Anda di halaman 1dari 10

FILSAFAT ILMU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat

Dosen Pengampu : Dini Rahmantika ,S.H.I., S.Hum,.M.Hum

Disusun Oleh:

1. Dwi Safitri (43040210020)


2. Sofiana Nur Fajaroh (43040210015)
3. Farhan Panjava (43040210054)

PRODI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI SALATIGA

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul "
pengertian, peran, dan tantangan lengembangan ilmu" ini tepat waktu. Tanpa pertolonga-Nya,
tentu kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas Pembelajaran. Tak
lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad
SAW, semoga kita kelak mendapat syafaatnya di yaumil kiamat nanti.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan makalah ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat
tersusun dengan sempurna. Semoga, makalah ini dapat menjadi manfaat untuk kita
semua.Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salatiga, 21 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………...……2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………..………..……4

B.Rumusan Masalah………………………………………...…….…….…..….4

C. Tujuan…………………………………………………………….……….....4

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian Ilmu……………………………………………….…….………..5

B.Peran Ilmu………………………………………………………...………….5

C.Tantangan ilmu…………………………………………………………….…6

BAB III PENUTUP

Kesimpulan………………………….………………………………………………9

DAFTAR PUSTAKA……………………...………………………….............……….10

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat ilmu yaitu sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini
yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat terdahulu yang telah dibuktikan Robert
Ackermann. Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran
ilmiah, serta menetapkan nilai dan usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan oleh Lewis
White Beck. Filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafati yang menelaah
sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya, dan
praanggapan-praanggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang
pengetahuan intelektual oleh Cornelius Benjamin. Berdasarkan tujuan filsafat dan implikasi
untuk mempelajari filsafat ilmu. Bagi seseorang yang mempelajari filsafat ilmu diperlukan
pengetahuan dasar yang memadai tentang ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial, supaya
para ilmuan memiliki landasan berpijak yang kuat, demikian pula seorang ahli ilmu
kealaman perlu memahami dan mengetahui secara garis besar tentang ilmu sosial. Sehingga
antara ilmu yang satu antara lainnya saling menyapa, bahkan dimungkinkan terjalinnya
kerja sama yang harmonis memecahkan persoalan-persoalan kemanusiaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ilmu


2. Apa saja peran ilmu
3. Apa saja Tantangan ilmu

C.Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui pengertian ilmu


2. Untuk mengetahui peran ilmu
3. Untuk mengetahui tantangan ilmu

4
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Ilmu

Ilmu secara literal berasal dari bahasa Arab ‘alima-ya’lamu-‘ilman. Arti secara bahasa adalah
mengetahui/tahu. Orang yang memilki ilmu disebaut ‘alim,dan bentuk jamaknya/plural
‘ulama. Kata serapan dari bahasa Arab ini kemudian dibakukan menjadi bahasa Indonesia
yang tentunya dengan pengertian tertentu.

Secara terminologis ilmu dimaknai dengan beberapa pengertian yang beragam. Di antara
pengertian-pengertian tersebut sebagai berikut:

1. Jujun S suriasumantri pengetahuan yang tersusun secara logis dan sistematis serta
telah teruji kebenarannya.Dengandemikian dalam karya yang lainnya, Jujun
menjelaskan bahwa, ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri
tertentu.
2. Woodburn dan Obourn Ilmu pengetahuan adalah usaha manusia yang mencoba
menjelaskan, dengan keakuratan yang terus bertambah, peristiwa-peristiwa dan
keadaan-keadaan yang terjadi atau tampil nyata dalam lingkungan alamiah kita.
3. L. Wilardjo pengetahuan yang terhimpun melalui metode-metode keilmuan.
4. The Liang Gie mengatakan bahwa ilmu dapat dilihat sebagai aktivitas yang dilakukan
untuk memperoleh ilmu pengetahuan, sebagai metode bagaimana
5. Poespoprodjo, kumpulan pengetahuan hasil penyelidikan pandangan yang logis
teratur, kritis, dan sistematis terhadap suatu objek.

Ilmu adalah pengetahuan, pengetahuan yang berasaskan kenyataan dan telah disusun dengan
baik. Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkumi sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan
seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu

B.Peran Ilmu

● pengira
Ilmu bagi kehidupan manusia dapat berperan sebagai pengira terhadap suatu fenomena yang
ditemui oleh manusia tersebut.misalnya berkaitan dengan ilmu astronomi, dapat membantu
manusia untuk memprediksi kemungkinan terjadi gerhana.

5
● penerang atau penjelas
Ilmu dapat berfungsi sebagai penjelas untuk menerangkan segala sesuatu yang ada disekitar
manusia sehingga memperoleh kefahaman.

● pemberdaya
Dengan adanya ilmu, maka maka sesuatu yang dulunya tidak bermanfaat dapat
didayagunakan untuk kesejahteraan hidup manusia.Misalnya saja, manusia sebelumnya tidak
mengetahui bahwa tanaman bahwa suatu tanaman mempunya kasiat dan manfaat yang tinggi
untuk kesehatan, setelah manusia mengetahui maka hal tersebut manusia memberdayakan
dan menggunakan tanaman tersebut dengan sebaik-baiknya,

● pemecah persoalan
Ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam mengorientasikan diri
dalam dunia dan memecahkan berbagai persoalan hidup. Berbeda dari binatang, manusia
tidak dapat membiarkan insting mengatur perilakunya. Untuk mengatasi masalah-masalah,
manusia membutuhkan kesadaran dalam memahami lingkungannya. Di sinilah ilmu-ilmu
membantu manusia mensistematisasikan apa yang diketahui manusia dan mengorganisasikan
proses pencariannya.

C. Tantangan Ilmu

Tantangan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Tahap pertama bertumbuhnya ilmu sudah


dikaitkan dengan tujuan perang. Ilmu bukan saja digunakan untuk menguasai alam
melainkan juga untuk memerangi sesama manusia dan menguasai mereka. Bermacam-
macam senjata pembunuh berhasil dikembangkan. Namun, juga berbagai teknik
penyiksaan dan cara memberbudak masa. Perkembangan ilmu sering melupakan faktor
manusia dimana bukan lagi teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan
dan kebutuhan manusia. Namun justru sebaliknya manusialah akhirnya yang harus
menyesuaikan diri dengan ternologi. Teknologi tidak lagi berfungsi sebagai sarana yang
memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia melainkan dia berada untuk tujuan
eksistensinya sendiri.
Perkembangan dan kemajuan spektakuler ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK )
nyata adanya. Ini dapat dibuktikan dengan keberhasilan IPTEK dan Indusrialisasi yang
berpengaruh kuat terhadap system perilaku manusia didalam kehidupan social.
Didominasi oleh paham ekonomi kapitalistik, yang mendorong sifat kompetitif
paragmatis perilaku manusia, dengan sasaran memperoleh keuntungan material sebanyak

6
mungkin dengan modal sekecil mungkin. Watak teknologi dan perindustrian berdaya
produgtifitas tinggi, berpadu dengan watak keserakahan manusia, sehingga mendorong
pola sikap dan perilaku secular hedonistik . Kemudian sifat monopolistic terlegitimasi
baik secara formal maupun cultural, sehingga secara dominan mewarnai perilaku manusia
sehari-hari. Kini, keserakahan ekonomi mendorong terbentuknya keserakahan hukum,
politik, dan keserakahan lainnya, sehingga mencemari setiap bidang kehidupan,
khususnya bidang pendidikan, kebudayaan dan spiritual keagamaan.
Kemajuan IPTEK dan perindustrian mengubah sistem komunikasi menjadi bersifat
praktis, langsung dan individual, tanpa melalui sensor nilai-nilai sosio cultural dan sosio
religious yang hidup disuatu peradaban. Kemampuan satelit, misalnya, dengan peralatan
teknologi elektrik canggih, berfungsi begitu sentral terhadap perubahan itu.
Konsekuensinya, dunia ekonomi perdagangan kapitalis menjadi dominan dan semakin
ramai dalam suasana kompetitif bebas. Dengan demikian, sudah barang tentu membuka
lebar peluang bagi pihak yang “kuat” untuk mendapatkan keuntungan material secara
berlibat ganda, tetapi sekaligus cenderung menutup rapat peluang bagi pihak yang
“lemah” untuk mendapatkan kesempatan yang setara.
Kehidupan manusia didunia ini sedang menjadi tidak realistic dan cenderung menjadi
semu. Untuk mencakupi kebutuhan sekunder seperti itu manusia bersedia
mempertaruhkan nilai-nilai substansial, seperti nilai kemanusiaan, kealaman dan
keilahian. Hal ini bersumber dari karsa berupa nafsu manusia utuk menguasai dunia.
Kehadiran teknologi dan perindustrian dimanfaatkan secara oportunis (Opportuntity) ,
yang mendorong ‘nafsu’ keserakahan dengan menyisihkan moral keadilan.
Bagi manusia moden kapitalistik, IPTEK dimanfaatkan secara objektif apa adanya,
dengan tanpa mempertimbangkan hakikat ontologis dan etis. Mereka memanfaatkan
IPTEK menurut nafsu keserakahan kapitalistik, seolah-olah bebas nilai, dalam artian
bebas dipergunakan untuk segala keperluan yang dapat memuaskan.

Ilmu pengetahuan dan teknologi bukan diperdayakan secara bebas nilai, tetapi seharusnya
secara etis dimanfaatkan demi kelestarian alam sebagai prasyarat kelangsungan eksistensi
manusia. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perindustrian, manusia harus
tetap dalam kesadarannya bahwa tugas dan kewajiban pertama dan utamanya adalah
menjaga kelangsungan alam. Selanjutnya dengan rekayasa teknologi, mengembangkan
sumber dayanya, dengan cara baru dibenarkan menikmatinya reproduksi berimbang agar
tidak habis dikonsumsi baik manusia sendiri maupun makhluk lainnya. Dari sini, manusia

7
8demi kesejahteraan hidupnya. Agar langkah pertama itu dapat dikerjakan, manusia perlu
menegakkan kembali paradigma filsafat hidup dari mana asalmulanya, yang pasti
akhirnya kembali kesitu pula. Filsafat hidup seperti itu berkonsekuensi menentukan bagi
sikap dan perilaku adil dalam eksistensi kehidupan, sehingga pola kehidupan menjadi
sederhana sesuai dengan kebutuhan yang realistis.
Untuk mewujudkan pola kehidupan tersebut, kendalanya bukan terletak pada kebutuhan
fisis-bio-logis. Karena kebutuhan ini serba dapat diukur. Jika perut sudah kenyang, maka
berhenti makan. Begitulah kebutuhan lain seperti minuman, pakaian, perumahan, dan
sebagainya, semuanya dapat diukur dengan ukuran ‘kesehatan’. Tetapi, ketika “nafsu”
“kejiwaan mulai campur tangan”, maka kebutuhan fisis-bio-logis tadi sulit untuk dibatasi.
Karena, impulse napsu selalu bersifat serakah. Jadi, kebutuhan yang didorong oleh nafsu
tidak pernah sampai pada titik kepuasan. Fenomena perilaku serakah menyebabkan ke
butuhan hidup berkembang menjadi amat bervariasi baik dalam jenis, jumlah maupun
sifatnya. Dengan moral keserakahan ini pula, sistematika kebutuhan bisa menjadi
terbalik: Kebutuhan primer disekunderkan, dan kebutuhan sekunder di primerkan.
Padahal sesungguhnya, setiap variasi keutuhan itu berarti membuktikan adanya perilaku
eksploitatif yang bebas nilai terhadap sumberdaya alam. Jika hal ini tidak dikontrol secara
tepat, sulit untuk bisa menghindari datangnya krisis SDA dan kerusakan alam dari suatu
ekosistem yang ideal. Itulah kendala besar sekaligus tantangan bagi penegakan filsafat
hidup seperti tersebut diatas.

8
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah, serta
menetapkan nilai dan usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan

Filsfat ilmu dibagi menjadi dua yaitu filsafat ilmu dalam arti luas dan filsafat ilmu dalam arti
sempit.

Tujuan filsafat ilmu ialah Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, memahami sejarah
pertumbuhan dan perkembangan ilmu, mendorong calon ilmuan dan ilmuman untuk
konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya dan mempertegas bahwa dalam
persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.

Implikasi mempelajari filsafat diperlukan pengetahuan dasar yang memadai tentang ilmu,
baik ilmu alam maupun ilmu sosial, supaya para ilmuan memiliki landasan berpijak yang
kuat dan menyadarkan seorang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir hanya
berpikir murni dalam bidangnya mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar dirinya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Rivay Siregar, Tasawuf, dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme (Cet. I; Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1999), h. 36 8 Al-Muhāzib, al-Ri’āyah li al-Huqūq al-Insān; al-
Harraj, al-Tariq ilallah; al-Junaid, Dawa’ al-Aywah.

Hamka, Tasawuf, Perkembangan dan Pemurniannya,(Jakarta: PT Pustaka Panji Mas, 1984),

Ahmad Bangun Nasution, Akhlak Tasawuf, (Jakrata PT Rajagrafindo Persada, 2013)

Kholiliana, Ulfah . (2011). Tasawuf Klasik dan Pertengahan Karya Fiky Muzakiya (Online).

http://mybarokahblog.blogspot.com/2015/02/tasawuf-klasik-dan-pertengahan-karya.html?
m=1

Najib,M.(2018).EPISTEMOLOGI TASAWUF MODERN HAMKA.Dinamika


penelitian:media komunikasi penelitian sosial keagamaan,18(2),303-324

M.yasir Nasution,spirualitas Ahad modern;Telaah tentang signifikasi konsep manusia Al-


Ghazali,(Medan:t.p.,1994).

10

Anda mungkin juga menyukai