DOSEN PENGAMPU :
Dr. Siska, S.E., M.Si, Ak, CA
Oleh Kelompok 3 :
Penulis (Kelompok 3)
2
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
BAB II .......................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6
2.4.4 Manajemen dan Model Kepemimpian Ali bin Abi Thalib ............................ 16
PENUTUP .................................................................................................................. 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-
Ahzab:21).
1.2 Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan filosofi menurut beberapa para ahli, apa saja cabang
dari filosofi dan ciri-ciri filosofi tersebut;
2. Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan dan kepemimpinan islam, siapa
tokoh dalam kepemimpinan islam tersebut, apa saja karakteristik dan bagaimana
seharusnya sikap seorang pemimpin;
3. Apakah keterkaitan antara filosofi dan kepemimpinan islam.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Filosofi
Secara bahasa, filosofi adalah kata yang berasal dari bahasa Yunani, philo
dan Sophia. Philo artinya cinta, dan Sophia yang berarti kebijakan atau hikmah.
jadi filosofi atau filsafat berarti cinta kebajikan (the love of wisdom).
Sementara secara istilah, filosofi adalah “ilmu istimewa” yang mencoba
menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh pengetahuan biasa,
karena masalah-masalah termaksud diluar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
Filosofi juga bisa diartikan sebagai hasil daya upaya manusia dengan akal
budinya untuk memahami secara radikal dan integral serta sistematik hakikat
segala yang ada (Tuhan, alam semesta dan manusia). Orang yang pertama kali
menggunakan kata filsafat, filsafah atau filosofi adalah Phytagoras (582-496SM)
yakni seorang filsuf yang berasal dari Yunani.
1. Plato
Menurut Palto (427-347 SM), filosofi merupakan sebuah ilmu
pengetahuan mengenai hakikat. Ilmu fisafat ialah upaya untuk
mencapai pengetahuan serta untuk mengetahui tentang kebenaran yang
sesungguhnya
2. Aristoteles
Menurut Aristoteleas (384-322 SM), arti filsafat yakni sebuah ilmu
pengetahuan perihal kebenaran yang meliputi logika, fisika, metafisika
dan juga pengetahuan
3. R. Berling
Menurut R.Berling (1968) arti filosofi ialah sebuah pemikiran yang
besar dengan diilhami rasio mengenai segala sesuatu yang berasal dari
pengalaman.
6
4. Bertrand Russel
Arti filsafat yaitu tak lebih dari suatu usaha uantuk menjawab berbagai
pertanyaan terakhir, tak secara dangkal atau dogmatis seperti yang telah
dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari dan juga didalam
ilmu pengetahuan.
5. W.J.S Poerwadarminta
Arti filsafat ialah suatu pengetahuan dan penyelidikan dengan
menggunakan akal budi mengenai berbagai sebab, segala asas hukum
dan sebagainya, daripada segala yang ada dialam semesta ataupun
untuk mengetahui sebuah kebenaran dan arti dari keberadaan sesuatu.
6. Immanuel Kant
Immanuel Kant merumuskan filsafat yakni sebagai ilmu pengetahuan
yang menjadi pokok pangkal serta puncak dari segala pengetahuan yang
tercakup didalamnya empat persoalan :
1) Apa yang dapat kita lakukan (Metafisika)
2) Apa yang seharusnya dilakukan (Etika)
3) Sampai dimanakah harapan kita (Agama)
4) Apa hakikat manusia (Anthropologi)
1. Metafisika
Metafisika ialah sebuah cabang filsafat yang berkaitan dengan proses
analitis atas hakikat fundamental beserta dengan keberadaan dan
realitas yang menyertainya. Kajian mengenai metafisika pada umumnya
berporos pada pertanyaan mendasar mengenai keberadaan dan berbagai
sifat yang meliputi atas realitas yang dikaji. Secara umum topik analisis
metafisika meliputi pembahasan perihal eksistensi, posibilitas,
keberadaan aktual beserta dengan karakteristik yang menyertai, ruang
dan waktu, relasi antar keberadaan seperti pembahasan mengenai
kausalitas dan juga pembahsan metafisis lainnya.
