Disusun Oleh:
FAKULTAS TEKNIK
TAHUN 2022/2023
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI ......................................
............................................
..................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ...........................
............................................
................... 3
1.2 Rumusan
Masalah .............................
............................................
............ 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pancasila
dan
Filsafat ...............................
............................. 5
2.2 Karakteristik,
Prinsip-Prinsip serta
Hakikat
Pancasila sebagai
Filsafat ...............................
....................................... 6
2.3 Pancasila Sebagai
Suatu
Filsafat ...............................
............................... 8
2.4 Objek dari Filsafat
Pancasila ...........................
........................................ 9
2.5 Pancasila melalui
Pendekatan Dasar
Ontologis,
Epistemologis, serta
Aksiologis .........................
.....................................10
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan .......................
............................................
.............................13
3.2
Saran .................................
............................................
..............................13
DAFTAR
PUSTAKA ........................
............................................
......................1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
Pancasila sebagai dasar negara memiliki kedudukan sebagai kaidah negara yang
fundamental. Hal ini menuntut Pancasila untuk bersifat tegas, kuat, dan tidak bisa
diubah oleh siapapun. Setiap sila Pancasila memiliki nilai yang harus dipegang teguh
berpengaruh terhadap setiap elemen di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh
karena itu, diperlukan pemahaman terhadap masing-masing fungsi dan tujuan agar
dapat dicerminkan pada kehidupan sehari-hari.
membentuk sebuah sistem yang menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan tertentu.
Lahirnya nilai-nilai filosofi dijadikan sebagai bahan perenungan oleh para pendiri
negara untuk mencari identitas bangsa Indonesia. Kadar kebenaran dari nilai-nilai yang
ada digali hingga mencapai akar hakikatnya. Hal ini memunculkan sifat spekulatif
dalam membuktikan sistem filsafat dari Pancasila. Selain itu, setiap bagian kebenaran
dan pernyataannya yang berhubungan secara menyeluruh dijadikan sebagai inti mutlak
maupun tidak langsung telah memunculkan masalah baru yang lebih kompleks. Capaian
ruang lingkup yang dihadapi pun kian meluas dan perlu diadakan pengkajian lebih
lanjut. Dalam hal ini, berbagai macam bentuk prinsip, karakteristik, dan objek pada
sistem filsafat mulai dimunculkan. Tujuannya tidak lain untuk membuktikan kebenaran
dari nilai-nilai filosofi yang dikaitkan dengan perkembangan zaman yang ada. Upaya
pendekatan terhadap nilai-nilai tersebut bisa dijadikan sebagai pandangan awal untuk
aksiologis?
BAB II
PEMBAHASAN
Pancasila berasal dari bahasa sansekerta, yaitu Panca yang artinya lima dan Sila
yang artinya asas atau dasar. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang
mempunyai lima sila, ibarat suatu bangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia
didirikan diatas suatu pondasi atau dasar yang dinamakan Pancasila yang terdiri dari
lima dasar atau lima asas. Adapun pengertian Pancasila menurut para ahli, menurut
persatuan dan kesatuan serta pertahanan Bangsa dan Negara Indonesia. Selain menjadi
dasar negara, sebagai etika, dan sebagai pandangan hidup, Pancasila juga sebagai sistem
filsafat. Sebelumnya, Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philein” yang berarti cinta
dan “Sophia” yang berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat menurut asal katanya berarti
kebenaran yang sejati. Terdapat beberapa pengertian filsafat berdasarkan watak dan
fungsinya sebagaimana yang dikemukakan Titus, Smith & Nolan sebagai berikut:
1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam
yang biasanya diterima secara tidak kritis. (Arti informal)
2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap
yang sangat dijunjung tinggi. (Arti formal)
3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Arti
komprehensif,
4) Filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan
konsep. (Arti analisis linguistik)
5) Filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat perhatian
manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. (Arti aktual-
fundamental)
Jadi pancasila merupakan filsafat Negara yang lahir collective ideologie (cita-
cita bersama) dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai filsafat, karena
pancasila merupakan hasil perenungan jiwa dengan mendalam yang dilakukan oleh para
pendiri bangsa Indonesia, kemudian dituangkan dalam suatu system yang tepat.
a) Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh. Dengan
pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya
terpisah-pisah, maka itu bukan pancasila.
b) Setiap sila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak bertentangan antara satu dengan
yang lain
c) Susunan pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh dapat dapat
digambarkan sebagai berikut
Sila 1, meliputi, mendasari, dan menjiwai: sila 2, 3, 4, dan 5.
Sila 2, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, serta mendasari dan menjiwai
sila 3,4, dan 5,
Sila 3, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, serta mendasari dan
menjiwai; sila 4 dan 5.
Sila 4, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, dan 3, serta mendasari dan
menjiwai sila 5.
Sila 5, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, 3, dan 4.
d. Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur asli/permanen/primer
e. Pancasila sebagai suatu yang ada mandiri, yang unsur-unsurnya berasal dari
dirinya sendiri.
f. Pancasila sebagai suatu realitas, artinya ada dalam diri manusia Indonesia dan
masyarakatnya, sebagai suatu kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh, hidup, dan
berkembang dalam kehidupan sehari-hari.
➔Prinsip-prinsip
❖Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan bergotong royong.
❖Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang
menjadi haknya.
