(termasuk dalam tahap Analysis Design) Pada tahap ini, setelah memilih vendor dan sofiware ERP yang akan digunakan beserta dengan pemilihan konsultan dan pembentukan tim implementasi, maka yang selanjutnya dilakukan dalam rangka mendukung analisis terhadap user requirements adalah melakukan analisis gap yakni membandingkan fungsi yang disediakan oleh sistem ERP dengan proses operasional yang dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya. Menggunakan hasil dari analisis gap ini, tim implementasi harus mampu untuk membuat daftar proses yang akan ditambahkan pada proses yang ada sekarang untuk menunjang performa software ERP yang akan digunakan dan bagian yang akan dimodifkasi pada software tersebut. juga, analisis gap ini dapat digunakan sebagai dasar membuat rancangan use interface bagi bagian yang dimodifikasi pada software ERP rancangan strategi manajemen perubahan, rencana konversi data dan sistem serta rencana untuk pelatihan dan eksekusi implementasi ini. Hal lain yang harus dilakukan pada tahap ini adalah menentukan strategi implementasi ERP yakni implementasi dengan cara vanilla atau chocolate (yang akan dijelaskan lebih detail pada sub bagian selanjutnya). Akhir tahap ini, biasanya tim implementasi dapat membuat prototype implementasi software ERP ini, yakni salah satu contohnya dengan mengimplementasikan/menginstalsoftwa re ERP tersebut pada server lokal untuk percobaan. 3. Tahap 3 - Acquisition and Development (berada diantara tahap Analysis Design dan Implementation) Pada tahap ini, semua hasil dari analisis gap yang telah dibuat pada tahapan sebelumnya harus dieksekusi. Diantaranya adalah customize komponen teknikal dan user interface sofiware ERP penambahan syarat-syarat tambahan dan data pada tabel-tabel dalam database serta pembentukan laporan yang berkaitan dengan sistem ERP. Tim teknikal pada tahap ini akan berkutat dengan instalasi sofiware ERP, sedang disisi lain, tim manajemen perubahan bekerja bersama dengan end user akan mengimplementasikan perubahan pada proses bisnis dan melakukan pelatihan awal menggunakan prototype yang telah dibuat di tahapan selanjutnya. Dan tim data akan melakukan migrasi data dari sistem lama ke sistem baru berbasis ERP ini. Dan akhir tahap ini ditandai dengan mengonfigurasi " """ """ ""o" "an olorisasi untuk mengakses keamanan dan mengimplementasikan aturan authentication dan otorisasi untuk mengakses sistem ERP ini. Tahap 4 - Implementation Pada tahap ini, software ERP akan terinstall dan dapat digunakan oleh end user. End user akan mencoba software ERP tersebut sekaligus mengujinya. Pengujian ini dilakukan dengan harapan bahwa jika ada error pada software ERP tersebut maka dapat langsung diperbaiki. Pada tahap ini, juga dilakukan konversi dari sistem lama ke sistem baru berbasis ERP. Ada 4 metode konversi yang dapat digunakan yakni sebagai berikut: a. hased, adalah metode dimana konversi dari sistem lama ke sistem baru berbasis ERP dilakukan secara bertahap, misal per modul. b ilot, adalah metode konversi dimana menerapkan terlebih dahulu bagian tertentu dari sistem baru berbasis ERP untuk memastikan sistem baru tersebut dapat berjalan sesuai harapan. c. Parallel, adalah metode konversi dimana sistem lama dan sistem baru berbasis ERP diterapkan bersamaan. Setelah memastikan sistem baru berbasis ERP berjalan dengan lancar, barulah sistem ama dihentikan dan benar-benar digantikan sepenuhnya dengan sistem baru. Metode ini dilakukan untuk mengurangi risiko kerugian akibat kegagalan penerapan sistem ERP yang kompleks. Direct Cutover atau Big Bang, adalah metode konversi dimana langsung menghentikan sistem lama dan menggantikannya dengan sistem baru berbasis ERP. Metode ini paling berisiko menyebabkan kegagalan penerapan sistem ERP yang kompleks tetapi paling murah dari segi biaya. Setelah sistem baru diterapkan, pada tahap ini juga harus dilakukan pelatihan Penggunaan sistem ini untuk end user yang terkait. Ikatan
Tahap 5- Operation , wen adi akan
beralih fungsi Pada tahapan ini, tim implementasi akan beralih fungsi menjadi tim support untuk membantu end user dan tim operasional yang mengalami kesulitan dan membutuhkan bantuan dalam penggunaan sistem ERP ini (dapat dikatakan sebagai help desk). Tim support harus juga berperan untuk memberikan pelatihan kepada end user secara berkelanjutan selama proses operasional penggunaan sistem ini. Jika ada feedback atau saran dan kritik dari end user, maka tim support harus menampungnya dan menjadikan bahan untuk merancang rencana manajemen perubahan yang lebih baik lagi. Aktivitas- aktivitas lain yang menjadi kunci utama dalam tahapan ini adalah mengenai manajemen pembaharuan (update) dari sistem ERP ini serta mengatur kontrak software dengan vendor. ".. 4.6 Critical Success dan Failure Factors dari Implementasi ERP Menurut Motiwalla dan Thompson (2009:;198-201) dalam bukunya yang berjudul Enterprise Systems for Management, faktor-faktor penting yang menentukan keberhasilan implementasi ERP adalah sebagai berikut: Proses Pembuatan Keputusan Pembuatan keputusan harus dilakukan dengan proses yang tepat dan cepat oleh tim implementasi terhadap perbedaan-perbedaan seputar modifikasi yang harus dilakukan pada software ERP cara konversi data dan sebagainya. Jika keputusan tidak diambil dengan langkah yang tepat dan cepat, maka keputusan yang diambil dapat mengakibatkan bertambah lebar nya scope proyek implementasi ERP ini sehingga tidak dapat memenuhi goal yang ditetapkan sebelumnya. Keputusan yang diambil ini harus dikomunikasikan kepada seluruh tim implementasi dan end user yang terkait. Ruang Lingkup Proyek Implementasi ERP Penentuan ruang lingkup proyek implementasi ERP harus dipikirkan matang- matang olch manajer proyek karena jika ruang lingkup meluas (scope creep) maka biaya dan waktu proyek implementasi akan bertambah dan kualitas proyek akan berkurang sehingga tidak tercapainya goal yang dinginkan. Teamwork Tim implementasi ERP biasanya terdiri dari karyawan-karyawan internal perusahaan, karyawan- karyawan rekrutan baru dan konsultan- konsultan yang memiliki job desk masing-masing yang berbeda-beda. Dimana, tim implementasi ini dikepalai oleh seorang manajer proyek yang bertugas untuk mengarahkan anggota tim implementasi agar mengerjakan implementasi sistem ERP ini sesuai ketentuan yang disepakati sebelumnya. Selain itu, manajer proyek harus memiliki kemampuan untuk dapat membangun kerjasama yang solid dalam tim implementasi ini. Manajemen Perubahan Manajemen perubahan adalah hal penting lain yang harus dilakukan oleh manajer proyek implementasi ERP untuk mendukung keberhasilan implementasi ERP ini. Hal ini dilakukan karena banyak terjadi pergolakan dan penolakan akan perubahan yang drastis dalam proses bisnis yang sehari-hari end user lakukan akibat penerapan sistem ERP ini. Dalam manajemen perubahan yang harus dilakukan oleh manajer proyek adalah mengkomunikasikan perubahan kepada tim dan end user terkait dengan penerapan sistem ERP ini serta melakukan pelatihan terhadap end user mengenai penerapan sistem ERP dan penggunaan software ERP
Tim Implementasi dan Eksekutif
Struktur tim implementasi, pemilihan anggota tim implementasi (yang dapat terdiri dari karyawan internal bagian I'T, konsultan, atau tenaga ahli dari vendor software ERP yang akan diimplementasikan), dan peran serta tanggung jawab tiap anggota tim implementasi juga merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan implementasi ERP, Sedangkan tim eksekutif berguna untuk mengkomunikasikan perubahan yang terjadi dalam proses bisnis atau kebijakan-kebijakan akibat penerapan ERP kepada seluruh end user yang terkait. Dukungan tim eksekutif juga mencakup komitmen budget untuk proyek implementasi ERP ini. Sedangkan, berdasarkan jurnal Critical Failure Factors in ERP Implementation (Wong, Ada, et al, 2005: 6-8), ada 3 faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan dalam implementasi ERP. Ketiga faktor tersebut adalah sebagai berikut: Lemahnya efektivitas konsultan Faktor ini berkaitan dengan tim proyek implementasi contohnya konsultan yang memiliki kendala dengan bahasa dan yang kurang berpengalaman dengan sistem ERP seperti tidak memberikan service yang profesional, tidak melakukan BPR (Business Process Reengineering) terhadap gap antara proses bisnis yang ada sekarang dengan sistem ERP, tidak memberikan perencanaan yang jelas dalam testing, tidak mengkonfigurasi sistem ERP sesuai dengan gap dan kebutuhan user. Selain itu, faktor ini berkaitan juga dengan pemberian training yang dibawah standar dari konsultan kepada user. 2. Lemahnya kualitas BPR (Business Process Reengineering) Faktor ini berkaitan dengan masalah tim proyek implementasi ERP yang bingung dengan visi dari BPR dan bingung bingung bagaimana melakukan BPR. Masalah ini ditambah lagi dengan konsultan yang tidak mampu untuk mendampingi dan memberikan masukan bagi tim Proyek implementasi untuk melakukan BPR. Tidak ada BPR maka akan menimbulkan ketidaksesuaian antara konfigurasi sistem ERP dengan sistem ERP yang akan dimplementasikan, dan konfigurasi sistem ERP dapat memakan waktu lebih lama (hal ini juga menambah biaya implementasi). Sehingga, perusahaan menjadi tidak siap untuk menerapkan sistem ERP baru tersebut. Lemahnya efektivitas manajemen Proyek Faktor ini berkaitan dengan kegagalan dalam merencanakan, memimpin, mengatur dan mengawasi mplementasi ERP, Hal ini dapat terjadi akibat kekurangan sumber daya manusia dalam tim tersebut dan jadwal aktivitas dalam implementasi yang terlalu ketat dan tidak realistis.
Pendekatan sederhana untuk SEO: Bagaimana memahami dasar-dasar optimasi mesin pencari dengan cara yang sederhana dan praktis melalui jalur penemuan non-spesialis untuk semua orang