Pada saat ini merupakan masa-masa perintisan, pembentukan jiwa dan amal usaha serta
organisasi, sehingga gerakan Islam di Indonesia yang berfaham modern. Kondisi sosial,
politik, ekonomi pada masa itu kehidupan keberagaman memprihatinkan, pendidikan
terbelakang, anak-anak muda kurang diperhatikan, perekonomian lemah, kegiatan nasranisasi
sangat menonjol.
Dalam masa ini Muhammadiyah semakin berkembang luas sampai ke daerah-daerah luar
Jawa. Selain itu terbentuk pula Majlis Tarjih yang menghimpun para ulama Muhammadiyah
untuk mengadakan penelitian dan pengembangan hokum-hukum agama. dan dalam periode
ini pula angkatan muda memperoleh bentuk organisasi yang nyata, dimana pada tahun 1931
Nasyiatul „Aisyah berdiri dan menyusul satu tahun kemudian Pemuda Muhammadiyah.
Muhammadiyah yang ikut membentuk dan mengisi jiwa gerakan Muhammadiyah, sehingga
lebih berisi dan mantap, seperti dengan pengokohan kembali hidup beragama serta penegasan
faham agama dalam Muhammadiyah. Wujudnya berupa pengaktifan Majlis Tarjih, sehingga
mampu merumuskan “Masalah Lima”, yaitu perumusan mengenai: Dunia, agama, Qiyas,
Sabilillah dan ibadah.
5. A.R. Sutan Mansyur (1952-1959)
Secara kebetulan Muhammadiyah memiliki dua pemimpin yang sama-sama hebat ialah
Mansur di timur yaitu Mas Mansur dan Mansur di Barat, tak lain Sutan Mansur. Keduanya
memiliki jiwa tauhid yang kokoh. Oleh karena itu tidak mengherankan bila periode ini “Ruh
tauhid” ditanamkan kembali. Selain itu disusun suatu langkah perjuangan yang dibatasi
dalam waktu tertentu, yaitu 1956-1959.
Dalam periode ini Indonesia sedang berada dalam kegoncangan sosial dan politik, sehingga
langsung dan tidak langsung mempengaruhi gerakan Muhammadiyah. Dalam rangka
mengatasi berbagai kesulitan, akhirnya mampu merumuskan suatu pedoman penting berupa
kepribadian Muhammadiyah bisa menempatkan kembali kedudukannya sebagai gerakan
dakwah Islam amar makruf nahi munkar dalam bidang kemasyarakatan.
Kesulitan yang dihadapi Muhammadiyah disebabkan oleh kegiatan PKI yang semakin keras
dan berani. Di mana-mana seluruh kekuatan rakyat Indonesia sibuk mengikuti gerak-revolusi
yang tidak menentu di bawah kekuasaan tunggal Soekarno, yang pada akhirnya diusul
dengan kup Komunis pada tahun 1965. Pada saat itu seluruh barisan Orde Baru, termasuk
didalamnya Muhammadiyah, ikut tampil memberantas komunis.
Tidak lama setelah Muktamar 37 di Yogyakarta mengkukuhkan KH. Fakih Usman sebagai
Ketua PP Muhammadiyah, beliau dipanggil kembali ke hadirat Allah SWT. Kemudian H.
Abdurazak Fakhrudin, yang dalam susunan PP Muhammadiyah (1968-1971) duduk sebagi
Ketua I oleh sidang Tanwir. Pada periode ini lebih menonjol usaha “Muhammadiyahkan
kembali Muhammadiyah”, yaitu usaha untuk mengadakan pembaharuan pada diri dan dalam
Muhammadiyah sendiri.
Pada periode Prof. Dr. H.M. Amien Rais, telah dirumuskan program Muhammadiyah tahun
1995-2000, dengan mengacu kepada:
Masalah global
Masalah dunia islam
Permasalahan muhammadiyah
Pengembangan pemikiran
11. Prof.DR.HA.Syafii Maarif (2000-2005)
Dalam periode ini telah dirumuskan beberapa keputusan Muktamar, antara lain di samping
telah dikembalikannya lagi Islam sebagai asas Muhammadiyah, juga telah dirumuskan
Khitah Perjuangan Muhammadiyah.
Terpilih sebagai Ketua Umum Muhammadiyah hasil Mukatamar ke-45, Din Syamsuddin
senantiasa istiqomah mengabdikan amal dakwahnya. Sosok dan pemikiran yang humanis
demokratis kian tampak jelas dalam langkah langkah gerakannya yang tak henti menerjang
sekat-sekat “kekakuan dan kebekuan” gerakan dakwah Islam.
Organisasi Otonom Muhammadiyah dan Amal Usaha Muhammadiyah