Anda di halaman 1dari 19

FILOSOFI DAN KONSEP KEPEMIMPINAN ISLAM

(Islamic Philosophy And Leadership Concepts)

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Siska, S.E., M.Si, Ak, CA

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH


ETIKA DAN KEPEMIMPINAN ISLAM

Oleh Kelompok 3 :

T. Hafis Nurul Hidayah


Oscar Yenas
Reny Mayasari

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM RIAU
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah Subhanawata’ala,


yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
Tugas Makalah dengan judul “FILOSOFI DAN KONSEP
KEPEMIMPINAN ISLAM”.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan,
baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik yang membangun agar kami
dapat memperbaiki Makalah ini.
Kami berharap semoga Makalah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.

Pekanbaru, September 2023

Penulis (Kelompok 3)

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3

BAB I ........................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 5

BAB II .......................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6

2.1 Pengertian Filosofi dan Kepemimpinan Islam ...................................................... 6

2.1.1 Filosofi ......................................................................................................... 6

2.1.2 Kepemimpinan Islam .................................................................................. 10

2.2 Tugas dan Etika Kepemimpinan ........................................................................ 13

2.3 Filosofis Kepemimpinan menurut Al-Qur’an dan as-Sunnah.............................. 14

2.4 Kepemimpinan Islam Periode Khulafur Rasyidin .............................................. 15

2.4.1 Manajemen dan Model Kepemimpina Abu Bakar Ash-siddiq...................... 15

2.4.2 Manajemen dan Model Kepemimpina Umar Bin Khatab ............................ 15

2.4.3 Manajemen dan Model Kepemimpian Ustman bin Affan ............................ 16

2.4.4 Manajemen dan Model Kepemimpian Ali bin Abi Thalib ............................ 16

BAB III ....................................................................................................................... 18

PENUTUP .................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pergeseran paradigma konsep kepemimpinan di abad modern ini hampir


mengidentikkan kepemimpinan dengan kekuasaan, yang dapat membawa
konsekuensi bagi timbulnya malpraktek kekuasaan yang berwujud korupsi.
Lord Action, seorang pakar politik ketatanegaraan abad ke-20 secara tegas
menyatakan, bahwa kekuasaan itu cenderung menimbulkan praktek koruptif.
Hal tersebut bukanlah mengada-ada, sebab secara realitanya setiap kekuasaan
dalam wujud apapun yang bersentuhan dengan wilayah publik selalu diwarnai
dengan beberapa kasus korupsi, sangat berbanding terbalik dengan idealisasi
konsep kekuasaan melalui nash-nash syar’i baik Al-Qur’an maupun Hadist, yang
menegaskan bahwa kekuasaan itu adalah amanah.
Persoalan kepemimpinan (leadership) pada dekade terakhir menjadi
persoalan yang signifikan dalam hubungannya dengan kesuksesan sebuah
organisasi pada level apapun. parameter suksesnya kepemimpinan dalam islam
yang paling sederhana adalah sejauh mana implementasi amanah yang melekat
pada sebuah kekuasaan dapat dijalankan secara professional.
Berbicara masalah pemimpin ideal menurut Islam erat kaitannya
dengan figur Rasulullah SAW. Beliau adalah pemimpin agama dan juga
pemimpin negara. Rasulullah merupakan suri tauladan bagi setiap orang,
termasuk para pemimpin karena dalam diri beliau hanya ada kebaikan,
kebaikan dan kebaikan. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:

Artinya:“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri


tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah

4
dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-
Ahzab:21).
1.2 Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan filosofi menurut beberapa para ahli, apa saja cabang
dari filosofi dan ciri-ciri filosofi tersebut;
2. Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan dan kepemimpinan islam, siapa
tokoh dalam kepemimpinan islam tersebut, apa saja karakteristik dan bagaimana
seharusnya sikap seorang pemimpin;
3. Apakah keterkaitan antara filosofi dan kepemimpinan islam.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari makalah ini adalah untuk memberikan


penjelasan dan pengertian dari filosofi menurut beberapa ahli, menyebutkan
cabang dari ilmu filosofi dan ciri-cirinya, menjelaskan tentang kepemimpinan
islam, siapa tokoh dalam kepemimpinan islam tersebut, apa saja karakteristik dan
bagaimana seharusnya sikap seorang pemimpin, dan menjelaskan keterkaitan antara
filosofi dan kepemimpinan islam.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filosofi dan Kepemimpinan Islam

2.1.1 Filosofi
Secara bahasa, filosofi adalah kata yang berasal dari bahasa Yunani, philo
dan Sophia. Philo artinya cinta, dan Sophia yang berarti kebijakan atau hikmah.
jadi filosofi atau filsafat berarti cinta kebajikan (the love of wisdom).
Sementara secara istilah, filosofi adalah “ilmu istimewa” yang mencoba
menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh pengetahuan biasa,
karena masalah-masalah termaksud diluar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
Filosofi juga bisa diartikan sebagai hasil daya upaya manusia dengan akal
budinya untuk memahami secara radikal dan integral serta sistematik hakikat
segala yang ada (Tuhan, alam semesta dan manusia). Orang yang pertama kali
menggunakan kata filsafat, filsafah atau filosofi adalah Phytagoras (582-496SM)
yakni seorang filsuf yang berasal dari Yunani.

A. Arti Filosofi Menurut Para Ahli :

1. Plato
Menurut Palto (427-347 SM), filosofi merupakan sebuah ilmu
pengetahuan mengenai hakikat. Ilmu fisafat ialah upaya untuk
mencapai pengetahuan serta untuk mengetahui tentang kebenaran yang
sesungguhnya
2. Aristoteles
Menurut Aristoteleas (384-322 SM), arti filsafat yakni sebuah ilmu
pengetahuan perihal kebenaran yang meliputi logika, fisika, metafisika
dan juga pengetahuan
3. R. Berling
Menurut R.Berling (1968) arti filosofi ialah sebuah pemikiran yang
besar dengan diilhami rasio mengenai segala sesuatu yang berasal dari
pengalaman.

6
4. Bertrand Russel
Arti filsafat yaitu tak lebih dari suatu usaha uantuk menjawab berbagai
pertanyaan terakhir, tak secara dangkal atau dogmatis seperti yang telah
dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari dan juga didalam
ilmu pengetahuan.
5. W.J.S Poerwadarminta
Arti filsafat ialah suatu pengetahuan dan penyelidikan dengan
menggunakan akal budi mengenai berbagai sebab, segala asas hukum
dan sebagainya, daripada segala yang ada dialam semesta ataupun
untuk mengetahui sebuah kebenaran dan arti dari keberadaan sesuatu.
6. Immanuel Kant
Immanuel Kant merumuskan filsafat yakni sebagai ilmu pengetahuan
yang menjadi pokok pangkal serta puncak dari segala pengetahuan yang
tercakup didalamnya empat persoalan :
1) Apa yang dapat kita lakukan (Metafisika)
2) Apa yang seharusnya dilakukan (Etika)
3) Sampai dimanakah harapan kita (Agama)
4) Apa hakikat manusia (Anthropologi)

B. Berbagai Cabang Dalam Dunia Filosofi yaitu :

1. Metafisika
Metafisika ialah sebuah cabang filsafat yang berkaitan dengan proses
analitis atas hakikat fundamental beserta dengan keberadaan dan
realitas yang menyertainya. Kajian mengenai metafisika pada umumnya
berporos pada pertanyaan mendasar mengenai keberadaan dan berbagai
sifat yang meliputi atas realitas yang dikaji. Secara umum topik analisis
metafisika meliputi pembahasan perihal eksistensi, posibilitas,
keberadaan aktual beserta dengan karakteristik yang menyertai, ruang
dan waktu, relasi antar keberadaan seperti pembahasan mengenai
kausalitas dan juga pembahsan metafisis lainnya.

7
2. Epistemologi
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yakni episteme artinya
“pengetahuan” dan logos artinya “ilmu”. Epistemologi ialah sebuah
cabang dari filsafat yang mempunyai keterkaitan atau berfokus pada
hakikat atau teori pengetahuan. Dalam bidang filsafat, epistemology
meliputi berbagai pembahasan perihal asal mula, sumber, nilai validitas,
ruang lingkup dan juga kebenaran pengetahuan yang telah ada.
Epistemologi telah dipusatkan menjadi empat bidang, yaitu :
1) Analisis filsafat, yang berkaitan dengan hakikat serta pengetahuan
dan bagaimana hal ini mempunyai keterkaitan dengan konsepsi
seperti kebenaran, keyakinan, dan juga justifikasi;
2) Berbagai masalah skeptisime
3) Sumber-sumber dan ruang lingkup pengetahuan dan justifikasi atas
keyakinan;
4) Kritria bagi pengetahuan dan justifikasi.

3. Metodologi
Metodologi adalah sebuah cabang filsafat sistematis yang membahas
perihal metode. Metode ialah suatu tata cara, teknik, atau jalan yang
telah dirancang dan digunakan dalam proses untuk mendapatkan
pengetahuan dengan jenis apapun. Metodologi berasal dari bahasa
Yunani “methos” dan “logos”, kata metodos terdiri dari suku kata
yaitu “metha” yang artinya melalui atau melewati, serta “hodos’
yang artinya adakah jalan atau cara. Metode berarti jalan yang dilalui
untuk mencapai sebuah tujuan dan logos artinya ilmu.
Ilmu terdiri atas empat prinsip :
1) Keteraturan (orde)
2) Sebab musabab (determinisme)
3) Kesederhanaan (parsimony)
4) Pengalaman yang dapat diamati (empiris)

8
4. Logika
Logika adalah sebuah cabang filosofi yang membahas mengenai
penalaran. Penalaran merupakan suatu corak pemikiran khas yang
dipunyai oleh manusia dari pengetahuan yang ada guna untuk
mendapatkan pengetahuan lainnya, terutama untuk sarana dalam
pemecahan sebuah masalah. Logika sebagai salah satu cabang ilmu
filsafat yang bisa dipraktikkan didalam kehidupan sehari-hari. Dalam
bidang filsafat sendiri, logika tak bisa dipisahkan dalam proses untuk
mendapatkan suatu kebenaran dan kesahihan.

5. Etika
Etika secara umum aialah aturan, norma, kaidah, ataupun tata cara yang
dapat dipakai sebagai pedoman atau asas dari suatu individu dalam
melakukan perbuatan dan tingkah laku. Penerapan norma ini sangat erat
kaitannya dengan sifat baik individu didalam kehidupan bermasyarakat.

6. Estetika
Estetika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat yang mempelajari
berbagai nilai sensoris yang kadang dianggap sebagai penilaian
terhadap rasa dan sentiment. Estetika adalah cabang yang paling dekat
dengan filosofi seni.

C. Ciri-Ciri Filosofi :

Ciri-ciri dari sebuah filosofi sebagai berikut :

1. Bersifat universal atau menyeluruh, jadi tidak sekedar pada satu


pandangan atau aspek tertentu;
2. Radikal atau mendasar. Filosofi ialah sebuah pemikiran yang dilakukan
secara mendalam hingga sampai ke akarnya sehingga diperoleh hasil
yang fundamental;
3. Sistematis atau berurutan. Sesuai dengan pola dengan memakai logika
walaupun bisa diartikan sebagai asumsi semata;
4. Seorang filosofis selalu mempunyai sifat untuk mempertanyakan
segala hal;

