Era Generasi Z
Nama : Mustakimah
Email : mustakimah149@gmail.com
Apa itu Generasi Z? Generasi Z atau disingkat dengan Gen Z yakni mereka yang lahir
antara tahun 2001 sampai dengan sekarang. (Ali dan Purwandi , 2016). Generasi Z ini adalah
generasi yang hidup di masa teknologi yang sudah semakin canggih, dan generasi Z sangat
mahir dalam bermain media sosial, bermain gadget, dan mereka lebih banyak berinteraksi
dengan dunia maya. Mereka yang pandai memanfaatkan teknologi tentu tau bagaimana bijak
dalam menggunakannya tetapi bagi yang belu tentu perlu bimbigan karena semaki
canggihnya teknologi maka semakin banyak tantangan yang muncul di generasi Z ini. Yang
tentu aakan menimbulkan dampak positif ataupun dampak negatif bagi generasi.
Di era generasi z ini peranan konselor dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan
tentu sangat berpengaruh besar. Oleh karean itu perlunya mengembangkan skill dan kualitas
diri pada konselor untuk menghadapi berbagai permasalahan yang akan terjadi pada generasi
Z. Permasalahan yang umumnya terjadi pada generasi Z yaitu salah satunya penggunaan
media sosial secara berlebihan yang dapat menimbulkan bnayak dampak negatif yang dapat
mengakibatkan kerusakan mental pada para remaja. Yaang dapat menyebabkan berkurangnya
penerus masa depan yang berkualitas karena generasi inilah yang akan menjadi pemimpin
masa depan. Disinilah peran konselor akan menuntun para generasi Z agar mampu
memanfaatkan media soaial dengan bijak.
Tentunya untuk menghadapi tantangan yang akan terjadi di era generasi z ini para
konselor harus mampu mengembangkan soft skill dan mengembangkan pribaadi konselor.
Bimbingan dan konseling merupakan aktivitas interaksi timbal-balik, di mana terjadi relasi
antara konselor dan konseli dalam rangka untuk membantu konseli menyelesaikan masalah,
karena di dalamnya terjadi hubungan yang saling mempengaruhi (Fuad, 2009). Dan soft kill
yang dimiliki oleh konselor biasanya menentukan bagaimana kualitas dari konselor tesebut
dan hal itu mempengaruhi bagaimana pandangan konseli terhadap konselor. Karena soft kill
seorang konselor merupakan keterampilan konselor bagaimana berinteraksi dengan
konselinya.
Soft skill membekali mahasiswa dalam prestasi hidup di masa depan yang menuntut
sumber daya manusia yang siap kerja dan profesional (Widayanti, 2012). Soft kill yang harus
terus di kembangkan yaitu intrapersonal skill dan interpersonal skill. Intrapersonal skill yaitu
hal yang berhubungan dengan diri sendiri jika kita ingin menjadi konselor tentunya harus
memperbaiki apa yang ada di dalam diri kita, karena untuk berhubungan dengan orang lain
tentunya mental seorang konselor harus sehat agar memberikan feedback yang maksimal
terhadap konseli. Intra personal skill dapat meliputi intropeksi diri, tujuan hidup, mengatur
waktu, mengendalikan emosi, kebiasaan positif.
Dalam mempraktekan hal tersebut dapat dilakukan dengan diskusi bersama, kerja
kelompok lapangan yang dapat memunculkan bagaimana respon dari konselor terhadap suatu
masalah yang di hadapi. Misalkan dalam diskusi bagaimana cara dia memberikan solusi da
menyuarakan argumennya terhadap suatu permasalahan, dan bagaimana konselor bersikap
bijak yang mementingkan masalah bersama tidak hanya berfikir untuk dirinya sendiri. Dan
untuk kerja lapangan dapat memunculkan bagaimana kepedulian konselor terhadap lingkngan
sekitar dan bagaimaa konselor dapat menjadi seorang pemimpin dalam mengatur jalannya
kerja tersebut.
Selain pada soft kil yang perlu kita tingkatkan untuk menjadi konselor yang baik
dalam menghadapi tantangan di era generasi z sebagai konselor juga mempunyai pribadi
yang berkualitas. Bagaimana pribadi yang berkualitas itu menurut saya pribadi berkualitas
sebagai konselor yaitu dapat bertanggungjawab terhadap pasien yang di hadapi, cakap dalam
berkomunikasi, memiliki sikap jujur dan percaya diri dan tentunya bersikap profesional. Oleh
karena itu, penting bagi para konselor sekolah untuk berupaya memperjuangkan agar citranya
menjadi positif dan bermanfaat bagi para siswa dan seluruh warga sekolah sesuai dengan
tugas yang sebenarnya sebagai konselor, dengan mengupayakan bersikap profesional dan
merujuk pada etika profesional seorang konselor (Astiti, Suminar, & Rahmat, 2018;
Juliawan, Wiguna, & Bawa, 2020).
Kualitas pribadi konselor adalah suatu kriteria yang menyangkut segala aspek
kepribadian yang amat penting dan menentukan keefektifan konselor jika dibandingkan
dengan pendidikan dan latihan yang ia peroleh (Willis, 2013. hlm.79).
Shertzer dan Stone (Yusuf dan Nurihsan, 2014, hlm. 44) mengemukakan beberapa pendapat
tentang kualitas konselor, yaitu sebagai berikut:
Untuk menjadi konselor yang hebat kita harus mempunyai skill dalam menangani
pasien dengan baik dan juga menjadi pribadi berkualitas sehingga dapat dihargai dan di
dengarkan banyak orang, khusunya dapat di terima para generasi z dan mampu mengarahkan
mereka sesuai dengan perkembangan yang semakin pesat ini. Kenapa generasi z memerlukan
bimbingan ini karena tidak semua anak mampu menggunakan teknologi dengan baik dan
benar sehingga berdampak sangat luas bisa dengan lingkungan, mental, keluarga, dan
pastinya terhadap diri sendidri. Konselor yang baik menurut saya yaitu yang mampu di
dengarkan dan dihargai dengan baik oleh pasiennya.