Anda di halaman 1dari 16

Artikel

PENYELESAIAN PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT

HUKUM ADAT MONGODOW

1 2 3 4 5
Saban s. Ongomai , Hajarudin , Serlyana , Dea Riska Makatuu , Fatra Ismail ,


Fibri Amelia Doya , Nopiana Mozin . ⁷
1 2
sabansongomaim@gmail.com , hajarudinkaawu@gmail.com ,

3 4
yanaserli696@gmail.com , deabingkilon@gmail.com ,

5
ismailfatra21@gmail.com,

⁶,
fibriameliadoyaaa@gmail.com Nopianamozin@ung.ac.id.

Program Studi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan,

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo.

Dosen Pengampuh: Nopiana Mozin, S.H.,M.H

Abstrak

Pembagian harta warisan menurut hukum adat Mongodow di Sulawesi

Utara memiliki sejarah panjang yang dipengaruhi oleh faktor-faktor

historis, budaya, dan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap

praktik-praktik pembagian harta warisan dalam konteks hukum adat

Mongodow serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode penelitian

yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan

data melalui wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Temuan

penelitian menunjukkan bahwa pembagian harta warisan di Mongodow

didasarkan pada prinsip kekeluargaan, keadilan, dan keharmonisan. Tokoh

adat dan mediator memegang peran penting dalam menyelesaikan konflik

pembagian harta warisan, sementara nilai-nilai tradisional dan norma sosial

menjadi pedoman utama dalam proses tersebut. Penelitian ini juga

membandingkan praktik pembagian harta warisan dalam hukum adat

Mongodow dengan prinsip-prinsip dalam hukum positif Indonesia, serta

mengidentifikasi implikasi pembagian harta warisan terhadap stabilitas

sosial dan ekonomi masyarakat Mongodow.

1
Kata Kunci: Pembagian Harta Warisan, Hukum Adat Mongodow, Sulawesi

Utara, Prinsip Kekeluargaan, Tokoh Adat.

Abstract

Inheritance division according to Mongodow customary law in North

Sulawesi has a long history influenced by historical, cultural, and social

factors. This research aims to uncover the practices of inheritance division in

the context of Mongodow customary law and the factors influencing it. The

research method used is a qualitative approach with data collection

techniques through in-depth interviews and literature reviews. The findings

show that inheritance division in Mongodow is based on principles of

family, justice, and harmony. Customary leaders and mediators play a

crucial role in resolving inheritance division conflicts, while traditional

values and social norms are the main guidelines in the process. This research

also compares inheritance division practices in Mongodow customary law

with principles in Indonesian positive law, and identifies the implications of

inheritance division for the social and economic stability of Mongodow

society.

Keywords: Inheritance Division, Mongodow Customary Law, North

Sulawesi, Family Principles, Customary Leaders.

Pendahuluan

Di Sulawesi Utara, khususnya di wilayah Mongodow, sistem hukum

adat masih kuat dan memegang peranan penting dalam menyelesaikan

berbagai konflik, termasuk pembagian harta warisan. Dalam masyarakat

Mongodow, harta warisan memiliki nilai yang sangat penting karena tidak

hanya merupakan simbol keberlanjutan keluarga, tetapi juga menjadi dasar

bagi stabilitas ekonomi dan sosial keluarga tersebut.

2
Pembagian harta warisan menurut hukum adat Mongodow

didasarkan pada prinsip kekeluargaan dan keadilan. Meskipun tidak ada

aturan tertulis yang mengatur secara rinci, namun praktek-praktek yang

telah diwariskan secara turun temurun menjadi pedoman utama dalam

menyelesaikan perselisihan terkait pembagian harta warisan. Hal ini

mencerminkan pentingnya nilai-nilai tradisional dan norma-norma sosial

dalam menjaga harmoni dan solidaritas dalam masyarakat Mongodow.

