Cara menentukan dimensi vertikal pada pasien dapat dilakukan secara mekanis dan
fisiologis. Penentuan dimensi vertikal secara mekanis dapat dilakukan menggunakan Riwayat
pra-ekstraksi (radiografi profil, model gigi saat oklusi, dan pengukuran wajah) dan hubungan
ridge (papilla insisivus terhadap insisivus mandibula, kesejajaran ridges, dan pengukuran
gigi tiruan terdahulu. Sedangkan cara menentukan dimensi vertikal secara fisiologis dapat
dilakukan dengan physiological rest position, fonetik, estetik, taktil dan kenyamanan yang
1. Riwayat pra-ekstraksi
a. Radiografi profil
Gambar 2.model studi pra-ekstraksi yang dipasang pada articulator untuk memperkirakan
ukuran, bentuk, susunan, dan overlap gigi
c. Pengukuran wajah
bow dengan auditory meatus plugs dan spectacle suspension. Metode lain
yang dapat digunakan adalah dengan mengukur jarak dari dagu sampai dasar
2. Hubungan ridges
relatif sedikit saat terjadi resorpsi ridge alveolar. Rata-rata jarak papila dari
tepi insisal gigi anterior mandibula pada model diagnostik sekitar 4mm pada
gigi alami. Tepi insisal dari insisivus sentral maksila memiliki rata-rata 6mm
di bawah papila insisivus. Rata-rata dari overlap vertikal gigi insisivus sentral
b. Kesejajaran ridges
Kesejajaran dari ridge maksila dan mandibula dan lima derajat pembukaan
rahang. Mahkota klinis dari gigi anterior dan posterior cenderung memiliki
panjang yang hampir sama, maka setelah ekstraksi, residual alveolar ridges
yang ada sejajar terhadap satu sama lain. Kesejajaran ini terjadi secara alami
dan menunjukkan bahwa tidak ada perubahan abnormal pada prosesus
Penentuan dimensi vertikal dapat diperoleh dari gigi tiruan yang telah
digunakan oleh pasien. Gigi tiruan ini diukur dan hasil pengukuran dapat
crest gigi tiruan maksila dan mandibula dengan boley gauge. Hasil
pengamatan ini dapat membantu menentukan apakah jarak yang ada terlalu
pendek atau tinggi, sehingga penyesuaian dapat dilakukan saat membuat gigi
rileks, dengan tubuh yang tegak, dan kepala tidak ditopang. Pasien diinstruksikan
untuk menelan dan membiarkan rahangnya tetap rileks setelah pemasangan wax
occlusion rim. Jarak interoklusal pada posisi istirahat harus antara dua dan empat
milimeter bila dilihat pada regio premolar. Jika perbedaannya lebih besar dari empat
milimeter maka dimensi vertikal dianggap terlalu kecil, sedangkan jika perbedaannya
kurang dari dua milimeter, dimensi vertikal oklusal mungkin terlalu besar.
2. Fonetik
Tes fonetik untuk menentukan dimensi vertikal dilakukan dengan mendengarkan
produksi suara dari ucapan pasien dan mengamati hubunga gigi selama berbicara.
Produksi bunyi ch, s, dan j membuat gigi anterior saling berdekatam. Gigi insisivus
bawah harus bergerak maju ke posisi hamper tepat di bawha dan hamper menyentuh
gigi insisivus atas saat ditempatkan dengan benar. Jika jarak yang diperoleh terlalu
besar, maka dimensi vertikal oklusi dapat dikatakan terlalu kecil. Dimensi vertikakl
terlalu besar jika gigi anterior bersentuhan saat suara dibuat dan gigi0gigi tersebut
3. Estetik
gigi yang ukurannya sama dengan gigi asli dan memperkirakan jumplah jaringan
Indera taktil pasien dapat digunakan sebagai panduan untuk penentuan dimensi
vertikal oklusal. Dengan metode ini, central bearing screw yang dapat disesuaikan
dipasang ke salah satu oklusal rim, dan central bearing screw dipasang ke yang lain.
central bearing screw diatur terlebih dahulu, kemudian, secara bertahap, sekrup
disetel ke bawah sampai pasien menunjukkan bahwa rahang menutup terlalu jauh.
Prosedur ini diulangi dengan arah yang berlawanan sampai pasien menunjukkan
bahwa gigi terasa terlalu panjang. Sekrup kemudian disetel ke bawah lagi sampai
bergantian sampai ketinggian kontak terasa nyaman bagi pasien. Masalah dengan
metode ini berkaitan dengan adanya benda asing di langit-langit mulut dan ruang
lidah. Ada juga beberapa hasil yang bertentangan tentang ketepatan metode ini.
Partisipasi pasien dalam keputusan untuk membuat catatan dimensi vertikal harus
ini.
5. Ambang menelan
Pada awal siklus menelan, gigi berkontak dengan ringan. Jika oklusi gigi tiruan
terus-menerus hilang selama menelan maka dimensi vertikal mungkin kurang. Teknik
mengginakan kerucut lilin pada basis gigi tiruan bawah sehingga menyentuh tepi
oklusi atas ketika rahang terbuka terlalu lebar. Tindakan menelan saliva secara
Semua metode yang digunakan akan menghasilkan dimensi vertikal oklusi yang
tepat pada pasien. Untuk menguji kelayakan hubungan vertikal, dapat digunakan satu
metode lain.
Nilai dimensi vertikal pada pasien edentulous dapat diperoleh dari rumus DV =
physiological rest position – freeway space. Besar dari freeway space sendiri adalah sekitar 2-3
milimeter. Dimensi vertikal diukur dari jarak antara dua titik pada rahang atas dan rahang bawah,
yaitu di bawah hidung dan dagu. Pengukuran dapat dilakukan menggunakan Teknik wilis gauge
atau two dot technique. Disarankan untuk mengulangi pengukuran dimensi vertikal beberapa kali