7
2. Epistemologi
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yakni episteme artinya
“pengetahuan” dan logos artinya “ilmu”. Epistemologi ialah sebuah
cabang dari filsafat yang mempunyai keterkaitan atau berfokus pada
hakikat atau teori pengetahuan. Dalam bidang filsafat, epistemology
meliputi berbagai pembahasan perihal asal mula, sumber, nilai validitas,
ruang lingkup dan juga kebenaran pengetahuan yang telah ada.
Epistemologi telah dipusatkan menjadi empat bidang, yaitu :
1) Analisis filsafat, yang berkaitan dengan hakikat serta pengetahuan
dan bagaimana hal ini mempunyai keterkaitan dengan konsepsi
seperti kebenaran, keyakinan, dan juga justifikasi;
2) Berbagai masalah skeptisime
3) Sumber-sumber dan ruang lingkup pengetahuan dan justifikasi atas
keyakinan;
4) Kritria bagi pengetahuan dan justifikasi.
3. Metodologi
Metodologi adalah sebuah cabang filsafat sistematis yang membahas
perihal metode. Metode ialah suatu tata cara, teknik, atau jalan yang
telah dirancang dan digunakan dalam proses untuk mendapatkan
pengetahuan dengan jenis apapun. Metodologi berasal dari bahasa
Yunani “methos” dan “logos”, kata metodos terdiri dari suku kata
yaitu “metha” yang artinya melalui atau melewati, serta “hodos’
yang artinya adakah jalan atau cara. Metode berarti jalan yang dilalui
untuk mencapai sebuah tujuan dan logos artinya ilmu.
Ilmu terdiri atas empat prinsip :
1) Keteraturan (orde)
2) Sebab musabab (determinisme)
3) Kesederhanaan (parsimony)
4) Pengalaman yang dapat diamati (empiris)
8
4. Logika
Logika adalah sebuah cabang filosofi yang membahas mengenai
penalaran. Penalaran merupakan suatu corak pemikiran khas yang
dipunyai oleh manusia dari pengetahuan yang ada guna untuk
mendapatkan pengetahuan lainnya, terutama untuk sarana dalam
pemecahan sebuah masalah. Logika sebagai salah satu cabang ilmu
filsafat yang bisa dipraktikkan didalam kehidupan sehari-hari. Dalam
bidang filsafat sendiri, logika tak bisa dipisahkan dalam proses untuk
mendapatkan suatu kebenaran dan kesahihan.
5. Etika
Etika secara umum aialah aturan, norma, kaidah, ataupun tata cara yang
dapat dipakai sebagai pedoman atau asas dari suatu individu dalam
melakukan perbuatan dan tingkah laku. Penerapan norma ini sangat erat
kaitannya dengan sifat baik individu didalam kehidupan bermasyarakat.
6. Estetika
Estetika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat yang mempelajari
berbagai nilai sensoris yang kadang dianggap sebagai penilaian
terhadap rasa dan sentiment. Estetika adalah cabang yang paling dekat
dengan filosofi seni.
C. Ciri-Ciri Filosofi :
9
5. Filosofi memaparkan segala penjelasan disertai dengan uraian yang
detail misalnya alasan mengapa suatu hal dapat terjadi;
6. Pemikirannya menggunakan kajian yang telah diteliti secara cermat
dan rinci, termasuk pada konsep dasarnya sehingga dari konsep tersebut
dapat dikembangkan pemikiran lain mengenai dunia dan kehidupan;
7. Memberikan penilaian terhadap segala masalah yang ada dengan teliti
dan sungguh-sungguh. Bahkan dari hasil filosofi yang sudah dibuat
perlu dilakukan evaluasi kembali dengan tujuan untuk memastikan dan
yang paling mendekati dengan kebenaran;
8. Kajian mengenai filosofi berupa perumpamaan, pengandaian, dan
rekaan. Hal tersebut digunakan untuk mengeksplor persoalan dengan
lebih luas dan tanpa adanya batas.
10
orang lain karena kecakapan khusus atau berbagai sumber energy yang
dimilikinya, dirasakan mampu memecahkan persoalan organisasi serta
memenuhi kebutuhan dari anggota organisasi yang bersangkutan.
11
C. Corak Kepemimpinan
Pemikiran politik Ibnu Khaldun dalam hal kepemimpinan terbagi menjadi
enam bagian :
1) Negara : suatu bentuk organisasi;
2) Keharusan mendirikan lembaga kepemimpinan;
3) Kualifikasi pemimpin
4) Cara pengangkatan pemimpin
5) Hubungan antara pemimpin dan rakyat;
6) Pola kepemimpinan rakyat.
Dalam pandangan Ibnu Khaldun, tipologi negara dengan tolak ukur
kekuasaan dibagi menjadi dua :
1) Al-Mulk al-Thabi’iy : Negara dengan ciri kekuasaan ilmiah.
Ciri negara ini biasanya sang pemimpin berlaku sewenang-wenang
dan cendenrung diktator, sehingga prinsip keadilan diabaikan, yang
terpenting hanya keunggulan dan kekuatan.
2) Al-Mulk al-Siyaasiy : Negara dengan ciri kekuasaan polotik.
Negara ini terbagi menjadi :
a. Negara Hukum (siyasah diniyah) adalah Negara yang menjadikan
syari’ah (hukum islam) sebagai fondasinya. Dengan demikian
negara ini disamping berkarakteristik Al-qur’an dan hadis, juga
menempatkan akal manusia dalam perannya yang sangat urgen
dalam kehidupan bernegara;
b. Hukum Sekuler (Siyasah aqliyah) adalah Negara yang hanya
mendasarkan pada hukum sebagai rasio manusia tanpa
mengindahkan hukum yang bersumber dari wahyu;
c. Republik ala Plato (Siyasah Madaniyah) Dalam Negara ini
segelintir orang elit duduk sebagai penguasa memrintah atas
segolongan budak-budak.
12
3) Mempunyai kekuatan, kewibawaan serta kewenangan (inilah yang
disebut al-Mulk);
4) Berilmu pengetahuan;
5) Bersifat adil;
6) Kafayat (mampu), dalam hal ini mempunyai kemampuan untuk
melaksanakan hukum-hukum yang ditetapkan oleh undang-undang,
mampu memobilisasi rakyat, mampu mengendalikan politik
kenegaraannya, mampu berdiplomasi dan lain sebagainya;
7) Sehat jasmani dan rohani.
13
5. kecerdasan sampai pada tingkat sanggup memimpin rakyat dan mengurus
kesejahteraan mereka,
6. keberanian dan ketabahan sampai pada tingkat sanggup mempertahankan
kehormatan dan berjihad melawan musuh,
7. berbangsa dan berdarah Qurays
Ibnu Khuldun dalam Kitab Muqaddimah nya menetapkan empat syarat, antara
lain:
1. Ilmu Pengetahuan sampai pada tingkat mampu berijtihad,
2. keadilan, karena keadilan menjadi syarat bagi segala macam jabatan,
3. kesanggupan, yaitu berani menjalankan had dan menghadapi peperangan serta
mengerahkan rakyat untuk berperang, mengetahui hal ihwal diplomasi dan
cakap bersiasat, kesejahteraan indera dan anggota badan.
14
Muslim. Sedangkan dari sisi konsep kewilayahan, Islam tidak mengenal batas wilayah
negara yang bersifat tetap sebagaimana konsep kewilayahan negara bangsa.
3. Kepemimpinan Islam itu adalah Amanah
Pada dasarnya, kepemimpinan itu adalah amanah yang membutuhkan karakter
dan sifat-sifat tertentu. Dengan karakter dan sifat tersebut seseorang akan dinilai layak
untuk memegang amanah kepemimpinan. Atas dasar itu, tidak semua orang mampu
memikul amanah kepemimpinan, kecuali bagi mereka yang memiliki sifat-sifat
kepemimpinan.
15
berjamaah. Selain itu Umar juga merupakan pemimpin yang selalu melakukan dan
mencapai hal baru yang belum pernah dilakukan oleh pemimpin sebelumnya.
Umar adalah pemimpin pertama yang berkeliling pada malam hari di madinah
untuk melihat kondisi rakyatnya dan mendengarkan keluh kesah mereka. Pemimpin
pertama yang banyak melakukan penaklukan, pertama menyusun kota-kota, pertama
membawa tongkat pemukul untuk menghukum dan memberi pelajaran kepada orang-
orang yang berbuat salah, yang pertama kali mendera peminum khamr dengan 80 kali
cambukan. Umar juga membentuk dan menetapkan berbagai kebijakan yaitu:
membentuk tentara baru, menetapkan para hakim (qadhi), membuat undang-undang
pajak, membuat sekretariat, menetapkan gaji tetap, dan membagi-bagi wilayah taklukan
seperti as-Sawad, Ahwaz, wilayah pegunungan, wilayah Persia, dan lain sebagainya.
2.4.3 Manajemen dan Model Kepemimpian Ustman bin Affan
Usman bin Affan menjadi khalifah selama 12 tahun. Hal ini merupakan waktu
pemerintahan terlama di zaman khulafaur rasyidin. Masa pemerintahan Usman bin
Affan terbagi dalam dua periode. Di enam tahun merupakan masa pemerintahan yang
baik, sedangkan di enam tahun sisanya merupakan masa pemerintahan yang buruk
(Syukur, Sejarah Peradaban Islam, 2011). Hal yang membuat banyak masyarakat
kecewa pada masa kepemimpinan Ustman adalah kebijakannya mengangkat keluarga
dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam.
Dialah pada dasarnya yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Ustman hanya
menyandang gelar Khalifah (Zainudin, Peradapan Islam pada Masa Khulafaur
Rasyidin).
Prestasi yang terpenting dalam masa pemerintahan Usman adalah menulis
kembali al-Quran yang telah ditulis pada zaman Abu Bakar yang pada waktu, sehingga
hal itu membuat bersatunya kaum muslimin pada satu mushaf, yang seragam ejaannya,
bacaanya dan susunan surahnya. Namun di masa akhir kepemimpinannya, kondisi
politik semakin mencekam.
2.4.4 Manajemen dan Model Kepemimpian Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib merupakan khalifah ke empat umat Islam di periode awal
Islam. Setelah Usman meninggal akibat pembunuhan oleh pemberontak yang waktu itu
telah menguasai Madinah, maka pemerintahan dijatuhkan pada Ali bin Abi Thalib
sebagaimana hasil keputusan dari sidang dewan formatur ini dipimpin oleh Abd al-
16
Rahman bin Awf. Bahwa Ali bin Abi Thalib akan menjadi khalifah setelah Usman bin
Affan. Pada awalnya Ali menolak untuk dijadikan pemimpin, namun atas bujukan dari
penduduk Madinah dan Veteran Perang Badar, Ali pun menerima pembaiatannya
sebagai khalifah pengganti Usman.
Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah selama enam tahun. Masa pemerintahan Ali
bin Abi Thalib penuh dengan gejolak. Masa pemerintahan Ali tidaklah lepas dari
pemberontakan. Pemberontakan dilakukan oleh Thalhah, Zubair, dan Aisyah.
Pemberontakan terjadi lantaran Ali tidak mau menghukum para pembunuh Ustman dan
mereka menuntut bela terhadap darah Ustman yang telah ditumpahkan secara zalim.
Kebijakan Ali juga banyak mendapati perlawanan dari Muawiyah yang didukung oleh
sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Hal ini
mengakibatkan perang antara kubu Ali dengan kubu Muawiyah yang terjadi di daerah
Siffin.
17
BAB III
PENUTUP
18
DAFTAR PUSTAKA
AF Djunaedi (2005), Filosofi Dan Etika Kepemimpinan Dalam Islam, Diakses dari
http://media.neliti.com-media-publications
PWM Jawa Tengah (2016), Sukses Memimpin ala Muqaddimah Ibnu Khaldun al-
hadrami, Diakses dari http://pwmjateng.com/sukses-memimpin-ala-
muqaddimah-ibnu-khaldun-al-hadrami/
Republika Online (2020), Pemimpin Ideal Menurut Ilmu Khaldun : Tak “Bermuka
Dua”, Diakses dari http://khazanah.republika.co.id-berita
Aldo Andrian (2021), Studi Komperatif Konsep Kepemimpinan Ibnu Khaldun dan
Imam Al-Mawardi, (Tugas Akhir Universitas Islam Sultan Agung) Diakses dari
http://respository.unissula.ac.id-32501700004_fullitex.pdf.pdf
Husen mulachela (2022), Filosofi Adalah pokok Segala Pengetahuan, Diakses dari
http://katadata.co.id-Berita-Lifestyle
19