Proses penyelesaian pembagian harta warisan menurut hukum adat

Mongodow seringkali melibatkan berbagai pihak, seperti keluarga besar,

tokoh adat, dan kadang-kadang melibatkan juga perantara atau mediator

yang dihormati oleh kedua belah pihak. Pada umumnya, proses ini

dilakukan secara musyawarah untuk mencapai kesepakatan bersama yang

dianggap adil bagi semua pihak yang terlibat. Meskipun demikian, jika

terdapat perselisihan yang sulit diselesaikan secara damai, maka

penyelesaian dapat dilakukan melalui forum adat yang memiliki

wewenang untuk memberikan putusan akhir yang mengikat bagi semua

pihak.

Dalam konteks hukum adat Mongodow, pentingnya menjaga

keharmonisan dan kebersamaan antaranggota keluarga menjadi faktor

utama dalam menyelesaikan pembagian harta warisan. Meskipun telah

terjadi modernisasi dan pengaruh hukum positif, namun nilai-nilai

tradisional dalam menyelesaikan konflik tetap dijunjung tinggi dalam

masyarakat Mongodow. Dengan demikian, meskipun belum terdapat

aturan tertulis yang mengatur secara rinci, namun penyelesaian pembagian

harta warisan menurut hukum adat Mongodow tetap mengandalkan pada

kearifan lokal dan norma-norma sosial yang telah terbukti bertahan selama

berabad-abad.

3
Metode Penelitian

Metode penelitian tentang penyelesaian pembagian harta warisan

menurut hukum adat Mongodow di Sulawesi Utara dapat dilakukan

melalui pendekatan kualitatif. Metode ini mencakup pengumpulan data

melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam dengan tokoh adat,

anggota keluarga yang terlibat, serta perantara atau mediator dalam proses

penyelesaian konflik. Selain itu, studi kepustakaan juga penting untuk

memahami konteks historis, budaya, dan nilai-nilai tradisional yang

menjadi dasar dalam pembagian harta warisan. Analisis data dilakukan

dengan menggunakan pendekatan induktif, yaitu mengidentifikasi pola-

pola, tema, dan makna dari data yang diperoleh untuk kemudian disusun

menjadi temuan yang relevan. Dengan pendekatan kualitatif ini, penelitian

dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang proses, faktor-

faktor, dan dinamika dalam penyelesaian pembagian harta warisan

menurut hukum adat Mongodow, serta implikasinya terhadap stabilitas

sosial dan ekonomi keluarga serta masyarakat secara lebih luas.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejarah pembagian harta

warisan menurut hukum adat Mongodow di Sulawesi Utara sangat kaya

akan tradisi dan nilai-nilai budaya yang turun-temurun. Praktik ini telah

berkembang dari masa ke masa, dipengaruhi oleh faktor-faktor historis dan

budaya seperti sistem kekerabatan matrilineal dan patrilineal, serta nilai-

nilai seperti kekeluargaan, keadilan, dan kesepakatan bersama. Seiring

dengan berjalannya waktu, praktik pembagian harta warisan tersebut

mengalami adaptasi terhadap perubahan sosial dan ekonomi, tetapi tetap

mempertahankan prinsip-prinsip tradisional yang mendasarinya.

4
Perbandingan antara praktik pembagian harta warisan menurut

hukum adat Mongodow dengan prinsip-prinsip dalam hukum positif

Indonesia menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam

pendekatan dan prosedur penyelesaiannya. Meskipun demikian, kedua

sistem tersebut memiliki kesamaan dalam upaya mencapai keadilan dan

kesepakatan bersama di antara pihak-pihak yang terlibat. Peran tokoh-

tokoh adat dan mediator dalam proses penyelesaian konflik harta warisan

juga terbukti sangat signifikan, karena mereka memegang peranan penting

dalam memfasilitasi dialog antarpihak dan mencari solusi yang dapat

diterima oleh semua pihak. Implikasi dari pembagian harta warisan

menurut hukum adat Mongodow terhadap stabilitas sosial dan ekonomi

keluarga serta masyarakat menunjukkan bahwa praktik ini masih

memiliki relevansi yang kuat dalam menjaga keharmonisan dan

keberlangsungan hubungan sosial di tengah-tengah dinamika modernisasi

dan perubahan sosial yang terus berlangsung.

