Anda di halaman 1dari 18

SUMPA PEMUDA DAN BELA NEGARA

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Nama NIM
1. FITRAH SIREGAR 2120500083
2. NURMASARI SIHOMBING 2120500261

DOSEN PENGAMPU :

MAULANA ARAFAH, M.Pd

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY
PADANGSIDIMPUAN
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat, taufik, hidayah dan inayahNYA sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Sumpah Pemuda dan Bela Negara”. Shalawat
dan salam tetap tercurahkan dan dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat, dan pengikutnya.
Kiranya dalam penyusunan makalah ini, kami menghadapi cukup banyak
rintangan dan selesainya makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu tak lupa kami ucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu,
yaitu :
1. Bapak Maulana Arafat, M. Pd, selaku dosen mata kuliah yang telah
membimbing saya dalam penyusunan makalah ini.
2. Dan semua pihak yang telah membantu proses pembuatan yang tidak dapat
disebutkan satu-satu, kami ucapkan terimakasih.
Penyusun yakin bahwa berbagai kelemahan dan keterbatasan dapat terjadi
didalam makalah ini. Oleh karenanya, kritik yang sehat dan membangun, serta
saran dan masukan yang konstruktif sangat saya harapkan dari bapak dosen mata
kuliah. Dan juga dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Saya
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Padang Sidempuan, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................... 2
A. Sumpah Pemuda ..................................................................... 2
B. Bela Negara ............................................................................ 8
BAB III PENUTUP ........................................................................... 14
A. Kesimpulan ................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 1908, bangsa Indonesia mulai bangkit. Kebangkitan ini
ditandai dengan berdirinya Budi Utomo atas inisiatif dan dorongan Dr.
Wahidin Sudirohusada. Walaupun Budi Utomo waktu itu masih dengan corak
kesadaran lokal yang tercermin dari tujuannya, yaitu mau memajukan dan
membangkitkan masyarakat dan kebudayaan Jawa terutama melalui
pendidikan, Budi Utomo membawa peran penting bagi pemuda waktu itu. Budi
Utomo mencoba membantu orang-orang muda yang tidak mampu
memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Dampaknya, semakin banyak
muncul organisasi pemuda, seperti Tri Koro Darmo. (Jong Java), Jong
Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Betawi, Jong Minahasa, Sekar Rukun,
dan Pemuda Timor. Organisasi-organisasi inilah yang nantinya akan
mendorong lahirnya Sumpah Pemuda.
Era reformasi membawa banyak perubahan di hampir segala bidang
di republik indonesia. Ada perubahan yang positif dan bermanfaat bagi
masyarakat, tapi tampaknya ada juga yang negatif dan pada gilirannya akan
merugikan bagi keutuhan wilayah dan kedaulatan Negara Kesatuan Republic
Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan orde baru menyebabkan
arus informasi dari segala penjuru dunia seolah tidak terbendung.
Bela negara biasanya selalu dikaitkan dengan militer atau militerisme,
seolah-olah kewajiban dan tanggung jawab untuk membela negara hanya
terletak pada tentara nasional indonesia. Padahal berdasarkan pasal 30 UUD
1945, bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga Negara republik
indonesia. Bela negara adalah upaya setiap warga negara untuk
mempertahankan Republic Indonesia terhadap ancaman baik dari luar maupun
dalam negeri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Sumpah Pemuda ?
2. Bagaimana penerapan bela negara di Indonesia ?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sumpah Pemuda
1. Sejarah Sumpah Pemuda
Sumpah pemuda adalah salah satu tonggak utama dalam sejarah
pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia. ikrar ini dianggap sebagai
kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara
Indonesia. yang dimaksud dengan sumpah pemuda ialah adalah keputusan
kongres pemuda kedua yang diselenggarakan dua hari 27-28 oktober 1928
di Batavia (Jakarta).1
Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada tanah air Indonesia,
bangsa Indonesia dan bahasa indonesia. keputusan ini juga diharapkan
menjadi asas bagi setiap perkumpulan kebangsaan Indonesia dan agar
disiarkan dalam segala surat kabar dan dibacakan di muka rapat
perkumpulan-perkumpulan.
Pada tahun 1908, bangsa Indonesia mulai bangkit. Kebangkitan ini
ditandai dengan berdirinya Budi Utomo atas inisiatif dan dorongan Dr.
Wahidin Sudirohusada. Walaupun Budi Utomo waktu itu masih dengan
corak kesadaran lokal yang tercermin dari tujuannya, yaitu mau
memajukan dan membangkitkan masyarakat dan kebudayaan Jawa
terutama melalui pendidikan, Budi Utomo membawa peran penting bagi
pemuda waktu itu. Budi Utomo mencoba membantu orang-orang muda
yang tidak mampu memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.
Dampaknya, semakin banyak muncul organisasi pemuda, seperti :2
a) Jong Java (Pemuda Jawa)
b) Jong Sumatra Bond (Pemuda Sumatra)
c) Jong Minahasa (Pemuda Minahasa)
d) Jong Celebes (Pemuda Sulawesi), dan lain-lain
Organisasi-organisasi inilah yang nantinya akan mendorong
lahirnya Sumpah Pemuda. Perhimpunan pemuda yang paling gencar

1
A.Ubaedillah & Abdul Rozak. Pancasila Demokrasi, (Kencana, Jakarta 2003), hal. 65
2
Ibid., hal. 66

2
mengumandangkan persatuan bangsa adalah Perhimpunan Indonesia (PI).
PI sendiri sudah memberi teladan terlebih dahulu. Hal itu nampak jelas di
mana pemuda Indonesia dari macam-macam pulau itu sudah bersatu di
Belanda dalam wadah PI. Rasa kesukuan dan kedaerahan sudah hilang.
Hal itu, nampak dalam ideologi PI, yaitu:3
a) Kesatuan nasional: mengesampingkan perbedaan-perbedaan sempit
yang berdasarkan kedaerahan kemudian menciptakan kesatuan aksi.
b) Solidaritas: tanpa melihat perbedaan antarsesama bangsa Indonesia,
seharusnya kita sadar bahwa terdapat perbedaan kepentingan yang
mendasar antara penjajah dengan yang dijajah.
c) Non kooperatif: kemerdekaan harus timbul dengan kekuatan sendiri.
d) Swadaya: untuk mengandalkan kekuatan sendiri perlu dikembangkan
suatu struktur alternatif dalam kehidupan nasional politik, sosial,
ekonomi, dan hukum yang kuat berakar pada masyarakat pribumi.
Empat ideologi pokok PI secara eksplisit mendorong bangsa
Indonesia untuk bersatu meraih kemerdekaan.
2. Lahirnya Sumpah Pemuda
a. Konggres Sumpah Pemuda 1
Untuk mewujudkan suatu persatuan dan kesatuan antar
organisasi pemuda yang ada, sudah berkali-kali dicoba diadakan
pertemuan sejak tahun 1920. Usaha ini cukup sulit dilaksanakan karena
berusaha untuk menyatukan organisasi yang berbeda-beda
landasannya. Sebelumnya, organisasi-organisasi itu harus bergulat
untuk memilih wadah yang cocok bagi organisasinya. Setelah itu,
masih harus disesuaikan dengan organisasi lainnya.
Pada tanggal 15 November 1925 organisasi-organisasi pemuda
berkumpul dan menyepakati dibentuknya suatu panitia untuk
mempersiapkan kesepakatan besar pemuda. Diharapkan dengan adanya
kesepakatan besar bersama dari para pemuda, berkembanglah paham
persatuan kebangsaan dan berusaha merekatkantali persatuan di antara

3
Prof.Dr. Hamid Darmadi, M.Pd. Urgensi Pancasila dan Kewarganegaraan, (Alfabeta,
Bandung, 2013), hal. 65

3
organisasi-organisasi pemuda. Sehingga, pada tanggal 30 April 1926,
rapat besar pemuda itu berlangsung dan kemudian dikenal dengannama
Kongres Pemuda I. Konggres Pemuda I berhasil merumuskan dasar-
dasar pemikiran bersama.
Kesepakatan itu meliputi:4
1) Cita-cita Indonesia merdeka menjadi cita-cita semua pemuda
Indonesia.
2) Semua perkumpulan pemuda berdaya upaya menggalang persatuan
organisasi pemuda dalam suatu wadah. Dari hasil kesepakatan
yang dicapai ini, sangat tampak kemajuan yang mendukung arti
pentingnya kesatuan dan persatuan antarmereka. Hal ini
merupakan suatu prestasi besar pada saat itu.
b. Konggres Sumpah Pemuda II
Konggres Pemuda II diadakan tanggal 26 – 28 Oktober 1928.
Semua perkumpulan pemuda dan mahasiswa serta partai politik
diundang hadir untuk memberikan dukungan bagi pertemuan pemuda
tersebut. Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga tempat
berbeda oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI)
yang beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia. Kongres
tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong
Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong
Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong
hoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang
dan Tjoi Djien Kwie.
Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari
Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi
pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif
PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi
dalam tiga kali rapat.
Rapat pertama Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke
Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan

4
Ibid, hal. 74

4
Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito
berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam
sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad
Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda.
Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan
Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
Rapat kedua di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas
masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi
Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan
kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah
dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di
Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme
dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan
mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari
pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-
anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Adapun panitia Kongres Pemuda terdiri dari :5
Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Dalam pertemuan tersebut, sempat terjadi 2 kali insiden hanya
karena disebut-sebutnya “Kemerdekaan Indonesia”. Polisi Belanda
sempat menegur ketua rapat agar tidak menggemakan lagi

5
Prof. Dr. Kaelan, M.S. Pendidikan Pancasila, (Paradigma, Yogyakarta 2016), hal. 76

5
“Kemerdekaan Indonesia”. Insiden itu justru semakin menyulut
kebencian pemuda pada pihak Belanda.
Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada
sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah
berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya
dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh
Yamin
Isi Dari Sumpah Pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua adalah
sebagai berikut :6
- PERTAMA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe
Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia. (Kami Putra dan
Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah
Indonesia).
- KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe
Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. (Kami Putra dan Putri
Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).
- KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng
Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan Putri
Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).
Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut
diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia untuk yang pertama kali
yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia Raya
dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat
kabar Sin Po dengan mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu
itu adalah lagu kebangsaan. Lagu itu sempat dilarang oleh pemerintah
kolonial hindia belanda, namun para pemuda tetap terus
menyanyikannya.
3. Nilai-Nilai Sumpah Pemuda
Sejarah merupakan modal awal untuk mencari bagaimana wajah
Indonesia di masa depan. Sumpah Pemuda sebagai peristiwa historis juga
menjadi salah satu kekuatan untuk membangun kepribadian bangsa.

6
A.Ubaedillah & Abdul Rozak, Op. Cit., hal. 98

6
Kekuatan itu berupa nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Maka,
amat disayangkan jika nilai-nilai luhur dalam Sumpah Pemuda tidak
digali, diperkenalkan, dan disebarluaskan bagi generasi muda saat ini yang
adalah generasi penerus bangsa.
Nilai-nilai itu antara lain:
- Kebersamaan dan persaudaraan
Penderitaan akibat penjajahan menimbulkan rasa kesamaan
nasib yang semakin mempererat tali persaudaraan para pemuda. Rasa
kebersamaan dan persaudaraan itu membuka kesadaran bahwa
perbenturan kepentingan individu dapat menimbulkan keretakan yang
justru merugikan mereka sendiri. Oleh karena itu, dalam proses
hingga perumusan Sumpah Pemuda, rasa kebersamaan dan
persaudaraan menjadi landasan utamanya.
- Toleransi
Rasa toleransi dari para pemuda sangat tampak ketika para
pemuda terbuka pada kemajemukan dan keberagaman. Mereka
memberi tempat pada pluralitas. Dan, mereka tidak terbelenggu pada
eksistensi agama, suku, dan lokalitas kedaerahan. Dengan
mengembangkan sikap toleransi yang tinggi para pemuda berhasil
mengikrarkan Sumpah Pemuda.
- Tanggung jawab dan disiplin diri
Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat pengucapan janji,
tetapi amatlah jauh lebih berharga bila janji itu ditepati oleh para
pemuda. Dan, ternyata memang benar para pemuda menepati janji itu.
Terbukti dengan perubahan cara berpikir dan tindak mereka. Dulunya
perjuangan mereka masih terbelenggu pada kedaerahan dan kesukuan,
tetapi setelah Sumpah Pemuda, berubah menjadi perjuangan nasional.
Hal tersebut memperlihatkan rasa tanggung jawab dan disiplin diri
yang tinggi dari para pemuda dulu untuk memenuhi janji mereka.
- Wawasan
Sumpah Pemuda membuka wawasan para pemuda tentang
betapa luas dan beragamnya suatu wilayah yang bernama Indonesia.

7
Selain itu, konsep tentang suatu negara yang dulunya hanya milik
beberapa orang yang terpelajar, menjadi pemahaman bersama para
pemuda yang hadir saat konggres itu.

- Nasionalisme
Adanya kebersamaan perasaan senasib, kedekatan fisik atau
non fisik, terancam dari musuh yang sama, dan punya tujuan yang
sama yaitu kemerdekaan, mendorong bangkitnya nasionalisme
pemuda. Nasionalisme Indonesia dapat mengatasi ikatan primordial
(lokalitas, suku, ras, dan agama) sehingga nasionalisme Indonesia
lahir sebagai sebuah ikatan bersama.
Kesatuan dan persatuan harus menjadi basis ketahanan sebuah
bangsa, apalagi bangsa yang sedang berkembang seperti Indonesia dalam
menghadapi arus globalisasi yang makin keras. Konggres Pemuda II
tanggal 26 – 28 Oktober 1928 telah berhasil merumuskan ideologi yang
berhasil mendasari jiwa kesatuan dan persatuan, yaitu bertumpah darah
yang satu, tanah Indonesia; berbangsa yang satu, bangsa Indonesia; dan
memiliki bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Satu tanah air, berarti mereka
merasa menikmati hidup dalam satu wilayah yang sama. Bertumbuh dan
berkembang dalam tanah yang sama. Mereka sudah tidak memikirkan
bahwa wilayah yang lain memiliki kekayaan alam yang berlimpah sehingga
mengundang kecemburuan sosial. Semua adalah milik bersama dan untuk
bersama.

B. Bela Negara
1. Pengertian Bela Negara di Indonesia
Bela negara adalah tekad, sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaan kepada negara kesatuan republik indonesia yang
berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan negara. Pembelaan negara bukan semata-mata tugas tni,

8
tetapi segenap warga negara sesuai kemampuan dan profesinya dalam
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.7
Era reformasi membawa banyak perubahan di hampir segala
bidang di republik indonesia. Ada perubahan yang positif dan bermanfaat
bagi masyarakat, tapi tampaknya ada juga yang negatif dan pada gilirannya
akan merugikan bagi keutuhan wilayah dan kedaulatan Negara Kesatuan
Republic Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan orde baru
menyebabkan arus informasi dari segala penjuru dunia seolah tidak
terbendung. Berbagai ideologi, mulai dari ekstrim kiri sampai ke ekstrim
kanan, menarik perhatian bangsa kita, khususnya generasi muda, untuk
dipelajari, dipahami dan diterapkan dalam upaya mencari jati diri bangsa
setelah selama lebih dari 30 tahun merasa terbelenggu oleh sistem
pemerintahan yang otoriter.
Salah satu dampak buruk dari reformasi adalah memudarnya
semangat nasionalisme dan kecintaan pada negara. perbedaan pendapat
antar golongan atau ketidaksetujuan dengan kebijakan pemerintah adalah
suatu hal yang wajar dalam suatu sistem politik yang demokratis. Namun
berbagai tindakan anarkis, konflik sara dan separatisme yang sering terjadi
dengan mengatas namakan demokrasi menimbulkan kesan bahwa tidak ada
lagi semangat kebersamaan sebagai suatu bangsa. Kepentingan kelompok,
bahkan kepentingan pribadi, telah menjadi tujuan utama. Semangat untuk
membela negara seolah telah memudar.
Bela negara biasanya selalu dikaitkan dengan militer atau
militerisme, seolah-olah kewajiban dan tanggung jawab untuk membela
negara hanya terletak pada tentara nasional indonesia. Padahal berdasarkan
pasal 30 UUD 1945, bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap
warga Negara republik indonesia. Bela negara adalah upaya setiap warga
negara untuk mempertahankan Republic Indonesia terhadap ancaman baik
dari luar maupun dalam negeri.
UUD No 3 tahun 2002 tentang pertahanan negara ri mengatur tata
cara penyelenggaraan pertahanan negara yang dilakukan oleh tentara

7
Budianto, Kewarganegarraan SMA kelas X, (Jakarta : Erlangga, 2004), hal. 76

9
nasional indonesia (TNI) maupun oleh seluruh komponen bangsa. Upaya
melibatkan seluruh komponen bangsa dalam penyelenggaraan pertahanan
negara itu antara lain dilakukan melalui pendidikan pendahuluan bela
negara.
Konsep bela negara dapat diartikan secara fisik dan non-fisik,
secara fisik dengan mengangkat senjata menghadapi serangan atau agresi
musuh, secara non-fisik dapat didefinisikan sebagai segala upaya untuk
mempertahankan Negara dengan cara meningkatkan rasa nasionalisme,
yakni kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan
terhadap tanah air, serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan
negara.
Landasan pembentukan bela negara adalah wajib militer. Bela
negara adalah pelayanan oleh seorang individu atau kelompok dalam
tentara atau milisi lainnya, baik sebagai pekerjaan yang dipilih atau sebagai
akibat dari rancangan tanpa sadar (wajib militer). Beberapa negara
(misalnya Israel, Iran) meminta jumlah tertentu dinas militer dari masing-
masing dan setiap salah satu warga negara (kecuali untuk kasus khusus
seperti fisik atau gangguan mental atau keyakinan keagamaan). Sebuah
bangsa dengan relawan sepenuhnya militer, biasanya tidak memerlukan
layanan dari wajib militer warganya, kecuali dihadapkan dengan krisis
perekrutan selama masa perang.
2. Dasar Hukum Bela Negara
Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara :8
a) Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan
Keamanan Nasional.
b) Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan
Rakyat.
c) Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam
Negara RI. Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.
d) Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
e) Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.

8
Ibid., hal. 89

10
f) Amandemen UUD '45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3.
g) Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
Unsur Dasar Bela Negara
Cinta Tanah Air.
a) Kesadaran Berbangsa & bernegara.
b) Yakin akan Pancasila sebagai ideologi Negara.
c) Rela berkorban untuk bangsa & Negara.
d) Memiliki kemampuan awal Bela Negara.
3. Bela Negara Nebagai Hak dan Kewajiban Warga Negara
Pasal 30 UUD 1945 menyebutkan bahwa "tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara". Konsep bela
negara dapat diuraikan yaitu secara fisik maupun non-fisik. Secara fisik
yaitu dengan cara "memanggul senjata" menghadapi serangan atau agresi
musuh. Bela negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari
luar. Sedangkan bela negara secara non-fisik dapat didefinisikan sebagai
"segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan republik indonesia
dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara,
menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif dalam
memajukan bangsa dan negara".
a) Bela negara secara fisik
Keterlibatan warga negara sipil dalam upaya pertahanan negara
merupakan hak dan kewajiban konstitusional setiap warga negara
republik indonesia. Tapi, seperti diatur dalam uu no 3 tahun 2002 dan
sesuai dengan doktrin sistem pertahanan semesta, maka
pelaksanaannya dilakukan oleh rakyat terlatih (ratih) yang terdiri dari
berbagai unsur misalnya resimen mahasiswa, perlawanan rakyat,
pertahanan sipil, mitra babinsa, okp yang telah mengikuti pendidikan
dasar militer dan lainnya. Rakyat terlatih mempunyai empat fungsi
yaitu ketertiban umum, perlindungan masyarakat, keamanan rakyat dan
perlawanan rakyat.9 Tiga fungsi yang disebut pertama umumnya

9
Sunarso, Anis K., Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD/MI kelas VI, (Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. 2008), hal. 74

11
dilakukan pada masa damai atau pada saat terjadinya bencana alam atau
darurat sipil, di mana unsur-unsur rakyat terlatih membantu pemerintah
daerah dalam menangani keamanan dan ketertiban masyarakat,
sementara fungsi perlawanan rakyat dilakukan dalam keadaan darurat
perang di mana rakyat terlatih merupakan unsure bantuan tempur bagi
pasukan reguler tni dan terlibat langsung di medan perang.
Apabila keadaan ekonomi nasional telah pulih dan keuangan
negara memungkinkan, Maka dapat pula dipertimbangkan
kemungkinan untuk mengadakan wajib militer bagi warga negara yang
memenuhi syarat seperti yang dilakukan di banyak negara maju di
barat. Mereka yang telah mengikuti pendidikan dasar militer akan
dijadikan cadangan tentara nasional Indonesia selama waktu tertentu,
dengan masa dinas misalnya sebulan dalam setahun untuk mengikuti
latihan atau kursus-kursus penyegaran. Dalam keadaan darurat perang,
mereka dapat dimobilisasi dalam waktu singkat untuk tugas-tugas
tempur maupun tugas-tugas teritorial. Rekrutmen dilakukan secara
selektif, teratur dan berkesinambungan. penempatan tugas dapat
disesuaikan dengan latar belakang pendidikan atau profesi mereka
dalam kehidupan sipil misalnya dokter ditempatkan di rumah sakit
tentara, pengacara di dinas hukum, akuntan di bagian keuangan,
penerbang di skwadron angkutan, dan sebagainya. Gagasan ini
bukanlah dimaksudkan sebagai upaya militerisasi masyarakat sipil, tapi
memperkenalkan "dwi-fungsi sipil". Maksudnya sebagai upaya
sosialisasi "konsep bela negara" di mana tugas pertahanan keamanan
negara bukanlah semata-mata tanggung jawab tni, tapi adalah hak dan
kewajiban seluruh warga negara republik indonesia.
b) Bela negara secara non-fisik
Di masa transisi menuju masyarakat madani sesuai tuntutan
reformasi saat ini, justru kesadaran bela negara ini perlu ditanamkan
guna menangkal berbagai potensi ancaman, Gangguan, hambatan dan
tantangan baik dari luar maupun dari dalam seperti yang telah diuraikan
di atas.

12
Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, bela negara tidak
selalu harus berarti "memanggul bedil menghadapi musuh".
Keterlibatan warga negara sipil dalam bela negara secara non-fisik
dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam
segala situasi, misalnya dengan cara:10
1) meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk
menghayati arti demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat
dan tidak memaksakan kehendak
2) menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian
yang tulus kepada masyarakat
3) berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan
berkarya nyata (bukan retorika)
4) meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-
undang dan menjunjung tinggi hak azasi manusia
5) pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat
menangkal pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai
dengan norma-norma kehidupan bangsa indonesia dengan lebih
bertaqwa kepada allah swt melalui ibadah sesuai
agama/kepercayaan masing- masing.
Apabila seluruh komponen bangsa berpartisipasi aktif dalam
melakukan bela negara secara non-fisik ini, maka berbagai potensi konflik
yang pada gilirannya merupakan ancaman, gangguan, hambatan dan
tantangan bagi keamanan negara dan bangsa kiranya akan dapat dikurangi
atau bahkan dihilangkan sama sekali. kegiatan bela negara secara non-fisik
sebagai upaya peningkatan ketahanan nasional juga sangat penting untuk
menangkal pengaruh budaya asing di era globalisasi abad ke 21 di mana
arus informasi (atau disinformasi) dan propaganda dari luar akan sulit
dibendung akibat semakin canggihnya teknologi komunikasi.

10
Ibid., hal. 102

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bertitik tolak pada persatuan itulah kita hendaknya berjuang seperti
pendahulu kita. Kita harus sadar bahwa kita masih menderita. Memang, sebab
penderitaan saat ini, berbeda dengan jaman dahulu. Dulu, bangsa kita
menderita karena penjajah, tetapi sekarang bangsa kita menderita karena
ketidakberesan di antara bangsa Indonesia sendiri. Harusnya, masalahnya jauh
lebih mudah karena kita tidak perlu berjuang mati-matian memanggul senapan
untuk mengusir penjajah.
Sumpah Pemuda mempunyai nilai-nilai strategis yang mendukung ke
arah kesatuan dan persatuan bangsa seperti yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya. Kalau sekarang nilai-nilai itu sepertinya terabaikan dalam
berbangsa, itu adalah kesalahan transformasi nilai. Maka, yang kita butuhkan
di masa depan adalah sejarah sebagai pembelajaran moral untuk kepentingan
kebangsaan. Masa lalu sebagai pengalaman adalah guru dan darinya kita dapat
berefleksi dan memperoleh banyak nilai yang terkandung di dalamnya.
Kesadaran akan bela negara bagi setiap warga negara Indonesia yang
antara lain diwujudkan melalui PPBN yang merupakan bagian dari sistem
pendidikan kewarganegaraan negara adalah merupakan tanggung jawab
bersama atau secara institusional (interdep) perlu disosialisasikan secara
meluas dan konseptual dalam arti perlu didukung lagi dengan seperangkat
peraturan perundang-undangan lain seperti yang diamanatkan dalam pasal 9
UURRI No. 3 seperti ketentuan tentang pendidikan kewarganegaraan,
pelatihan dasar militer wajib, maupun pengabdian sesuai dengan profesi.

14
DAFTAR PUSTAKA
Budianto, 2004. Kewarganegarraan SMA kelas X, Jakarta : Erlangga.
Dr. Kaelan, M.S. 2016. Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.
Hamid Darmadi, M.Pd. 2013. Urgensi Pancasila dan Kewarganegaraan,
Alfabeta, Bandung .
Sunarso, Anis K., 2008. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD/MI kelas V,
Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
A. Ubaedillah & Abdul Rozak. 2003. Pancasila Demokrasi. Kencana, Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai