Anda di halaman 1dari 40

TRAUMA UROLOGI

Eva Chandra Fitriani


21904101026

Pembimbing
dr. Andrie Rhomdhon, Sp.U
Trauma, cedera fisik atau luka pada jaringan hidup yang
disebabkan oleh agen ekstrinsik atau faktor luar. Trauma genito-urin
dapat terjadi pada kedua jenis kelamin dan pada semua kelompok umur,
tetapi lebih sering terjadi pada laki-laki.

Penyebab utama kematian


keenam di seluruh dunia, dan
10% dari semua kematian. Ini
menyumbang sekitar 5 juta
kematian setiap tahun di
seluruh dunia
5 % dari kasus trauma
10 % dari kasus trauma perut
Urogenital Anatomy
Ginjal merupakan organ yang berwarna kemerahan, berbentuk
seperti kacang dan terletak dibawah pinggang diantara
peritoneum dan dinding abdomen posterior.
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung
kecil, berfungsi mengalirkan urine dari pielum
ginjal ke dalam buli-buli

± 20 cm
BLADDER
Kandung kemih adalah viskus pelvis yang berongga
dan dapat distensi, yang berbentuk tetrahedral saat
kosong dan ovoid saat terisi.
URETHRA
and PENIS
Kidney
Trauma
MECHANISM of INJURY

Blunt Trauma Penetrating Trauma


Injuries Renal Injuries Iatrigenik
Classification of Kidney Trauma
American Association for the Surgery of Trauma (AAST)

85 % minor injury (grade I and II)


15 % major injury (grade III and IV)
1 % pedicel injury
Clinical Manifestations

• Hematuria
• Nyeri terlokalisasi di satu area panggul atau di atas
perut.
• Syok atau tanda-tanda kehilangan darah.
• Ekimosis di daerah panggul atau kuadran perut.
• Massa yang teraba kemungkinan besar adalah
hematoma retroperitoneal atau kemungkinan
ekstravasasi urin.
• Laserasi di perut lateral atau rongga panggul
Diagnosa
Anamnesa : Indikator kemungkinan cedera besar termasuk riwayat peristiwa cedera
(jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor kecepatan tinggi) atau pukulan samping
langsung.

Physical Examination
● Tanda vital harus dicatat selama evaluasi diagnostik.
● Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan trauma tembus yang jelas dari luka tusuk ke
bagian belakang dada bagian bawah, panggul dan perut bagian atas, atau
masuknya peluru atau luka keluar.
● Hematuria, nyeri panggul, ekimosis, lecet, patah tulang rusuk, perut dan / atau
distensi massa dan nyeri tekan menyebabkan dugaan keterlibatan ginjal

Planning Diagnostic (Imaging)


USG  IVP  CT Scan
Management

● Stabilitas hemodinamik adalah kriteria utama untuk penanganan


semua cedera ginjal.
● Semua cedera tingkat 1 dan 2, baik karena trauma tumpul atau
tembus, dapat ditangani secara non-operatif.
● Pembedahan ditujukan pada trauma ginjal mayor dengan tujuan
untuk segera menghentikan perdarahan.
● Selanjutnya debridemen, perbaikan ginjal (dalam bentuk renografi
atau perlekatan vaskuler) mungkin perlu dilakukan atau untuk
nefrektomi parsial atau bahkan nefrektomi total yang akan
dilakukan karena kerusakan ginjal yang sangat parah.
Ureteral
Trauma
Ureteral Trauma

Trauma pada ureter relatif jarang karena


terlindungi dari cedera oleh karena ukurannya
yang kecil, mobilitas, dan vertebra yang
berdekatan, tulang panggul, dan otot.

Trauma iatrogenik adalah penyebab paling umum


dari cedera ureter.
Diagnosis

● Kecurigaan cedera ureter pada trauma eksterna adalah hematuria


pasca trauma.
● Kecurigaan cedera ureter iatrogenik dapat ditemukan selama
pembedahan atau setelah pembedahan  dugaan kebocoran urin
pada drainase pasca pembedahan.
● PIV tampak berupa ekstravasasi kontras atau kontras berhenti di
area lesi atau terdapat deviasi ureter lateral akibat hematoma atau
urinoma.
Bledder
Trauma
Bladder Trauma

