Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH PANCASILA

DOSEN PENGAMPU: TIRTA GAUTAMA SH.MH

Disusun Oleh:

1. KAKA SANDI PRANDIKA [22520005]


2. KHOIRUL WAFAK Q.A [22520025]
3. GANDA KURNIAWAN [22520020]
4. ADI SATRIA [22520021]

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

TAHUN 2022/2023
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI ......................................
............................................
..................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ...........................
............................................
................... 3
1.2 Rumusan
Masalah .............................
............................................
............ 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pancasila
dan
Filsafat ...............................
............................. 5
2.2 Karakteristik,
Prinsip-Prinsip serta
Hakikat
Pancasila sebagai
Filsafat ...............................
....................................... 6
2.3 Pancasila Sebagai
Suatu
Filsafat ...............................
............................... 8
2.4 Objek dari Filsafat
Pancasila ...........................
........................................ 9
2.5 Pancasila melalui
Pendekatan Dasar
Ontologis,
Epistemologis, serta
Aksiologis .........................
.....................................10
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan .......................
............................................
.............................13
3.2
Saran .................................
............................................
..............................13
DAFTAR
PUSTAKA ........................
............................................
......................1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pancasila dan Filsafat ............................................................ 5

2.2 Karakteristik, Prinsip-Prinsip serta Hakikat

Pancasila sebagai Filsafat ...................................................................... 6

2.3 Pancasila Sebagai Suatu Filsafat .............................................................. 8

2.4 Objek dari Filsafat Pancasila ................................................................... 9

2.5 Pancasila melalui Pendekatan Dasar Ontologis,

Epistemologis, serta Aksiologis ..............................................................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................13


3.2 Saran ...........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................14

upan berbangsa dan


bernegara. Oleh
karena itu, diperlukan
pemahaman terhadap
masing-masing fungsi dan
tujuan agar
dapat dicerminkan pada
kehidupan sehari-hari.
Keterkaitan antara
Pancasila dengan berbagai
elemen kehidupan telah
membentuk sebuah sistem
yang menjalankan
fungsinya untuk mencapai
tujuan tertentu.
Lahirnya nilai-nilai filosofi
dijadikan sebagai bahan
perenungan oleh para
pendiri
negara untuk mencari
identitas bangsa Indonesia.
Kadar kebenaran dari nilai-
nilai yang
ada digali hingga mencapai
akar hakikatnya. Hal ini
memunculkan sifat
spekulatif
dalam membuktikan sistem
filsafat dari Pancasila.
Selain itu, setiap bagian
kebenaran
dan pernyataannya yang
berhubungan secara
menyeluruh dijadikan
sebagai inti mutlak
tata kehidupan masyarakat
Indonesia.
Seiring dengan
perkembangan yang terjadi
di masyarakat secara
langsung
maupun tidak langsung
telah memunculkan
masalah baru yang lebih
kompleks. Capaian
ruang lingkup yang
dihadapi pun kian meluas
dan perlu diadakan
pengkajian lebih
lanjut. Dalam hal ini,
berbagai macam bentuk
prinsip, karakteristik, dan
objek pada
sistem filsafat mulai
dimunculkan. Tujuannya
tidak lain untuk
membuktikan kebenaran
dari nilai-nilai filosofi
yang dikaitkan dengan
perkembangan zaman yang
ada. Upaya
pendekatan terhadap nilai-
nilai tersebut bisa
dijadikan sebagai
pandangan awal untuk
memahami sistem filsafat
yang terkandung di dalam
Pancasila.
3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar negara memiliki kedudukan sebagai kaidah negara yang

fundamental. Hal ini menuntut Pancasila untuk bersifat tegas, kuat, dan tidak bisa

diubah oleh siapapun. Setiap sila Pancasila memiliki nilai yang harus dipegang teguh

oleh seluruh masyarakat Indonesia. Keberadaan fungsi dan tujuannya sangat

berpengaruh terhadap setiap elemen di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh

karena itu, diperlukan pemahaman terhadap masing-masing fungsi dan tujuan agar
dapat dicerminkan pada kehidupan sehari-hari.

Keterkaitan antara Pancasila dengan berbagai elemen kehidupan telah

membentuk sebuah sistem yang menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan tertentu.

Lahirnya nilai-nilai filosofi dijadikan sebagai bahan perenungan oleh para pendiri

negara untuk mencari identitas bangsa Indonesia. Kadar kebenaran dari nilai-nilai yang

ada digali hingga mencapai akar hakikatnya. Hal ini memunculkan sifat spekulatif

dalam membuktikan sistem filsafat dari Pancasila. Selain itu, setiap bagian kebenaran

dan pernyataannya yang berhubungan secara menyeluruh dijadikan sebagai inti mutlak

tata kehidupan masyarakat Indonesia.

Seiring dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat secara langsung

maupun tidak langsung telah memunculkan masalah baru yang lebih kompleks. Capaian

ruang lingkup yang dihadapi pun kian meluas dan perlu diadakan pengkajian lebih

lanjut. Dalam hal ini, berbagai macam bentuk prinsip, karakteristik, dan objek pada

sistem filsafat mulai dimunculkan. Tujuannya tidak lain untuk membuktikan kebenaran

dari nilai-nilai filosofi yang dikaitkan dengan perkembangan zaman yang ada. Upaya

pendekatan terhadap nilai-nilai tersebut bisa dijadikan sebagai pandangan awal untuk

memahami sistem filsafat yang terkandung di dalam Pancasila

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari pancasila dan filsafat?

2. Apa saja karakteristik, prinsip-prinsip serta hakikat pancasila sebagai filsafat?

3. Bagaimana pengertian pancasila sebagai suatu filsafat?

4. Apa saja objek dari filsafat Pancasila?

5. Bagaimana Pancasila melalui pendekatan dasar ontologis, epistemologis, serta

aksiologis?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pancasila dan Filsafat

Pancasila berasal dari bahasa sansekerta, yaitu Panca yang artinya lima dan Sila

yang artinya asas atau dasar. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang

mempunyai lima sila, ibarat suatu bangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia

didirikan diatas suatu pondasi atau dasar yang dinamakan Pancasila yang terdiri dari

lima dasar atau lima asas. Adapun pengertian Pancasila menurut para ahli, menurut

Notonegoro Pancasila merupakan dasar falsafah Negara Indonesia, dapat disimpulkan


bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan dapat

menjadi pandangan hidup Bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang

persatuan dan kesatuan serta pertahanan Bangsa dan Negara Indonesia. Selain menjadi

dasar negara, sebagai etika, dan sebagai pandangan hidup, Pancasila juga sebagai sistem

filsafat. Sebelumnya, Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philein” yang berarti cinta

dan “Sophia” yang berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat menurut asal katanya berarti

cinta akan kebijaksanaan, atau mencintai kebenaran / pengetahuan. Secara sederhana,

filsafat dapat diartikan sebagai keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencari

kebenaran yang sejati. Terdapat beberapa pengertian filsafat berdasarkan watak dan

fungsinya sebagaimana yang dikemukakan Titus, Smith & Nolan sebagai berikut:

1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam
yang biasanya diterima secara tidak kritis. (Arti informal)
2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap
yang sangat dijunjung tinggi. (Arti formal)
3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Arti
komprehensif,
4) Filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan
konsep. (Arti analisis linguistik)
5) Filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat perhatian
manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. (Arti aktual-
fundamental)

Jadi pancasila merupakan filsafat Negara yang lahir collective ideologie (cita-

cita bersama) dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai filsafat, karena

pancasila merupakan hasil perenungan jiwa dengan mendalam yang dilakukan oleh para

pendiri bangsa Indonesia, kemudian dituangkan dalam suatu system yang tepat.

2.2 Karakteristik, Prinsip-Prinsip serta Hakikat Pancasila sebagai Filsafat

➔Karakteristik Pancasila sebagai Filsafat


Sebagai filsafat, pancasila mempunyai karakteristik sistem filsafat tersendiri

yang berbeda dengan filsafat lainnya, diantaranya:

a) Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh. Dengan
pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya
terpisah-pisah, maka itu bukan pancasila.
b) Setiap sila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak bertentangan antara satu dengan
yang lain
c) Susunan pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh dapat dapat
digambarkan sebagai berikut
 Sila 1, meliputi, mendasari, dan menjiwai: sila 2, 3, 4, dan 5.
 Sila 2, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, serta mendasari dan menjiwai
 sila 3,4, dan 5,
 Sila 3, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, serta mendasari dan
 menjiwai; sila 4 dan 5.
 Sila 4, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, dan 3, serta mendasari dan
 menjiwai sila 5.
 Sila 5, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, 3, dan 4.
d. Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur asli/permanen/primer
e. Pancasila sebagai suatu yang ada mandiri, yang unsur-unsurnya berasal dari
dirinya sendiri.
f. Pancasila sebagai suatu realitas, artinya ada dalam diri manusia Indonesia dan
masyarakatnya, sebagai suatu kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh, hidup, dan
berkembang dalam kehidupan sehari-hari.

➔Prinsip-prinsip

Pancasila ditinjau dari Kausalitas Aristoteles dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan


materi/bahan, dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya
yang ada dalam bangsa Indonesia sendiri.
2) Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya,
Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD '45 memenuhi syarat formal
(kebenaran formal);
3) Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam
menyusun dan merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia
merdeka; serta
4) Kausa Finalis. maksudnya berhubungan dengan tujuannya, yaitu tujuan
diusulkannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.Inti atau
esensi sila-sila Pancasila meliputi:

❖Tuhan, yaitu sebagai kausa prima.

❖Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial;atu, yaitu kesatuan

memiliki kepribadian sendiri.

❖Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan bergotong royong.

❖Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang

menjadi haknya.
➔Hakikat

Hakikat nilai-nilai pancasila dijadikan pangkal tolak permasalahannya yang

berwujud konsep pengalaman dengan bersifat objektif dan subjektif. Pengamalan secara

objektif adalah pengamalan di bidang kehidupan kenegaraan atau kemasyarakatan

(berupa pasal-pasal UUD, ketetapan MPR, Undang-Undang Organik, dan peraturan-

peraturan pelaksanaan lainnya. Pengamalan secara subjektif adalah pengamalan yang

dilakukan oleh manusia individu, baik sebagai pribadi, warga bermasyarakat, ataupun

sebagai pemegang kekuasaan.

Dengan uraian yang merupakan penjabaran dari syarat-syarat filsafat yang

ternyata cocok diterapkan kepada Pancasila, ini menunjukkan dan mengukuhkan bahwa

Pancasila benar-benar suatu sistem filsafat. Yaitu Sistem Filsafat Bangsa Indonesia,

nama Indonesia ini ditambahkan karena objek materialnya seperti telah diutarakan di

muka adalah dari bangsa Indonesia sendiri. Yaitu digali dari buminya Indonesia, dari

nenek moyang kita sejak lama, dari khasanah kehidupannya, dari kebiasaannya, adat

istiadatnya, kebudayaannya, serta kepercayaan dan agama-agamanya.

2.3 Pancasila Sebagai Suatu Filsafat

Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena Pancasila merupakan hasil

perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding father kita, yang

dituangkan dalam suatu sistem. Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian

ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasila. Pancasila sebagai sesuatu yang ada, maka

dapat dikaji secara filsafat (ingat objek material filsafat adalah segala yang ada), dan

untuk mengetahui bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat, maka perlu dijabarkan

tentang syarat-syarat filsafat terhadap Pancasila tersebut, jika syarat-syarat sistem

filsafat cocok pada Pancasila, maka Pancasila merupakan sistem filsafat, tetapi jika
tidak maka bukan sistem filsafat. Sebelum itu pengertian dari sistem itu sendiri adalah

suatu kumpulan atau himpunan dari suatu unsur, komponen, atau variabel yang

terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu. Sistem

mempunyai ciri ciri, yaitu:

1. Suatu kesatuan bagian-bagian/unsur/elemen/komponen.


2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu (tujuan sistem).
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks

Dari pengertian serta ciri ciri dari sistem itu sendiri, maka Pancasila sebagai

suatu sistem filsafat juga harus menerapkan hal tersebut sebagai syarat bahwa Pancasila

berperan sebagai suatu sistem filsafat, sehingga memiliki ciri ciri sebagai berikut, yaitu:

1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh.


Dengankata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya
terpisah-pisah maka itu bukan Pancasila.
2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat
 digambarkan sebagai berikut:
o Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5.
o Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila
3, 4 dan 5;
o Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai
sila 4, 5;
o Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai
sila 5;
o Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4

Dari situlah Pancasila bisa dikatakan sebagai suatu sistem filsafat, dimana

Pancasila menjadi satu kesatuan bagian-bagian (yaitu sila-sila pancasila), tiap sila

pancasila mempunyai fungsi sendiri-sendiri, tiap sila pancasila tidak dapat berdiri
sendiri dan tidak saling bertentangan, dan keseluruhan sila pancasila merupakan suatu

kesatuan yang sistematis (majemuk tunggal). Membahas Pancasila sebagai filsafat

berarti mengungkapkan konsep-konsep kebenaran Pancasila yang bukan saja ditujukan

pada bangsa Indonesia, melainkan juga bagi manusia pada umumnya

2.4 Objek dari Filsafat Pancasila

Objek dari filsafat Pancasila itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu objek material

dan objek formal. Yang pertama adalah objek material adalah segala yang ada dan

mungkin ada. Objek yang demikian ini dapat digolongkan ke dalam tiga hal, yaitu

Tuhan, manusia, dan alam semesta. Pancasila adalah suatu yang ada, sebagai dasar

negara rumusannya jelas yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dari rumusan tersebut maka objek yang didapat adalah: Tuhan, manusia, satu,

rakyat, dan adil. Dan dari kelima objek itu dapat dipersempit lagi ke dalam tiga saja,

yaitu Tuhan, manusia dan alam semesta untuk mewakili objek satu, rakyat, dan adil,

sebab hal-hal yang bersatu, rakyat dan keadilan itu berada pada alam semesta itu

sendiri. Dengan demikian dari segi objek material Pancasila dapat diterima.

Kedua yaitu objek formal, yaitu hakikat dari segala sesuatu yang ada itu sendiri.

Melihat dari kelima objek kelima sila Pancasila itu, semuanya tersusun atas kata dasar

dengan tambahan awalan ke/per dan akhiran an. Menurut ilmu bahasa, jika suatu kata

dasar diberi awalan ke atau per dan akhiran an, maka akan menjadi abstrak (bersifat

abstrak) benda kata dasar tersebut, lebih dari itu menunjukkan sifat hakikat dari
bendanya. Misalnya kemanusiaan, maknanya adalah hakikat abstrak dari manusia itu

sendiri, yang mutlak, tetap dan tidak berubah. Demikian juga dalam sila-sila Pancasila

yang lainnya, yaitu KeTuhanan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Khusus untuk

persatuan, awalan per menunjukkan suatu proses menuju ke awalan ke yang nantinya

diharapkan menjadi kesatuan juga. Dengan analisis penjabaran ini, maka Pancasila

memenuhi syarat juga dalam hal objek formalnya.

2.5 Pancasila melalui Pendekatan Dasar Ontologis, Epistemologis, serta Aksiologis

➔Pendekatan Dasar Ontologi

Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu atau

tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika.

Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya

untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila yang terdiri atas lima

sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri, melainkan memiliki satu

kesatuan dasar ontologis. Subjek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah

manusia. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang berketuhan Yang Maha Esa, yang

berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang bersatu, yang berkerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang

berkeadilan sosial, yang pada hakikatnya adalah manusia. Sedangkan manusia sebagai

pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak,

yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani.

➔Pendekatan Dasar Epistemologis

Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan,

metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai

filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu
sistem pengetahuan. Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan

sistem pengetahuan. Pancasila harus memiliki unsur rasionalitas terutama dalam

kedudukannya sebagai sistem pengetahuan. Dasar epistemologis Pancasila pada

hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya, sehingga dasar

epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat

manusia. Pancasila sebagai suatu objek pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah

sumber pengetahuan dan susunan pengetahuan Pancasila.

➔Pendekatan Dasar Aksiologis

Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai

Pancasila. Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat,

dan logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori. Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem

filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam

Pancasila. Nilai (value dalam Inggris) berasal dari kata Latin valere yang artinya kuat,

baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang

dapat diartikan sebagai "keberhargaan" (worth) atau "kebaikan" (goodness). Nila-nilai

dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral merupakan nilai dasar yang

mendasari nilai instrumental dan selanjutnya mendasari semua aktivitas kehidupan

masyarakat, berbangsa, dan bernegara.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pancasila yang dihubungkan dengan filsafat muncul dari hasil perenungan para

pendiri negara yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang menjalankan

kehidupan masyarakat luas. Terbangunnya sistem filsafat disini memiliki hakikat satu

kesatuan utuh dari beberapa elemen yang memiliki tujuan tertentu dengan menjalankan

fungsi yang saling ketergantungan. Keterkaitan antara objek, prinsip, dan karakteristik

Pancasila sebagai filsafat harus selaras dengan hakikatnya. Sila-sila di dalam Pancasila

dijadikan sebagai tolakan dalam mengamalkan nilai-nilainya dalam menjalankan

kehidupan berbangsa dan bernegara.

Perealisasian yang dilakukan harus diawali dengan pemahaman terlebih dahulu

pastinya. Tentang bagaimana karakteristik sistem filsafat yang dimaksud, objek yang

dituju, serta upaya pendekatan dasar yang dicerminkan sebagai bentuk pengokohan

bahwa Pancasila memang benar-benar suatu sistem filsafat. Maka dari itu, proses

berkelanjutan yang dijalankan bisa ditempuh melalui beberapa upaya pendekatan

terlebih dahulu. Upaya pendekatan ini harfiahnya harus sesuai dengan hakikat sila-sila

yang tercantum di dalam Pancasila.

3.2 Saran

Pemahaman Pancasila sebagai sistem filsafat diharapkan mampu memberikan

gambaran bagi masyarakat untuk lebih berpikir kritis, sistematis, dan mendasar terhadap

sistem filsafat yang terkait dengan Pancasila. Proses aktualisasi dari tiap-tiap nilai
Pancasila perlu diajarkan dan diperbaiki kembali agar tidak menimbulkan

kesalahpahaman terhadap teori dan contoh permasalahan yang disinggung. Ada baiknya

pula, jika sikap perealisasiannya ini selalu diimbangi dengan jalan berpikir yang tetap
DAFTAR PUSTAKA

Sutrisna, Budi. (2006). Teori Kebenaran Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu.

Jurnal Filsafat. 39(1). 57-76.https://media.neliti.com/media/publications/78946-ID-

teori-kebenaran-pancasila-sebagai-dasar.pdf

Pasaribu, R.B.F. (2013). Pancasila sebagai Sistem Filsafat.

http://rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/36630/bab-03-

pancasila-sebagai-sistem-filsafat.pdf. Diakses pada 28 November 2021, pukul 08.31

Safitri, Rada. Konsep Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Makalah.

kemenkeu,go,id. (2018). Pancasila. https://klcfiles.kemenkeu.go.id/2018/08/1.-

Pancasila.pdf. Diakses pada 28 November 2021, pukul 12.40.

dosenpendidikan.co.id. 2021. https://www.dosenpendidikan.co.id/makna-pancasila/.

Diakses pada 28 November 2021, pukul 13.37

Anda mungkin juga menyukai