PENDAHULUAN
yang perlu
Analisis
jaringan lunak dibedakan menjadi analisis profil, analisis bibir dan analisis lidah
(Rakosi, 1979).
BAB II
TITIK REFERENSI PADA JARINGAN LUNAK
8. Mata
9. Pipi
10. Ala Nasi
11. Nostril
tr
: trichion
no
: ujung hidung
sn
:subnasalle
ss
: subspinale
ls:
: labrale superius
sto
:stomion
li
:labrale inferius
sm
: submentale
pog
gn
2 titik skeletal yang digunakan untuk menentukan garis referensi pada analisis
profil jaringan lunak
Or
P
:Orbitale
: Porion
Definisi
Verteks (V)
Trichion (Tr)
Eurion (Eu)
Glabella (G)
Opisthocranion (Op)
Frontotemporale (Ft)
Palpebrale
(Ps)
matas atas
Exocanthion (Ex)
Endocanthion (En)
Palpebrale
(Pi)
bawah
Orbitale (Or)
Rhinion (Rh)
internasal;
osseokartilago;
menandai
rhinion
pada
pertemuan
tulang
nasal
adalah
titik
Tragion (Tr)
Pronasale (Prn)
Alare (Al)
Alar curvature point Titik paling lateral posterior kurvatura tiap basis ala
(Ac)
Subnasale (Sn)
Supralabiale (Spl)
Stomion
(Sts)
Stomion (St)
Cheilion (Ch)
Sublabiale (Sbl)
Pogonion (Pog)
Gnathion (Gn)
Menton (Me)
titik
terbawah
yang digunakan
untuk
dengan
gonial
skeletal,
jarak
Go-Go
10
2.2Pandangan Frontal
Penilaian terhadap fotografi frontal adalah penting dalam analisis
disproporsi dan asimetri wajah terhadap bidang tranversal dan vertikal. Sebelum
menganalisis, harus ditentukan terlebih dahulu dua titik pada orbital dan garis
nasion perpendikuler. Dari pandangan frontal, dapat dianalisis proporsi wajah
secara frontal, simetri wajah dan bentuk wajah.
Hal pertama yang diperiksa ketika pasien telah duduk di dental chair
adalah Natural Head Posture (NHP/ postur alami kepala). NHP adalah posisi
alami kepala sebagai pembawaan pasien, karenanya sangat cocok untuk menilai
hubungan skeletal dan kelainan wajah. Pemeriksaan ini lebih menekankan pada
keadaan fisiologinya daripada anatominya, dan variasi tiap-tiap individu, tetapi
hal ini relatif tetap untuk masing-masing individu. (Corbourne dan DiBiase, 2010)
Cara pemeriksaannya yaitu dengan meminta pasien untuk duduk tegak dan
menatap lurus kedepan dengan pandangan mata jarak sedang. Dapat berupa
dinding didepannya atau cermin, sehingga pasien menatap matanya sendiri.
Proporsi wajah secara frontal dapat dianalisis dengan menggunakan
bidang vertical dan horizontal. Dengan menggunakan bidang vertikal, wajah dapat
dibagi menjadi tiga bagian, bagian atas dari batas garis rambut ke titik glabella,
bagian tengah dari titik glabella ke titik subnasal, dan bagian bawah dari titik
subnasal ke titik menton. Cara menilai lebar wajah dapat dilakukan dengan
menggunakan garis-garis vertikal yang membagi wajah menjadi lima bagian yang
sama.
11
Gambar 2.6. Proporsi wajah secara frontal. (a) Pembagian wajah berdasarkan
bidang vertikal, (b) Pembagian wajah berdasarkan bidang horizontal
Simetri wajah dapat dianalisis dengan cara wajah dibagi dua dengan
menggunakan garis simetri wajah yang melalui titik glabella, puncak hidung, titik
tengah bibir atas dan titik tengah dagu.
Gambar 2.7 Garis simetri wajah. Wajah dapat dibagi sepanjang bidang sagital
dengan menggunakan garis simetri wajah
12
13
Gambar 2.9. Bentuk kepala dan wajah, A. Bentuk kepala mesocephalic dengan bentuk
wajah mesoproshop, B. Bentuk kepala brachycephalic dengan bentuk wajah
euryproshop, C dan D . Bentuk kepala dolicocephalicdengan bentuk wajah
leptoproshop
14
BAB III
ANALISIS JARINGAN LUNAK
15
Jarak antar mata dan lebar mata, seharusnya sama, dan berada di
seperlima tengah dan seperlima medial. Hidung dan dagu seharusnya
berada ditengah dan di seperlima tengah dengan lebar hidung sama atau
16
sedikit lebih lebar dari seperlima tengah. Jarak interpupil (garis titik-titik)
seharusnya sama dengan lebar mulut. (Proffit, 2007)
Proporsi vertikal wajah dibagi menjadi tiga bagian yang idealnya
sama besar, tetapi pada ras kaukasia modern, sepertiga bawah wajah
seringkali sedikit lebih panjang daripada sepertiga tengah. Bagian
sepertiga bawah dibagi lagi menjadi : jarak mulut adalah sepertiga dari
jarak dasar hidung dan dagu. (Proffit,2007)
17
18
Profil
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Profil Skeletal
1740
1780
1810
1590
1630
1680
Profil Total
1330
1330
1390
19
lunak
pogonion,
namun
derajat
kecembungannya
Gambar 3.6. Profil wajah A. Profil lurus (orthognatic facial profile), B. Profil
cembung, C. Profil cekung
Untuk menentukan sudut fasial, sudut yang dibentuk oleh FHP (Orbita
Porion) dengan jaringan lunak yang menghubungkan garis Nasion ke
Pogonion.(Alam, 2012). Sudut ini dapat berupa :
a. Orthognatic face, sudut fasial adalah sekitar 90o , pada pasien, hal
ini dapat berarti normal atau maloklusi kelas I.
b. Anterior divergent, sudut fasial besar, atau lebih dari 90o, keadaan
pasien adalah maloklusi kelas III, yaitu keadaan mandibula lebih
kedepan.
20
21
Gambar 3.8 Analisis Burstone. Titik skeletal : (1) subspinale, (2) insisif sup.,
(3) proyeksi titik B, (4) insisif inf., (5) supramentale, (6) pogonion. Titik
jaringan lunak : (A) subnasale, (B) sulkus labialis sup., (C) labrale sup., (D)
labrale inf., (E) sulkus labialis inf., (F) menton, (G) glabela.
3) Metode Analisis Wajah/ Facial Form Analisis AM. Schwarz
AM. Schwarz membagi profil wajah dalam tiga bidang yaitu Frankfurt,
Orbita dan Nasion. Tipe profil wajah dinilai berdasarkan letak titik Sn terhadap
bidang Nasion yang tegak lurus Frankfurt. Apabila Sn terletak pada bidang
Nasion disebut Average Face, apabila dibelakang Nasion disebut Retro Face dan
apabila didepan bidang Nasion disebut Ante Face.
22
1) Analisis Ricketts
Untuk menganalisa profil jaringan lunak secara sefalometri radiografi.
Ricketts (1960), menggunakan garis yang ditarik dari jaringan lunak pogonion ke
ujung hidung, garis ini dinamakan garis estetik (garis E). Relasi normal pada
bibir atas berada 2-3 mm dibelakang garis E, untuk bibir bawah garis berada 1-2
mm dibelakang garis E.
23
24
Sudut ideal H
Sudut ANB
100
200
20
0
0
8
17
00
60
140
-20
0
0
4
11
-40
Tabel 3.3 Hubungan antara sudut ANB dan sudut H
Sudut Ideal H
80
50
20
-10
25
1. Daerah terbesar lidah harus terletak dibawah garis karena gambaran lidah tidak
dapat terlihat seluruhnya melalui foto rontgen
2. Garis yang dibuat harus berdiri sendiri dari variasi struktur skeletal
3. Posisi lidah harus tidak berubah dengan adanya perubahan posisi dari mandibula
4. Garis yang dibuat harus tidak berubah jika ada perubahan posisi lidah
5. Harus berhubungan secara anatomis dan fungsional dengan lidah
6. Harus dibuat sesederhana mungkin
Persyaratan ini akan dapat tercapai jika garis yang dibuat berpatokan pada
titik-titik referensi yang terletak pada mandibula. Ketentuan yang ada berdasarkan
titik dan garis referensi sebagai berikut :
I : Incisal edge dari gigi insisif rahang bawah
M : Bagian cervical, distal dari Molar terakhir yang erupsi
V : Titik paling caudal dari bayangan palatum lunak atau proyeksinya terhadap
garis refe.rensi.
Titik I dan Mc saling berhubungan dan garisnya akan diteruskan sampai ke titik V
dan ini yang kemudian digunakan sebagai garis referensi.
26
antara palatum lunak dan dasar lidah (posterior border rongga mulut). Di antara
garis 2-6 memberikan gambaran dorsum lidah s/d langit-langit dan sepanjang
garis 7 memperlihatkan ujung lidah dan hubungan dengan I bawah.
28
maloclusion
Class II1
0.9
3,1
5,0
5,8
7,8
9,1
6,2
Class
II1
with mouth
breathing
5,1
8,3
10,2
11,7
12,3
12,2
10,0
Class II2
2,1
3,7
3,7
7,5
9,4
10,4
8,6
Class III
1,1
5,9
10,2
10,3
10,9
9,8
6,3
Class
III
with mouth
breathing
5,2
9,2
11,6
12,3
11,6
8,4
5,2
Open bite
1,9
5,7
8,5
8,8
11,2
9,2
2,4
29
Malocclusion
Measurements in mm
1
0.4
1.2
0.8
0.4
1.9
2.2
3.2
mouth 0.3
0.7
0.1
0.0
0.1
0.8
0.3
Class II2
0.2
0.0
1.4
0.0
1.2
0.0
0.9
Class III
0.6
1.3
0.8
0.4
0.1
0.5
3.2
mouth 1.4
1.5
0.1
0.4
0.1
0.2
2.6
0.5
0.5
0.2
0.9
0.1
0.2
0.8
Class II1
Class II1 with
breathing
Class III
breathing
Open bite
Tabel 3.5
Perubahan dari posisi lidah yang utama diwakili oleh posisi dari ujung
lidah. Posisi dari bagian-bagian lain dari lidah juga berubah, meskipun tidak
berhubungan dengan mandibula. Perubahan-perubahan pada posisi ujung lidah
berhubungan dengan perbedaan type dari maloklusi. Pada klas II, ujung lidah
lebih jauh ke belakang pada posisi istirahat, Pada klas III ujung lidah berada lebih
jauh kedepan. Dapat disimpulkan bahwa perubahan posisi dari ujung lidah
berhubungan pada kecenderungan malformasi mandibula.
Sebagai contoh perbandingan maloklusi pada klas II dan klas III, terlihat
pada posisi istirahat ujung lidah tertarik ke belakang pada klas II, tetapi berpindah
ke depan pada klas III.
30
BAB IV
KESIMPULAN
Dalam menetapkan suatu rencana perawatan harus didukung beberapa
analisis karena analisis jaringan keras dento-skeletal tidak cukup akurat. Dengan
menggabungkan analisis dento-skeletal dan analisis profil jaringan lunak dalam
menentukan suatu rencana perawatan akan didapat suatu hasil perawatan yang
sempurna.
Pada analisis jaringan lunak dibagi menjadi tiga analisis yaitu analisis
profil, analisis posisi bibir, dan analisis lidah. Analisis jaringan lunak berguna
untuk membantu menegakkan diagnosis
31
DAFTAR PUSTAKA
Rakosi, Thomas. An Atlas and Manual of Cephalometric Radiography. 1979.
Wolfe Medical Publication. Inggris
Swennen, dkk. Three Dimensional Cephalometry a Color Atlas and Manual.
2006. Springer. Jerman
Proffit, dkk. Contemporary Orthodontics. Ed V. 2013. Mosby Elsevier. St.Louis,
Missioury.
Farhad, dkk. Facial Aesthetic Concepts and Clinical Diagnosis. 2008. Wiley
Blackwell. UK
32