➔Hakikat
berwujud konsep pengalaman dengan bersifat objektif dan subjektif. Pengamalan secara
dilakukan oleh manusia individu, baik sebagai pribadi, warga bermasyarakat, ataupun
ternyata cocok diterapkan kepada Pancasila, ini menunjukkan dan mengukuhkan bahwa
Pancasila benar-benar suatu sistem filsafat. Yaitu Sistem Filsafat Bangsa Indonesia,
nama Indonesia ini ditambahkan karena objek materialnya seperti telah diutarakan di
muka adalah dari bangsa Indonesia sendiri. Yaitu digali dari buminya Indonesia, dari
nenek moyang kita sejak lama, dari khasanah kehidupannya, dari kebiasaannya, adat
perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding father kita, yang
dituangkan dalam suatu sistem. Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian
ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasila. Pancasila sebagai sesuatu yang ada, maka
dapat dikaji secara filsafat (ingat objek material filsafat adalah segala yang ada), dan
untuk mengetahui bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat, maka perlu dijabarkan
filsafat cocok pada Pancasila, maka Pancasila merupakan sistem filsafat, tetapi jika
tidak maka bukan sistem filsafat. Sebelum itu pengertian dari sistem itu sendiri adalah
suatu kumpulan atau himpunan dari suatu unsur, komponen, atau variabel yang
terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu. Sistem
Dari pengertian serta ciri ciri dari sistem itu sendiri, maka Pancasila sebagai
suatu sistem filsafat juga harus menerapkan hal tersebut sebagai syarat bahwa Pancasila
berperan sebagai suatu sistem filsafat, sehingga memiliki ciri ciri sebagai berikut, yaitu:
Dari situlah Pancasila bisa dikatakan sebagai suatu sistem filsafat, dimana
Pancasila menjadi satu kesatuan bagian-bagian (yaitu sila-sila pancasila), tiap sila
pancasila mempunyai fungsi sendiri-sendiri, tiap sila pancasila tidak dapat berdiri
sendiri dan tidak saling bertentangan, dan keseluruhan sila pancasila merupakan suatu
Objek dari filsafat Pancasila itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu objek material
dan objek formal. Yang pertama adalah objek material adalah segala yang ada dan
mungkin ada. Objek yang demikian ini dapat digolongkan ke dalam tiga hal, yaitu
Tuhan, manusia, dan alam semesta. Pancasila adalah suatu yang ada, sebagai dasar
Dari rumusan tersebut maka objek yang didapat adalah: Tuhan, manusia, satu,
rakyat, dan adil. Dan dari kelima objek itu dapat dipersempit lagi ke dalam tiga saja,
yaitu Tuhan, manusia dan alam semesta untuk mewakili objek satu, rakyat, dan adil,
sebab hal-hal yang bersatu, rakyat dan keadilan itu berada pada alam semesta itu
sendiri. Dengan demikian dari segi objek material Pancasila dapat diterima.
Kedua yaitu objek formal, yaitu hakikat dari segala sesuatu yang ada itu sendiri.
Melihat dari kelima objek kelima sila Pancasila itu, semuanya tersusun atas kata dasar
dengan tambahan awalan ke/per dan akhiran an. Menurut ilmu bahasa, jika suatu kata
dasar diberi awalan ke atau per dan akhiran an, maka akan menjadi abstrak (bersifat
abstrak) benda kata dasar tersebut, lebih dari itu menunjukkan sifat hakikat dari
bendanya. Misalnya kemanusiaan, maknanya adalah hakikat abstrak dari manusia itu
sendiri, yang mutlak, tetap dan tidak berubah. Demikian juga dalam sila-sila Pancasila
yang lainnya, yaitu KeTuhanan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Khusus untuk
persatuan, awalan per menunjukkan suatu proses menuju ke awalan ke yang nantinya
diharapkan menjadi kesatuan juga. Dengan analisis penjabaran ini, maka Pancasila
Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu atau
tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika.
untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila yang terdiri atas lima
sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri, melainkan memiliki satu
kesatuan dasar ontologis. Subjek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah
manusia. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang berketuhan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang bersatu, yang berkerakyatan yang
berkeadilan sosial, yang pada hakikatnya adalah manusia. Sedangkan manusia sebagai
pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak,
yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani.
metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai
filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu
sistem pengetahuan. Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan
epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat
manusia. Pancasila sebagai suatu objek pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah
Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai
Pancasila. Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat,
dan logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori. Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem
filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Nilai (value dalam Inggris) berasal dari kata Latin valere yang artinya kuat,
baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang
dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral merupakan nilai dasar yang
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila yang dihubungkan dengan filsafat muncul dari hasil perenungan para
pendiri negara yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang menjalankan
kehidupan masyarakat luas. Terbangunnya sistem filsafat disini memiliki hakikat satu
kesatuan utuh dari beberapa elemen yang memiliki tujuan tertentu dengan menjalankan
fungsi yang saling ketergantungan. Keterkaitan antara objek, prinsip, dan karakteristik
Pancasila sebagai filsafat harus selaras dengan hakikatnya. Sila-sila di dalam Pancasila
pastinya. Tentang bagaimana karakteristik sistem filsafat yang dimaksud, objek yang
dituju, serta upaya pendekatan dasar yang dicerminkan sebagai bentuk pengokohan
bahwa Pancasila memang benar-benar suatu sistem filsafat. Maka dari itu, proses
terlebih dahulu. Upaya pendekatan ini harfiahnya harus sesuai dengan hakikat sila-sila
3.2 Saran
gambaran bagi masyarakat untuk lebih berpikir kritis, sistematis, dan mendasar terhadap
sistem filsafat yang terkait dengan Pancasila. Proses aktualisasi dari tiap-tiap nilai
Pancasila perlu diajarkan dan diperbaiki kembali agar tidak menimbulkan
kesalahpahaman terhadap teori dan contoh permasalahan yang disinggung. Ada baiknya
pula, jika sikap perealisasiannya ini selalu diimbangi dengan jalan berpikir yang tetap
DAFTAR PUSTAKA
Sutrisna, Budi. (2006). Teori Kebenaran Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu.
teori-kebenaran-pancasila-sebagai-dasar.pdf
http://rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/36630/bab-03-