Pada waktu lahir hingga usia anak, buli-buli terletak di rongga


abdomen. Namun semakin bertambahnya usia, tempatnya
turun dan terlindung di dalam kavum pelvis; sehingga
kemungkinan mendapatkan trauma dari luar jarang terjadi.
Angka kejadian trauma pada buli-buli pada beberapa klinik
urologi kurang lebih 2% dari seluruh truma pada sistem
urogenitalia.
Etiology

• Kurang lebih 90% trauma tumpul buli-buli adalah akibat fraktur pelvis.
• Robeknya buli-buli karena fraktur pelvis bisa pula terjadi akibat fragmen
tulang pelvis merobek dindingnya.
• Tindakan endourologi dapat menyebabkan trauma buli-buli iatrogenik
antara lain pada reseksi buli-buli transuretral (TUR Buli-buli) atau pada
litotripsi.
Secara klinis cedera buli-buli
dibedakan menjadi

1. kontusio buli-buli, pada kontusio buli-buli hanya terdapat memar


pada dindingnya, mungkin didapatkan hematoma perivesikal,
tetapi tidak didapatkan ekstravasasi urine ke luar buli-buli.
2. cedera buli-buli ekstraperitoneal
3. cedera buli-buli Intraperitoneal
Diagnosis

• Pasien mengeluh nyeri di daerah suprasimfisis, miksi bercampur darah atau


mungkin pasien tidak dapat miksi.
• Sistografi adalah modalitas diagnostik yang paling sering dilakukan untuk
cedera kandung kemih non-iatrogenik
• Sistoskopi adalah metode yang lebih disukai untuk mendeteksi cedera
kandung kemih intra-operatif, karena dapat memvisualisasikan laserasi
secara langsung.
Management

• Perawatan konservatif terdiri dari pengamatan klinis, drainase


kandung kemih dan profilaksis antibiotik
• Bila dilakukan terapi bedah, maka operasi yang paling sering
diterapkan adalah two-layer vesicorraphy (mucosa-detrusor)
dengan jahitan yang dapat diserap
Urethra
Trauma
Urethra Trauma

Secara klinis trauma uretra dibedakan menjadi trauma uretra anterior


dan trauma uretra posterior, hal ini karena keduanya menunjukkan
perbedaan dalam hal etiologi trauma, tanda klinis, pengelolaan, serta
prognosisnya.
Etiology
Straddle Injury
Diagnosis

• Pada kontusio uretra, pasien mengeluh adanya perdarahan per-


uretra atau hematuria
• Jika terdapat robekan pada korpus spongiosum, terlihat adanya
hematom pada penis atau hematoma kupu-kupu
• Pada keadaan ini seringkali pasien tidak dapat miksi.
• Pemeriksaan uretrografi retrograd pada kontusio uretra tidak
menunjukkan adanya ekstravasasi kontras, sedangkan pada
ruptur uretra menunjukkan adanya ekstravasasi kontras di pars
bulbosa
M
A
N
A
G
E
M
E
N
T
M
A
N

Management
A
G
E
M
E
N
T
M
A
N

Management
A
G
E
M
E
N
T
T
E
E

N
A
N
A

M
M

P E N ATA L A K S A N A A N
Genital
Trauma
Genital Trauma

• Dari semua cedera urologis, 33-66% melibatkan genitalia eksternal


• Trauma genital lebih sering terjadi pada pria daripada wanita, terutama
antara usia 15 dan 40 tahun. Hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi,
peningkatan frekuensi kecelakaan lalu lintas jalan dan peningkatan
partisipasi dalam olahraga fisik, perang dan kejahatan kekerasan
• Fraktur penis adalah ruptura tunika albuginea korpus kavernosum penis
yang terjadi pada saat penis dalam keadaan ereksi
Penile Trauma

• Trauma penis biasanya terjadi selama hubungan seksual.


• Fraktur penis disebabkan oleh pecahnya cavernosal tunica
albuginea
• Ketebalan tunica albuginea dalam keadaan tidak ereksi (sekitar 2
mm) menurun pada ereksi menjadi 0,25-0,5 mm, dan karenanya
lebih rentan terhadap cedera traumatis
Management

• Eksplorasi ruptura dengan sayatan sirkuminsisi, kemudian


dilakukan evakuasi hematoma. Selanjutnya dilakukan penjahitan
pada robekan tunika albuginea
• Robekan yang cukup lebar jika tidak dilakukan evakuasi hematom
dan penjahitan, dapat menyebabkan terbentuknya jaringan ikat pada
tunika yang menimbulkan perasaan nyeri pada penis dan bengkok
sewaktu ereksi.
THANK YOU !
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai