Anda di halaman 1dari 15

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya

Pola Asuh Orang Tua dalam Menanamkan Nilai Toleransi Beragama di Desa Balun Lamongan

POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENANAMKAN NILAI TOLERANSI BERAGAMA


PADA ANAK DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

Mega Bayu Prasetya


11040254047 (Prodi S-1 PPKn, FISH, UNESA) megabayu22@gmail.com

Listyaningsih
0020027505 (PPKn, FISH, UNESA) listyapkn@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendiskripsikan kecenderungan sikap orang tua dalam menanamkan
nilai – nilai toleransi beragama kepada anak, (2) menganalisis dampak toleransi beragama di Desa Balun,
Kecamatan Turi, Lamongan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, lokasi penelitian di Desa
Balun, Turi, Lamongan. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi,
kemudian dianalisis dengan tiga alur kegiatan yang dilakukan secara bersama, yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa
kecenderungan pola asuh yang digunakan orang tua dalam menamkan nilai toleransi beragama kepada
anak adalah dengan gaya pengasuhan authoritative yang diwujudkan melalui 5 sikap, yakni memberikan
kebebasan anak untuk bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat yang berbeda agama, memberikan
aturan – aturan untuk mengontrol pergaulan anak dengan masyarakat, tidak memberikan hukuman atas
kesalahan anak namun dengan cara menasehati secara baik, tidak memaksa anak untuk memeluk agama
tertentu, memberikan contoh sikap saling menghormati antar umat beragama.
Kata kunci : Pola Asuh, Orang Tua, Toleransi Beragama, Anak

Abstract
This study aims (1) to describe the tendency of parents attitude to instill values - values of religious
tolerance to children,(2) analyzing the impact of religious tolerance in the Balun Village, Turi,
Lamongan. This study used descriptive qualitative approach, research sites in the village of Balun, Turi,
Lamongan. The technique of collecting data through observation, interviews and documentation, then
analyzed with three grooves activities carried out jointly, namely data reduction, data presentation, and
conclusion. Based on the results of data analysis we can conclude that the tendency of upbringing used
parents in instilling value of religious tolerance to children is the parenting style authoritative realized
through 5 attitude, namely gives the freedom of children to socialize and interact with people of different
religions, provide rules-rules to control the interaction of children with the community, does not provide
punishment for the error, but by way of counsel as well, do not force children to embrace a particular
religion, provide an example of mutual respect between people religious.
Keywords: Parenting, Parents, Religious Tolerance, Children

diakui oleh pemerintahan Indonesia yaitu Islam,


PENDAHULUAN Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghuchu. Untuk
Pada zaman modern seperti pada saat ini manusia tidak menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat
hanya dituntut cerdas dalam intelektual tetapi juga harus maka diperlukan sikap saling menghormati dan saling
memiliki sikap, karakter dan kepribadian yang baik. menghargai, sehingga gesekan-gesekan yang dapat
Salah satu nilai karakter yang penting dimiliki seorang menimbulkan pertikaian akibat perbedaan dapat
manusia dewasa ini adalah toleransi. Dalam era dihindari. Dengan adanya keragaman agama di
perkembangan global seperti pada saat ini Indonesia, maka perlu adanya peraturan dasar yang
memungkinkan manusia untuk berinteraksi dan mengikat hal tersebut, untuk itu dalam UUD 1945 pasal
bersosialisasi dengan berbagai macam jenis dan latar 29 ayat 2 disebutkan bahwa “Negara menjamin
belakang masyarakat. Dalam menjalani kehidupan kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
sosial, tidak bisa dipungkiri manusia akan mengalami agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
gesekan-gesekan antar kelompok masyarakat, baik yang agamanya dan kepercayaannya itu.”.
berkaitan dengan ras maupun agama. Dalam pasal tersebut telah dijelaskan bahwa
Di Negara Indonesia terdapat beragam jenis Negara Indonesia memberikan kebebasan bagi setiap
budaya, suku serta kepercayaan. Ada 6 agama yang warga Negara untuk memeluk agama dan beribadah
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 01 Nomor 04 Tahun 2016, 216-230

sesuai dengan agama yang diyakini tanpa adanya masyarakat yang sehat. Apabila dikaitkan peranan
paksaan dari golongan manapaun. Kebebasan beragama keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu,
pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya maka keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat
kerukunan antar umat beragama. Tanpa kebebasan memenuhi kebutuhan tersebut. Orang tua memberikan
beragama tidak mungkin ada kerukunan antar umat perawatan dan perlakuan yang baik menjadikan anak
beragama. memenuhi kebutuhan – kebutuhan dasarnya baik fisik,
Keluarga merupakan suatu kelompok yang biologis maupun sosio psikologisnya.
disatukan dalam ikatan perkawinan dan memiliki Pola asuh pada anak memilik dua tugas pokok
hubungan darah. Keluarga adalah bagian yang yaitu mengembangkan karakter dan kompetensi anak.
fundamental merupakan suatu komunitas serta institusi Pola asuh yang baik dan tepat dapat menjadikan anak
terkecil yang dapat memengaruhi perkembangan anak tumbuh berkembang secara optimal, bergerak dan
dan anggota-anggota lainya. Merupakan sebuah sistem memproses dirinya bertindak untuk lingkungannya.
sosial yang terbentuk secara alami dan lingkungan awal Pola asuh orang tua merupakan pola perilaku interaksi
dalam bersosialisasi dengan masyarakat luas. Keluarga orang tua yang diterapkan pada anak yang berlangsung
sebagai lembaga sosial yang diberi tanggung jawab secara konsisten dan bersifat relatif dari waktu ke waktu
untuk mengubah suatu organisme biologis menjadi untuk membentuk kepribadian dan watak bagi anak-
manusia. Pada saat lembaga yaitu keluarga mulai anaknya. Pola perilaku ini dirasakan oleh anak baik itu
membentuk kepribadian pada diri seseorang, disini dari segi posif ataupun negatif, dimana anak akan
keluarga berperan dalam perubahan tersebut dengan diajarkan untuk beradaptasi dengan lingkungan
mengajarkan kemampuan menjalankan fungsi sosial sekitarnya (Sochieb,1998:122)
(Goode, 1991:16). Desa Balun merupakan sebuah Desa yang terletak
Dalam lingkungan keluarga, anak akan di Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
mempelajari dasar–dasar perilaku yang penting bagi Dilihat sepintas Desa dengan luas 621.103 Ha tidaklah
kehidupannya kemudian. Karakter dipelajari oleh anak berbeda dengan desa – desa lainnya, namun jika kita
melalui model model para anggota keluarga yang ada masuk semakin kedalam desa tersebut kita akan
disekitar terutama orang tua. Model perilaku orang tua menemukan sebuah kenyataan yang indah tentang arti
secara langsung dan tidak langsung akan dipelajari dan penting hidup bertoleransi. Bangunan Masjid Miftahul
ditiru oleh anak. Orang tua merupakan lingkungan Huda berdiri disebelah Barat lapangan dengan nuansa
terdekat yang selalu mengitarinya dan sekaligus hijau dan kuning. Masih satu kompleks dengan masjid
menjadi figur dan idola anak. Apabila anak melihat ada bangunan Madrasah Ibtidaiah (MI) Tarbiyatush
kebiasaan baik dari orang tuanya maka anak akan cepat Shibya. Di Selatan masjid terdapat bangunan
mencontohnya, demikian pula sebaliknya bila orang tua berarsitektur Bali, yang dipisahkan jalanan kampung.
berperilaku buruk maka juga akan ditiru oleh anak. Bangunan yang menghadap ke Selatan itu adalah Pura
Anak meniru bagaimana orang tua bersikap, Sweta Maha Suci, tempat ibadah umat Hindu. Di depan
bertutur kata, mengekspresikan harapan, tuntutan dan Masjid Miftahul Huda atau di Timur lapangan terdapat
kritikan satu sama lain, menanggapi dan memecahkan Gereja Kristen Jawi Wetan menghadap ke Barat.
masalah, serta meluapkan perasaan dan emosinya. Desa Balun sudah lama dikenal sebagai desa
Model perilaku yang baik akan membawa dampak yang Pancasila yang di dalamnya terdapat 3 agama yang
baik bagi perkembangan anak, demikian juga dianut oleh sebagian besar penduduknya yaitu Islam,
sebaliknya model perilaku yang buruk membawa Kristen, dan Hindu. Berdasarkan data Administrasi
dampak bagi perkembangan anak. Sikap orang tua Pemerintahan Desa tahun 2014 jumlah penduduk Desa
terhadap anak akan memengaruhi sikap anak dan Balun adalah 4703 terdiri dari 1131 keluarga, 3585
perilakunya, sikap orang tua sangat mempengaruhi penduduk Desa Balun memeluk muslim, 834 penduduk
hubungan keluarga sebab sekali hubungan terbentuk, ini memeluk agama Kristen dan sisanya 283 penduduk
cenderung bertahan (Hurlock, 1993:202). memeluk agama Hindu. Dilihat dari aspek agama yang
Peran orang tua adalah memahami anak dengan dianut, desa Balun dapat dijadikan cermin kehidupan
baik dan mengenali sikap dan bakatnya yang unik, bertoleransi. Sebab, walaupun Islam menjadi agama
mengembangkan dan membina kepribadiannya tanpa mayoritas, agama-agama lain tetap mendapat tempat
memaksanya menjadi orang lain. Perawatan yang sebagai keyakinan penduduk di desa Balun. Hal tersebut
dilakukan orang tua dengan penuh kasih sayang dan juga diperkuat dengan struktur kepengurusan desa yang
memberikan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, tidak membedakan tentang latar belakang agama.
baik sosial budaya maupun agama. Orang tua Dalam susunan kepengurusan Desa terdapat
mempersiapakan anak menjadi pribadi dan anggota beberapa pengurus yang memliki latar belakang agama

217
Pola Asuh Orang Tua dalam Menanamkan Nilai Toleransi Beragama di Desa Balun Lamongan

berbeda, hal tersebut dapat dilihat dalam tabel struktur muslim memainkan kesenian terbang, warga Kristen
kepengurusan desa seperti dibawah ini : memainkan kesenian gitar dan bas sedangkan warga
Hindu memainkan kesenian gamelan.
Tabel 1.1 Sikap toleran yang dimiliki oleh masyarakat Desa
Struktur Pengurus Desa Balun Balun juga dimiliki oleh anak–anak. Setiap sore anak-
anak Desa balun bermain sepak bola bersama di
No Nama Jabatan Agama lapangan desa tanpa memandang adanya perbedaan
1 H. Khusyairi Kepala Desa Islam agama diantara mereka. Mereka tumbuh besar dan
2 Rokhim Sekretaris Islam sudah terbiasa untuk bermain bersama sejak mereka
Desa kecil. Bahkan dalam satu keluarga saja dapat ditemui
3 Kadi Urusan Umum Islam perbedaan agama, namun mereka tetap bisa berinteraksi
4 Heri Suparno Urusan Kristen secara wajar. Anak-anak yang berusia lebih muda tetap
Keuangan
menghormati anggota keluarga lainnya yang lebih tua
5 Rudi Seksi Islam
begitu juga sebaliknya meski terdapat perbedaan agama.
Ardiansyah Pemerintahan
6 M. Arif Bathi Seksi Islam Gambaran sikap toleransi yang tercermin dalam
Perekonomian toleransi antar umat beragama di Desa Balun
dan merupakan suatu fakta yang menarik sekaligus menjadi
Pembangunan aspek yang penting dalam kehidupan masyarakat
7 Guwarno Seksi Kristen modern. Secara tidak langsung sikap dan perilaku yang
Ketentraman dimiliki oleh masyarakat Desa Balun akan dicontoh dan
dan Ketertiban diwarisi oleh anak-anak mereka sebab anak-anak
8 Sujoyo Seksi Hindu
cenderung mencontoh orang tua bersikap, bertutur kata
Kesejahteraan
Rakyat dan berperilaku. Model perilaku yang baik akan
9 Saniyah Seksi Islam membawa dampak yang baik bagi perkembangan anak,
Pemberdayaan demikian juga sebaliknya model perilaku yang buruk
Perempuan membawa dampak bagi perkembangan anak. Sikap dan
Sumber : Data Administrasi Desa Balun 2014 perlakuan orang tua terhadap anak akan memengaruhi
sikap anak dan perilakunya, sikap orang tua sangat
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa mempengaruhi hubungan keluarga sebab sekali
Balun sangat memegang tinggi nilai – nilai toleransi, hubungan terbentuk, ini cenderung bertahan (Hurlock,
sebagai contoh ialah ketika Ramadhan, umat Islam yang 1990:202).
tadarus membaca Al Quran di Masjid dengan pengeras Penanaman nilai – nilai toleransi yang dimiliki
suara hanya dibatasi sampai pukul 22.00 agar tidak oleh masyarakat Desa Balun kepada anak mereka dapat
mengganggu umat lain. Umat Hindu tanpa diminta berjalan dengan baik apabila diterapkan pola asuh yang
mengubah sendiri jadwal sembahyangnya. Kalau tepat oleh orang tua di dalam keluarga. Dengan fakta
biasanya dilakukan sekitar pukul 19.00, selama bulan serta penjelasan seperti yang tertera diatas maka penting
puasa jadwalnya diubah sebelum Maghrib, tujuannya untuk dapat mengetahui ‘Pola Asuh Orang Tua dalam
agar tidak mengganggu warga Muslim yang berbuka Menanamkan Nilai Toleransi di Desa Balun,
puasa dan shalat tarawih. Lamongan.
Pada saat terjadi hajatan salah satu warga muslim
yang biasa disebut “ngaturi” maka seluruh warga akan METODE
diundang termasuk juga pemeluk Kristen dan Hindu, Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah
mereka juga ikut membantu tuan rumah yang sedang metode deskriptif, dengan pendekatan kualitatif.
menggelar acara hajatan. Seperti yang dikatakan Ibu Penelitian dengan menggunakan pendekatan kaualitatif
Sumiati “ terus lek enek ngaturi kuwi yo podo gelem dilakukan karena penelitian kualitatif dianggap tepat
kumpul masio seng ngundang bedo agomo” (terus kalau dengan permasalahan yang akan diteliti, yaitu untuk
ada hajatan juga pada mau ngumpul meskipun yang mendeskripsikan kecenderungan pola asuh yang
mengundang itu beda agama). Kebiasaan lain pada dilakukan orang tua terhadap anak dalam upaya
masyarakat Desa Balun terjadi ialah pada saat perayaan menanamkan nilai toleransi di Desa Balun Kecamatan
kemerdekaan Indonesia pada bulan Agustus. Dalam Turi Kabupaten Lamongan yang mana di Desa tersebut
memeriahkan kemerdekaan Indonesia setiap tahun sudah banyak ditemukan contoh – contoh hubungan
masyarakat Desa Balun selalu menampilkan kesenian yang harmonis dengan sikap toleransi antar pemeluk
kolaborasi dalam satu panggung, misalnya warga agama yang berbeda.
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 01 Nomor 04 Tahun 2016, 216-230

Penelitian ini dilakukan di Desa Balun Kecamatan melibatkan anak-anak. Dokumentasi merupakan catatan
Turi Kabupaten Lamongan. Pemilihan lokasi ini dengan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2011:240).
beberapa pertimbangan yaitu karena mengamati Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data
lingkungan dan kehidupan masyarakat desa yang tentang pola asuh orang tua dalam menanamkan nilai
menjunjung tinggi nilai–nilai toleransi dibuktikan toleransi di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten
dengan adanya hubungan yang harmonis antar pemeluk Lamongan. Dokumen dapat berupa dokumen-dokumen
agama. Tentunya sikap atau perilaku yang demikian profil desa serta catatan, foto-foto, yang berupa data
akan diwarisi juga oleh anak cucu mereka, faktanya tentang pola asuh orang tua dalam menanamkan nilai
memang benar bahwa di anak-anak di Desa Balun juga toleransi di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten
sudah terbiasa hidup dengan bertoleransi antar umat Lamongan.
beragama. Dengan demikian keadaan seperti ini sangat Dalam penelitian kualitatif setelah semua data
menarik untuk mengetahui kecenderungan pola asuh yang diperlukan dalam menjawab rumusan masalah
yang digunakan oleh orang tua untuk menanamkan nilai terkumpul langkah selanjutnya yang harus diilakukan
toleransi tersebut. adalah menganalisa dari hasil data-data yang telah
Informan dalam penelitian ini adalah orang tua terkumpul sebelumnya.
yang mempunyai anak usia (6-12 tahun) Anak usia 6-12 Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal
tahun dipilih karena pada masa ini perkembangan yang penting, mencari tema dan polanya (Sugiyono,
psikomotorik anak sudah semakin membaik, anak dapat 2009:246). Dilakukan setelah memperoleh data hasil
mengetahui benar dan salah serta memahami alasan observasi dan wawancara yang dilakukan kepada
mendasari suatu peraturan. Kriteria yang ditentukan informan yaitu orang tua yang mempunyai anak dengan
dalam pemilihan orang tua antara lain (1) Tinggal di usia 6-12 tahun dan tinggal di Desa Balun. Kemudian
desa Balun, (2) Mempunyai anak usia 6-12 tahun, (3) data yang sudah direduksi kemudian dapat memberikan
Beragam agama dengan perbandingan (3 Islam, 2 gambaran yang dapat mempermudah untuk data jika
Kristen, 2 Hindu). (4) Bersedia dijadikan informan. sewaktu-waktu diperlukan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel dan
menggunakan ini menggunakan teknik wawancara, sejenisnya. Dengan dilakukan penyajian data maka data
observasi dan dokumentasi. Pada penelitian ini akan tersusun dalam pola hubungan yang akan semakin
menggunakan metode wawancara terstruktur, dimana mudah dipahami
dalam melakukan wawancara akan menggunakan Data yang sudah terkumpul menjadi data yang
pedoman wawancara yang telah tersusun secara bersifar sementara yang mendukung pada tahap
sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
Wawancara yang dilakukan untuk memperoleh kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal
data tentang kecenderungan pola asuh orang tua yang didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
digunakan dalam menanamkan nilai toleransi di Desa kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Pada kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
penelitian ini pihak-pihak yang diwawancara adalah yang kredibel (Sugiyono, 2013:345).
orang tua yang mempunyai anak umur (6-12 tahun) dan Pengumpulan data dari beberapa tahap teknik
tinggal di Desa Balun, Turi, Lamongan yang berbeda analisis data di atas sangat berkaitan. Pertama peneliti
agama. Selain pada orang tua, untuk melengkapi data mengupulkan data dengan cara melakukan observasi
maka wawancara juga dilakukan pada anak dan dan wawancara secara mendalam, Kedua data yang
masyarakat. sudah diperoleh kemudian direduksi, yaitu dengan
Kegiatan observasi dalam penelitian ini dilakukan menentukan fokus data atau aktivitas yang menjadi
dengan cara melakukan pengamatan terkait fokus dalam penelitian. Aktivitas di catat dan
kecenderungan pola asuh orang tua terhadap anak dalam dikategorikan Pola Asuh Orang tua dalam menanamkan
menanamkan nilai toleransi di Desa Balun Kecamatan nilai toleransi di Desa Balun Kecamatan Turi
Turi Kabupaten Lamongan. Teknisnya observasi Kabupaten Lamongan. Selanjutnya pola asuh orang tua
dilakukan dengan cara mengamati cara orang tua dalam dalam menanamkan nilai toleransi dianalisis dengan
mengasuh dan memperlakukan anaknya dalam menggunakan teori pola asuh Diana Baumrind untuk
kehidupan sehari hari, selain itu juga dilakukan menarik simpulan penelitian.
pengamatan terhadap interaksi anak dengan masyarakat
maupun dengan teman sebaya. Misalkan dengan cara
mengamati anak saat bermain di lapangan bersama
teman-teman ataupun pada saat kegiatan-kegiatan yang

219
Pola Asuh Orang Tua dalam Menanamkan Nilai Toleransi Beragama di Desa Balun Lamongan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada bagian ini akan didiskripsikan hasil observasi dan “…Iya mas kalo hanya untuk sekedar
wawancara yang disusun berdasarkan pokok bermain dan bergaul tentu sangat saya
perbolehkan karena kan kita sebagai
permasalahan yang ada pada rumusan masalah.
manusia penting untuk bersosialisasi ya
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa kebetulan lingkungan kita keadaannya
Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Jawa seperti ini, kita berbeda – beda agama
Timur telah diperoleh data sebagai berikut : meskipun demikian kan kita tetap harus
berinteraksi dengan mereka . tidak dapat
Kecenderungan Pola Asuh Orang Tua dalam dipungkiri kita hidup kan juga nantinya
Menanamkan Nilai Toleransi Beragama di Desa perlu pertolongan orang
lain…”(wawancara 17 Nov 2015)
Balun, Turi, Lamongan
Sikap toleransi merupakan suatu sikap dapat menerima
perbedaan yang ada dalam suatu kelompok masyarakat, Hal senada juga diucapkan oleh Bapak Suwito sebagai
sikap toleransi sangat dibutuhkan dalam mewujudkan orang tua yang Beragama Islam yaitu :
kerukunan didalam masyarakat. Banyak upaya yang
dilakukan orang tua dalam menanamkan nilai – nilai
“…Ya kalo hanya bergaul dan berteman
toleransi beragama kepada anak di Desa Balun, Turi, ya sangat saya perbolehkan mas, intinya
Lamongan. Perlakuan orang tua sangat menentukan kalo hanya sekedar hubungan sosial
karakter anak nantinya, dari hasil penelitian dapat berinterkasi biasa sesama manusia ya
diketahui kecenderungan pola asuh orang tua dalam sangat saya bebaskan namun kalo sudah
menanamkan nilai toleransi beragama kepada anak di terkait ritual kan kita sendiri - sendiri.
Desa Balun, Turi, Lamongan yang diwujudkan melalui Memang Tuhan itu menciptakan
manusia berbeda – beda mas tapi dengan
beberapa sikap seperti :
adanya hal itu kita bisa mau menerima
orang lain dan tetap berinteraksi dengan
mereka …” (wawancara 15 Nov 2015)
Memberikan anak kebebasan berinteraksi dengan
masyarakat lain yang berbeda Agama
Hal demikian juga sesuai dengan keterangan Bapak
Salah satu upaya orang tua dalam menamkan nilai
Sutrisno yang beragama Kristen :
toleransi beragama kepada anak di Desa Balun, Turi
Lamongan adalah dengan membebaskan anak untuk “…Ya kalo dibilang memberikan
bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat yang kebebasan yang sebebas bebasnya enggak
beragama lain. Hal tersebut dibuktikan dengan petikan mas, anak masih tetap kita awasi. Tapi
wawancara dengan Bapak Hariono yang beragama kalau hanya bergaul dan berinteraksi
islam terkait kebebasan anak bergaul dengan dengan teman temannya baik yang
masyarakat lain sebagai berikut : berbeda agama yah saya biarkan saja mas,
kan anak – anak juga butuh berinteraksi
dengan lingkungan mas biar anak gak
“…Iya mas saya sangat memberikan kuper, anak – anak itu biar ngerti nantinya
kebebasan sekali kepada anak – anak di masyarakat kalo besar itu gak kaku
saya untuk bermain dan belajar bersama terjun di masyarakat …”(wawancara 17
teman mereka baik yang seagama Nov 2015)
maupun yang agamanya berbeda dengan
kita. Hal itu karena menurut saya anak Sedangkan menurut pengakuan Ibu Karmini yang
seusia mereka harus lebih berbaur
beragama Hindu adalah sebagai berikut :
dengan teman – temannya agar mereka
tahu tentang perbedaaan agama teman –
temannya dan bisa menghargainya serta
“…ya sangat saya perbolehkan mas, lha
bisa membuat anak bebas berkreasi
apa salahnya bergaul dengan teman
dengan temannya seperti itu …”
meskipun berbeda agama. Anak saya itu
(wawancara 9 Nov 2015)
3 semua agamanya berbeda-beda kalo
saya larang larang kan bisa gak ruku
Hal tersebut juga sesuai dengan pengakuan Ibu anak-anak saya. Masak satu keluarga
sendiri gak bisa rukun. Intinya kan bisa
Novianti tentang pemberian kebebasan kepada
saling menerima, tolong menolong
anak – anak agar bergaul dengan masyarakat saling membantu mas agar hidup ini bisa
lain yang berbeda agama : rukun …”(wawancara 17 Nov 2015)
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 01 Nomor 04 Tahun 2016, 216-230

Hal yang sama juga diucapkan oleh Bapak Anam akan belajar untuk bisa menempatkan dirinya sebagai
tentang memberikan kebebasan berinteraksi pada anak bagian dari masyarakat. Selain itu dengan seringnya
sebagai berikut : anak bergaul dengan lingkungan sekitarnya maka akan
menumbuhkan karakter serta tingkah laku yang baik
pada anak seperti tumbuhnya kreatifitas, rasa tolong
“…Iyah mas yah gak ada masalah mas
anak – anak bergaul dengan teman – menolong, belajar memecahkan masalah sendiri dan
teman mereka yang sebaya walau yah lain – lain. Hal tersebut tidak jauh berbeda ketika anak
berbeda – beda agamanya. Yah seperti berinteraksi dengan lingkungan yang hiterogen,
biasa saja mas kan kalo agama kan kita berinteraksinya anak dengan lingkungan yang hiterogen
sendiri – sendiri tapi kalo sudah ada di maka anak akan belajar sikap saling berbagi, mau
masyarakat yah kita tetap sama saja menerima perbedaan dan bertoleransi.
seperti manusia biasanya, kita juga tidak
Memberikan aturan untuk membatasi pergaulan
bisa hidup sendiri kita juga masih
membutuhkan bantuan orang lain…” anak dengan masyarakat yang berbeda Agama dengan
(wawancara 9 Nov 2015) kebebasan kepada anak memang baik, namun didalam
mendidik anak tidak dapat dengan memberikan
Begitu pula dengan keterangan yang diucapkan oleh kebebasan yang sebebas – bebasnya pada anak tanpa
Bapak Adi Wiyono yang Beragama Hindu : adanya control atau pengawasan, sebab hal tersebut
malah akan menjerumuskan anak pada pola tingkah
“…Ya saya perbolehkan sekali mas, kita laku yang cenderung negatif. Ibaratkan sebuah
orang Hindu kan disini sangat minoritas kendaraan yang melaju di jalan raya, apabila tidak
mas kalo gak bergaul dengan orang lain dikontrol dengan baik maka akan menabrak semua yang
dari bermacam agama yah kita mau ada di depannya, begitu juga dengan pergaulan anak
berinteraksi dengan siapa lagi mas, kita
apabila tidak diberikan pengawasan maka akan
kalo ada apa –apa yah mintak bantuanya
pada tetangga mas. yah kita sebenarnya berbahaya bagi kehidupan anak nanti .
saling membutuhkan jadi yah harus tetap Banyak cara untuk mengawasi pergaulan anak –
berhubungan seperti biasa mas anak, salah satunya yaitu dengan cara memberikan
…”(wawancara 15 Nov 2015) aturan–aturan yang dapat membatasi pergaulan anak
dengan lingkungannya agar tidak kebablasan. Dengan
Dari hasil observasi dapat diketahui sikap orang adanya aturan – aturan diharapkan agar anak tetap bisa
tua kepada anak terkait bagaimana anak bergaul dengan bergaul dengan lingkungan sekitar namun tetap tidak
masyarakat lain yang berbeda agama yaitu pada saat lupa pada kewajiban dan tanggung jawabnya. Dalam
anak – anak bermain bersama. Setiap sore anak – anak menanamkan nilai toleransi beragama kepada anak, para
Desa Balun bermain bersama di sebuah lapangan depan orang tua di Desa Balun, Turi, Lamongan juga
sekolah, pada saat itu tampak beberapa anak sedang menerapkan beberapa aturan – aturan sederhana untuk
bermain bola bersama. membatasi pergaulan anak – anak.
Selain itu disudut lain yaitu di depan madrasah Hal tersebut dibuktikan dengan petikan wawancara
nampak beberapa anak sedang bermain ayunan dan dengan Bapak Suwito tentang aturan – aturan dalam
jungkat – jungkit. Ternyata anak – anak tersebut membatasi pergaulan anak
berasal dari agama yang berbeda – beda. Orang tua
mereka yang mengetahui hal tersebut memberikan “…Ya ada mas aturan – aturan yang
kebebasan mereka dan membiarkan mereka untuk tetap biasa ya yang tidak terlalu rumit seperti
bergaul bersama meskipun dalam perbedaan agama. ya boleh bermain tapi jangan sampai
Hal yang sama juga terjadi pada saat takbir keliling, kelewat waktu kalo pulang, jangan lupa
pada saat takbir keliling hari raya Idul Adha tidak hanya kalo waktu sholat ya sholat, waktunya
mengaji ya mengaji kalo saatnya belajar
anak – anak muslim yang ikut untuk berkeliling desa,
yah belajar yang benar ya seperti itu saja
disana juga banyak terdapat anak – anak beragama lain kan gunanya aturan – aturan seperti ini
yang juga ikut berkeliling. Orang tua mereka agar anak nantinya tidak kebablasan
membiarkan hal tersebut terjadi namun dengan dalam bergaul dengan masyarakat . . .”
pengawasan kepada anak anak. Setelah hari sudah mulai (wawancara 15 Nov 2015)
malam sekitar pukul 9 para orang tua sudah mulai
memanggil anak mereka agar kembali pulang ke rumah. Hal itu juga sesuai dengan pengakuan Bapak Hariono
Dengan diberikannya kebebasan dalam bergaul tentang aturan – aturan dalam mengawasi pergaulan
dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar maka anak anak

221
Pola Asuh Orang Tua dalam Menanamkan Nilai Toleransi Beragama di Desa Balun Lamongan

“… Kalo aturan – aturan sih sebenarnya


“…Ada lah mas pokoknya aturan – tidak ada mas tapi ya saya cuma
aturan yang sederhana ya pokoknya kalo mengajarkan pada anak – anak kalo
bermain jangan lupa waktu jangan bermain ya boleh bermain tapi jangan lupa
sampai lupa kewajiban dan tanggung sama belajarnya, kewajibannya dirumah
jawabnya dirumah. Jangan sampai lupa jangan sampai lupa kalo bergaul sama
beribadah. Kalo dikasih makanan teman teman – teman yang akur jangan suka
dari agama yang lain dilihat dulu itu tukaran, intinya yang rukun saja sama
halal apa haram kalo memang haram ya orang lain yah pokonya bagaimana
jangan ikut – ikutan dimakan seperti itu caranya anak kita berikan kebebasan tapi
mas yah buat jaga – jaga saja aturan tetap bisa disiplin gitu mas…”
seperti itu agar pergaulan anak masih (wawancara 17 Nov 2015)
tetap terkontrol mereka kan masih kecil
masih mudah dibujuk orang lain…” Senada dengan pengakuan bapak sutrisno adalah
(wawancara 9 Nov 2015) pengakuan Ibu Karmini yang beragama Hindu yaitu :

Hal demikian juga sesuai dengan pernyataan Bapak “…Ya sebenarnya gapernah mengatur –
Anam pada saat wawancara : atur anak mas, Cuma anak – anak itu
dikasih tau kalo bermain jangan lupa
“…Ya iya mas, sebagai orang tua kan belajar, jangan supa sekolah, kalo
wajar kalo kita menerapkan aturan –
bermain kalo udah sore yah pulang, kalo
aturan kepada anak, itu juga nantinya
untuk kebaikan anak mas agar mereka main sama teman – temannya yang
belajar berdisiplin dan tidak terjerumus rukun, kalo ada temannya kesusahan yah
ke dalam pergaulan yang tidak di dibantu, yang penting gak lupa sekolah
inginkan, Cuma aturan yang kita berikan minggu di pura…” (wawancara 17 Nov
yah aturan yang biasa saja mas kan 2015)
mereka juga masih anak – anak yah
misalnya kalo pulanh sekolah yah anak
kita biarkan main kalo sore yah kita Hal demikian tidak jauh berbeda dengan pernyataan
suruh ngaji di TPA nanti abis maghrib Bapak Adi Wiyono yaitu:
yah anak kita suruh belajar dirumah
mas…” (wawancara 9 Nov 2015)
“….Yah sebenarnya ga ada mas aturan –
Hal tersebut juga dipertegas oleh pengakuan Ibu aturan yang njlimet seperti itu, yah
Novianti yang beragama Kristen tentang aturan dalam hanya anak kita ajarkan disiplin waktu
membatasi pergaulan anak saja tau mana kewajibannya mana hak
dan tanggung jawabnya. Kalo bermain
yah jangan sampai mengganggu orang
“…Ya kalo aturan – aturan mas yang
lain yang sedang beribadah. Kalo main
umum – umum aja, yah silahkan anak –
bola dilapangan dekat masjid yah pas
anak bermain tapi jangan lupa tugas
pulang jangan sampai waktunya orang
utamanya anak kan harus belajar,
islam mau sholat gitu aja mas …”
berbakti kepada orang tua. Intinya
(wawancara 15 Nov 2015)
mereka harus bisa disiplin dan
bertanggung jawab itu saja biar nantinya
kalo sudah besar mereka sudah terbiasa Hukuman atas pelanggaran terhadap aturan yang
disiplin mas. Kalo berteman jangan suka diberikan Orang Tua Memberikan aturan kepada anak
pilih pilih teman, bagi saya mas memang baik namun apabila anak melakukan
berteman itu bukan karena agamanya kesalahan tidak seharusnya orang tua menghukum
tetapi karena tingkah lakune, kalo anak. Pemberian hukuman kepada anak terlebih
tingkah lakune konco – koncoe gak baik
hukuman secara fisik akan menimbulkan dampak yang
yah bisa – bisa anak kita ikut – ikutan
gak baik juga…” (wawancara 17 Nov negatif, perlakuan yang berlebihan kepada anak seperti
2015) memberikan hukuman secara fisik akan memperburuk
hubungan anak dan orang tua. Hukuman akan
Sedangkan menurut pernyataan Bapak Sutrisno yang menjadikan anak semakin membenci orang tua, jika
juga beragama Kristen adalah sebagai berikut : tidak begitu anak akan semakin menjadi
pembangkang. Selain itu hukuman yang diberikan
kepada anak nantinya akan menjadikan anak phobia
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 01 Nomor 04 Tahun 2016, 216-230

sehingga timbul sikap rendah diri pada diri anak tetapi kan terkadang anak – anak itu
tersebut. salah mengartikan. Yah kalo ada
Cara yang paling efektif dalam memperlakukan masalah atau anak melakukan apa begitu
anak kita panggil terus kita omongkan
anak yang melakukan kesalahan ataupun melanggar
baik – baik kita cari masalahnya apa kita
aturan kita yaitu dengan cara – cara yang edukatif carikan solusinya mas yah begitu saja
melalui pendekatan orang tua dan anak. Jika anak mas kita nasehati baik – baik saja kan
melakukan kesalahan maka anak sebaiknya ditegur nantinya anak itu merasa nyaman jadi
dengan cara baik – baik kita nasehati dengan mencari mereka akhirnya njuga akan nurut sama
solusi atas kesalahan tersebut dengan demikian anak orang tua …” (wawancara 17 Nov 2015)
akan merasa nyaman dan hubungan orang tua dengan
anak akan semakin baik. Para Orang Tua di Desa Balun, Hal tersebut juga dipertegas dengan pengakuan Ibu
Turi, Kabupaten Lamongan enggan memberikan Karmini yang Beragama Hindu seperti berikut :
hukuman dalam mendidik anak – anak. Para orang tua
lebih memilih tindakan – tindakan edukatif dengan “… Ya gak pernah mas kalau menghukum
menegur dan menasehati anak yang melakukan anak-anak itu biasanya kalau sore anak-
kesalahan. anak itu kalau bermain enggak pulang –
Hal tersebut dibuktikan dengan petikan wawancara pulang,terus biasanya saya bawakan sapu
dengan Bapak Suwito terkait hukuman yang diberikan biar mereka takut. Tapi enggak sampai
saya pukulkan Cuma buat menakut takut
atas kesalahan anak
mereka biar kapok, ya Cuma kalau di
rumah saya marahin dan saya bentak-
“…Sebenarnya kalo hukum menghukum bentak…” (wawancara 17 Nov 2015)
itu tidak ada mas, tidak ada orang tua
yang pengen menyakiti anaknya mas. Sedangkan menurut pengakuan Bapak Hariono
Tapi ya kalo kebetulan anaknya
yang beragama muslim terkait hukuman atas kesalahan
melakukan kesalahan itu ya biasanya
saya tegur dan saya nasehati saja tidak anak yaitu :
sampai saya hukum dengan cara cara
kekerasan apalagi hukuman secara fisik, “…Iya mas ada mas sedikit hukuman
kan sebenarnya kekerasan itu tidak baik yang ringan – ringan yah biar anak –
mas buat anak – anak …”.(wawancara anak jera nggak ngulangi kenakalannya
15 Nov 2015) lagi. Paling kalo anak – anak nakalnya
udah keterlaluan yah saya panggil saya
Hal tesebut senada dengan pernyataan Ibu Novianti
marah – marahin sebentar terus saya
yang beragama Kristen sebagai berikut :
hukum yah biasanya saya suruh
menyapu atau membersihkan jeding, lah
“…Yah begini mas sebenarnya kalo
kan sebenarnya hukuman yang seperti
menghukum itu tidak kan mereka masih
ini sama saja dengan kita mengajarkan
anak – anak, yah kita cuma menegur dan
disiplin dan tanggung jawab kepada
menasehati anak – anak saja mas
anak – anak …” (wawancara 9 Nov
memang anak – anak seusia mereka itu
2015)
sering kalo bermain sering lupa waktu
sering lupa tanggung jawabnya dirumah.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat sebelumnya,
Ya kalo itu terjadi ya anak kita panggil
Bapak Adi Wiyono juga berpendapat seperti berikut :
kita tegur dengan baik – baik biar apa
yang mereka perbuat itu tidak mereka
ulangi lagi mas … “(wawancara 17 Nov “…Menghukum anak yah saya jarang
2015) mas, yah kalo sekedar hukuman yang
ringan – ringan sih pernah. Kalo anak
Sependapat dengan pernyataan Ibu Novianti adalah bandelnya kelewatan yah paling uang
Bapak Sutrisno yang berpendapat seperti berikut : jajaannya say kurangi gitu aja anaknya
udah kapok, kalo yang hukuman –
hukuman mengarah pada hukuman fisik
“…Kalo menghukum itu mas
yah gapernah mas kasihan anaknya mas
sebenarnya tidak, ya cuman menegur
dan menasehati anak – anak saja mas,

223
Pola Asuh Orang Tua dalam Menanamkan Nilai Toleransi Beragama di Desa Balun Lamongan

masih kecil kok…”(wawancara 15 Nov inginkan terjadi yah mau tidak mau kita
2015) harus menerima kan masalah agama kita
tidak boleh terlalu memaksa mas
Begitu juga dengan keterangan Bapak Anam yang …”(wawancara 9 Nov 2015)
Beragama islam yaitu :
Pernyataan tersebut juga senada dengan pernyataan
Bapak Sutrisno yaitu :
“…Yah menghukum dengan kekerasan
fisik sih tidak mas tapi yah kalo anak
melanggar sesuatu gitu kita kasih “…Ya kalo masalah kebebasan
hukuman yang ringan – ringan seperti beragama mas sebenarnya saya tidak
kalo waktu bermain itu mereka gak terlalu memaksa. Kalo masih kecil
dibolehin ikut main biar kapok dulu begini memang kita masih mengarahkan
dirumah dan gak ngulangin tapi kalo mereka sudah dewasa nanti yah
kesalahannya lagi kalo masih tetap sudah terserah mereka mau memilih
bandel yah biasanya saya omeli gitu aja agama yang mana, asalkan mereka tetap
mas tapi habis saya omel yah saya baiki menjadi orang beragama yang baik, kalo
lagi kan namanya juga anak menjadi orang Kristen ya harus jadi
mas…”(wawancara 9 Nov 2015) Kristen yang baik, kalo mau jadi oaring
Islam yah jadilah orang Islam yang taat,
begitu juga Hindu kalo mau jadi orang
Kebebasan dalam memilih Agama Hindu yah harus jadi orang Hindu yang
Di Desa Balun terdapat fakta menarik dimana dalam baik …”(wawancara 17 Nov 2015)
satu keluarga ternyata banyak anggota keluarga
memiliki agama yang berbeda – beda. Hal itu seperti
Pernyataan yang tidak jauh berbeda dengan
terjadi pada keluarga Ibu karmini, Ibu Karmini yang
pernyataan di atas adalah pendapat Bapak Hariono
seorang pedagang memiliki 3 orang anak, anak yang
yaitu :
pertama telah dewasa memilih untuk memeluk agama
Islam, anak yang kedua telah memilih Kristen sebagai
agamanya, sedangkan anak yang ketiga masih kecil “…Kalo memaksa anak untuk masuk
tetap mengikuti agama orangtuanya. pada agama tertentu itu sebenarnya
Di dalam memilih suatu agama tidak boleh ada enggak mas, tapi kan sebagai orang tua
suatu paksaan atau tuntutan dari orang lain. Setiap wajib mengajarkan agamane kita kepada
warga Negara memiliki kebebasan untuk memilih anak – anak, yah sejak kecil itu anak
agama yang diyakini dan beribadah sesuai dengan sudah kita ajarkan tentang agama jadi
keyakinan tersebut, seperti yang terkandung di dalam kalo sudah besar nanti mereka itu sudah
pasal 29 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi “Negara mempunyai pedoman yang kuat…”
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk (wawancara 9 nov 2015)
memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Hal tersebut juga dipertegas dengan pengakuan
Menurut pengakuan Bapak Anam berikut beliau Bapak Suwito dalam kaitan tidak memaksa anak untuk
menjelaskan bahwa beliau juga tidak pernah memaksa memilih suatu agama tertentu, yaitu :
anak untuk memeluk agama tertentu

“…Yah sebenarnya mas kita sebagai


“…Ya kalo masalah kebebasan dalam
orang tua itu istilahe tetep ngaboti mas,
memeluk agama itu kalo saya begini
jadi kalo anak mau pindah ke agama
mas, kan kita ini sebagai umat muslim
yang lain itu kita tetap ngaboti anak –
wajib sejak kecil anak kita itu di didik
anak kita, tapi kan yang namanya agama
dan diajarkan tentang agama islam,
itu hak asasi setiap manusia mas dan
seandainya nanti mereka dewasa kita
sepatutnya harus tetap kita hormati. Jadi
juga tetap harus mengarahkan mereka
yah kita masih tetap ngaboti asalkan
untuk tetap menjadi muslim nah apabila
nggak sampai melanggar hak – hak asasi
ada sesuatu sesuatu yang tidak di
itu …”(wawancara 15 Nov 2015)
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 01 Nomor 04 Tahun 2016, 216-230

Memberikan contoh sikap saling menghargai antar


Sedangkan jika menurut penuturan Ibu Karmini umat beragama lain
yang Beragama hindu adalah sebagai berikut : Dalam rangka menanamkan toleransi Beragama kepada
anak para orang tua juga berusaha memberikan contoh
sikap saling menghargai antar umat beragama dan
“…Ya kalo masalah agama terserah
menghormati perayaan hari besar umat beragama lain,
anak- anak mas, anak saya tiga yang
seperti pada saat masyarakat memiliki hajatan yang
pertama agamanya Islam, yang nomer
biasa masyarakat sebut dengan kondangan. Pada setiap
dua agamanya Kristen dan yang ketiga
hajatan yang terjadi maka seluruh kerabat akan
agamanya Hindu, jadinya ya terserah
membantu mempersiapkan hajatan tersebut, tidak
anak – anak mas masuk agama apa yang
terkecuali kerabat – kerabat yang berbeda agama. Begitu
penting tetap bisa rukun sekeluarga,
juga saat hajatan berlangsung semua masyarakat akan
terus intinya gaboleh menjelek- jelekan
diundang baik yang beragama hindu maupun Kristen.
agama lainnya, kalo Islam yah goboleh
Hal tersebut seperti yang terjadi pada saat observasi
menjelekkan Kristen dan Hindu, kalo
yang bertepatan dengan hajatan 1000 hari meninggalnya
hindu yah gitu jangan menjelekkan
suami ibu Tarsih, pada saat hajatan berlangsung terlihat
orang Islam dan Kristen. Yah gitu aja
beberapa kerabat ibu tarsih yang beragama Kristen
mas kan semua agama itu sama saja,
membantu menyiapkan hidangan bagi para tamu. Dalam
sama baiknya tergantung tingkah laku
acara tersebut juga nampak anak – anak dari kerabat ibu
orangnya …” (wawancara 17 Nov 2015)
Tarsih yang ikut membantu, dari hal tersebut terlihat
para orang tua mereka seperti seolah – olah memberikan
Hal lain juga disampaikan oleh Bapak Adi Wiyono contoh sikap toleransi kepada anak – anak mereka.
dalam kaitannya untuk tidak memaksa anak untuk
memeluk agama tertentu
Sedangkan dalam upaya memberikan contoh sikap
menghargai perayaan hari besar agama lain dapat dilihat
“…Yah sebenarnya jangan disamakan dari sikap orang tua yang membantu memberikan rasa
mas membebaskan anak dengan nyaman terhadap pelaksanaan ritual ibadah. Pada saat
memaksa anak, kalo memaksa anak mas hari - hari besar keagamaan misalkan pada saat hari
sebetulnya kita tidak memaksa nantinya raya Natal maka para umat muslim akan bertugas
setelah anak dewasa yah terserah anak – menjaga keamanan gereja sekaligus menjaga tempat
anak mas, tapi kita juga tidak parkir, sebaliknya pada saat hari raya Idul Fitri
membebaskan mas jadi yah kalo masih masyarakat yang beragama lain akan menjaga
kecil gini yah kita tetap mengarahkan keamanan masjid selama sholat ied berlangsung, begitu
masuk ke agama yang kita anut sekarang pula masyarakat muslim yang merayakan Idul Fitri akan
mas…”(wawancara 15 Nov 2015) tetap mengunjungi kerabat – kerabat non muslim. Pada
saat pawai ogoh – ogoh umat hindu maka untuk
Sedangkan menurut penuturan Ibu Novianti yang mempersiapkan pawai akan dibantu oleh masyarakat
beragama Kristen ialah sebagai berikut : muslim dan Kristen, mereka semua ingin memberikan
contoh kepada anak untuk dapat menghargai perayaan
hari besar agama lain
“…Kalo saya yah tidak memaksa mas
Selain dari data observasi hal tersebut juga
tapi yah kita berunding dulu alasannya
diperkuat pengakuan Bapak Hariono yang beragama
apa memilih agama ini, kok gak pilih
Islam, berikut petikan wawancara dengan beliau :
yang ini yang itu kalo memang alsannya
baik yah bisa kita perbolehkan mas tapi
“…Untuk mengajarkan anak agar
kalo dasarnya alasannya memang gak
menghormati agama lain yah dengan
benar yah sebenarnya kita melaranganya
cara kita memberikan contoh kepada
mas…”(wawancara 17 Nov 2015)
anak mas, kalo kita ketemu tetangga
atau warga yang berbeda agama ya kita
sapa, yah biasa saja seperti dengan
warga yang lainnya. Kalo ada tetangga
yang kesulitan kalo kita bisa bantu yah

225
Pola Asuh Orang Tua dalam Menanamkan Nilai Toleransi Beragama di Desa Balun Lamongan

kita bantu nggak peduli itu agamanya “…Yah anak – anak itu kita ajarkan biar
apa, kalo untuk menghargai perayaan berbuat baik kepada siapa saja mas.
hari besar agama yah misalnya itu kan Kalo anak – anak sudah biasa berbuat
kebetulan tetangga sebelah itu agamanya baik nanti mau dengan orang islam mau
hindu jadi kalo pas hari raya nyepi gitu dengan orang hindu mereka akan sama
anak – anak tak kasih tau jangan main di saja mas. Yah kalo untuk menghormati
depan rumah situ nantik takut nganggu ibadah agama lain itu yah misalnya gak
kan biasanya anak – anak itu sering bikin gaduh saat orang islam sholat, kalo
main disana mas…”(wawancara 9 Nov sama orang hindu juga gitu yah
2015) pokoknya gak menganggu mereka yang
ibadah saja mas. Kalo pas bulan puasa
Hal yang tidak jauh berbeda juga diucapkan oleh gitu yah anak–anak kita larang makan–
Bapak Sutrisno yang beragama Kristen makan seenaknya diluar, kalau mau
makan ta minum ya didalam rumah saja
yah sekedar menghormati umat muslim
“…Kalo untuk menghormati antar umat
beragama yah kalo saya mengajarkan anak yang menjalankan puasa…”(wawancara
itu yah mulai dari lingkungan keluarga 17 Nov 2015)
dulu mas, kan banyak kerabat kerabat
saudara kita itu yang agamanya berbeda.
Jadi yah anak – anak sering tak ajak Sedangkan menurut pendapat Bapak Anam ialah
bersilaturahmi ke tempat kerabat – kerabat sebagai berikut dalam kaitannya mengajarkan anak
itu biar merekanya akrab terus anak –anak untuk menghargai perayaan hari besar agam lain :
jiga bisa mudah bergaul dengan mereka.
Kalo pas hari raya idul fitri gitu kita yah “…. Yah sebenarnya mas anak – anak
ucapkan selamat idul fitri gitu ke mereka itu tanpa kita ajarkan tanpa kita beritahu
yang merayakan sekalian silaturahmi juga,
itu mereka sudah tau sendiri, soalnya
bahkan pas idul adha gitu yah kita ajak
anak ikut nyate bareng di rumah tetangga yah piye yoh mas hal – hal seperti ini
atau kerabat kita yang sudah ada dari dulu sekali jadi sudah
muslim…”(wawancara 17 Nov 2015) menjadi kebiasaan mas, lha anak – anak
tinggal nyontoh mas kalo waktunya idul
Hal lain juga diutarakan oleh Bapak Adi Wiyono fitri gitu yah anak – anak tetap kita ajak
dalam kaitan mengajarkan anak untuk menghormati unjung ke tetangga – tetangga yang non
umat Beragama lain sebagai berikut :
muslim juga, kalo waktunya natal yah
“ yah untuk menghormati umat kita yang muslim jaga di gereja,
beragama lain yah intinya anak – anak nantinya anak kita kalo besar itu
itu kita ajarkan sopan – santun kepada mencontoh yang kita lakukan sekarang
semua orang mas termasuk pada orang ini mas, saya dulu juga gitu saya
lain yang berbeda agama juga. Yah anak mencontoh bapak saya dulu
– anak sering kita ajak bergaul dengan mas…”(wawancara 9 Nov 2015)
orang lain, silaturahmi ke saudara –
saudara. Nah kalo sore gitu anak – anak Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan
biasanya main di lapangan depan masjid dokumentasi yang dilakukan terhadap beberapa orang
gitu kita suruh pulang yah walau mereka tua di Desa Balun, Turi, Lamongan dapat disimpulkan
gak ikutan sholat kan yah biar gak bahwa pola asuh orang tua dalam menanamkan nilai
ganggu orang – orang lain yang mau toleransi beragama kepada anak dilakukan melalui
sholat mas, yah istilahe ben pantes beberapa sikap yaitu : Memberikan kebebasan anak
ngono mas..” (wawancara 15 Nov 2015) untuk tetap bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat
lain yang berbeda agama. Ada banyak sekali alasan
Jawaban tersebut juga dipertegas dengan mengapa para orang tua membiarkan hal itu terjadi,
pernyataan Ibu Novianti sebagai berikut : sebagian orang tua menganggap berinteraksi dengan
lingkungan sekitar sangat penting bagi perkembangan
kepribadian anak sehingga mereka tetap
membiarkannya. Sebagian lagi oarng tua menganggap
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 01 Nomor 04 Tahun 2016, 216-230

perbedaan agama bukanlah sebuah masalah dan sangat lain atau saling membanding – bandingkan antara agama
lumrah ada dalam masyarakat. Sebagian lagi orang tua yang satu dengan agama yang lainnya
beranggapan bahwa berinterkasi sangat penting namun Memberikan contoh bagaimana cara menghormati
umat beragama lain. sikap tersebut diwujudkan dengan
interaksi yang dilakukan hanya sebatas hubungan yang
mengajak anak sering bersilaturahmi dengan saudara –
bersifat sosial buakan ritual, untuk ritual mereka tetap saudara yang memiliki perbedaan agama, saling bertegur
sendiri – sendiri sesuai dengan keyakinan yang dianut. sapa dengan tetangga atau masyarakat lain yang berbeda
Memberikan aturan – aturan untuk membatasi agama saling tolong menolong dan membantu sesama
dan juga sebagai control pergaulan anak – anak dengan yang sedang kesusahan, apabila ada tetangga yang
lingkungan sekitarnya. Selain aturan aturan tersebut memerlukan bantuan dan pertolongan dibantu sebisanya
beberapa orang tua juga memberikan aturan agar anak– dengan perasaan yang ikhlas sebagai wujud toleransi
umat beragama.
anak tetap menjalin hubungan yang baik dengan teman–
Sedangkan dalam mengajarkan anak untuk
teman lain yang berbeda agama, tidak memilih–milih
menghargai ibadah atau hari besar agama lain yaitu
dalam mencari teman bahkan ada orang tua yang
dengan cara memberikan contoh anak agar memberikan
memberikan aturan agar anak berhati–hati dalam
selamat pada umat beragama lain yang sedang
memilih makanan yang diberikan oleh orang lain yang
merayakan hari raya, misalkan selamat hari raya idul
berbeda agama untuk mewaspadai jika makanan itu
fitri, selamat hari natal. Selain itu orang tua juga tetap
dilarang oleh agama. Secara umum para orang tua
mengajak anak–anak agar tetap berbaur dengan
memberikan aturan – aturan seperti diats dengan alasan
masyarakat sebagai contoh ketika perayaan Idul Adha
agar anak bisa berdisiplin dan dapat bertanggung jawab
para orang tua yang beragama Kristen mengajak anak
terhadap apa yang dilakukan. Tidak kebablasan dalam
untuk membakar sate bersama – sama warga muslim.
bergaul sehingga dapat dengan mudah dipengaruhi oleh
Selain itu jika hari raya natal tiba umat muslim menjaga
orang lain.
– jaga keamanan gereja, hal yang demikian menjadi
Tidak memberikan hukuman kepada anak – anak.
contoh bagi anak untuk diterapkan kelak ketika mereka
Dalam memperlakukan anak yang melakukan kesalahan,
para orang tua pada umunnya hanya menegur dan dewasa dan berada di tengah – tengah masyarakat.
memberikan nasIhat agar anak – anak tidak mengulangi
kesalahan lagi. Sebagian orang tua yang merasa kesal
dengan perbuatan anak yang keterlaluan hanya akan Dampak Hidup Bertoleransi di Desa Balun
memarahi anak mereka. Meskipun demikian juga ada Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan
orang tua yang memberikan hukuman – hukuman ringan Toleransi merupakan sikap yang penting dimiliki
atas kesalahan anak namun tidak sampai mengarah pada oleh setiap individu sebagai bekal untuk berinteraksi
hukuman secara fisik dengan masyarakat luas. Sikap toleransi sangat penting
Hukuman ringan yang umumnya diberikan oleh di dalam menjaga kerukunan antar umat beragama.
orang tua yaitu seperti membersihkan kamar mandi,
Selain untuk menjaga kerukunan antar umat beragama
menyapu dan mengepel lantai dan mencuci sepeda.
Hukuman tersebut diberikan kepada anak – anak agar masih banyak sekali manfaat dari hidup bertoleransi
anak belajar untuk berdisiplin dan bertanggung jawab. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap
Para orang tua sudah paham bahwa hukuman secara fisik beberapa informan di Desa Balun, Turi, Lamongan
tidak akan berdampak baik bagi anak namun akan dapat diketahui beberapa manfaat dari sikap toleransi.
membuat hubungan antar orang tua dan anak semakin Sebagai berikut adalah petikan wawancara dengan Ibu
buruk. Novianti salah seorang penganut agama Kristen tentang
Tidak memaksa anak – anak untuk memeluk agama
manfaat hidup bertoleransi :
tertentu, namun demikian sejak kecil para orang tua tetap
mengajarkan agama yang dianut kepada anak – anak.
Jika nanti anak- anak sudah dewasa maka untuk memilih “….Yah kalo selama ini manfaatnya
agama sudah menjadi hak setiap individu tersebut, tidak
banyak yah mas yang saya rasakan, yah
boleh ada paksaan dari orang lain karena menurut
mereka sebenarnya agama adalah hak asasi setiap saya dan masyarakat sekitar sini merasa
manusia yang harus dihormati seperti keluarga sendiri ya mas, tali
Adapun untuk menjadi seorang yang beragama para silaturrahmi kami msaih tetap terjalin
orang tua berharap agar nantinya anak – anak menjadi dengan erat, yah kalo kami butuh
umat beragama yang baik, jika menjadi muslim agar bantuan pertolongan itu yah gak
menjadi muslim yang taat, menjadi orang Kristen agar
sungkan – sungkan minta tolong ke
menjadi umat Kristen yang baik, begitul pula jika
menjadi orang hindu maka harus menjadi umat hindu tetangga meski mereka berbeda agama.
yang baik sesuai dengan ajaran agama. Jangan sampai Yah hidup kita jadi lebih tenang dan
diantara mereka ada yang menjelek – jelekkan agama

227
Pola Asuh Orang Tua dalam Menanamkan Nilai Toleransi Beragama di Desa Balun Lamongan

bahagia mas itu saja….” (wawancara 17 kelompok – kelompok lain sepeti yang selama ini kita di
Nov 2015) beritakan di media – media tanah air. Dengan adanya
sikap toleransi ini diharapkan agar nantinya masyarakat
Desa Balun bisa menjadi contoh bagi masyarakat –
Selain itu, Bapak Suwito juga memberikan
masyarakat lain di Indonesia sehingga bisa mewujudkan
pendapatnya terkait manfaat hidup bertoleransi
suatu kerukunan antar umat beragama demi berdirinya
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
“…Yah intinya itu mas hidup
masyarakat sini itu jadi lebih damai mas, Pembahasan
nyaman, tenang gitu mas. Walaupun kita Berdasarkan hasil penelitian melalui metode
berbeda – beda agama yah kita tetep wawancara, observasi dan dokumentasi berkenaan
rukun. Malahan desa sebelah itu sama – dengan pola asuh orang tua dalam menanamkan nilai
sama muslimnya cuma beda aliran saja toleransi beragama di Desa Balun, Kecamatan Turi,
sering rebut kok mas, yah kalo disini yah Lamongan telah didapatkan jawaban atas rumusan
Alhamdulillah selama ini gak pernah ada masalah. Hasil penelitian menunjukan bahwa
rebut – rebut kayak gitu semuanya tetap kecenderungan pola asuh orang tua dalam menanamkan
aman mas…” (wawancara 15 Nov 2015) nilai toleransi beragama kepada anak yaitu dengan cara
memberikan anak kebebasan bergaul dan berinteraksi
Manfaat hidup bertoleransi juga sangat dirasakan dengan masyarakat yang berbeda agama namun dengan
oleh Bapak Adi Wiyono, berikut adalah kutipan batasan hanya sekedar interaksi secara sosial,
wawancara dengan beliau memberikan aturan – aturan untuk membatasi pergaulan
anak, aturan yang diberikan oleh orang tua bermacam –
“…Manfaatnya yah selama ini kita bisa macam seperti jika anak bermain dengan teman –
hidup rukun mas, didalam menjalankan temannya tetap tidak lupa pada kewajiban dan tanggung
ibadah itu kita merasa aman dan tenang, jawabnya, jika sudah saatnya sholat maka harus
tidak pernah khawatir dengan adanya
menjalankan kewajibannya tersebut. Jika sudah saatnya
terror ancaman – ancaman gitu mas .
pokoknya yah banyak sekali manfaatnya belajar maka anak – anak juga harus segera pulang
mas, kalo kita lagi kesusahan gitu juga untuk belajar. Selain aturan aturan tersebut beberapa
banyak yang membantu mas..” orang tua juga memberikan aturan agar anak – anak
(wawancara 15 Nov 2015) tetap menjalin hubungan yang baik dengan teman –
teman lain yang berbeda agama, tidak memilih – milih
dalam mencari teman bahkan ada orang tua yang
Hal senada juga dirasakan oleh Bapak Sutrisno
memberikan aturan agar anak berhati – hati dalam
yang beragama Kristen sebagai berikut
“..Yah yang selama ini saya rasakan yah memilih makanan yang diberikan oleh orang lain yang
baik – baik saja mas hubungan dengan berbeda agama untuk mewaspadai jika makanan itu
masyarakat baik, tidak pernah ada cek dilarang oleh agama
cok, mau bekerja yah tenang mau Tidak memberikan hukuman anak secara fisik
beribadah yah tenang ajah mas ga ada apabila anak melanggar aturan yang diberikan oleh
yang menganggu, anak – anak juga tetap orang tua karena mereka paham bahwa hukuman secara
bisa bergaul bersama teman – teman
fisik tidak akan berdampak baik bagi anak namun akan
sebayanya yah gitu aja mas ..”
(wawancara 17 Nov 2015) membuat hubungan antar orang tua dan anak semakin
buruk. Memberikan pengarahan kepada anak melalui
Berdasarkan keterangan dari beberapa informan di cara–cara edukatif seperti hanya menegur dan
atas maka dapat disimpulkan bahwa banyak sekali memberikan nasehat agar anak–anak tidak mengulangi
manfaat dengan hidup bertoleransi, yang selama ini kesalahan lagi, tidak memaksakan suatu agama tertentu
umumnya dirasakan oleh masyarakat adalah masyarakat
kepada anak dan memberikan contoh pada anak untuk
tetap bisa hidup dengan rukun, saling tolong menolong
dan membantu jika ada yang kesusahan, tenang, damai bersikap menghormati antar umat beragama serta
dan nyaman menghargai ibadah agama lainnya.
Dalam menjalankan kehidupan sehari – hari Menurut teori pola asuh Diana Baumrind terdapat
merasa aman. Dalam bekerja merasa nyaman, juga 3 jenis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua yaitu
dalam menjalankan ritual agama masing masing merasa pertama adalah pengasuhan Otoritarian yang
tenang, tidak khawatir dengan adanya ancaman dari merupakan suatu gaya orang tua dalam membatasi dan
menghukum, di mana orang tua mendesak anak untuk
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 01 Nomor 04 Tahun 2016, 216-230

mengikuti arahan mereka dan menghormati pekerjaan bisa menjadi contoh bagi masyarakat – masyarakat lain
dan upaya mereka. Kedua, yaitu gaya pengasuhan di Indonesia sehingga bisa mewujudkan suatu
authoritative yang merupakan suatu cara orang tua kerukunan antar umat beragama demi berdirinya
untuk mandiri namun masih menerapkan batas dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
kendali pada tindakan mereka. Tindakan verbal
memberi dan menerima dimungkinkan, dan orang tua PENUTUP
bersikap hangat dan penyayang terhadap anak. Ketiga Simpulan
adalah gaya pengasuhan permissive yang merupakan Kecenderungan pola asuh orang tua yang diterapkan
suatu gaya pengasuhan di mana orang tua sangat terlibat dalam menanamkan nilai toleransi beragama kepada
dengan anak, namun tidak terlalu menuntut atau anak di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan adalah
mengontrol mereka. Orang tua macam ini membiarkan cenderung menggunakan jenis gaya pengasuhan
anak melakuan apa yang diinginkan. Hasilnya, anak authoritative. Hal tersebut diwujudkan dengan pola
tidak pernah belajar mengendalikan perilakunya sendiri sikap dan tindakan orang tua sebagai berikut : (a)
selalu berharap mendapatkan keinginannya. Memberikan kebebasan anak untuk bergaul dan
Gaya pengasuhan Otoritarian diwujudkan dengan berinteraksi dengan masyarakat lainnya yang berbeda
sikap orang tua yang tidak memberikan kebebasan agama. Hal tersebut dilakukan agar anak dapat
kepada anak dan memberikan control yang tinggi, suka bersosialisasi dan mengerti kondisi lingkungan tempat
menghukum anak secara fisik, bersikap mengomando tinggal mereka. (b) Memberikan aturan – aturan sebagai
dan mengharuskan anak, kaku dan keras serta kontrol dan pengawasan terhadap pergaulan anak sehari
cenderung emosional dan bersikap menolak. – hari agar anak tidak terjerumus pada perilaku yang
Terdapat beberapa kelebihan dari pola asuh yang tidak diinginkan dan dapat belajar disiplin serta
diterapkan orang tua dalam menanamkan nilai toleransi bertanggung jawab dengan kewajiban anak. (c)
beragama pada anak di Desa Balun, Turi, Lamongan Menghindari pemberian hukuman atas kesalahan yang
diantaranya menjadikan hubungan anak dengan orang dilakukan oleh anak dan lebih memilih memberikan
tua menjadi semakin baik, karena orang tua menerapkan tindakan yang bersifat edukatif seperti menegur dan
gaya pengasuhan yang cenderung demokratis dengan menasehati anak dengan berkomunikasi yang baik, jika
tidak selalu menolak keinginan anak namun dengan terpaksa diberikan hukuman maka hukuman yang
memberikan kebebasan yang disertai pengawasan. Anak diberikan tidak sampai pada hukuman yang mengarah
akan mudah beradaptasi dengan kondisi masyarakat pada hukuman fisik namun hanya memberikan anak
karena sejak kecil anak diajarkan untuk bergaul dengan tanggung jawab untuk mengerjakan pekerjaan rumah
masyarakat. Anak dapat hidup bertoleransi dengan seperti menyapu, membersihkan kamar mandi dan
orang lain yang berbeda agama karena sejak kecil mencuci sepeda. (d) Tidak memaksa anak untuk
diajarkan hidup bertoleransi. Kelemahan dari pola asuh memeluk agama tertentu namun sejak kecil anak tetap
yang seperti ini adalah apabila Kontrol yang diberikan diarahkan dan diberi wawasan tentang agama, anggapan
orang tua tidak terlalu kuat maka dapat mengarah pada bahwa agama adalah hak asasi setiap manusia yang
perilaku yamg tidak diinginkan sehingga anak dapat harus diakui kebebasannya sangat dijunjung tinggi oleh
bertingkah semaunya. Tidak banyak masyarakat yang para orang tua. (e) Memberikan contoh sikap saling
memilik nilai – nilai toleransi seperti masyarakat Desa menghormati antarumat beragama dan menghargai
Balun sehingga untuk menanamkan nilai – nilai tersebut perayaan hari besar agama lain dengan cara sering
harus dilakukan sejak dini dan dengan waktu yang mengajak anak bersilaturahmi ke tempat kerabat dan
panjang. saudara yang berbeda agama, mengajak anak tetap
Banyak sekali manfaat dengan hidup bertoleransi, berbaur bersama masyarakat, saling membantu terhadap
yang selama ini umumnya dirasakan oleh masyarakat warga lain yang sedang kesusahan. Saling menjaga
adalah masyarakat tetap bisa hidup dengan rukun, saling keamanan ritual agama lain.
tolong menolong dan membantu jika ada yang Manfaat hidup bertoleransi yang selama ini
kesusahan, tenang, damai dan nyaman. Dalam dirasakan oleh masyarakat Desa Balun adalah
menjalankan kehidupan sehari – hari merasa aman. masyarakat tetap bisa hidup dengan rukun, saling tolong
Dalam bekerja merasa nyaman, juga dalam menjalankan menolong dan membantu jika ada yang kesusahan,
ritual agama masing masing merasa tenang, tidak tenang, damai dan nyaman, dalam menjalankan
khawatir dengan adanya ancaman dari kelompok – kehidupan sehari – hari merasa aman. Dalam bekerja
kelompok lain sepeti yang selama ini kita di beritakan di merasa nyaman, juga dalam menjalankan ritual agama
media – media tanah air. Dengan adanya sikap toleransi masing masing merasa tenang, tidak khawatir dengan
ini diharapkan agar nantinya masyarakat Desa Balun adanya ancaman dari kelompok – kelompok lain.

229
Pola Asuh Orang Tua dalam Menanamkan Nilai Toleransi Beragama di Desa Balun Lamongan

Saran
Berdasarkan simpulan di atas, dapat diberikan saran- Wright, Norman.1996. Menjadi Orang Tua Yang Bijak.
saran. Bagi masyarakat, sikap toleransi antar umat Yogyakarta:Andi Offset
beragama yang selama ini ada di Desa Balun, Turi,
Yusuf, Syamsu. 2011.Psikologi Perkembangan Anak
Lamongan harus tetap dipertahankan dan dijaga agar dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdaka
nantinya masyarakat tetap dapat hidup berdampingan
dengan rukun dan damai. Bagi Orang Tua, penanaman Rujukan dari Jurnal
nilai- nilai toleransi beragama kepada anak – anak harus
tetap dilanjutkan agar nantinya generasi –generasi Ekosiswoyo, Rady.2013.Potensi Keluarga Dalam
penerus bangsa juga memiliki karakter yang baik demi Pendidikan Holistik Berbasis Karakter Pada
Anak Usia Dini. Semarang : Univeritas
terciptanya kerukunan umat beragama dan keutuhan
Negeri Semarang (online),
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terkait pola asuh (http://jurnalpauduns.com/wp-
authoritative yang selama ini efektif digunakan dalam content/uploads/2013/02, diakses pada 30
menanamkan nilai toleransi beragama kepada anak maret 2015).
sebaiknya tetap dilanjutkan namun juga harus tetap
disertai kontrol dan pengawasan yang seimbang oleh Jannah, Husnatul.2010. Bentuk Pola Asuh Orang Tua
orang tua. Bagi anak-anak, sikap toleransi yang selama Dalam Menanamkan Perilaku Moral Pada
Anak Usia Dini Di Kecamatan Ampek
ini dimiliki oleh masyarakat seharusnya dapat dijadikan
Angkek. Padang : Universitas Negeri Padang.
contoh oleh anak- anak untuk diterapkan dalam (online),
kehidupan sehari – hari mereka sebagai generasi (http:/educative.blogspot.com/jurnalpsikology
selanjutnya. /diakses 06 April 2015)

DAFTAR PUSTAKA Tina Lidyasari,Aprilliya.2011.Pola Asuh Otoritatif


Sebagai Sarana Pembentukan Karakter Anak
Rujukan dari Buku Dalam Setting Keluarga. Yogyakarta :
Abas, Zainul.1997. Hubungan Antar Agama di Universitas Negeri Yogyakarta. (online),
Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana (http:/eprints.uny.ac.id. diakses 15 april 2015)

Creswell, Jhon W. 2013. Research Design Jakarta:


Pustaka Pelajar.

Goode, William.1991. Sosiologi Keluarga.


Jakarta:BUMI AKSARA

Gunarsa, Singgih. 1997. Dasar Dan Teori


Perkembangan Anak. PT BPK Gunung Mulia

Hurlock, Elizabeth B. 1993.Perkembangan Anak Jilid 1.


Jakarta:Erlangga

Hurlock, Elizabeth B. 1993.Perkembangan Anak Jilid 2.


Jakarta:Erlangga

Kartono, Kartini. 2007. Psikologi Anak. Bandung:CV


Mandar Maju

Santrock. 2007. Perkembangan Anak..Jakarta: Erlangga


Sochib,M.1998. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta: Rineka
Cipta

Sugiyono. 2010. MetodePenelitian Pendidikan


Pendekatan Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta

Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian


Kualitatif.Bandung:Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai