Anda di halaman 1dari 21

BAGIAN ILMU OBSTETRI& GINEKOLOGI Laporan Kasus

FAKULTAS KEDOKTERAN September 2019


UNIVERSITAS TADULAKO

SINDROM PRE MENOPAUSE

Disusun Oleh :

Puput Indriany
N 111 17 117

Pembimbing Klinik :
dr. Sasono Udijanto, Sp.OG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Syndrom pre menopause dapat diartikan sebagai suatu kondisi fisiologis
wanita yang telah memasuki masa penuaan (aging) yang ditandai dengan
menurunnya kadar hormonal estrogen ovarium. Gangguan emosi seperti perasaan
takut, cemas dan stres adalah keluhan psikologis yang dialami wanita pre
menopause.(1)
Fase premenopause ditandai dengan hilangnya fungsi generatif dari ovarium,
sehingga dalam pemenuhan hormon estrogen akan berkurang yang meyebabkan
sistem hormonal seluruh tubuh mengalami kemunduran. Produksi hormon
mengakibatkan kumpulan gejala yang disebut sindrom menopause.(2)
Menurut, perhitungan ilmuan pada tahun 2030 mendatang diperkirakan
jumlah wanita didunia yang memasuki masa menopause akan mencapai 1,2
milyar orang. Yang artinya sebanyak 1,2 milyar wanita akan memiliki usia 50
tahun.(2)
Syndrome pre menopause banyak di alami oleh wanita hampir diseluruh
dunia, seperti 70-80% wanita di Eropa, 60% wanita di Amerika, 57% wanita di
Malaysia, 18% wanita di Cina, dan 10% wanita di Jepang. Data dari World
Health Organization (WHO) setiap tahunnya sekitar 25 juta wanita di seluruh
dunia diperkirakan mengalami menopause.(1)
WHO juga mengatakan pada tahun 1990, sekitar 467 juta wanita berusia 50
tahun keatas menghabiskan hidupnya dalam keadaan pasca menopause, dan 40%
dari wanita pasca menopause tersebut tinggal di negara berkembang dengan usia
rata-rata mengalami menopause pada usia 51 tahun. Menurut WHO, di Asia pada
tahun 2025 jumlah wanita menopause akan melonjak dari 107 juta. (1)
Wanita Indonesia yang memasuki masa premenopouse tahun 2013 sebanyak
7,4 % dari populasi. Jumlah tersebut diperkirakan menjadi 11% pada tahun 2005,
kemudian naik lagi sebesar 14 % pada tahun 2015.(1)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Menopause adalah berhentinya masa menstruasi secara permanen dan akhir
dari masa reproduktif wanita. Kondisi ini akan stabil setelah menstruasi berhenti
selama dua tahun. Hal ini ditenggarai dengan pengertian menstruasi secara
grandula, pada periode pertama siklus menstruasi menjadi tidak teratur dan
kemudian terhenti. Biasa usia menopause berada pada kisaran 45-50 tahun.(3)

2.2 Epidemiologi
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) menunjukan
pertambahan jumlah wanita yang memasuki fase klimakterium yang diperkirakan
meningkat hingga lebih satu miliar di tahun 2030. Proporsi di Asia diperkirakan
akan mengalami peningkatan dari 107 juta menjadi 373 juta di tahun 2025.
Sedangkan menurut Badan Sensus Penduduk, di Indonesia jumlah setiap
tahunnya mencapai 5,3 juta orang dari jumlah total penduduk perempuan
Indonesia yang berjumlah 118.010.413 juta jiwa (Pusat data dan Informasi
Kesehatan RI, 2013).(4)
WHO juga mengatakan pada tahun 1990, sekitar 467 juta wanita berusia 50
tahun keatas menghabiskan hidupnya dalam keadaan pasca menopause, dan 40%
dari wanita pasca menopause tersebut tinggal di negara berkembang dengan usia
rata-rata mengalami menopause pada usia 51 tahun. Menurut WHO, di Asia pada
tahun 2025 jumlah wanita menopause akan melonjak dari 107 juta. (1)
Wanita Indonesia yang memasuki masa premenopouse tahun 2013 sebanyak
7,4 % dari populasi. Jumlah tersebut diperkirakan menjadi 11% pada tahun 2005,
kemudian naik lagi sebesar 14 % pada tahun 2015.(1)
2.3 Fisiologi Menopause
Berhentinya berhentinya siklus haid seorang wanita kata-kata pada
menopause ketika usia antara 45 dan 55 tahun secara tradisional dikaitkan dengan
terbatasnya pasokan folikel yang ada sejak lahir. Menopause didahului oleh suatu
periode kegagalan ovarium progresif yang ditandai oleh peningkatan daur ireguler
dan kemerosotan kadar esterogen. Periode transisi ke seluruh dari kematangan
seksual hingga terhentinya kemampuan reproduksi ini dikenal sebagai klimakterik
atau perimenopause. (5)
Klimaterik merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase
tua atau senium yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif maupun
endokrinologi dari ovarium. Produksi estrogen ovarium menurun dari sebanyak
300 mg per hari menjadi hampir nol.(4)
Namun wanita pascamenopause bukan tidak memiliki estrogen sama sekali,
karena estrogen terus dihasilkan hingga 20 mg estrogen per hari di dalam jaringan
lemak, hati dan korteks adrenal. Selain berakhirnya daur ovarium dan haid,
hilangnya estrogen ovarium setelah menopause menimbulkan banyak perubahan
fisik dan emosional. Perubahan-perubahan ini mencakup seringnya vagina yang
dapat menimbulkan rasa tidak nyaman selama hubungan seks dan atrofi terhadap
organ. Namun wanita pasca menopause tetap memiliki hasrat seks karena
pengaruh androgen adrenal mereka.(5)
Fase klimakterik dibagi menjadi beberapa fase, antara lain :
a. Peri-menopause terutama dipakai untuk tujuan-tujuan klinik yang
mengacu kepada perubahan-perubahan pola haid dalam masa klimakterik
sebagai akibat dari berkurangnya fungsi ovarium. Perimenopause dimulai
sejak haid mulai tidak teratur dan adanya keluhankeluhan berkisar diantara
umur 45 tahun sampai 55 tahun. Jadi masa perimenopause terdiri atas
premenopause (usia 45-48), menopause (usia 49-51) dan postmenopause
(usia 52-55).(6)
b. Pre-menopause mendahului menopause beberapa tahun lamanya, di mana
gejala-gejala dan keluhan-keluhan klimakterik terjadi. Perempuan yang
masih mengalami haid dalam 12 bulan sebelumnya, dianggap sedang
dalam premenopause. Menopause alamiah adalah perdarahan surut
terakhir yang berkaitan dengan berkurangnya fungsi ovarium dan terjadi
klimakterium. Datang haid terakhir baru diketahui setelah mengalami 12
bulan amenorea.(6)
c. Postmenopause adalah kelanjutan menopause selama 3-5 tahun, dimana
gejala-gejala dan keluhan-keluhan klimakterik bisa terjadi, dan produksi
estrogen dari ovarium akhirnya berhenti. Biasanya tidak ada batas yang
sangat jelas, akan tetapi secara perlahan-lahan memasuki senium.(6)
d. Senium ialah masa setelah postmenopause yaitu setelah usia 65 tahun
ketika telah tercapai keseimbangan baru dalam kehidupan perempuan,
sehingga tidak ada lagi gangguan vegetatif maupun psikis.(6)

2.4 Patogenesis Menopause


Ovarium memilki oosit dalam jumlah tertentu saat seorang wanita dilahirkan.
Selama masa reproduksi secara bertahap jumlah folikel berkurang akibat dari
ovulasi dan atresia. Penurunan jumlah folikel menyebabkan penurunan kadar
inhibin B, sehingga umpan balik negatif ke hipofisis berkurang. Produksi
follicle-stimulating hormone (FSH) meningkat yang kemudian menyebabkan
perekrutan folikel dalam jumlah yang lebih besar, sehingga kehilangan folikel
ovarium menjadi lebih cepat. Akhirnya, akibat penurunan jumlah folikel yang
terus menerus folikel yang tersisa tidak bisa merespon FSH dan akibatnya tidak
terjadi lonjakan luteinizing hormone (LH) dan pada akhirnya tidak terjadi
ovulasi. Akibat tidak terjadi ovulasi maka siklus menstruasi menghilang, yang
mengakibatkan berkurangnya jumlah sel granulosa.(7)
Penurunan jumlah sel granulosa mengakibatkan kadar estrogen mengalami
penurunan secara drastis. Periode pasca menopause ditandai oleh peningkatan
kadar LH dan FSH dalam darah, estrogen dalam jumlah kecil masih ditemukan
yang merupakan hasil konversi dari testosteron.(7)

2.5 Gejala Klinis


Tanda dan gejala pada wanita dengan syndrome pre menopause adalah wanita
akan mengalami gangguan neurovegetatif, gangguan psikis dan gangguan
somatik. Gangguan neurovegetatif berupa gejolak panas (hot flush), keringat
banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, dada berdebar- debar, susah bernapas, jari-
jari atrofi, dan gangguan usus atau pencernaan. Gangguan psikis berupa depresi,
kelelahan, mudah tersinggung, gairah berkurang, dan susah tidur. Gangguan
somatik berupa gangguan haid atau amenorea, gangguan kolpitis atrofikans,
ektropium ekstropion, osteoporosis, atritis, aterosklerosis, sclerosis coroner dan
adipositas.(1)

2.6 Diagnosis
Diagnosis menopause fisiologis ditegakkan secara klinis dan laboratoris di
mana antara lain :
a. Diagnosis ini biasanya ditegakkan apabila seorang wanita tidak lagi
menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. (8)
b. Wanita mengalaminya pada usia antara 45 — 55 tahun. (8)
c. Terjadi perubahan fisik yang terasa dan menimbulkan rasa tidak nyaman
yaitu semburan panas (hot flushes) dari dada keatas yang sering disusul
dengan keringat banyak. (6)
d. keluhan lain yang dirasakan lagi seperti berdebardebar (palpitasi), vertigo,
migraine, nafsu seks (libido) menurun, gelisah, lekas marah, depresi,
susah tidur(insomnia),rasa kekurangan, rasa kesunyian, ketakutan
keganasan, tidak sabar lagi, rasa lelah, keropos tulang dan nyeri tulang
belakang.(6)
e. Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pengukuran kadar plasma
FSH telah dilakukan untuk mencoba mengidentifikasi wanita
perimenopause dan postmenopause. Kadar FSH yang tinggi menunjukkan
telah terjadi menopause yang terjadi pada ovarium.(9)

2.7 Penatalaksanaan
Terapi hormon adalah salah satu perawatan yang paling efektif untuk
mengurangi gejala menopause. Walaupun efektif, tetapi terapi hormon dapat
menyebabkan peningkatan risiko kanker payudara dan efek negatif lainnya.
Alternatif lain yang lebih aman untuk mengatasi gejala menopause adalah
fitoestrogen dan antioksidan. Beberapa hasil penelitian telah menunjukkan
efektifitas fitoestrogen dalam penurunan gejala menopause. (8)
Hormone replascement therap (HRT) tetap hanya satu-satunya terapi yang
efektif untuk gejala kekurangan estrogen. Ini adalah terapi pilihan pada wnita
yang sehat dan hampir menopause dengan gejala – gejala sedang sampai berat
yang menurunkan hidup.(9)
Terapi hormon saat ini merupakan pengobatan paling efektif menangani
masalah vasomotorik. Terapi hormon dapat mengurangi gejala vagina yang
kering dan memperbaiki juga fungsi seksual. Selain itu didapatkan juga
perbaikan kualitas tidur, mengurangi nyeri otot, dan meningkatkan kualitas hidup
pasien.(10)

2.8 Pencegahan
Pengetahuan yang cukup akan membantu ibu pra menopause memahami dan
mempersiapkan dirinya menghadapi masa menopause dengan lebih baik, dengan
memahami menopause diharapkan ibu pra menopause mampu melakukan upaya
pencegahan sedini mungkin untuk siap memasuki umur menopause tanpa
mengalami keluhan-keluhan yang berat.(11)
BAB III

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : Ny. AL
Umur : 56 tahun
Paritas : P3A0
Alamat : Jl.Teluk Tomini-Palu
Pekerjaan : URT
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Tanggal Pemeriksaan : 4 juli 2019
Ruangan :Matahari RSUD Undata