9
5. Filosofi memaparkan segala penjelasan disertai dengan uraian yang
detail misalnya alasan mengapa suatu hal dapat terjadi;
6. Pemikirannya menggunakan kajian yang telah diteliti secara cermat
dan rinci, termasuk pada konsep dasarnya sehingga dari konsep tersebut
dapat dikembangkan pemikiran lain mengenai dunia dan kehidupan;
7. Memberikan penilaian terhadap segala masalah yang ada dengan teliti
dan sungguh-sungguh. Bahkan dari hasil filosofi yang sudah dibuat
perlu dilakukan evaluasi kembali dengan tujuan untuk memastikan dan
yang paling mendekati dengan kebenaran;
8. Kajian mengenai filosofi berupa perumpamaan, pengandaian, dan
rekaan. Hal tersebut digunakan untuk mengeksplor persoalan dengan
lebih luas dan tanpa adanya batas.

2.1.2 Kepemimpinan Islam


A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk
mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Pemimpin adalah orang yang mampu menggerakkan,
mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati,
menyuruh, membimbing, memerintah, melarang dan bahkan menghukum
serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen
mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan
efisien, yang diridhai oleh Allah. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga hal yang paling berhubungan,
yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya, adanya pengikut, serta
adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi.
Didalam lingkungan organisasi, kepemimpinan terjadi melalui dua
bentuk, yaitu kepemimpinan formal (formal leadership) dan
kepemimpinan informal (informal leadership). Kepemimpinan formal
terjadi apabila di lingkungan organisasi jabatan otoritas formal diisi oleh
orang-orang yang ditunjuk atau dipilih melalui proses seleksi. Sedangkan
kepemimpinan informal terjadi dimana kedudukan pemimpin dalam suatu
organisasi diisi oleh orang-orang yang muncul dan berpengaruh terhadap

10
orang lain karena kecakapan khusus atau berbagai sumber energy yang
dimilikinya, dirasakan mampu memecahkan persoalan organisasi serta
memenuhi kebutuhan dari anggota organisasi yang bersangkutan.

B. Kepemimpinan Islam Menurut Ibnu Khaldun


Ibnu Khaldun Al Hadrami dalam Buku Ibn Khaldun; His Life
and Work karya Mohammad Abdullah Enan disebutkan bernama lengkap
Abu Zayd Abd Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami. Ia lahir
di Tunisia pada1 Ramadhan 727 H/27 Mei 1332 Miladiyah (Enan,1941).
Ibnu Khaldun masyhur dengan kapasitasnya sebagai filsuf, sosiolog,
ekonom dan ahli politik.
Kepemimpinan ideal menjadi salah satu topik yang dibahas
Ibnu Khaldun dalam mahakaryanya Muqaddimah. Didalam kitab
Mukaddimah, Ibnu Khaldun membicarakan istilah al-Mulk yang dapat
diinterpretasikan sebagai gambaran perenungan Ibnu Khaldun tentang
kondisi sosial politik di negara-negara Arab-Islam yang sering dililit
konflik antar elit kekuasaan. Kekuasaan menurut Ibnu Khaldun sebenarnya
terbentuk melalui suatu kemenangan kelompok tertentu atas kelompok
lainnya.
Ibnu Khaldun menggariskan, kepemimpinan hanya akan ada
bilamana terdapat keunggulan dalam individu-individu pemimpin.
Keunggulan hanya akan muncul bilamana disokong al-asabiyah atau
perasaan solidaritas. Seorang pemimpin tidak akan mungkin tampil ketika
tidak ada orang-orang yang bersedia mematuhinya. oleh karena itu,
kemampuan seorang pemimpin sejatinya diukur dari bagaimana rakyat
mematuhi himbauannya. Sebab para pengikutnya melihat dalam diri
pemimpin itu panutan, sebagaimana seorang anak memandang
orangtuanya. Bagi Ibnu Khaldun, untuk menjadi seorang pemimpin yang
piawai tidak perlu bersikap lihai atau bermuka dua, tujuannya adalah
munculnya rasa cinta, baik dari diri pemimpin itu maupun rakyat terhadap
pemimpinnya.

11
C. Corak Kepemimpinan
Pemikiran politik Ibnu Khaldun dalam hal kepemimpinan terbagi menjadi
enam bagian :
1) Negara : suatu bentuk organisasi;
2) Keharusan mendirikan lembaga kepemimpinan;
3) Kualifikasi pemimpin
4) Cara pengangkatan pemimpin
5) Hubungan antara pemimpin dan rakyat;
6) Pola kepemimpinan rakyat.
Dalam pandangan Ibnu Khaldun, tipologi negara dengan tolak ukur
kekuasaan dibagi menjadi dua :
1) Al-Mulk al-Thabi’iy : Negara dengan ciri kekuasaan ilmiah.
Ciri negara ini biasanya sang pemimpin berlaku sewenang-wenang
dan cendenrung diktator, sehingga prinsip keadilan diabaikan, yang
terpenting hanya keunggulan dan kekuatan.
2) Al-Mulk al-Siyaasiy : Negara dengan ciri kekuasaan polotik.
Negara ini terbagi menjadi :
a. Negara Hukum (siyasah diniyah) adalah Negara yang menjadikan
syari’ah (hukum islam) sebagai fondasinya. Dengan demikian
negara ini disamping berkarakteristik Al-qur’an dan hadis, juga
menempatkan akal manusia dalam perannya yang sangat urgen
dalam kehidupan bernegara;
b. Hukum Sekuler (Siyasah aqliyah) adalah Negara yang hanya
mendasarkan pada hukum sebagai rasio manusia tanpa
mengindahkan hukum yang bersumber dari wahyu;
c. Republik ala Plato (Siyasah Madaniyah) Dalam Negara ini
segelintir orang elit duduk sebagai penguasa memrintah atas
segolongan budak-budak.

D. Karakteristik Pemimpin Menurut Ibnu Khaldun


1) Harus berasal dari kalangan sendiri;
2) Mempunyai kemampuan menguasai warganya;

12
3) Mempunyai kekuatan, kewibawaan serta kewenangan (inilah yang
disebut al-Mulk);
4) Berilmu pengetahuan;
5) Bersifat adil;
6) Kafayat (mampu), dalam hal ini mempunyai kemampuan untuk
melaksanakan hukum-hukum yang ditetapkan oleh undang-undang,
mampu memobilisasi rakyat, mampu mengendalikan politik
kenegaraannya, mampu berdiplomasi dan lain sebagainya;
7) Sehat jasmani dan rohani.

E. Sikap Seorang Pemimpin


1) Perhatiannya harus ditujukan untuk kesejahteraan rakyat;
2) Harus mengawasi system kerja aparatnya dan selalu mempunyai
informasi tentang mereka;
3) Seorang pemimpin harus selalu terbuka dalam hal menerima keluhan
rakyatnya dan berusaha memenuhinya;
4) seorang pemimpin merasa bahwa kekuasaan itu merupakan suatu
beban yang nantinya akan dipertanggungjawabkan di ahdapan Tuhan.

2.2 Tugas dan Etika Kepemimpinan

Seorang kepala negara memiliki tugas dan tanggungjawab untuk menegakkan


agar syariat Allah dapat dilaksanakan oleh segenap kaum muslimin. Seorang kepala
negara tidak boleh menyerahkan urusan agama kaum muslimin kepada pribadi masing-
masing, yang suka silakan mengerjakan dan yang tidak suka silakan meninggalkan.
Kepala negara bertanggung jawab agar kaum muslimin dapat melaksanakan ajaran
Islam dengan benar.
Abu Hasan Al-Mawardi dalam kitab al-Ahkam as-Sulthaniyah menetapkan tujuh
syarat bagi seorang Kepala Negara, yaitu:
1. keadilan yang meliputi segala hal,
2. Ilmu pengetahuan sampai pada tingkat sanggup berijtihad,
3. kesejahteraan indera pendengaran, penglihatan dan lisan,
4. kesejahteraan anggota badan

13
5. kecerdasan sampai pada tingkat sanggup memimpin rakyat dan mengurus
kesejahteraan mereka,
6. keberanian dan ketabahan sampai pada tingkat sanggup mempertahankan
kehormatan dan berjihad melawan musuh,
7. berbangsa dan berdarah Qurays
Ibnu Khuldun dalam Kitab Muqaddimah nya menetapkan empat syarat, antara
lain:
1. Ilmu Pengetahuan sampai pada tingkat mampu berijtihad,
2. keadilan, karena keadilan menjadi syarat bagi segala macam jabatan,
3. kesanggupan, yaitu berani menjalankan had dan menghadapi peperangan serta
mengerahkan rakyat untuk berperang, mengetahui hal ihwal diplomasi dan
cakap bersiasat, kesejahteraan indera dan anggota badan.

2.3 Filosofis Kepemimpinan menurut Al-Qur’an dan as-Sunnah

Islam memberi gambaran tentang sosok pemimpin yang benar-benar layak


memimpin umat menuju kemaslahatan dan keselamatan dunia dan akhirat, baik dari Al-
Qur’an, Hadist, maupun keteladanan Rasul SAW dan para sahabat sebagai sosok
pemimpin ideal bagi umat Islam.
Pada dasarnya, kepemimpinan itu adalah amanah yang akan
dipertanggungjawabkan di sisi Allah SWT. Oleh karena itu, Islam telah menggariskan
beberapa kaedah yang berhubungan dengan kepemimpinan. Kaedah-kaedah tersebut
dapat diringkas sebagai berikut:
1. Kepemimpinan Bersifat Tunggal
Dalam khazanan politik Islam, kepemimpinan negara itu bersifat tunggal. Tidak
ada pemisahan, ataupun pembagian kekuasaan di dalam Islam. Kekuasaan berada di
tangan seorang Khalifah secara mutlak. Seluruh kaum Muslim harus menyerahkan
loyalitasnya kepada seorang pemimpin yang absah. Mereka tidak diperbolehkan
memberikan loyalitas kepada orang lain, selama Khalifah yang absah masih berkuasa
dan memerintah kaum Muslim dengan hukum Allah SWT.
2. Kepemimpinan Islam itu Bersifat Universal
Kepemimpinan Islam itu bersifat univeral, bukan bersifat lokal maupun regional.
Artinya, kepemimpinan di dalam Islam diperuntukkan untuk Muslim maupun non-

14
Muslim. Sedangkan dari sisi konsep kewilayahan, Islam tidak mengenal batas wilayah
negara yang bersifat tetap sebagaimana konsep kewilayahan negara bangsa.
3. Kepemimpinan Islam itu adalah Amanah
Pada dasarnya, kepemimpinan itu adalah amanah yang membutuhkan karakter
dan sifat-sifat tertentu. Dengan karakter dan sifat tersebut seseorang akan dinilai layak
untuk memegang amanah kepemimpinan. Atas dasar itu, tidak semua orang mampu
memikul amanah kepemimpinan, kecuali bagi mereka yang memiliki sifat-sifat
kepemimpinan.

2.4 Kepemimpinan Islam Periode Khulafur Rasyidin

2.4.1 Manajemen dan Model Kepemimpina Abu Bakar Ash-siddiq


Abu Bakar adalah sahabat utama Nabi yang menjadi salah satu pemeluk Islam
awal. Abu Bakar mendapat gelar as-Siddiq karena ia membenarkan Rasulullah dalam
banyak peristiwa termasuk ketika Rasulullah Isra Mi‟raj dan banyak yang tidak
percaya, saat itulah Abu Bakar membenarkan peristiwa tersebut.
Model kepemimpinan Abu Bakar bersifat sentral atau terpusat, kekuasaan
legislatif, eksekutif dan yudikatif berpusat di tangan khalifah. Meskipun demikian Abu
Bakar tetap melakukan musyawarah seperti pada zaman Rasul dalam menyelesaikan
suatu masalah. Langkah politik yang ditempuh Abu-Bakar sangat efektif dan sukses
membawa dampak yang positif. Pada masa pemerintahannya, Abu Bakar Ash-Shiddiq
berhasil melakukan peluasan wilayah, mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang
berserakan.
2.4.2 Manajemen dan Model Kepemimpina Umar Bin Khatab
Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab Islam mengalami kemajuan yang
sangat pesat. Umat muslim terjamin keamanan, kemakmuran dan kedamaiannya.
Wilayah kekuasaan Islam semakin luas dan terus bertambah, Islam semakin luas hingga
ke Libya, Pesia, Irak, Barqoh, Armenia, Khurasan, Nisabur, Azerbaijan, Basra, Syiria,
Yordania, Gaza, Baitul Madis, dan beberapa daerah di sekitar laut tengah.
Umar merupakan pemimpin yang selalu membuat kebijakan revolusioner pada
masa pemerintahannya yang tidak pernah ada sebelumnya. Pemimpin yang pertama kali
membuat penanggalan hijriyah, mengumpulkan masyarakat untuk solat tarawih

15
berjamaah. Selain itu Umar juga merupakan pemimpin yang selalu melakukan dan
mencapai hal baru yang belum pernah dilakukan oleh pemimpin sebelumnya.
Umar adalah pemimpin pertama yang berkeliling pada malam hari di madinah
untuk melihat kondisi rakyatnya dan mendengarkan keluh kesah mereka. Pemimpin
pertama yang banyak melakukan penaklukan, pertama menyusun kota-kota, pertama
membawa tongkat pemukul untuk menghukum dan memberi pelajaran kepada orang-
orang yang berbuat salah, yang pertama kali mendera peminum khamr dengan 80 kali
cambukan. Umar juga membentuk dan menetapkan berbagai kebijakan yaitu:
membentuk tentara baru, menetapkan para hakim (qadhi), membuat undang-undang
pajak, membuat sekretariat, menetapkan gaji tetap, dan membagi-bagi wilayah taklukan
seperti as-Sawad, Ahwaz, wilayah pegunungan, wilayah Persia, dan lain sebagainya.
2.4.3 Manajemen dan Model Kepemimpian Ustman bin Affan
Usman bin Affan menjadi khalifah selama 12 tahun. Hal ini merupakan waktu
pemerintahan terlama di zaman khulafaur rasyidin. Masa pemerintahan Usman bin
Affan terbagi dalam dua periode. Di enam tahun merupakan masa pemerintahan yang
baik, sedangkan di enam tahun sisanya merupakan masa pemerintahan yang buruk
(Syukur, Sejarah Peradaban Islam, 2011). Hal yang membuat banyak masyarakat
kecewa pada masa kepemimpinan Ustman adalah kebijakannya mengangkat keluarga
dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam.
Dialah pada dasarnya yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Ustman hanya
menyandang gelar Khalifah (Zainudin, Peradapan Islam pada Masa Khulafaur
Rasyidin).
Prestasi yang terpenting dalam masa pemerintahan Usman adalah menulis
kembali al-Quran yang telah ditulis pada zaman Abu Bakar yang pada waktu, sehingga
hal itu membuat bersatunya kaum muslimin pada satu mushaf, yang seragam ejaannya,
bacaanya dan susunan surahnya. Namun di masa akhir kepemimpinannya, kondisi
politik semakin mencekam.
2.4.4 Manajemen dan Model Kepemimpian Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib merupakan khalifah ke empat umat Islam di periode awal
Islam. Setelah Usman meninggal akibat pembunuhan oleh pemberontak yang waktu itu
telah menguasai Madinah, maka pemerintahan dijatuhkan pada Ali bin Abi Thalib
sebagaimana hasil keputusan dari sidang dewan formatur ini dipimpin oleh Abd al-

16
Rahman bin Awf. Bahwa Ali bin Abi Thalib akan menjadi khalifah setelah Usman bin
Affan. Pada awalnya Ali menolak untuk dijadikan pemimpin, namun atas bujukan dari
penduduk Madinah dan Veteran Perang Badar, Ali pun menerima pembaiatannya
sebagai khalifah pengganti Usman.
Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah selama enam tahun. Masa pemerintahan Ali
bin Abi Thalib penuh dengan gejolak. Masa pemerintahan Ali tidaklah lepas dari
pemberontakan. Pemberontakan dilakukan oleh Thalhah, Zubair, dan Aisyah.
Pemberontakan terjadi lantaran Ali tidak mau menghukum para pembunuh Ustman dan
mereka menuntut bela terhadap darah Ustman yang telah ditumpahkan secara zalim.
Kebijakan Ali juga banyak mendapati perlawanan dari Muawiyah yang didukung oleh
sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Hal ini
mengakibatkan perang antara kubu Ali dengan kubu Muawiyah yang terjadi di daerah
Siffin.

17
BAB III

PENUTUP

Hakikat pemimpin dalam pandangan islam adalah sebagai khodimul


ummah atau pelayan bagi rakyat yang dipimpinnya. Berpijak pada filosofi ini,
maka seorang pemimpin harus melayani rakyat yang dipimpinnya dengan penuh
rasa cinta dan keikhlasan.
Ibnu Khaldun Al Hadrami dalam Buku Ibn Khaldun; His Life
and Work karya Mohammad Abdullah Enan disebutkan bernama lengkap Abu
Zayd Abd Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami. Ia lahir di Tunisia
pada1 Ramadhan 727 H/27 Mei 1332 Miladiyah (Enan,1941). Ibnu Khaldun
masyhur dengan kapasitasnya sebagai filsuf, sosiolog, ekonom dan ahli politik.
Seorang pemimpin menurut Ibnu Khaldun adalah :
1. Seseorang yang menganggap kekuasaannya sebagai amanah dari Allah,
sehingga pelaksanaan kekuasaannya dianggap tidak lain sebagai cara terbaik
pengabdia kepada Tuhan;
2. Ibnu Khaldun berpendapat bahwa kehancuran dan perpecahan pada dasarnya
karena manusia memiliki sifat ingin memiliki, merampas dan menguasai
milik sesamanya;
3. Kepemimpinan adalah supervise terhadap kepentingan Negara muslim, baik
yang berkenaan dengan persoalan agama maupun keduniaan, maka pemimpin
harus bersikap ghalabah, sultan dan wewenang;
4. Pemimpin yang sadar bahwa suatu saat pertanggungjawabannya akan
dipertanyakan dihadapan Tuhan.

18
DAFTAR PUSTAKA
AF Djunaedi (2005), Filosofi Dan Etika Kepemimpinan Dalam Islam, Diakses dari
http://media.neliti.com-media-publications

S Sakdiah (2016), Karakteristik Kepemimpinan Dalam Islam, Diakses dari


http://jurna.ar-raniry.ac.id

PWM Jawa Tengah (2016), Sukses Memimpin ala Muqaddimah Ibnu Khaldun al-
hadrami, Diakses dari http://pwmjateng.com/sukses-memimpin-ala-
muqaddimah-ibnu-khaldun-al-hadrami/

Republika Online (2020), Pemimpin Ideal Menurut Ilmu Khaldun : Tak “Bermuka
Dua”, Diakses dari http://khazanah.republika.co.id-berita

Aldo Andrian (2021), Studi Komperatif Konsep Kepemimpinan Ibnu Khaldun dan
Imam Al-Mawardi, (Tugas Akhir Universitas Islam Sultan Agung) Diakses dari
http://respository.unissula.ac.id-32501700004_fullitex.pdf.pdf

Husen mulachela (2022), Filosofi Adalah pokok Segala Pengetahuan, Diakses dari
http://katadata.co.id-Berita-Lifestyle

19

Anda mungkin juga menyukai