Kombinasi Pendekatan Farmakologi Dan Fisiologis Lord S dan Bhuller K, 2012
IKMAL HAFIZI Deskripsi Kasus Datang ke klinik hematologi nodular Diagnosis sclerosing Hodgkin’s lymphoma setelah biopsi limfo nodi
Wanita Selama 4 bulan lelah, batuk, sesak
Px mengeluh 36 th nafas, dan keringat di malam hari
Pemeriksaan Pemeriksaan klinis tidak ditemui kelainan,
Klinis dan namun dari CT scan tampak pelebaran Penunjang mediastinal, hilar kanan, bilateral intraklavikular, dan limfadenopati axila kanan dan juga depoit splenik Konsul awal, diagnosis, prognosis dan TP sudah dijelaskan secara rinci, Px merasa kesal dengan diagosisnya. Barulah Px mengungkapkan fobia akan jarum suntik yang amat parah Spesialis mencoba mengeksplorasi keluhan pasien dan mengajak Px ke unit kemoterapi supaya Px terbiasa dengan lingkungan dan peralatan medis di sana sebelum perawatan dilakukan. Sayangnya Px mengalami serangan panic Manajemen pertama bone marrow aspiration and trephine biopsy (BMAT) untuk staging lymphoma. Treatment direncanakan 3 hari kemudian, namun Px merasa tidak sanggup dan ditunda hingga minggu depan Px kemudian dirujuk ke psikolog, terdapat 2 elemen •Assestment untuk klarifikasi permasalahan (90 menit) •Strategi terapi kognitif Elemen 1: Konseling aktif mendengar, mendapatkan hubungan, aliansi, dan membangun kepercayaan. Didapatkan sbb 1. Sudah menikah namun tidak memiliki anak karna Px merasa tidak sanggup untuk melahirkan 2. Pernah kemalingan dan Px merasa terganggu akan hal tsb, dan meyakini symptom dari limfoma muncul karena stress 3. Tidak hanya takut akan jarum suntik tapi dengan peralatan maupun lingkungan medis 4. Px hanya ke dokter jika dirasa perlu 5. Px merasa dengan adanya jarum yang masuk ke bagian tubuhnya sangat mengganggunya, dan Px trauma dengan CT scan 6. Px meminta untuk dilakukan anastesi general untuk BMAT Elemen 2
Strategi kognitif dilakukan
1. Psikoedukasi tentang prosedur 2. Behavioral technique: Px diminta bernafas diagfragma relax mengingat memori yang bahagia dan saat Px percaya diri 3. Hypnotic exercise: Px diajak membayangkan prosedur yang akan dilakukan berjalan dengan bahagia da n Px merasa percaya diri Tindakan farmakologis Px bisa mentolerir tindakan dengan klinsi mengingatkan Px akan memori bahagianya dan memegang tangan Px Awalnya PX diberi 5 mg Midazolam IV dan 8 ml Lidocaine 2% secara lokal BMAT berjalan lancar selama 30 menit tanpa komplikasi dan sedasi bertaha tanpa gangguan pernafaan Px setelah pulih tidak mengingat kejadian selama prosedur BMAT dilakukan dengan memasukkan anestesi lokal pada periosteum dan meskipun telah di bius Px akan merasakan nyeri saat suction dengan jarum trephein, 30-40% Px mengatakan merasa nyeir berat Banyak faktor yang menimbulkan nyeri ini dan salah satunya anxiety. Px dengan anxiety cenderung merasa lebih sakit saat prosedur dilakukan Meski banyak yang merasakan nyeri berat belum ada guideline yang jelas. Di beberapa tempat disarankan menggunakan Midazolam kombinasi dengan anestesi lokal untuk mengurangi stress (sedative). Px yang menjalani BMAT dg kombinasi midazolam & lokal anestesi merasa lebih tenang dan nyeri berkurang, komplikasi midazolam ialah depresi pernafasan sehingga perlu alat resusitasi lengkap Alternatif farmakologi Nitrous oxide + oxygen analgesic dan terapi namun tidak lebih baik dari midazolam Lorazepam & hidromorfin tidak menunjukkan penuruanan nyeri dan anxiety Tramadol hanya menurunkan ambang nyeri Alternatif psikologis Cognitive Behavioral Therapy (CBT) biaanya digunakan pada Px anak yang menjalani prosedur BMAT namun dapat digunakan juga pada Px dewasa untuk mengurangi anxiety. Ada pula hypnosis sebelum prosedur untuk mengurangi anxiety (minim efek samping, meningkatkan kepercayaan diri pasien, meyakinkan pasien bahwa pasien mampu melewati situasi tersebut). Kesimpulan 1. Pada kasus ini pendekatan dengan farmakologi dapat menangani rasa sakit dan kegelisahan Px, namun ke kooperatifan Px tidak dapat ditangani karena fobia Px. 2. Bertemu dengan dokter nya sebelum tindakan, penjelasan prosedur dll dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien dan membangun hubungan dengan dokter. 3. Fobia tidak diobati secara khusus, tapi, dengan sebuah dorongan, dia bisa menggunakan strategi yang dia pelajari selama prosedur, dan merasa yakin tentang penggunaan sedasi dan psikologi. 4. Kombinasi psikologis dan farmakologis dalam suatu perawatan memungkinkannya untuk pasien menyetujui dan mentolerir suatu prosedur.