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama :
Nyeri Perut

B. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien masuk di IGD dengan keluhan nyeri perut bagian bawah yang di
rasakan sejak 5 hari yang lalu dan memberat sejak 2 hari yang lalu, hal ini
dirasakan bersamaan dengan menstruasi yang dialami. Pasien mengatakan hal
ini biasa terjadi setiap kali haid dalam 1 tahun terakhir ini, dan pasien
mengaku 1 tahun sebelumnya pasien tidak pernah menderita hal serupa (nyeri
perut hebat yang di alami setiap kali menstruasi). Pasien mengatakan bahwa
siklus menstruasi yang dirasakan masih tiap bulan hanya saja tidak teratur,
kadang cepat namun kadang lambat, pasien sempat memiliki riwayat
menstruasi terlambat hingga 2 bulan kemudian menstruasi. Durasi menstruasi
yang dialami biasanya berlangsung 5 hari, dengan frekuensi sedang. Pasien
mengaku hanya hari ke dua dan ketiga pasien dapat mengganti pembalut
sebanyak 4-5 kali, dan hari yang lain hanya 1 kali (ketika mandi sore). Pasien
juga mengeluh mual, muntah, pusing dan sakit kepala. Pasien mengatakan
beberapa minggu terakhir setiap menjelang tidur merasa tubuhnya panas,
sampai berkeringat dan terkadang sampai susah tidur.

C. Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien mengaku menderita penyakit tekanan darah tinggi dan rutin
mengonsumsi obat penurun tekanan darah (Amlodipin 5mg 1x1 (malam).

D. Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan serupa, riwayat
menopaus dari ibu pasien sudah tidak di ingat.

E. Riwayat Menstruasi :
Menarche : 12 tahun
Siklus : Teratur
Lama Haid : 4-5 hari
Banyak : normalnya 2-3 kali per hari

G. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :


Tahun J Umur Jenis Hidup
No. BBL Penolong
Persalinan K Kehamilan Persalinan / Mati
1. 3.8 Kg 1980 L Aterm Normal Bidan Hidup
2. 3.1 Kg 1986 L Aterm Normal Bidan Hidup
3. 2.2 Kg 1990 P Aterm Normal Bidan Hidup
H. Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)
Setelah kelahiran anak pertama pasien sempat menggunakan kontrasepsi
orang 28 tab selama 2 tahun

III. PEMERIKSAAN FISIK


KU : Sedang
Kesadaran : Composmentis / E4M6V5
BB : 75 Kg
TB : 158 cm
IMT : 30.04 (Berat Badan Lebih)
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36.8OC

Kepala – Leher :
Konjungtiva anemis (+/+), sclera tidak ikterus, tidak terjadi pembesaran KGB dan
kelenjar tiroid.

Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris
P : Vocal premitus simetris
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas jantung dalam
batas normal.
A: Bunyi pernapasan vesicular, Bunyi jantung I/II murni Regular.

Abdomen :
I : Tampak datar, kesan lemas
A: Peristaltik usus (Kesan normal)
P : Timpani pada empat kuadran bawah
P : Nyeri tekan abdomen tidak ada

Ekstremitas :
Akral hangat kedua ekstremitas, edema tidak ada

Pemeriksaan Ginekologi :
Pemeriksaan Luar :
Inspeksi : Perut tampak datar, tidak tampak sikatrik, tidak tampak tanda
radang, tidak tampak striae gravidarum
Palpasi : -
Inspekulo : -

Pemeriksaan Dalam :
Flour albus : tidak ada
Vulva : tidak ada kelainan, dinding vagina licin
Portio : teraba lunak, ostium uteri externa tertutup
Corpus Uteri : dalam batas normal
Cavum douglas: tidak menonjol
Adneksa Parametrium :
Kanan : tidak teraba massa
Kiri : tidak teraba massa
Pada Handskoen terdapat darah.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Darah Lengkap
06/07/2019
WBC : 8.43 x 103/mm3
RBC : 4.09 x 106/mm3l
HGB : 10.4 g/dL
HCT : 32.4 %
PLT : 325 x 103/mm3
HbSAg : Non Reaktif
Anti HIV : Non Reaktif
GDS : 156 mg/dL

V. RESUME
Pasien masuk di IGD dengan keluhan nyeri perut bagian bawah yang di
rasakan sejak 5 hari yang lalu dan memberat sejak 2 hari yang lalu, hal ini
dirasakan bersamaan dengan menstruasi yang dialami. Pasien mengatakan hal ini
biasa terjadi setiap kali haid dalam 1 tahun terakhir ini, dan pasien mengaku 1
tahun sebelumnya pasien tidak pernah menderita hal serupa (nyeri perut hebat
yang di alami setiap kali menstruasi). Pasien mengatakan bahwa siklus menstruasi
yang dirasakan masih tiap bulan hanya saja tidak teratur, kadang cepat namun
kadang lambat, pasien sempat memiliki riwayat menstruasi terlambat hingga 2
bulan kemudian menstruasi. Durasi menstruasi yang dialami biasanya
berlangsung 5 hari, dengan frekuensi sedang. Pasien mengaku hanya hari ke dua
dan ketiga pasien dapat mengganti pembalut sebanyak 4-5 kali, dan hari yang lain
hanya 1 kali (ketika mandi sore). Pasien juga mengeluh mual, muntah, pusing,
dan sakit kepala. Pasien mengatakan beberapa minggu terakhir setiap menjelang
tidur merasa tubuhnya panas, sampai berkeringat dan terkadang sampai susah
tidur. Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang,
kesadaran Komposmentis. Dari tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah
120/80 mmHg, Nadi 72 x/menit, respirasi 20 x/menit dan suhu tubuh 36.8OC,
IMT 30.04 %. Pemeriksaan ginekologi dalam bats normal
Pada pemeriksaan laboratorium tertanggal 06 / 07 / 2019 didapatkan WBC :
8.43 x 103/mm3, Hb : 10.4 gr/dL, HCT : 32.4 %, PLT : 325 x 103/mm3, RBC :
4.09 x 106/mm3, HbsAg : non reaktif, Anti HIV : non reaktif, GDS : 156 mg/dL
VI. DIAGNOSIS
Sindroma Premenopause

VII. PENATALAKSANAAN
Pasang IVFD Ringer Lactat 20 tpm
Injeksi Ketorolac 1 amp / 8 jam/IV
Injeksi Ranitidine 1 amp / 12 jam/IV
Rencana USG

FOLLOW UP

NO TAGGAL HASIL FOLLOW UP


1 4 Juli 2019 S : Perdaraham per vaginam (+) ganti
pembalut sebanyak 5 kali kemarin,
nyeri perut bagian bawah (+), mual (-
), muntah (-), pusing (-), nyeri kepala
(-), BAK lancar dan BAB biasa.
O : Keadaan Umum : Sakit sedang
Konjungtiva : Anemis (-/-)
TD : 110/70 mmHg
N : 88 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,80C
A : susp. Sindroma premenopause
P : IVFD 2 line (1. Drips ok=xitocin
1amo/kolf 20tpm; 2. RL 20 tpm)
IVFD Ringer Lactat 20 tpm
Injeksi Ketorolac 1 amp / 8 jam/IV
Injeksi Ranitidine 1 amp / 12 jam/IV
Hasil USG tidak ditemukan adanya
kelainan

2 5 Juli 2019 S : Perdaraham per vaginam (+) ganti


pembalut sebanyak 5 kali kemarin,
nyeri perut bagian bawah (+), mual (-
), muntah (-), pusing (-), nyeri kepala
(-), BAK lancar dan BAB biasa.
O : Keadaan Umum : Sakit sedang
Konjungtiva : Anemis (-/-)
TD : 110/70 mmHg
N : 88 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,80C
A : Susp. Sindroma premenopause
P :
IVFD Ringer Lactat 20 tpm
Injeksi Ketorolac 1 amp / 8 jam/IV
Injeksi Ranitidine 1 amp / 12 jam/IV

3 6 juli 2019 S : Perdaraham per vaginam (+) ganti


pembalut sebanyak 2 kali kemarin,
nyeri perut bagian bawah (+)
berkurang, mual (-), muntah (-),
pusing (-), nyeri kepala (-), BAK
lancar dan BAB biasa.
O : Keadaan Umum : Sakit sedang
Konjungtiva : Anemis (-/-)
TD : 110/70 mmHg
N : 88 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,80C
A : Sindroma premenopause
P :
IVFD Ringer Lactat dilepas
Asam Mefenamat 3 x 500mg
Tab Sulfat Ferous 325mcg 1x1 tab

4 7 juli 2019 S : Perdaraham per vaginam (-), nyeri


perut bagian bawah (-), mual (-),
muntah (-), pusing (-), nyeri kepala (-),
BAK lancar dan BAB biasa.
O : Keadaan Umum : Sakit sedang
Konjungtiva : Anemis (-/-)
TD : 110/70 mmHg
N : 88 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,80C
A : Sindroma premenopause
P :
Asam Mefenamat 3 x 500mg
Hemaviton 1x1 tab
Rawat Jalan
BAB IV

PEMBAHASAN

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah


dilakukan. Dari anamnesis didapatkan pasien berusia 56 tahun dengan keluhan
beberapa bulan terakhir riwayat menstruasi sudah tidak teratur disertai pertambahan
volume dan rasa nyeri yang dirasakan semakinbertambah hebat dari sebelum-
sebelumnya, pasien mengaku mengganti pembalut 4-5 kali dalam sehari. Keluhan
lain berupa merasa panas dimalam hari hingga berkeringat sampai pasien merasakan
gangguan pada pola tidurnya.

Berdasarkan hasil anamnesis di dapatkan sindroma premenopause atau


klimakterium. Sekitar 40-85% dari semua wanita dalam usia klimakterik mempunyai
keluhan. Gejala yang tetap dan tersering adalah gejolak panas dan keringat banyak.
Gejolak panas merupakan sensasi seperti gelombang panas yang meliputi bagian atas
dada, leher, dan muka. Keluhan ini biasanya diikuti oleh gejala-gejala psikologik
berupa rasa takut, tegang, depresi, lekas marah, mudah tersinggung, gugup dan jiwa
yang kurang mantap. (1)

Keluhan lain dapat berupa sakit kepala, sukar tidur, berdebar-debar, rasa
kesemutan di tangan dan kaki, serta nyeri tulang dan otot. Keringat malam hari
merupakan keluhan yang sangat mengganggu, sehingga menimbulkan lelah dan
kesukaran bangun pagi. Semua keluhan ini kurang menggembirakan bagi seorang
wanita, dan mendorong penderita mencari pengobatan.(6)

Tanda dan gejala pada wanita dengan syndrome pre menopause adalah wanita
akan mengalami gangguan neurovegetatif, gangguan psikis dan gangguan somatik.
Gangguan neurovegetatif berupa gejolak panas (hot flush), keringat banyak, rasa
kedinginan, sakit kepala, dada berdebar- debar, susah bernapas, jari-jari atrofi, dan
gangguan usus atau pencernaan. Gangguan psikis berupa depresi, kelelahan, mudah
tersinggung, gairah berkurang, dan susah tidur. Gangguan somatik berupa gangguan
haid atau amenorea, gangguan kolpitis atrofikans, ektropium ekstropion,
osteoporosis, atritis, aterosklerosis, sclerosis coroner dan adipositas.(1)

Tatalaksana yang dilakukan pada pasien ini yaitu diberikan pengobatan


simptomatik yakni dalam mengurangi rasa nyeri, diberikan anti nyeri pada perawatan
hari pertama dan kedua diberikan injeksi ketorolak. Ketorolak merupakan analgesik
poten dengan efek anti-inflamasi sedang. Absorpsi oral dan intramuskular
berlangsung cepat mencapai puncak dalam 30-50 menit. Dosis IV yaitu 15-30mg,
dimana efek sampingnya berupa nyeri di tempat suntikan, gagguan saluran cerna,
kantuk, pusing dan sakit kepala yang dilaporkan terjadi kira – kira 2 kali plasebo.(12)

Pasien ini memiliki hemoglobin sebesar 10.4 g/dL, maka pasien


dikategorikan anemia ringan. Untuk mencegah anemia yang semakin bertambah
diberi suplemen besi yaitu tablet Sulfat Ferous yang di harapkan dapat memenuhi
kebutuhan besi dalam membentuk sel darah baru. Pemberian tablet Sulfat Ferous
pada pasien ini untuk pencegahan dan pengobatan anemia difisiensi besi.(12)

Pasien ini di berikan obat pulang anti nyeri asam mefenamat sebagai
analgesic anti-inflamasi oral. Dosis asam mefenamat yang diberikan adalah 2-3 kali
250-500 mg per hari. Pemberian obat ini untuk megurangi rasa nyeri saat pasien
rawat jalan. Pasien ini juga di beri suplemen hemaviton yang dapat membantu untuk
memaksimalkan fungsi otot dan memulihakan stamina.(12)

Pemberian pengobatan ini hanya bersifat sementara dan meringankan


keluhan pasien. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan laboratorium hormone FSH untuk
lebih mengetahui diagnosis pasti pada pasien ini. Pengobatan di tambah terapi
pengganti hormon dalam memperlambat proses premenopause dan mengurangi
gejalanya. Akan tetapi pada kasus ini belum dilakaukan pemberian terapi hormon,
dikarenakan belum ada pemeriksaan hormon FSH, sehingga pasien tidak diberikan
terapi tersebut.
Pemberian edukasi pada ibu sangat penting untuk mengurangi resiko
terjadinya gejala sindrome pre menopause. Pengetahuan yang cukup akan membantu
ibu pra menopause memahami dan mempersiapkan dirinya menghadapi masa
menopause dengan lebih baik, dengan memahami menopause diharapkan ibu pra
menopause mampu melakukan upaya pencegahan sedini mungkin untuk siap
memasuki umur menopause tanpa mengalami keluhan-keluhan yang berat.(11)
DAFTAR PUSTAKA

1. Hessy FA, Suprihatiningsih T. Hubungan Syndrom Pre Menopause dengann


Tingkat Stres Pada Wanita Usia 40-45 Tahun. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad .
Maret 2018;10(1): p.50-1

2. Arafat DI. Widaryati. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Sindrom


Premenopause di Posyandu Ngudi Saras Cembing Triulyono Jetis Bantul Tahun
2014. 2014;p.

3. Masriroh S. Keperawatan Obstetri & Ginekologi. Yogyakarta: Imperium; 2013.


p:215.

4. Koeryaman MT, Ermiati. Adaptasi gejala perimenopause dan pemenuhan


kebutuhan seksual wanita usia 50-60 tahun. Mediasains : Jurnal Ilmiah Ilmu
Kesehatan. April 2018;16(1): p.21.

5. Sherwood L.Sistem Reproduksi. dalam. Pendit BU, Yesdelita N, Surya M,


Santoso N (Editor). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta:
EGC; 2013:p.846

6. Ghani lannywati. Artikel : Seluk Beluk Menopause. Media Penelit Dan


Pengembangan Kesehatan. 2009;19(4):p. 194-5

7. Sugiritama IW, Adiputra IN. Potensi Antosianin Dalam Manajemen Menopause.


Jurnal Kesehatan Andalas. 2019;8(1):p. 159

8. Sari RDP. Menentukan Menopause Berdasarkan Indeks Maturasi Dan pH


Vagina. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 2017;p. 2-4

9. Agoestina T. Terapi Hormonal Pengganti : Kontroversi dan Penatalaksanaan


Terkini. Dalam. Anwa AD, Harsono AB, Sasotya RMS, Amarullah MN,
Hidayat D. Bandung Controversies and Consensus in Obstetric & Gynecology.
Jakarta : Sagung Seto; 2013:p172

10. Permadi W. Terapi Hormon pada Menopause.Fakultas Kedokteran Universitas


Padjajaran. 2013;p. 2

11. Sasrawita S. Hubungan Pengetahuan, Sikap Tentang Menopause Dengan


Kesiapan Menghadapi Menopause Di Puskesmas Pekanbaru . Journal
Endurance.Juni 2017;2(2):p.121
12. Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth. Farmakologi Dan Terapi. 5 ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012; p: 240-4,796

Anda mungkin juga menyukai