Anda di halaman 1dari 44

ANALISIS JARINGAN LUNAK

Dana Restuati P.
18/435706/PKG/01268
PENDAHULUAN
Variasi bentuk wajah
Wajah manusia berupa bermacam-macam
garis, sudut, bidang, mulai dari simetri yang
bentuk, tekstur, dan mendekati sempurna
warna yang komplek sampai disproporsi
yang ekstrim

Pemeriksaan
jaringan lunak
Wajah secara estetika
dianggap sebagai salah
Tujuan dari bab ini:
satu dari fitur wajah
Menunjukkan penanda
yang diproporsikan dan
wajah, proporsi dan
diseimbangkan dan
pengukuran yg dapat
berhubungan dengan
diaplikasikan pada
fitur wajah lainnya,
ortodontik klinik
baik dilihat dari
depan atau samping
1. TITIK PEDOMAN ANALISIS
JARINGAN LUNAK
G: Glabella; Titik anterior yang paling
menonjol pada dataran midsagital dahi.

N’: Nasion jaringan lunak; Titik yang paling


cekung pada midline antara dahi dan hidung

P: Pronasal; Titik paling menonjol atau anterior


dari hidung ( ujung hidung)

Sn: Subnasal; Titik dimana columella ( septum


hidung) bersatu dengan bibir atas pada dataran
midsagital

SLS: Superior labial sulkus; Titik paling


cekung/terdalam pd midline bibir atas
antara subnasal dengan labrale superius
1. TITIK PEDOMAN ANALISIS
JARINGAN LUNAK
Ls: Labrale superius; Titik yang menunjukkan
batas mukokutaneus bibir atas. Titik paling
anterior dari bibir atas ( biasanya)

Stms: Stomion superius; Titik paling bawah


pada vermillion bibir atas.

Stmi: Stomion inferius. Titik paling atas pada


vermillion bibir bawah

Li: Labrale inferius.Titik tengah pada tepi


bawah dari membrane bibir bawah

ILS: Inferior labial sulkus; Titik paling cekung


pada midline dari bibir bawah antara labrale
inferius dan jaringan lunak pogonion.
Disebut juga Labiomental sulcus.
1. TITIK PEDOMAN ANALISIS
JARINGAN LUNAK

Pogonion jaringan lunak: titik paling


menonjol atau titik anterior dari dagu pada
dataran midsagital

Me: Menton jaringan lunak; titik paling bawah


Pada kontur dagu jaringan lunak. Ditemukan
dgn gerakan menurun tegak lurus bidang
horizontal melewati tulang menton.
2. BIDANG PEDOMAN ANALISIS
JARINGAN LUNAK
Dataran Sella Dataran
tursica-nasion Frankfort
(SN) horizontal (FH)

Constructed
horizontal
True
(cHP) horizontal
 Sefalogram dibuat dengan SnV, The Most
posisi kepala yang tepat
Common
EVALUASI JARINGAN LUNAK
PANDANGAN FRONTAL

PROPORSI
WAJAH
SIMETRI
VERTIKAL WAJAH

HUB. INSISIVUS
MAKSILA
TERHADAP BIBIR
PROPORSI WAJAH VERTIKAL

Wajah atas diukur dari Gl ke Sn,


sedangkan wajah bawah dari Sn
ke Me.

Wajah bawah diperkirakan 57%


dari keseluruhan tinggi wajah.

Pada posisi bibir istirahat, ⅓


wajah bawah ditandai pada titik:
Sn, Stms, Stmi dan Me’.
Tinggi bibir atas adalah ½ bibir
bawah.
SIMETRI WAJAH

Wajah dibagi (midsagital plane) dalam sebuah


garis simetri yang melewati Gl, P, titik tengah
bibir atas, dan titik tengah dagu.
HUBUNGAN INCISIVUS MAKSILA TERHADAP BIBIR

• Pada posisi istirahat diukur


jarak antara Stms dan batas
insisal insisivus maksila.
• Normal  1-5 mm.
• Ideal Pada saat senyum, ¾
tinggi mahkota sampai 2
mm gingiva akan terlihat
EVALUASI JARINGAN LUNAK
TAMPAK SAMPING
PERBANDINGAN RASIO TINGGI
SEPERTIGA TENGAH
DAN SEPERTIGA BIBIR ATAS DAN
BAWAH WAJAH BIBIR BAWAH

SUDUT ASSESSMEN
NASOMENTAL T HIDUNG

PROGNATISME
SUDUT MAKSILA &
NASOLABIAL PROGNATISME
MANDIBULA

LOWER LIP UPPER LIP


PROMINENCE PROMINENCE
PERBANDINGAN SEPERTIGA TENGAH
DAN SEPERTIGA BAWAH WAJAH

• Pada dimensi vertikal,


proporsi wajah anterior
dinilai dengan
membandingkan 1/3
tengah dan 1/3 bawah
tinggi wajah tegak lurus
dengan HP.
• G-Sn : Sn-Me`  1:1
RASIO TINGGI BIBIR ATAS DAN BIBIR
BAWAH

Panjang bibir atas, atau jarak


Sn-Stms, seharusnya 1/3 dari
total 1/3 tinggi wajah bawah
(Sn-Me`); sebaliknya jarak Stmi-
Me` 2/3.

Sn-Stms : Stmi-Me` = 1 : 2
ASSESSMENT HIDUNG

Nasofacial angle  Nasal base` inclination


30-35 Laki-laki  90
Perempuan  105
SUDUT NASOMENTAL

a. sudut nasofacial : 30°-35°


b. sudut nasomental : 120°-132°
garis yang ditarik dari ujung hidung ke
Pogonion jaringan lunak ( disebut E-line)
Scheideman et al 

evaluasi prominensi hidung relatif


terhadap tinggi hidung ( G-Sn )dan
panjang bibir atas ( Sn-Stms)

Ideal:
Prominensi hidung arah horisontal
(G-P) (x) = 1/3 tinggi vertical hidung
(G-Sn) (X)

Panjang columellar (Sn-P) (y) =


90% dari panjang bibir atas (Sn-
Stms) (Y)
SUDUT NASOLABIAL

• Garis singgung collumela dan bibir atas


• Normal: 90-110°
• Legans dan Burstone : 102° ± 4°.
• Scheideman , garis horizontal melalui Sn
dan membagi sudut nasolabial mejadi 2 :
• Garis singgung columella ke garis
horisontal (~25°) (a1)
• Garis singgung bibir atas ke garis
horisontal (~85 °) (a2)
• kedua sudut dinilai scr terpisah.
PROGNATISME MAKSILA & PROGNATISME MANDIBULA

• Dari G cHP.
• Jarak Sn ke garis ini : 6 ± 3 mm.
(perkiraan prognathism
maxillary).
• Pog’ terletak pada 0 ± 4 mm dari
garis ini ( perkiraan mandibular
prognathism ).
UPPER LIP PROMINENCE

Bell, dkk.,
Ls - SnV  1-2 mm

Legan dan Burstone,


Ls terhadap Sn-Pog`  3±1 mm
LOWER LIP PROMINENCE

Legan dan Burstone, Bell, dkk.,


Li terhadap Sn-Pog`  2±1 Li terhadap SnV  0 - -1 ke
mm ke anterior posterior
INTERLABIAL GAP

 Menurut Scheidman, ILG


(jarak vertikal antara bibir
atas dan bbr bwh) : 0 – 3 mm
 Laki-laki : 0,1±2 mm
 Perempuan : 0,7±1,1
mm

 Menurut Legan & Burstone,


nilai rata-rata 2 ± 2 mm.
CHIN PROMINENCE

Pog` terhadap O-degree


Pog` terhadap SnV  -1 meridian  0±2mm,
sampai -4 mm di ( O-degree
posterior dari SnV. meridiangaris yg di tarik
 FH melewati N’ )
 Legan dan Burstone : chin prominence harus dievaluasi dalam
hubungannya dengan tanda-tanda lain , yaitu
 jika Pog’ berada ke arah posterior, penyebabnya dapat
dihubungkan dengan :
 Dagu jaringan keras yang kecil
 Dagu jaringan lunak yang tipis
 Mandibula dg ukuran rata-rata yg posisinya ke arah
posterior
→ atau kombinasi dari faktor-faktor tsb.
CHIN-NECK CONTOUR
Sudut mentocervical dibentuk
oleh persimpangan E-line dan
garis singgung daerah
submental,
c= mentocervical angel 
110-120
Sudut submental-leher
dibentuk antara garis singgung
submental dan leher pada titik
atas dan bawah tonjol tyroid,
d= submental-neck angle,
laki-laki  126, wanita 
121
ANGLE OF FACIAL CONVEXITY

Downs, ada hubungan antara sudut


kecembungan wajah dengan
gambaran skeletal. Sama halnya
dengan jaringan lunak yang dibentuk
dari garis G-Sn dan Sn-Pog`.

Sudut searah jarum jam adalah


positif dan berlawanan jarum jam
adalah negatif. Nilai negatif dapat
dikatakan hubungannya Klas III.
Nilai positif tinggi, menunjukkan
hubungan klas II

Pog` terhadap G-Sn  12˚±4


E-line (Esthetic Plane)

Ls  4 mm posterior E-line
Li  2 mm posterior E-line Gambaran fotografi

Nilai sudut ini tidak menunjukkan lokasi deformitas


S-line (Steiner)

Ls dan Li menyentuh S-line

Gambaran fotografi
Apabila bibir berada dibelakang garis  FLAT (datar),
bibir berada di anterior garis  Prominent
Merrifield`s Z angle

Garis profil ditentukan dengan


menggambar garis singgung ke Pog` dan
titik paling anterior bibir atas atau
bawah.
Sudut dibentuk oleh persimpangan FH
dan garis profil.

Rata-rata  80±9
Analisa jaringan lunak
Holdaway
ANALISA JARINGAN LUNAK
HOLDAWAY
 Menggambarkan parameter keseimbangan jaringan
lunak
FACIAL UPPER LIP LOWER LIP
ANGLE STRAIN TO H-LINE
 
LOWER
UPPER LIP UPPER LIP
SULCUS
CURVATURE THICKNESS
DEPTH

SOFT
SKELETAL UPPER
TISSUE-
CONVEXITY SULCUS
CHIN
AT POINT A DEPTH
THICKNESS

H-LINE NOSE TIP TO


ANGLE H-LINE
FACIAL ANGLE (90)

Sudut dibentuk oleh persimpangan


dataran FH dengan garis terluar N`-
Pog` (sudut a).

Idealnya 90-92 derajat.

Jika sudutnya lebih besar dikatakan


mandibula protrusif
jika sudutnya kurang dari 90 derajat
maka mandibula retrusif.
UPPER LIP CURVATURE
Garis tegak lurus diturunkan dari
persinggungan FH ke tonjol bibir atas (Ls).
Dari garis ini, diukur kedalaman sulkus bibir
atas.

Ideal pada pasien dg tebal bibir rata-rata: 2,5


mm.
u/ individu dengan tipis atau tebal bibir
tertentu, range 1,5 - 4 mm masih dapat
diterima.

Kurangnya kurvatur bibir atas menandakan


adanya ketegangan bibir,
Sedangkan kurvatur yang berlebih dapat
disebabkan oleh bibir berlebih atau penutupan
rahang yang berlebih (jaw overclosure)
SKELETAL CONVEXITY AT POINT A

Kecembungan skeletal diukur dari titik


A ke garis N-Pog (skeletal).

Menurut Strictly, ini bukan merupakan


pengukuran jar. lunak, namun
merupakan parameter yang baik u/
menilai konveksitas skeletal wajah yg
berhubungan dg posisi bibir.

Range : -2 sampai 2 mm, menunjukkan


relasi dental yg dibutuhkan untuk
keharmonisan wajah.
H-LINE ANGLE

Harmony line (H-line) adalah garis


singgung Pog’ dan Ls.

H-line Angle dibentuk antara H-line


dan N`- Pog`.

Sudut ini mengukur derajat prominensi


bibir atas atau besar retrognasi jaringan
lunak dagu

Keseimbangan dan harmoni wajah


berada pada skeletal convexity at point
a dan sudut H-line.
H-LINE ANGLE

Derajat konveksitas skeletal


pada titik A  variasi
sudut H-line (tabel)

Jika kecembungan skeletal dan


sudut H-line tidak berada pada
tabel  kemungkinan terjadi
ketidakseimbangan wajah.

Tidak ada sdt H-line tunggal


yang dpt digunakan sbg nilai
ideal untuk semua tipe wajah,
karena peningkatan sudut
secara proporsional sbg variasi
skeletal convexity dari setiap
kasus.
NOSE TIP TO H-LINE

Tidak lebih dari 12 mm.

Ukuran hidung penting utk


keseimbangan wajah, namun
keseimbangan dan keharmonisan bibir
memberikan peran lebih besar pada
keseimbangan wajah.
UPPER SULCUS DEPTH

Kedalaman sulkus atas diukur dari H-


line. Bibir atas dikatakan seimbang : 5
mm.

Dengan bibir yang pendek dan atau


tipis, hasil pengukuran 3 mm masih
bisa diterima, sedangkan pada bibir
panjang dan tebal, hasil pengukuran 7
mm masih merupakan keseimbangan
yang baik.

Nilai ini dibaca bersama dg


pengukuran kurvatur bibir atas
UPPER LIP THICKNESS

Diukur secara horizontal dari sebuah


titik dari dataran terluar alveolar (2 mm
dibawah titik A) ke batas terluar bibir
atas.

Nilai normal adalah 15 mm.

Upper lip thickness sangat


berhubungan dengan upper lip strain.
Dimana nilai yang sesuai antara
keduanya menunjukkan adanya
hubungan yang seimbang.
UPPER LIP STRAIN

Diukur secara horizontal dari vermilion


border bibir atas ke permukaan labial
dari gigi Insisivus sentral maksila.

Nilainya sama dengan ketebalan bibir


atas atau selisih tidak lebih dari 1 mm.
Jika nilainya kurang  bibir tegang
retraksi Insisivus

Mis.: ULT 14 mm, ULS 7 mm. artinya


ULS tegang sebesar 6-7 mm. maka perlu
dilakukan retraksi Insisivus sebesar 6-7
mm dimana bibir dianggap mempunyai
bentuk dan ketebalan normal.

Bibir yg tebal tdk selalu mengikuti


pergerakan gigi, sementara bibir tipis
beradaptasi lebih cepat
LOWER LIP TO H-LINE

Diukur dari titik yang paling menonjol


dari bibir bawah

Negatif  bibir berada dibelakang H-line


Positif  bibir berada di depan H-line

Range normal: -1 sampai +2 mm.


LOWER SULCUS DEPTH

Diukur pada titik terdalam


kurvatur antara bibir bawah dan
dagu.

Nilai norml: 5 mm
SOFT TISSUE-CHIN THICKNESS

Diukur pada jarak antara tulang


yang paling menonjol pada dagu
dan dataran paling menonjol pada
dagu jaringan lunak (Pog ke Pog’)

Pada dagu yg tebal, I bawah


dapat tetap pd posisi lebih
prominen karena masih
memungkinkan u/ keharmonisan
wajah

Range normal: 10-12 mm.


KESIMPULAN
 Proporsi /pengukuran wajah merupakan usaha untuk menentukan standar yg
diinginkan yang dianggap menarik.

 Tidak ada wajah yang ideal secara universal.

 Penilaian ini bersifat statis  tdp faktor lain yg berpengaruh pd kecantikan: kulit,
rambut, ekspresi dan gerakan wajah, dan fakta bahwa wajah dilihat secara 3 D

 Pengukuran ditujukan utk membuat panduan bagi klinisi bila prosedur koreksi
jaringan lunak dibutuhkan

 Jaringan lunak fasial yang bisa mengalami perubahan oleh perawatan ortodontis
terbatas pada ⅓ wajah bagian bawah

 Bila dikombinasikan dengan bedah ortognatik, ⅓ bagian tengah dan bawah dari
wajah dapat dirubah
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai