Anda di halaman 1dari 21

PPH

PASAL 15
PENGERTIAN

Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto bagi


Wajib Pajak tertentu :
1. Perusahaan pelayaran dan penerbangan
PPH
internasional
2. Perusahaan asuransi luar negeri, perusahaan
pengeboran minyak, gas, dan panas bumi,
Pasal 15
perusahaan dagang asing
3. Perusahaan yang melakukan investasi dalam
bentuk bangun-guna-serah
P E N G E RT IAN
W P DA L A M
NEGERI

orang yang bertempat tinggal di Indonesia atau


badan yang didirikan dan berkedudukan di Pelayaran
Indonesia yang melakukan usaha pelayaran
dengan kapal yang didaftarkan baik di
Indonesia maupun di luar negeri atau Dalam
dengan kapal pihak lain
Negeri

angka 2 SE-29/PJ.4/1996
Penghasilan berupa imbalan yang diterima
atau diperoleh perusahaan pelayaran dalam OBJEK PPH
negeri, baik dari Indonesia maupun luar
Indonesia, baik dari pengangkutan orang dan
/atau barang termasuk pengasilan penyewaan
kapal yang dilakukan dari : Pelayaran
Pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia; Dalam
Negeri
Pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia;

Pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia;

Pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar


indonesia;
FINAL TA R I F DA N
DA S A R
PENGENAAN

1,2% x Peredaran Bruto Pelayaran


Dalam
Negeri
Pasal 2 KMK-416 /KMK .04/1996
Berdasarkan perjanjian persewaan atau
charter dengan pemotong pajak, saat P E M OTO N G A N ,
diterima atau diperolehnya penghasilan P E N Y E TO R A N ,
1. Menyetor PPH yang dipotong ke kas negara DA N
melalui kantor pos atau bank persepsi PELAPORAN
selambat-lambatnya 10 hari bulan berikutnya
setelah bulan pembayaran atas terutangnya
imbalan dengan menggunakan ssp
2. Melaporkan pajak yang telah dipotong dan Pelayaran
disetor ke Kantor Pelayanan Pajak selambat-
lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah
bulan pembayaran atau terutangnya imbalan,
Dalam
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan
Masa PPH Pasal 15 dilampiri SSP dan Bukti
Pemotongan PPH pelayaran dalam negeri (final)
Negeri
Bukan berdasarkan perjanjian persewaan
atau charter dengan pemotong pajak, saat P E M OTO N G A N ,
P E N Y E TO R A N ,
diterima atau diperolehnya penghasilan
DA N
1. Menyetor PPH yang dipotong ke kas negara PELAPORAN
melalui kantor pos atau bank persepsi
selambat-lambatnya 15 hari bulan berikutnya
setelah bulan pembayaran atas terutangnya
imbalan dengan menggunakan ssp Pelayaran
2. Melaporkan pajak yang telah dipotong dan
disetor ke Kantor Pelayanan Pajak selambat- Dalam
lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah
bulan pembayaran atau terutangnya imbalan,
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan
Negeri
Masa PPH Pasal 15 dilampiri SSP
C O N TO H
S OA L
PT. AL-NUSA mencarter kapal kapal PAN DAENG
AIRLINES ,sebuah maskapai pelayaran nasional
untuk mengangkut barang. Ongkos charter
sebesar Rp. 100.000.000,-.
Bagaimana pemotongan pajaknya?
Jawaban:
Pelayaran
PT. AL-NUSA memotong PPh Pasal 15 sebesar
1,2% x 100.000.000,- = 1.200.000,- pada saat Dalam
membayar ongkos charter
Negeri
S U B J E K PA J A K

Yaitu WP yang bertempat


kedudukan di luar negeri yang
melakukan usaha melalui Bentuk Pelayaran/
Usaha Tetap (BUT) di Indonesia Penerbangan
Luar Negeri

(angka 2 SE-32/PJ.4/1996)
OBJEK PPH

Objek PPh-nya adalah Semua nilai pengganti atau imbalan berupa


uang atau nilai uang dari pengangkutan orang dan/atau barang yang
dimuat dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau
dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri. (Pasal 1
KMK-417/KMK.04/1996)
Pelayaran/
» Dengan demikian yang tidak termasuk penggantian atau imbalan
yang diterima atau diperoleh perusahaan pelayaran dan/atau
penerbangan luar negeri tersebut adalah yang dari pengangkutan
Penerbangan
orang dan/atau barang dari pelabuhan di luar negeri ke pelabuhan
di Indonesia. (angka 3 SE-32/PJ.4/1996) Luar Negeri
FINAL TA R I F DA N
DA S A R
PENGENAAN

Pelayaran/
2,64% x Peredaran Bruto Penerbangan
Luar Negeri

Pasal 2 KMK-416 /KMK .04/1996


S A AT
• Atas penghasilan yang diperoleh T E RU TA N G
berdasarkan perjanjian charter, DA N S A AT
P E M OTO N G A N
PPh pasal 15 terutang dan wajib dipotong pada saat
pembayaran atau terutangnya imbalan/nilai pengganti.
(angka 5 huruf a SE-32/PJ.4/1996) Pelayaran/
• Dalam hal penghasilan diperoleh selain Penerbangan
berdasarkan perjanjian charter,
PPh pasal 15 terutang pada saat diterima atau
Luar Negeri
diperolehnya penghasilan. (angka 5 huruf b SE-
32/PJ.4/1996)
• Penghasilan diperoleh berdasarkan perjanjian
charter,
maka pihak yang membayar/mencharter wajib Melakukan TATA C A R A
pemotongan pada saat pembayaran atau terutang, P E M B AYA R A N
memberikan bukti potong, menyetorkan paling lambat tgl 10
bln berikutnya dan melaporkan SPT Masa PPh Pasal 15 paling
lambat tanggal 20 bln berikutnya. (angka 5 huruf a SE-
32/PJ.4/1996)
Pelayaran/
• Penghasilan selain berdasarkan perjanjian charter,
maka Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran dan/atau
Penerbangan
Penerbangan luar Negeri Wajib Menyetor sendiri paling
lambat tanggal 15 bln berikutnya dan melaporkan SPT Masa
PPh Pasal 15 paling lambat tanggal 20 bln berikutnya (angka 5
Luar Negeri
huruf b SE-32/PJ.4/1996)
PT. AL-NUSA mencarter pesawat PAN ASIA AIRLINES,
sebuah maskapai penerbangan Internasional untuk
mengangkut barang dan mempunyai BUT di Indonesia. C O N TO H
Ongkos Charter sebesar Rp. 100.000.000,- S OA L
Bagaimana pemotongan pajaknya?
Jawaban :
PT. AL-NUSA memotong PPh Pasal 15 sebesar
Pelayaran/
2,64% x 100.000.000,- = 2.640.000,- pada saat
membayar ongkos charter
Penerbangan
Luar Negeri
S U B J E K PA J A K

• Wajib Pajak perusahaan penerbangan dalam negeri


adalah WP perusahaan penerbangan yang
bertempat kedudukan di Indonesia (SPDN Badan)
yang memperoleh penghasilan berdasarkan
perjanjian charter (Pasal 1 huruf a KMK- Penerbangan
475/KMK.04/1996)
• Yang dimaksud dengan perjanjian charter meliputi
semua bentuk charter, termasuk sewa ruangan Dalam
pesawat udara baik untuk orang dan/atau barang
("space charter"). (Angka 1 SE-35/PJ.4/1996) Negeri
O B J E K PA J A K

Semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang


atau nilai uang yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak berdasarkan perjanjian charter
dari pengangkutan orang dan/atau barang
yang dimuat dari satu pelabuhan ke
Penerbangan
pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari
pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di
luar negeri
Dalam
(Pasal 1 huruf b KMK-475/KMK.04/1996)
Negeri
TIDAK
TA R I F DA N
FINAL DA S A R
PENGENAAN

1,8% x Peredaran Bruto Penerbangan


Dalam
Negeri
(Pasal 2 ayat (2) KMK-475/KMK.04/1996)
P E M OTO N G

Pembayaran PPH yang terutang dilakukan melalui


pemotongan oleh pencharter yang merupakan
Badan pemerintah, Subjek Pajak Badan Dalam
Negeri, Penyelenggara Kegiatan, BUT, atau
Penerbangan
Perwakilan Perusahaan Luar Negeri Lainnya
Dalam
Negeri
(Angka 5 SE-35/PJ.4/1996)
TATA C A R A
P E N Y E TO R A N
& PELAPORAN
• Pembayaran PPh Pasal 15 atas Penerbangan Dalam
Negeri ini dilakukan melalui mekanisme pemotongan
oleh pencharter sepanjang pencharter tersebut adalah
pemotong pajak.
• Penyetoran dilakukan Paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya Penerbangan
• pelaporan dilakukan paling lambat tanggal 20 bulan
berikutnya (menggunakan SPT Masa PPh Pasal 15)
Dalam
Negeri
(MAP/KJS 411129/101)
S A AT
T E RU TA N G
DA N S A AT
P E M OTO N G A N
• Pemotongan PPh pasal 15 atas
penghasilan berdasarkan perjanjian
charter dilakukan pada saat Penerbangan
pembayaran atau saat terutangnya
imbalan atau nilai pengganti. Dalam
Negeri
SE-35/PJ.4/1996 angka 5
C O N TO H
PT. AL-NUSA mencarter pesawat PAN RAJAWALI
LINES sebuah maskapai penerbangan nasional S OA L
untuk mengangkut barang. Ongkos carter sebesar
Rp. 100.000.000,-
Bagaimana Pemotongan Pajaknya?
Jawaban :
PT. AL-NUSA memotong PPh Pasal 15 sebesar
Penerbangan
1,8% x 100.000.000,- 1.800.000,- pada saat
membayar ongkos charter Dalam
Negeri

Anda mungkin juga menyukai