraukan
tertekan atau tidaknya mukosa. Cetakan dilakukan dengan sendok cetak biasa (stock tray), bahan
yang dipakai adalah compound, alginat.
2.
Cetakan fisiologis (dalam keadaan berfungsi), yaitu dalam pencetakan ini memperhatikan
jaringan bergerak dan tidak bergerak juga memperhatikan tertekannya mukosa. Digunakan
sendok cetak individual yang dibuat dari bahan shellac atau self curing acrilic resin. Hasil
cetakannya digunakan sebagai work model.
Kedua jenis cetakan tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil cetakan seakurat mungkin,
dikenal sebagai double impression.
Cara membuat sendok cetak individual (Itjiningsih, 1993):
Shellac dipanaskan pada model studi sambil ditekan. Lakukan pemotongan sesuai dengan
batas jaringan bergerak dan tidak bergerak. Bila dikehendaki dapat 1-2 mm lebih rendah untuk
memberi tempat pada bahan cetak asal jangan mudah lepas dari rahang pasien. Buatlah pegangan
sendok individual dan buat pula lubang dengan bur bulat no. 3 pada daerah palatum, berjarak 4-5
mm. Kegunaan lubang ini adalah untuk mengalirkan bahan cetak yang berlebih karena bila
tertahan akan menyebabkan tekanan yang berlebih dari geligi tiruan pada jaringan
pendukungnya.
E. Prosedur perawatan GTL
Perawatan pre insersi
1.

Preparasi mulut

Secara gaeis besar ada 2 tahapan preparasi mulut. Pertama, dalam proses ini biasanya langkahlangkah pendahuluan, seperti tindakan bedah dan perawatan periodontal. Tinadakan ini
dilakukan untuk mempersiapkan mulut pasien menerima gigi tiruan yang akan dipakainya.
Tahapan peertama ini ditujukan untuk menciptakan lingkungan mulut yang sehat.
Kedua, mulut pasien perlu dipersiapkan untuk pemasangan geligi tiruan yang akan dibuat. Dalam
tahapan ini dilakukan proses pengubahan kontur, mencari bidang bimbing, dan menciptakan
daerah-daerah untuk retensi mekanis. Permukaan jaringan yang akan dipreparasi ditandai pada
model diagnostik. Model dipakai sebagai peta atau petunjuk untuk melaksanakan perubahanperubahan.
2.

Tindakan bedah praprostetik

Persiapan tindakan bedah, seperti pencabutan gigi, pembedahan gigi impaksi, tulang atau
jaringan hendaknya dilakukan secepat mungkin. Memang ada pula pengecualian dalam hal ini,
umpamanya ekstraksi perlu ditangguhkan sampai dapat dilakukan pembuatan geligi tiruan

imidiat. Dengan cara ini protesa dimanfaatkan sebagai pelindung luka sampai sembuh, sehingga
membantu mencegah resopsi tulang berlebihan.
Eksostosis yang emngganggu desain geligi tiruan, harus dibuang secara bedah, bila tidak dapat
lagi diatasi dengan cara non-bedah. Pembuangan daerah ini tergantung pada ukuran, lokasi
dalam kaitan dengan prothesa yang akan dibuat serta kualitas dukungan tulang alveolar.
Jaringan hiperplastik yang mengganggu desain dan stabilitas, termasuk pembesaran tuberositas,
mukosa kendur, papilomatosis palatal atau epulis.
Frenulum labialis atas dan lingualis bawah mungkin paling sering menimbilkan gangguan pada
desain geligi tiruan, karena itu mungkin pula membutuhkan tindakan bedah.
Pada kasus dimana dijumpai pembesaran tuberositas dan mengganggu ruang intermaksila, perlu
dibuat rontgen foto terlebih dahulu untuk melihat lokasi sinus dan kemungkinan dilakukan
tindakan bedah.
Perawatan post insersi

Pasien diinformasikan bahwa akan ada perubahan suara dan rasa tidak nyaman setelah
pemasangan gigi tiruan, namun hal itu tidak berlangsung lama dan akan kembali normal

Pasien diintruksikan untuk memakai prothesa siang dan malam untuk 2-3 hari pertama
pemakaian dan hanya dilepas untuk dibersihkan setelah makan, sebelum tidur, dan pagi hari. Hal
ini dimaksudkan untuk mempercepat penyesuaian mukosa terhadap bentuk gigi tiruan yang baru

Pasien diintruksikan untuk membaca atau bicara keras-keras selama 20menit/hari untuk
penyesuaian dengan prothesa serta sering minum untuk membasahi rongga mulutnya

Pasien diintruksikan untuk kontrol 3-4 haro setelah pemakaian prothesa untuk pasien biasa
dan 1-2 hari untuk pasien yang memiliki kasus mukosa yang sudah menua dan mudah luka
DHE

Gigi tiruan dibersihkan dengan sikat gigi dan pembersih khusus, macam pembersihnya
yaitu :
Pembersih yang dapat beroksidasi ( mengandung alkali perkarbonat), Larutan hipoklorida,
Pembersih asam mineral, Bubuk dan pasta yang mengandung bahan abrasif ringan

Gigi tiruan hendaknya dibersihkan setelah selesai makan dan direndam dengan air untuk
mencegah pengeringan

Mukosa pendukung dibersihkan dengan sikat gigi yang lembut dan perlahan untuk
menghindari kerusakan mukosa selama 1-2 menit tiap pagi dan malam hari.

Anda mungkin juga menyukai