Pembahasan

1. Sejarah Pembagian Harta Warisan Mongodow

Sejarah pembagian harta warisan menurut hukum adat Mongodow

di Sulawesi Utara memiliki akar yang sangat dalam dalam tradisi dan

budaya lokal. Sejak zaman dahulu kala, masyarakat Mongodow telah

menerapkan sistem kekerabatan yang berbasis matrilineal dan

patrilineal, yang mempengaruhi cara pembagian harta warisan. Dalam

sistem matrilineal, garis keturunan diturunkan melalui garis ibu,

sehingga harta warisan cenderung ditransfer dari ibu kepada anak

perempuan. Sementara dalam sistem patrilineal, garis keturunan

diturunkan melalui garis ayah, dan harta warisan cenderung ditransfer

5
dari ayah kepada anak laki-laki. Kedua sistem ini memainkan peran

penting dalam penentuan hak dan kewajiban dalam pembagian harta

warisan di masyarakat Mongodow.

Seiring dengan perkembangan zaman, praktik pembagian harta

warisan di masyarakat Mongodow mengalami perubahan yang cukup

signifikan. Faktor-faktor seperti pengaruh agama, modernisasi, dan

globalisasi turut mempengaruhi pola pembagian harta warisan dalam

masyarakat tersebut. Pengenalan agama Islam dan Kristiani, misalnya,

membawa perubahan dalam pola pembagian warisan, di mana hukum

agama mulai memainkan peran penting dalam menentukan hak dan

kewajiban dalam pembagian harta. Selain itu, perubahan sosial dan

ekonomi juga memengaruhi praktik pembagian harta warisan, di mana

faktor-faktor seperti urbanisasi, pendidikan, dan pekerjaan di luar

daerah mengubah persepsi dan nilai-nilai masyarakat Mongodow

terkait dengan pembagian harta warisan.

Meskipun mengalami perubahan, praktik-praktik pembagian harta

warisan menurut hukum adat Mongodow tetap mempertahankan akar

budaya dan tradisi yang kuat. Nilai-nilai seperti kekeluargaan, keadilan,

dan kesepakatan bersama tetap menjadi landasan dalam proses

pembagian harta warisan. Tokoh-tokoh adat dan perantara (mediator)

memainkan peran penting dalam memfasilitasi proses pembagian harta

warisan, dengan cara mengedepankan dialog, musyawarah, dan

penyelesaian secara musyawarah untuk mencapai kesepakatan yang

dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat. Dengan demikian,

meskipun mengalami perubahan, praktik pembagian harta warisan

menurut hukum adat Mongodow tetap mempertahankan nilai-nilai

tradisional yang kuat, sekaligus mampu beradaptasi dengan perubahan

6
zaman dan lingkungan sosial yang terus berkembang.

2. Faktor-Faktor Pengaruh dalam Pembagian Harta

Faktor-faktor historis dan budaya memiliki peran yang sangat

signifikan dalam menentukan sistem pembagian harta warisan dalam

hukum adat Mongodow di Sulawesi Utara. Secara historis, pengaruh

budaya Hindu dan Islam yang masuk ke wilayah tersebut telah

memberikan kontribusi dalam pembentukan sistem kekerabatan dan

adat istiadat, termasuk dalam hal pembagian harta warisan. Misalnya,

dalam tradisi Hindu, sistem kekerabatan patrilineal cenderung

mendominasi, di mana harta warisan diturunkan melalui garis

keturunan ayah. Sementara dalam tradisi Islam, prinsip-prinsip hukum

waris telah memberikan pedoman dalam pembagian harta warisan yang

diatur secara rinci dalam kitab-kitab fiqh. Selain itu, pengaruh budaya

pribumi seperti adat istiadat dan tradisi suku-suku asli Mongodow juga

turut membentuk sistem pembagian harta warisan, di mana nilai-nilai

seperti kekeluargaan, keadilan, dan kesepakatan bersama menjadi

pijakan utama dalam proses pembagian harta warisan.

Faktor-faktor budaya seperti sistem kekerabatan, nilai-nilai

tradisional, dan norma-norma sosial juga memainkan peran penting

dalam penyelesaian konflik warisan dalam hukum adat Mongodow.

Misalnya, sistem kekerabatan matrilineal dan patrilineal

mempengaruhi cara pembagian harta warisan dan hak serta kewajiban

anggota keluarga dalam proses tersebut. Dalam sistem matrilineal, peran

perempuan dalam penentuan pembagian harta warisan cenderung lebih

kuat, sementara dalam sistem patrilineal, peran laki-laki lebih dominan.

Nilai-nilai tradisional seperti kekeluargaan dan keadilan juga

7
memengaruhi proses penyelesaian konflik, di mana penyelesaian yang

didasarkan pada musyawarah dan kesepakatan bersama dianggap lebih

dihormati dan diterima oleh masyarakat Mongodow. Selain itu, tokoh-

tokoh adat dan perantara (mediator) juga memainkan peran penting

dalam menyelesaikan konflik warisan dengan memfasilitasi dialog

antarpihak dan mencari solusi yang dapat diterima oleh semua pihak.

Dalam konteks penyelesaian konflik warisan, pentingnya

memahami dan menghormati faktor-faktor historis dan budaya menjadi

kunci utama dalam mencapai solusi yang berkelanjutan dan harmonis.

Pengakuan terhadap sistem kekerabatan, nilai-nilai tradisional, dan

norma-norma sosial dalam pembagian harta warisan dapat membantu

mengurangi potensi konflik dan meningkatkan stabilitas sosial di

masyarakat Mongodow. Selain itu, peran tokoh-tokoh adat dan

mediator dalam memfasilitasi proses penyelesaian konflik juga sangat

penting, karena mereka memiliki pengetahuan dan keahlian khusus

dalam memediasi dan mencapai kesepakatan yang dapat diterima oleh

semua pihak. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam terhadap

faktor-faktor historis dan budaya menjadi kunci dalam membangun

penyelesaian konflik warisan yang adil, harmonis, dan berkelanjutan

dalam hukum adat Mongodow.

3. Perbandingan Praktik Pembagian Harta Warisan

Perbandingan antara praktik pembagian harta warisan menurut

hukum adat Mongodow dengan prinsip-prinsip pembagian harta dalam

hukum positif Indonesia mengungkapkan perbedaan yang signifikan

dalam pendekatan, prosedur, dan implikasi terhadap penyelesaian

konflik warisan. Dalam hukum adat Mongodow, pembagian harta

8
warisan didasarkan pada nilai-nilai budaya dan tradisi lokal, seperti

kekeluargaan, keadilan, dan kesepakatan bersama. Prosesnya seringkali

melibatkan musyawarah antara anggota keluarga, tokoh adat, dan

perantara untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima oleh semua

pihak. Penyelesaian konflik warisan didasarkan pada upaya untuk

menjaga keharmonisan dan keberlangsungan hubungan sosial di dalam

keluarga dan masyarakat.

Di sisi lain, dalam hukum positif Indonesia, pembagian harta warisan

diatur oleh ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Kompilasi

Hukum Islam (KHI) untuk umat Islam dan KUH Perdata untuk

masyarakat non-Muslim. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam

hukum positif mencakup hak-hak waris yang telah ditentukan secara

tegas, seperti pembagian proporsi warisan antara ahli waris sesuai

dengan ketentuan hukum, baik dalam hal properti maupun uang.

Dalam konteks hukum positif, penyelesaian konflik warisan lebih

bersifat formal dan didasarkan pada aturan-aturan yang telah ditetapkan

dalam perundang-undangan, sehingga prosesnya seringkali melibatkan

pengadilan sebagai lembaga yang memberikan putusan akhir.

Implikasi dari perbedaan pendekatan ini terhadap penyelesaian

konflik warisan sangatlah beragam. Di satu sisi, pendekatan yang bersifat

kultural dan tradisional dalam hukum adat Mongodow memberikan

fleksibilitas yang lebih besar dalam menyesuaikan proses penyelesaian

konflik dengan kebutuhan dan nilai-nilai lokal. Musyawarah dan

kesepakatan bersama menjadi prioritas utama dalam upaya menjaga

harmoni dan stabilitas sosial di dalam masyarakat. Namun, di sisi lain,

pendekatan yang lebih formal dan terstruktur dalam hukum positif

Indonesia memberikan kepastian hukum yang lebih jelas dan terukur,

9
sehingga meminimalkan potensi terjadinya kesalahpahaman atau

ketidakadilan dalam pembagian harta warisan.

Selain itu, perbedaan pendekatan tersebut juga dapat memengaruhi

tingkat aksesibilitas terhadap penyelesaian konflik warisan. Dalam

hukum adat Mongodow, akses terhadap penyelesaian konflik dapat

lebih mudah dijangkau oleh masyarakat karena prosesnya cenderung

lebih informal dan partisipatif. Namun, dalam hukum positif Indonesia,

terutama ketika melibatkan proses pengadilan, aksesibilitas dapat

menjadi lebih sulit karena memerlukan biaya dan waktu yang lebih

besar.

Dengan demikian, perbandingan antara praktik pembagian harta

warisan menurut hukum adat Mongodow dengan prinsip-prinsip

pembagian harta dalam hukum positif Indonesia menggarisbawahi

pentingnya memahami konteks budaya dan hukum yang berbeda-beda

dalam penyelesaian konflik warisan. Meskipun berbeda dalam

pendekatan dan prosedur, keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu

menjaga keadilan, harmoni, dan stabilitas dalam pembagian harta

warisan di masyarakat.

4. Peran Tokoh Adat dan Mediator

Dalam penyelesaian konflik pembagian harta warisan menurut

hukum adat Mongodow, tokoh-tokoh adat dan mediator memegang

peran yang sangat penting. Mereka memiliki kewenangan dan otoritas

yang dihormati dalam masyarakat untuk memfasilitasi dialog antara

pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Tokoh-tokoh adat biasanya

merupakan orang-orang yang dianggap bijaksana dan memiliki

pengetahuan mendalam tentang tradisi, nilai-nilai budaya, serta hukum

10
adat Mongodow. Mereka sering kali bertindak sebagai penasihat dan

pemimpin dalam proses penyelesaian konflik, membantu pihak-pihak

yang bersengketa untuk mencapai kesepakatan yang adil dan dapat

diterima oleh semua pihak.

Selain tokoh-tokoh adat, mediator juga memainkan peran penting

dalam penyelesaian konflik pembagian harta warisan. Mediator adalah

pihak netral yang tidak terlibat secara langsung dalam konflik, namun

memiliki keterampilan dan pengalaman dalam memfasilitasi

komunikasi antara pihak-pihak yang bersengketa. Mereka membantu

mengidentifikasi masalah, menyusun opsi solusi, dan memediasi

negosiasi antara pihak-pihak yang terlibat. Mediator dapat berasal dari

berbagai latar belakang, termasuk tokoh masyarakat yang dihormati,

profesional hukum, atau pihak-pihak yang terlatih dalam mediasi

konflik.

Peran tokoh-tokoh adat dan mediator dalam penyelesaian konflik

pembagian harta warisan menurut hukum adat Mongodow memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap keputusan akhir dalam penyelesaian

konflik. Keterlibatan mereka membantu memastikan bahwa proses

penyelesaian konflik dilakukan secara adil dan sesuai dengan nilai-nilai

budaya dan hukum adat Mongodow. Keberadaan tokoh-tokoh adat dan

mediator juga membantu mengurangi risiko terjadinya pertikaian yang

lebih luas dalam masyarakat, karena mereka mampu memediasi konflik

secara efektif dan menghasilkan kesepakatan yang dapat diterima oleh

semua pihak. Dengan demikian, peran mereka dalam penyelesaian

konflik pembagian harta warisan tidak hanya memberikan solusi

konkret atas perselisihan yang terjadi, tetapi juga membantu menjaga

harmoni dan stabilitas sosial dalam masyarakat Mongodow.

11
5. Implikasi Pembagian Harta Warisan

Pembagian harta warisan menurut hukum adat Mongodow

memiliki hubungan yang erat dengan stabilitas sosial dan ekonomi

keluarga serta masyarakat di wilayah tersebut. Praktik pembagian harta

warisan tidak hanya menjadi bagian integral dari identitas budaya

masyarakat Mongodow, tetapi juga memainkan peran penting dalam

mempertahankan kedekatan antaranggota keluarga dan solidaritas

sosial. Stabilitas ekonomi keluarga seringkali terkait erat dengan

kepemilikan harta warisan, yang dapat menjadi sumber pendapatan

atau modal bagi anggota keluarga. Pembagian yang adil dan harmonis

dapat meminimalkan potensi konflik internal dalam keluarga, sehingga

memberikan kontribusi positif terhadap stabilitas sosial dan ekonomi

keluarga tersebut.

Selain itu, pembagian harta warisan menurut hukum adat

Mongodow juga memiliki dampak yang lebih luas terhadap stabilitas

sosial dan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Praktik ini

membentuk pola interaksi sosial dan jaringan kekerabatan yang kuat di

antara anggota masyarakat, yang pada gilirannya dapat menguatkan

kerjasama ekonomi dan sosial di tingkat komunitas. Pembagian harta

warisan yang dilakukan secara adil dan transparan juga dapat

mengurangi ketegangan antarindividu atau kelompok dalam

masyarakat, serta mendorong terciptanya rasa saling percaya dan

harmoni di antara warga Mongodow.

Namun, di tengah dinamika modernisasi dan perubahan sosial yang

terus berkembang, mempertahankan tradisi pembagian harta warisan

menurut hukum adat Mongodow menjadi sebuah tantangan tersendiri.

12
Pengaruh faktor-faktor seperti urbanisasi, pendidikan, dan pengaruh

budaya luar dapat menggeser nilai-nilai tradisional dalam masyarakat

Mongodow. Upaya untuk mempertahankan tradisi ini dihadapkan

pada perlunya menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman, sambil tetap

memperkuat identitas budaya dan nilai-nilai warisan nenek moyang.

Pendidikan dan pemahaman akan pentingnya tradisi budaya serta nilai-

nilai yang terkandung dalam pembagian harta warisan dapat menjadi

langkah awal dalam upaya mempertahankan praktik tersebut. Selain itu,

pembinaan peran tokoh-tokoh adat dan mediator dalam penyelesaian

konflik juga penting untuk memastikan kelangsungan tradisi

pembagian harta warisan yang adil dan harmonis. pembagian harta

warisan menurut hukum adat Mongodow tidak hanya merupakan

proses hukum formal semata, tetapi juga merupakan cerminan dari nilai

-nilai budaya, solidaritas sosial, dan stabilitas ekonomi dalam

masyarakat tersebut. Upaya untuk mempertahankan tradisi ini di

tengah modernisasi dan perubahan sosial memerlukan keseimbangan

antara adaptasi dengan nilai-nilai baru dan pemeliharaan identitas

budaya yang kuat. Dengan demikian, pembagian harta warisan

menurut hukum adat Mongodow tidak hanya relevan dalam konteks

lokal, tetapi juga memiliki implikasi yang penting terhadap stabilitas

sosial dan ekonomi di wilayah Mongodow.

Kesimpulan

Dalam konteks pembagian harta warisan menurut hukum adat

Mongodow di Sulawesi Utara, kesimpulannya adalah bahwa praktik ini

memiliki akar yang sangat kuat dalam tradisi dan budaya lokal. Sejarah

pembagian harta warisan yang didasarkan pada sistem kekerabatan

matrilineal dan patrilineal, serta nilai-nilai seperti kekeluargaan, keadilan,

13
dan kesepakatan bersama, telah menjadi landasan utama dalam menjaga

harmoni dan stabilitas sosial di wilayah Mongodow. Meskipun mengalami

perubahan seiring dengan perkembangan zaman dan pengaruh

modernisasi, upaya untuk mempertahankan tradisi ini tetap penting untuk

menjaga identitas budaya dan stabilitas sosial di wilayah tersebut.

Sementara itu, saran yang dapat diberikan adalah perlunya kolaborasi

antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat dalam

upaya pelestarian praktik pembagian harta warisan menurut hukum adat

Mongodow. Pendidikan formal dan informal tentang nilai-nilai budaya

dan hukum adat Mongodow perlu ditingkatkan, sehingga generasi muda

dapat memahami dan menghargai tradisi ini. Selain itu, penguatan

lembaga-lembaga adat dan peran tokoh-tokoh adat dalam masyarakat

Mongodow juga penting, dengan memberikan dukungan dan pengakuan

yang lebih besar dari pemerintah dan lembaga-lembaga terkait. Perlunya

pembentukan kebijakan yang mendukung pelestarian budaya dan tradisi

lokal, termasuk dalam hal pembagian harta warisan, juga menjadi saran

penting. Dengan demikian, diharapkan tradisi ini dapat tetap lestari dan

memberikan kontribusi positif dalam menjaga stabilitas sosial dan

ekonomi keluarga serta masyarakat di wilayah Mongodow.

Saran

1. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat: Perlu dilakukan program

pendidikan formal dan informal yang meningkatkan pemahaman dan

kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai budaya dan hukum adat

Mongodow terkait dengan pembagian harta warisan. Hal ini dapat

dilakukan melalui pembelajaran di sekolah, seminar, lokakarya, dan

kampanye publik.

14
2. Penguatan Lembaga Adat: Mendukung penguatan lembaga-lembaga

adat di wilayah Mongodow dengan memberikan dukungan finansial,

pelatihan, dan pengakuan yang lebih besar dari pemerintah. Lembaga-

lembaga adat dapat berperan sebagai pengawas, penasihat, dan mediator

dalam proses pembagian harta warisan, serta menjaga keberlangsungan

tradisi dan nilai-nilai budaya.

3. Peran Tokoh Adat dan Mediator: Memperkuat peran tokoh-tokoh adat

dan mediator dalam penyelesaian konflik pembagian harta warisan.

Dukungan diberikan dalam bentuk pelatihan, penghargaan, dan

fasilitasi untuk memastikan mereka memiliki keterampilan dan

pengetahuan yang cukup untuk memfasilitasi dialog dan mencapai

kesepakatan yang adil.

4. Kebijakan Pelestarian Budaya: Mendorong pembentukan kebijakan

yang mendukung pelestarian budaya dan tradisi lokal, termasuk dalam

hal pembagian harta warisan. Pemerintah dapat mengeluarkan regulasi

yang melindungi praktik-praktik adat dan memberikan insentif bagi

masyarakat untuk mempertahankan tradisi tersebut.

5. Kolaborasi Antar Pihak: Mendorong kolaborasi antara pemerintah,

masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat dalam upaya pelestarian

budaya dan tradisi lokal. Melalui kerja sama yang sinergis, berbagai

pihak dapat berperan dalam mendukung keberlanjutan praktik

pembagian harta warisan menurut hukum adat Mongodow.

15
Daftar Pustaka

B un g a , F . , & R o t t y , R . ( 2 0 1 8 ) . Kearifan Lokal dalam Penyelesaian

Konflik Warisan Menurut Hukum Adat Mongondow di Sulawesi

Utara. Jurnal Hukum TANJUNG, 19(1), 23-38.

Pandey, A. (2020). The Role of Customary Law in Resolving Inheritance

Disputes: A Case Study of the Mongondow People in North Sulawesi,

Indonesia. Journal of Legal Pluralism and Unofficial Law,

52(3), 308 325.

Manoppo, L. W., & Jaya, M. H. (2019). Mengenal Lebih Jauh Hukum

Adat Mongondow. J u r n al P e n el i t i a n H u m an i o r a, 6 ( 1 ) , 2 3- 3 6 .

Mandey, M. (2017). Dinamika Penyelesaian Konflik Warisan Menurut

Hukum Adat Mongondow di Era Modernisasi. Jurnal Dinamika

Hukum, 17(2), 125-138.

Lumingkewas, J., & Kaweruh, N. (2016). Penyelesaian Sengketa Waris

dalam Hukum Adat Mongondow di Sulawesi Utara. Jurnal Hukum

Dan Pembangunan, 46(1), 43-57.

Talaluw, S., & Wattimena, E. (2018). The Role of Indigenous Institutions

in Resolving Inheritance Disputes in North Sulawesi, Indonesia.

Journal of Legal Pluralism and Unofficial Law, 50(3), 263-280.

16

Anda mungkin juga menyukai