Anda di halaman 1dari 16

RESUME

PPh Pasal 15
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PPh Pemotongan dan Pemungutan

Dosen Pengampu :
Rosalina Yuri Anggraini, S.E., MSA., Ak., CA

Disusun oleh :
1. Dhelia Ayu Putri W. D. 193141414111171
2. Salsabilla Rahmadina A. 193141414111183
3. Refzika Irrasyida 193141414111185
4. Bella Ayu Dian Permata 193141414111186
5. Nasywa Naura Syadzaputri 193141414111196

PERPAJAKAN 2E
FAKULTAS PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TAHUN AJARAN 2019/2020
DAFTAR IS

DAFTAR ISI...................................................................................................................................i

BAB I...............................................................................................................................................2

PENDAHULUAN..........................................................................................................................2

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................2

1.2 Tujuan....................................................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3

ISI....................................................................................................................................................3

2.1 Pengertian..............................................................................................................................3

2.2 Perusahaan Pelayaran dalam Negeri......................................................................................3

2.3 Perusahaan Penerbangan dalam Negeri.................................................................................4

2.4 Perusahaan Pelayaran atau Penerbangan Luar Negeri...........................................................4

2.5 Kantor Perwakilan Dagang Asing.........................................................................................4

2.6 Wajib Pajak Tertentu dengan Norma Perhitungan Khusus Lainnya.....................................4

2.7 Saat Terutang Penyetoran, dan Pelaporan.............................................................................4

2.8 Pengisian SSP........................................................................................................................4

2.9 Pembuatan Bukti Potong.......................................................................................................4

2.10 Pengisian SPT Masa............................................................................................................4

2.11 Studi Kasus..........................................................................................................................4

BAB III...........................................................................................................................................5

PENUTUP......................................................................................................................................5

3.1 Kesimpulan............................................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................6

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PPh Pasal 15 adalah Pajak Penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh oleh Wajib Pajak Tertentu, yaitu Perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional,
Perusahaan pelayaran dalam negeri, Perusahaan penerbangan dalam negeri, Perusahaan asuransi
luar negeri, Perusahaan pengeboran minyak, gas dan panas bumi, Perusahaan dagang asing
Perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-serah atau BOT (“build,
operate, and transfer”).
Untuk menghindari kesukaran dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi
golongan Wajib Pajak tertentu tersebut, berdasarkan pertimbangan praktis atau sesuai dengan
kelaziman pengenaan pajak dalam bidang-bidang usaha tersebut, Menteri Keuangan diberi
wewenang untuk menetapkan Norma Penghitungan Khusus guna menghitung besarnya
penghasilan neto dari Wajib Pajak tertentu tersebut.

1.2 Tujuan
Makalah ini disusun dengan maksud sebagai berikut :
- Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pajak Penghasilan Pemotongan dan Pemunggutan
- Untuk lebih memahami secara mendalam mengenai PPh Pasal 15

2
BAB II
ISI

2.1 Pengertian
PPh pasal 15 adalah jenis pajak penghasilan yang dikenakan atau dipungut dari wajib
pajak yang bergerak pada industri pelayaran, penerbangan international dan perusahaan
asuransi asing. Bisnis lain yang juga terkena PPh pasal 15 adalah perusahaan pengeboran
minyak dan perusahaan yang berinvestasi dalam bentuk bangun-guna-serah (build-operate-
transfer) yang biasanya terkait dengan proyek-proyek infrastruktur seperti pembangunan
jalan tol, kereta bawah tanah dan lain sebagainya.

2.2 Perusahaan Pelayaran dalam Negeri


Jika Anda menjalankan usaha pelayaran dalam negeri yang menyewakan kapal atau
mengangkut barang dan/atau orang dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lain di
Indonesia, atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lain di luar Indonesia dan
sebaliknya, atau dari pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lain di luar Indonesia, maka
hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
1. pihak penyewa akan melakukan pemotongan PPh Pasal 15 sebesar : 30% dari perkiraan
penghasilan neto. Sedangkan perkiraan penghasilan neto perusahaan pelayaran adalah
sebesar 4% dari peredaran  bruto. Sehingga penghitunganPPh Pasal 15 adalah 1,2% x
peredaran bruto;
2. meminta bukti pemotongan PPh Pasal 15 final;
3. melaporkan seluruh penghasilan yang diterima dalam suatu tahun buku ke dalam SPT
Tahunan PPh, dan melampirkan daftar pemotongan PPh Pasal 15 yang telah dipotong final.
4. dalam hal pihak Penyewa tidak melakukan pemotongan atas PPh Pasal 15 atau bukan
Pemotong Pajak, maka Anda harus melakukan penyetoran sendiri PPh Pasal 15 yang
terutang dengan formula perhitungan seperti yang telah dijelaskan di atas, paling lambat
tanggal 15 bulan berikutnya, dan melaporkan SPT PPh Pasal 15 paling lambat tanggal 20
bulan berikutnya;
5. Anda tidak perlu melakukan pembayaran PPh Pasal 25 setiap bulannya

Jika Anda orang pribadi /badan yang menyewa kapal dari perusahaan pelayaran dalam
negeri, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 15 sebesar 1,2% dari peredaran bruto yang dibayarkan
ke perusahaan pelayaran dalam negeri

3
2. menyetorkan PPh Pasal 15 yang telah dipotong ke kas negara paling lambat tanggal 10
bulan beikutnya, setelah sebelumnya membuat kode billing terlebih dahulu dengan Kode
MAP 411128 dan kode jenis setoran 410
2.3 Perusahaan Penerbangan dalam Negeri
Semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak berdasarkan perjanjian charter dari pengangkutan orang dan/atau
barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari
pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri.
Wajib Pajak perusahaan penerbangan dalam negeri adalah WP perusahaan penerbangan
yang bertempat kedudukan di Indonesia (SPDN Badan) yang memperoleh penghasilan
berdasarkan perjanjian charter.
Yang dimaksud dengan perjanjian charter meliputi semua bentuk charter, termasuk sewa
ruangan pesawat udara baik untuk orang dan/atau barang ("space charter").
2.4 Perusahaan Pelayaran atau Penerbangan Luar Negeri

1. Objek Pajak

Objek PPh-nya adalah Semua nilai pengganti atau imbalan berupa uang atau nilai uang
dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari suatu pelabuhan ke pelabuhan
lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri.

Dengan demikian yang tidak termasuk penggantian atau imbalan yang diterima atau
diperoleh perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri tersebutadalah yang dari
pengangkutan orang dan/atau barang dari pelabuhan di luar negeri ke pelabuhan di
Indonesia.

2. Tarif

Penghasilan neto bagi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar
Negeri ditetapkan sebesar 6% (enam persen) dari peredaran bruto.

Pengertian peredaran bruto di sini adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang
atau nilai uang yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran dan/atau
Penerbangan luar negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu

4
pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan
di luar negeri.

Besarnya Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran dan/atau


Penerbangan luar negeri adalah sebesar 2,64% (dua koma enam puluh empat persen) dari
peredaran bruto dan bersifat final.

3. Pemotong

Dalam hal penghasilan diperoleh berdasarkan perjanjian charter, maka pihak yang
membayar/mencharter wajib melakukan pemotongan pada saat pembayaran atau terutang.

Penghasilan selain berdasarkan perjanjian charter, maka Wajib Pajak Perusahaan


Pelayaran dan/atau Penerbangan luar Negeri Wajib menyetor sendiri.

2.5 Kantor Perwakilan Dagang Asing


Pajak atas Perusahaan Dagang Asing
Istilah Representative Office (Rep Off) atau Liaison Office mungkin terdengar asing bagi
sebagian orang. Istilah tersebut merupakan nama lain atau sebutan dari perusahaan dagang
asing yang mempunyai kantor perwakilan dagang di Indonesia. Mengacu pada UU Nomor
36 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan (UU PPh). Berdasarkan aturan tersebut adanya kantor cabang atau perwakilan
perusahaan asing di Indonesia akan menimbulkan Bentuk Usaha Tetap (BUT), meski
sesederhana apapun kegiatannya. Lebih lanjut, sesuai dengan Pasal 5 UU PPh disebutkan
bahwa BUT merupakan objek pajak, sehingga kantor perwakilan dagang asing yang
berlokasi di Indonesia akan dikenakan PPh Badan di Indonesia.
Secara umum, pemajakannya menggunakan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (1) dan ayat (2a) Undang-undang PPh, namun ada juga yang pemajakannya
menggunakan tarif khusus bersifat final di antaranya adalah pemajakan bagi Perusahaan
Dagang Asing yang mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia. Pasal 15 atas
Perusahaan Dagang Asing yang mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia lebih
lanjut diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 634/KMK.04/1994 tentang
Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto Bagi Wajib Pajak Luar Negeri yang

5
Mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia. Adapun untuk pelaksanaannya diatur
lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-667/PJ./2001 tentang
Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto Bagi Wajib Pajak Luar Negeri yang
Mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia.
Subjek dan Objek Pajak
Subjek pajak dari PPh Pasal 15 ini adalah wajib pajak luar negeri (WPLN) yang
mempunyai kantor perwakilan dagang (representative office/liaison office) di Indonesia
yang berasal dari negara yang belum mempunyai Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) dengan Indonesia.
Sementara, objek pajaknya adalah nilai ekspor bruto yaitu semua nilai pengganti atau
imbalan yang diterima atau diperoleh WPLN yang mempunyai kantor perwakilan dagang di
Indonesia dari penyerahan barang kepada orang pribadi atau badan yang berada atau
bertempat kedudukan di Indonesia.
Tarif Pajak
Penghasilan neto dari WPLN yang mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia
ditetapkan sebesar 1% dari nilai ekspor bruto. Nilai ekspor bruto adalah semua nilai
pengganti atau imbalan yang diterima atau diperoleh WPLN yang mempunyai Kantor
Perwakilan Dagang di Indonesia dari penyerahan barang kepada orang pribadi atau badan
yang berada atau bertempat kedudukan di Indonesia.
Besarnya tarif pajak bagi WPLN yang mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di
Indonesia adalah sebesar 0,44% dari nilai ekspor bruto dan bersifat final.
Khusus untuk Kantor Perwakilan Dagang yang berasal dari negara mitra P3B Indonesia,
maka besarnya tarif pajak yang terutang disesuaikan dengan tarif BPT (Branch Proftit Tax)
dari suatu BUT tersebut sebagaimana dimaksud dalam P3B terkait.
Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan
Pembayaran dan pelaporan PPh dari WPLN yang mempunyai Kantor Perwakilan Dagang
di Indonesia dan pengadministrasiannya di Kantor Pelayanan Pajak dilakukan sebagai
berikut:
 WPLN yang mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia wajib membayar PPh
yang terutang dalam suatu masa pajak ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro selambat-
lambatnya tanggal 15 bulan berikut setelah bulan diterima atau diperolehnya penghasilan,
dengan menggunakan satu Surat Setoran Pajak (SSP) Final;

6
 WPLN yang mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia wajib melaporkan
pembayaran PPh yang dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak selambat-lambatnya tanggal 20
bulan berikut setelah bulan diterima atau diperolehnya penghasilan, dengan menggunakan
bentuk formulir sesuai lampiran I KEP-667/PJ./2001 dan dilampiri dengan lembar ke-3 SSP
Final.
Pembahasan seri PPh Pasal 15 selanjutnya terkait dengan pajak atas perusahaan yang
melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-serah atau BOT (build, operate, and
transfer) yang biasanya terkait dengan proyek-proyek yang disediakan untuk infrastruktur,
seperti pembangunan jalan tol, kereta bawah tanah dan lain-lain.

2.6 Wajib Pajak Tertentu dengan Norma Perhitungan Khusus Lainnya


Bentuk Perjanjian Bangun Guna Serah atau Build Operate And Transfer (BOT)

Bangun Guna Serah (Built Operate and Transfer) adalah bentuk perjanjian kerjasama
yang dilakukan antara pemegang hak atas tanah dengan investor, yang menyatakan bahwa
pemegang hak atas tanah memberikan hak kepada investor untuk mendirikan bangunan
selama masa perjanjian bangun guna serah (BOT), dan mengalihkan kepemilikan bangunan
tersebut kepada pemegang hak atas tanah setelah masa guna serah berakhir.
Ketentuan PPh BOT diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan nomor
248/KMK.04/1995.
Bangunan yang diserahkan oleh investor kepada pemegang hak atas tanah setelah masa
perjanjian bangun guna serah berakhir adalah merupakan penghasilan bagi pemegang hak
atas tanah.
Atas penghasilan diatas, terutang Pajak Penghasilan sebesar 5% (lima persen) dari jumlah
bruto nilai yang tertinggi antara nilai pasar dengan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) bangunan
yang bersangkutan.
Pembayaran Pajak Penghasilan:
 bagi orang pribadi bersifat final
 bagi Wajib Pajak badan merupakan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 yang dapat
diperhitungkan dengan Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang
bersangkutan.

7
Bagi orang pribadi, atas penghasilan berupa bangunan yang diterima dari investor dikenakan
PPh Final sebesar 5%. Atas penghasilan ini tetap dilaporkan di SPT Tahunan tetapi
pelaporannya terpisah dari PPh umum.
Sedangkan bagi Wajib Pajak badan, PPh sebesar 5% tersebut dianggap sebagai PPh Pasal
25, yaitu cicilan PPh tahun berjalan. Atas penghasilan berupa bangunan yang diterima dari
investor (nominal dengan nilai pasar) harus digungungkan atau digabungkan dengan
penghasilan lainnya di SPT Tahunan. Setelah digabungkan, dicari penghasilan neto, baru
kemudian dikenakan tarif Pasal 17 Undang-undang PPh.

2.7 Saat Terutang Penyetoran, dan Pelaporan


Dalam hal penghasilan diperoleh berdasarkan perjanjian persewaan atau charter
dengan pemotong pajak, maka pihakyang membayar atau terutang hasil tersebut, wajib
memotong PPh yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya imbalan atau nilai
pengganti. Sedangkan batas waktu untuk pembayaran, penyetoran, atau pelaporan pajak
untuk SPT Masa adalah:
No Jenis Pajak Batas Pembayaran (Paling Batas Pelaporan
. Lambat)
(Pasal 2 Undang-Undang di Bidang
PMK/242/PMK.03/2014) Perpajakan
1. PPh Pasal 15 Tanggal 15 bulan berikutnya Tanggal 20 bulan berikutnya
Setor Sendiri
2. PPh Pasal 15 Tanggal 10 bulan berikutnya Tanggal 20 bulan berikutnya
Pemotongan

2.8 Pengisian SSP


Pembuatan SSP PPh Pasal 15 harus sesuai dengan Kode Akun Pajak untuk PPh Final dan
Kode Jenis Setoran untuk PPh Pasal 15.
Kode Akun Pajak untuk PPh Final: 411128
Kode Jenis Setoran:
410 PPh Final Pasal 15 atas Jasa Pelayaran Dalam Negeri
411 PPh Final Pasal 15 atas Jasa Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri
413 PPh Final Pasal 15 atas Penghasilan Perwakilan Dagang Luar Negeri
414 PPh Final Pasal 15 atas kerjasama bentuk Pola Bagi Hasil
415 PPh Final Pasal 15 atas Kerjasama Bentuk BOT

8
Soal:
PT Kapalku merupakan perusahaan pelayaran dalam negeri yang melakukan usaha jasa
pelayaran termasuk penyewaan kapal. Pada tanggal 10 Oktober 2019 PT Kapalku
melakukan kontrak dengan PT Surya Jaya dalam rangka pengangkutan bahan setengah jadi
untuk pembuatan kertas (pulp) dari Jakarta ke Surabaya sebesar Rp. 500.000.000 dan
dibayarkan pada tanggal 28 Oktober 2019.
a. Berapakah PPh Pasal 15 yang harus dipotong dari transaksi tersebut?
b. Bagaimana pengisian SSP, Bukti Potong, dan SPT Masa dari transaksi tersebut?
Jawab:
Penghasilan yang menjadi objek pengenaan PPh Pasal 15 adalah penghasilan yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak (dalam kasus ini perusahaan pelayaran dalam negeri) dari
pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk penghasilan penyewaan kapal yang
dilakukan dari:
 Pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia;
 Pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia;
 Pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia;
 Pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia.
Dengan demikian, atas penghasilan PT Kapalku dari PT Surya Jaya yaitu untuk jasa
pengangkutan bahan setengah jadi untuk pembuatan kertas dari Jakarta ke Surabaya terutang
PPh Pasal 15 sebesar 1,2% dari peredaran bruto dan bersifat final.
PPh Pasal 15 yang dipotong oleh PT Surya Jaya
1,2% x Rp. 500.000.000 = Rp. 6.000.000
Kewajiban PT Surya Jaya sebagai pemotong PPh Pasal 15 adalah:
1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 15 atas pembayaran jasa pelayaran untuk pengangkutan
pulp tersebut sebesar Rp. 6.000.000 dan memberikan bukti pemotongan kepada PT Kapalku;
2. Menyetorkan PPh Pasal 15 yang telah dipotong ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau
Bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama 10 November 2019.
3. Menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 15 Masa Pajak Oktober 2019 paling lama tanggal 20
November 2019.

9
10
2.9 Pembuatan Bukti Potong

11
2.10 Pengisian SPT Masa

DEPARTEMEN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA X SPT Normal


KEUANGAN R.I. PAJAK PENGHASILAN PASAL 15 SPT Pembetulan Ke-
DIREKTORAT Formulir ini digunakan untuk melaporkan Pemotongan Masa Pajak
JENDERAL PAJAK Pajak Penghasilan Pasal 15 1 0 / 2 0 1 9

BAGIAN A. IDENTITAS PEMOTONG PAJAK/WAJIB PAJAK

1. NPWP : 7 7 9 7 3 4 3 9 1 . 7 2 6 0 0 0
2. NAMA : P T S U R Y A J A Y A
3. ALAMAT : J L R U N G K U T I N D U S T R I S U R A B A Y A

BAGIAN B. OBJEK PAJAK


Jumlah Bruto Imbalan Tarif PPh yang Dipotong/
Uraian KAP/KJS
(Rp) (%) Terutang (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Imbalan yang Dibayarkan/Terutang kepada
Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri 411128/410 500.000.000 1,2 6.000.000
2. Imbalan yang Diterima/Diperoleh Sehubungan
dengan Pengangkutan Orang dan/atau Barang
Termasuk Penyewaan Kapal Laut oleh
Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
a. Penghasilan dari Indonesia
b. Penghasilan dari luar Indonesia
c. PPh Pasal 24 yang dapat diperhitungkan
d. PPh yang dipotong pihak lain
PPh yang harus dibayar sendiri (a+b) - (c+d) 411128/410
3. Imbalan Charter Kapal Laut dan/atau Pesawat
Udara yang Dibayarkan/Terutang Kepada
Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan
Luar Negeri 411128/411
4. Imbalan yang Diterima/Diperoleh Sehubungan
dengan Pengangkutan Orang dan/atau Barang
Termasuk
Pesawat Charter Kapal Laut dan/atau
Udara Oleh Perusahaan Pelayaran dan/atau
Penerbangan Luar Negeri
a. PPh yang disetor sendiri 411128/411
b. PPh yang dipotong pihak lain
5. Imbalan Charter Pesawat Udara Yang
Dibayarkan/Terutang Kepada Perusahaan
Penerbangan Dalam Negeri 411128/412
JUMLAH 500.000.000 6.000.000
Terbilang Enam Juta Rupiah …………………………………………………………...…………………………………………………………………………………………………………….………………………..…………………………
BAGIAN C. LAMPIRAN

1. X Surat Setoran Pajak : 1 lembar.


2. Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 15.
3. X Bukti Pemotongan PPh Pasal 15 : 1 lembar.
4. Surat Kuasa Khusus.
5. Fotokopi Surat Keterangan Domisili / Certificate Of Residence (COR) yang berlaku tidak lebih dari 1 (satu) tahun dari tanggal
pemotongan apabila pemotongan pajak dihitung dengan mempertimbangkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B).

BAGIAN D. PERNYATAAN DAN TANDA TANGAN


Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan Diisi Oleh Petugas
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa apa yang telah saya SPT Masa Diterima:
beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas. Langsung dari WP
X PEMOTONG PAJAK/PIMPINAN KUASA WAJIB PAJAK Melalui Pos
Tan ggal

Nama P T S U R Y A J A Y A
NPWP 7 7 9 7 3 4 3 9 1 7 2 6 0 0 0 tanggal bulan tahun

Tanda Tangan & Cap Tanggal 1 5 1 0 2 0 1 9 Tanda Tangan


PT SURYA JAYA tanggal bulan tahun

F.1.1.32.05 Lampiran II.1 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 43/PJ/2009

12
2.11 Studi Kasus

1. PT Kayu Alami adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan mebel. Dalam
rangka pengangkutan ekspor mebel dari Indonesia ke Italia sejak tahun 2010 PT Kayu
Alami membuat kontrak kerja sama transportasi sebesar Rp400.000.000,00 per sekali angkut
dengan perusahaan pelayaran luar negeri yaitu Dewys Lines Ltd. yang berdomisili di Swiss
yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Domisili (SKD).

Pada bulan Juli 2013 dilakukan 1 (satu) kali pengangkutan dan telah dibayar pada tanggal 25
Juli 2013. Dewys Lines Ltd. sendiri memiliki Bentuk Usaha Tetap di Indonesia yaitu BUT
Dewys Lines (BUT DL).

Berapa PPh pasal 15?

Jawab
Kapal Dewys Lines Ltd.-Swiss yang disewa oleh PT Kayu Alami beroperasi dalam lalu
lintas internasional (international traffic) sebagaimana dimaksud dalam P3B Indonesia-
Swiss, sehingga atas penghasilan dari persewaan kapal tersebut dapat dikenai pajak di
Indonesia namun tidak melebihi 50 persen dari pajak yang dikenakan menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan PPh.

Mengingat Dewys Lines Ltd. melakukan usaha melalui Bentuk Usaha Tetap di Indonesia
maka atas penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang dalam lalu lintas
internasional tersebut dipotong PPh yang bersifat final sebesar 50% x 2,64% dari peredaran
bruto, yang dipotong oleh PT Kayu Alami sebagai pihak yang mencarter.

Jadi perhitungan PPh 15

50% x 2,64% x Rp400.000.000,00 = Rp5.280.000,00.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pasal 15 Undang-Undang PPh mengatur tentang Norma Penghitungan Khusus untuk
menghitung penghasilan neto dari wajib pajak tertentu yang tidak dapat dihitung berdasarkan
ketentuan Pasal 16 ayat (1) atau ayat (3) Undang-Undang PPh ditetapkan Menteri Keuangan
(Dirjen Pajak 2008).
Norma Penghitungan Khusus untuk golongan wajib pajak tertentu, antara lain: Perusahaan
pelayaran atau penerbangan internasional, Perusahaan asuransi luar negeri, Perusahaan
pengeboran minyak, gas, dan panas bumi, Perusahaan dagang asing, dan Perusahaan yang
melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-serah (build, operate, and transfer/BOT).

14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.online-pajak.com/pph-pajak-penghasilan-pasal-15
https://www.pajak.go.id/id/pemotongan-pajak-penghasilan-pasal-15
https://news.ddtc.co.id/pajak-atas-perusahaan-dagang-asing-10965
https://www.online-pajak.com/pph-pajak-penghasilan-pasal-15
https://aguspajak.com/2018/10/24/pph-dengan-norma-perhitungan-khusus/
http://pajaktaxes.blogspot.com/2014/10/contoh-pemotongan-pph-atas-jasa.html
https://news.ddtc.co.id/pajak-atas-perusahaan-dagang-asing-10965
https://www.online-pajak.com/pph-pajak-penghasilan-pasal-15
https://aguspajak.com/2018/10/24/pph-dengan-norma-perhitungan-khusus/
https://www.pajak.go.id/id/pph-pasal-15
TMbooks. (2013). Perpajakan Esensi dan Aplikasi. Sleman: C.V ANDI OFFSET.

15

Anda mungkin juga menyukai