Anda di halaman 1dari 97

MANAJEMEN PAJAK

Agenda

Manajemen Pajak

Contoh Kasus

2
MANAJEMEN ATAU
PERENCANAAN
PAJAK
Manajemen dan Perencanaan Pajak

Manajemen Perencanaan
Pajak Pajak

• Manajemen pajak meliputi perencanaan pajak.


• Salah satu aspek dari manajemen pajak adalah perencanaan
pajak
• Manajemen pajak  seluruh aspek dalam pengelolaan pajak
suatu entitas
Manajemen Pajak

Penerapan
Efisiensi Pajak yang
ketentuan
Dibayarkan ke
perpajakan secara
Negara
benar dan tepat
Manajemen Pajak

Pelaksanaan • Memastikan pelaksanaan kewajiban perpajakan


Kewajiban telah memenuhi peraturan perpajakan yang
Perpajakan (Tax berlaku.
• Apabila pada tahap perencanaan pajak telah
Implementation)
dilakukan sesuai dengan faktor-faktor yang akan
dimanfaatkan untuk melakukan penghematan
pajak maka langkah selanjutnya adalah
mengimplementasikannya baik secara formal
maupun material.
• Harus dipastikan bahwa pelaksanaan kewajiban
perpajakan telah memenuhi peraturan perpajakan
yang berlaku.
• Manajemen pajak tidak dimaksudkan untuk
melanggar peraturan dan jika dalam
pelaksanaanya menyimpang dari peraturan yang
berlaku, maka praktik tersebut telah menyimpang
dari tujuan manajemen pajak.
Perencanaan Pajak

• Perencanaan pajak merupakan langkah awal


Perencanaan Pajak dalam manajemen pajak.
(Tax Planning) • Tahap perencanaan pajak ini, dilakukan
pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan
perpajakan. Tujuannya adalah agar dapat dipilih
jenis tindakan penghematan pajak yang akan
dilakukan.
• Perencanaan Pajak (Tax Planning) merupakan
suatu perencanaan pajak sehingga dapat
mencapai suatu penghematan pajak (tax savings)
dengan memanfaatkan celah hukum perpajakan.
• Syarat-syarat perencanaan pajak adalah sebagai
berikut :
• Tidak melanggar ketentuan perpajakan
• Dapat diterima secara bisnis
• Bukti-bukti pendukungnya memadai
Pengendalian Pajak

Pengendalian Pajak
• Memastikan bahwa peraturan perpajakan
(Tax Control)
telah dilaksanakan.
• Pengendalian pajak bertujuan untuk
memastikan bahwa kewajiban pajak telah
dilaksanakan sesuai dengan yang telah
direncanakan dan telah memenuhi
persyaratan formal maupun material.
• Hal terpenting dalam pengendalian pajak
adalah pemeriksaan pembayaran pajak.
Pengendalian dan pengaturan arus kas
sangat penting dalam strategi penghematan
pajak.
Manajemen Pajak
• Merupakan upaya atau sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan
dengan benar dalam melakukan penghematan pajak secara legal tetapi
jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk
memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
• Suatu strategi manajemen untuk mengendalikan, merencanakan, dan
mengorganisasikan aspek-aspek perpajakan agar menguntungkan nilai
bisnis perusahaan dengan tetap melaksanakan kewajiban perpajakan
secara peraturan dan perundang-undangan.
• Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban pajak
dengan benar tetapi dengan jumlah pajak yang dapat ditekan serendah
mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan
(Lumbantoruan 1994)
• Manajemen pajak sebagai proses perencanaan, implementasi serta
pengendalian kewajiban dan hak di bidang perpajakan sehingga
pemenuhannya dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien
(Hutagaol, 2006)
Perencanaan Pajak

• Tax Planning adalah suatu kapasitas yang dimiliki oleh wajib pajak
(WP) untuk menyusun aktivitas keuangan guna menmdapat
pengeluaran (beban) pajak yang minimal. secara teoritis, tax planning
dikenal sebagai effective tax planning, yaitu seorang wajib pajak
berusaha mendapat penghematan pajak (tax saving) melalui
prosedur penghindaran pajak (tax avoidance) secara sistematis
sesuai ketentuan UU Perpajakan (Hoffman, 1961).
• Tax avoidance adalah upaya pengurangan utang pajak secara
konstitusional (international tax glossary, 2005).
• Tax planning merupakan upaya legal yang bisa dilakukan oleh wajib
pajak. Tindakan itu legal karena penghematan pajak hanya dilakukan
dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur / loopholes.
(Gunawan)
Perilaku Pajak

Tax efisien

• WP ingin membayar pajak sekecil mungkin.


• All tax, all expense dan all parties harus memperoleh pajak
yang efisien

Tax Compliance

• Perilaku pajak dapat dipengaruhi oleh struktur regulasi,


penegakan hukum, dasar perilaku WP, budaya.

Tax Evasion

• Pelanggaran terhadap ketentuan perpajakan


TAX AVOIDANCE
TAX SAVING

 USAHA MEMINIMALISASI JUMLAH UTANG PAJAK YANG


TIDAK TERMASUK DALAM LINGKUP PERPAJAKAN (Zain,
2003)
 MENGHINDARI UTANG PAJAK DENGAN TIDAK MEMBELI
ATAU MENJUAL YANG ADA PPN ATAU MENGURANGI
JAM KERJA
TAX HEAVENS

 FASILITAS PAJAK YANG DAPAT DINIKMATI DENGAN


ADANYA KETENTUAN PERPAJAKAN YANG BERLAKU
 JUSTIFIKASI :
 DOMISILI TIDAK ADA PAJAK YANG HARUS DIPUNGUT
 PAJAK HANYA DIPUNGUT UNTUK INTERNATIONAL
TAXABLE EVENT
 PERLAKUAN KHUSUS, MIS TAX HOLIDAYS
 EKSPANSI PASAR MELALUI PENDIRIAN KANTOR
TAX EVASION

 MANIPULASI SECARA ILEGAL ATAS PENGHASILAN


UNTUK MEMPERKECIL JUMLAH PAJAK TERUTANG
(Barr NA, 1997)
 PENYELUNDUPAN PAJAK YANG MELANGGAR
UNDANG-UNDANG PAJAK (Anderson, dalam Zain,
2003)
 KATEGORI:
 IGNORANCE ( KETIDAKTAHUAN )
 ERROR ( KESALAHAN )
 NEGLIGENCE ( KEALPAAN )
 MISSUNDERSTANDING ( KESALAHPAHAMAN )
 KESENGAJAAN
TAX PLANNING

 TINDAKAN LEGAL PENGENDALIAN TRANSAKSI


TERKAIT DENGAN KONSEKUENSI POTENSI PAJAK
PAJAK YANG DAPAT MENGEFISIENSIKAN JUMLAH
PAJAK YANG DITRANSFER KE PEMERINTAH.
 TRANSAKSI TERKENA PAJAK DIUPAYAKAN DIKURANGI
ATAU DITUNDA SECARA LEGAL
 ASPEK FORMAL DAN ADMININISTRATIF
 HUKUM PAJAK FORMIL
 NPWP DAN NPKP, PEMBUKUAN, MEMBAYAR PAJAK
 SELF ASSESMENT SYSTEM
 PAYMENT SYSTEM
 ASPEK MATERIIL : OPTIMALISASI ALOKASI SUMBER DANA
MANAJEMEN AGAR PEMBAYARAN PAJAK EFEKTIF
 HAL YANG PENTING :
 TIDAK MELANGGAR KETENTUAN PERPAJAKAN
 SECARA BISNIS MASUK AKAL
 BUKTI PENDUKUNG MEMADAI
(MIS. PERJANJIAN; FAKTUR; KEBIJAKAN AKUNTANSI)
 PENGENDALIAN PAJAK (TAX CONTROL)
 PERSYARATAN FORMAL DAN MARIIL
 PENGENDALIAN PEMBAYARAN PAJAK
 DOING THING RIGHT, DOING THE RIGHT THING AND
WORK SMART
STRUKTUR TAX PLANNING

ENTITAS BISNIS

TAX PLANNING

TAX TAX TAX


POLICY LAW ADMNST
TAX POLICY

 PAJAK YANG DIPUNGUT


 PAJAK PENGHASILAN BADAN DAN PERORANGAN
 PAJAK CAPITAL GAINS
 WITHOLDING TAX (GAJI, DIVIDEN, SEWA, BUNGA, dst)
 PAJAK IMPOR, EKSPOR DAN BEA MASUK
 PAJAK UNDIAN / HADIAH
 CAPITAL TRANSFER / TRANSFER DUTIES
 BUSINESS LICENCE DAN TRADE TAXES
 SIAPA SUBJEK PAJAK
 BADAN USAHA VS PEMEGANG SAHAM
 OBJEK PAJAK DAN TARIF PAJAK
 SELF ASSESMENT SYSTEM & PAYMENT SYSTEM
TAX LAW

 UNDANG - UNDANG PERPAJAKAN


 TIDAK MENGATUR SEMUA PERMASALAHAN PAJAK
 TIDAK MENGATUR SECARA TEKNIS
 PERATURAN PEMERINTAH, KEPMENKEU, SE DIRJEN PAJAK
 KETENTUAN BERTENTANGAN DENGAN UU
 PENYESUAIAN KEBIJAKAN TERTENTU
 ANALISIS CELAH (LOOPHOLES)
 PERBEDAAN TARIF PAJAK (TAX RATES)
 PERBEDAAN PERLAKUAN OBJEK PAJAK SEBAGAI
DASAR PENGENAAN PAJAK (TAX BASE)
 KESEMPATAN PENGHEMATAN PAJAK
TAX ADMINISTRATION

 PERSYARATAN ADMINISTRASI PAJAK


 MENGHINDARI SANKSI ADMINISTRASI & PIDANA
 PENGISIAN SPT DAN PEMBAYARAN PAJAK
 PENGAWASAN IMPLEMENTASI TAX PLANNING
Obyek Manajemen Pajak

• UU No 16 Tahun 2009 KUP


• UU No 36 Tahun 2008 PPh
Manajemen • UU No. 42 Tahun 2009 PPN
Perpajakan • UU CIPTA KERJA & UU HPP
• Per PPh 21 dan 26
• Per Penilaian kembali aset
• Dll

Obyek Manajemen Pajak


• Pajak penghasilan badan dan pribadi
• pajak efisien
• Optimalkan tax deductible expense
• Pajak pihak ketiga PPh – tax deductible optimal, administrasi efisien
• PPN – administrasi efisien
Tujuan Manajemen Pajak

Financial mikro,  meminimalkan laba setelah pajak.

Organisasional-makro  memaksimalkan laba


setelah pajak.

Praktikal  mengurangi potensi ditemukannya item


oleh petugas pajak dalam proses pemeriksaan yang
akan menambah kewajiban pajak.

Konsep umum  Memenuhi kewajiban


perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
Manajemen Pajak – Prasyarat

1. Memahami ketentuan perpajakan


Pemahaman yang baik atas aturan perpajakan dapat dimanfaatkan untuk
menghemat beban pajak.
2. Memahami tujuan manajemen pajak adalah efisiensi dan efektivitas
dalam pemenuhan kewajiban pajak
3. Memahami dan mengindentifikasi transaksi dan penilaian yang memiliki
konsekuensi pajak
4. Dokumentasi dan Pembukuan yang memenuhi syarat
Dokumen merupakan bukti transaksi dan dasar dalam menentukan pajak.
Pembukuan  bagaimana dokumen dicatat dan dilaporkan, baik secara
akuntansi atau secara perpajakan. Antar akuntansi dan pajak terkadang
ada perbedaan sehingga membutuhkan perhitungan ulang.
Langkah Manajemen Pajak

• Analisis informasi
1. yang ada
• Menganalisis 6.
• Pemutakhiran
komponen pajak • Triger Perubahan
dalam transaksi 5.
• Menghitung seakurat • Hasil Evaluasi
• Perubahan Regulasi • Evaluasi
mungkin beban pajak pelaksanaan
yang harus • Perubahan bisnis
• Lingkungan ekonomi rencana yang telah
ditanggung.
dibuat

2. 3.
• Mencari alternative • Memilih alternative
lebih rencana yang paling efisien 4.
kemungkinan yang tersedia.
besarnya pajak atas • Tujuan  • Pelaksanaan
transaksi yang pembayaran pajak kewajiban
dianalisis yang efisien, sesuai perpajakan (tax
dengan ketentuan implementation) dan
yang berlaku, biaya pengendalian pajak
lain efisien (tax control)
Area Manajemen Pajak

Menghitung Tarip x DPP Pajak Terutang

Memperhitungkan Pelunasan Pajak Kredit Pajak

WP PT - KP

Membayar PT > KP PT = KP PT < KP

Melaporkan
SKPKB SKPN SKPLB

SPT SKPKBT
PELAKSANAAN TAX PLANNING

 PRINSIP FORMULA PAJAK PENGHASILAN


 UNSUR PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN
 PRINSIP DEDUCTIBLE MENJADI TAXABLE
 BIAYA DAPAT DIKURANGKAN
 PENGHASILAN TIDAK OBJEK PAJAK
 PEMECAHAN USAHA
 PEMBENTUKAN ENTITAS BARU--HOLDING COMPANY
 PENYEBARAN PENGHASILAN DAN BIAYA
 ALTERNATIF KEBIJAKAN MANAJEMEN & AKUNTANSI
 FAKTOR PAJAK
 PENINGKATAN BIAYA YANG DAPAT DIKURANGKAN
 PERUBAHAN PENGERTIAN PENGHASILAN YANG TIDAK
KENA PAJAK
FORMULA PAJAK PENGHASILAN
BIAYA DAPAT DIKURANGKAN

 BIAYA UNTUK MENDAPATKAN PENGHASILAN


 PENYUSUTAN DAN AMORTISASI
 IURAN DANA PENSIUN YANG DISAHKAN MENKEU
 KERUGIAN PENJUALAN HARTA
 KERUGIAN SELISIH KURS
 BIAYA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
 BIAYA BEA SISWA, MAGANG DAN PELATIHAN
 PIUTANG YANG TIDAK TERTAGIH, syarat :
a. TELAH DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA
b. DISERAHKAN BADAN URUSAN PIUTANG DAN LELANG
NEGARA (BUPLN)
c. DIPUBLIKASIKAN DALAM PENERBITAN
d. MENYERAHKAN DAFTAR PIUTANG TIDAK TERTAGIH
KEPADA DIRJEN PAJAK
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PAJAK

 BANTUAN ATAU SUMBANGAN


 WARISAN
 SETORAN TUNAI PENYERTAAN SAHAM DITERIMA BADAN
 IMBALAN DALAM BENTUK NATURA
 PENERIMAAN ASURANSI KEPADA ORANG PRIBADI
 DEVIDEN YANG DITERIMA BADAN, syarat :
a. BERASAL DARI LABA DITAHAN
b. BAGI PT, BUMN DAN BUMD PENERIMA DEVIDEN PALING
RENDAH 25% DAN MEMPUNYAI USAHA AKTIF DILUAR
KEPEMILIKAN SAHAM
 IURAN PENSIUN
 PENGHASILAN MODAL YANG DITANAMKAN
 BAGIAN LABA YANG TIDAK TERBAGI ATAS SAHAM
 BUNGA OBIGASI DITERIMA PERUSAHAAN REKSADANA
 PENGHASILAN YANG DITERIMA PERUSAHAAN VENTURA
PRINSIP TAXABLE & DEDUCTIBLE

 MERUBAH DEDUCTIBLE MENJADI TAXABLE


 BEBAN YANG TIDAK DAPAT DIKURANGKAN MENJADI
DAPAT DIKURANGKAN
 PENGHASILAN SEBAGAI OBJEK PAJAK MENJADI BUKAN
OBJEK PAJAK
 ILUSTRASI !!
PT. DHANA MEMPEROLEH PENGHASILAN Rp10,000,000 RIBU
DAN BEBAN KOMERSIAL Rp7,500,000 RIBU, TERMASUK
KEBIJAKAN MENYEDIAAN DOKTER DAN OBAT-OBATAN
SEJUMLAH RP180,000,000 RIBU
PENGHEMATAN PAJAK Rp54,000,000.00
Penyebaran penghasilan & biaya

 PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENGENAAN PAJAK


 PENJUALAN SECARA ANGSURAN / KREDIT
 PERPENDEK JANGKA WAKTU BIAYA YANG DAPAT
DIKURANGKAN
 PEMBELIAN TUNAI MENJADI LEASING
 BIAYA LEASING LEBIH BESAR PENYUSUTAN
FISKAL
 DIVERSIFIKASI USAHA PENUNJANG
 PEMBENTUKAN ENTITAS BISNIS BARU
MIS. PERUSAHAAN LEASING ATAU SEWA (RENTAL)
PERENCANAAN PPH PASAL 21
Kebijakan/metode pemotongan PPh Pasal 21 dapat dipilih oleh Wajib Pajak:
1. PPh Pasal 21 ditanggung oleh karyawan (potong gaji)
Metode ini lazimnya disebut METODE GROSS. Dalam hal ini jumlah PPh Pasal 21 yang
terutang akan ditanggung oleh karyawan itu sendiri sehingga benar-benar mengurangi
penghasilan. Istilah yang sering digunakan adalah bahwa PPh Pasal 21 dipotong oleh
perusahaan.
2. PPh Pasal 21 ditanggung perusahaan (ditanggung)
• Metode ini lazimnya disebut METODE NET. Dalam hal ini, jumlah PPh Pasal 21 yang
terutang akan ditanggung oleh perusahaan yang bersangkutan. Gaji yang diterima oleh
karyawan tersebut tidak dikurangi dengan PPh Pasal 21 karena perusahaanlah yang
menanggung biaya/beban PPh Pasal 21. Penghitungan PPh Pasal 21 tersebut tidak
dilakukan dengan cara gross up. PPh Pasal 21 yang ditanggung perusahaan tersebut tidak
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan karena tidak dimasukkan sebagai
faktor penambahan pendapatan dalam SPT PPh Pasal 21.
• PPh Pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan (ditunjang) Metode ini lazimnya disebut
METODE GROSS UP. Jika PPh Pasal 21 diberikan dalam bentuk Tunjangan, maka jumlah
tunjangan tersebut akan menambah penghasilan karyawan dan kemudian baru dikenakan
PPh Pasal 21. Dalam hal ini penghitungan PPh dilakukan dengan cara gross up di mana
besarnya tunjangan pajak sama dengan jumlah PPh Pasal 21 terutang untuk masing-
masing karyawan.
PERENCANAAN PPH PASAL 21
• Sepintas lalu kebijakan PPh Pasal 21 metode GROSS akan terlihat
memberatkan perusahaan karena jumlah penghasilan karyawan akan
bertambah besar sebagai akibat dari penambahan tunjangan pajak.
Namun demikian beban perusahaan tersebut akan tereliminasi karena
PPh Pasal 21-nya dapat dibiayakan.
• Di samping memberikan tunjangan PPh Pasal 21 yang besarnya sama
dengan PPh terutang untuk masing-masing karyawan (metode gross up),
perusahaan juga bisa memberikan tunjangan PPh Pasal 21 yang
besarnya berbeda dengan PPh terutang.
• Dalam hal besarnya PPh Pasal 21 yang terutang lebih besar daripada
tunjangan PPh Pasal 21, maka kekurangannya bisa ditanggung karyawan
(dipotong) dari karyawan atau ditanggung perusahaan. Jika
kekurangannya ditanggung oleh perusahaan, maka perlakuan
perpajakannya menjadi non deductible expenses.
PERENCANAAN PPN
• Optimalkan kredit pajak – pajak masukan yang dapat
dikurangkan.
• Hindari pembayaran PPN lebih awal dibandingkan dengan
pembayaran yang dilakukan oleh pelanggan.
– Hindari piutang macet
– Pembayaran kredit
• Hindari pajak masukan yang tidak dapat dikurangkan
– kelengkapan administrasi
– keterlambatan faktur
Perolehan Aktiva Tetap

• Membeli tunai
• Menukar dengan aktiva lain
• Aktiva tetap dicatat dengan prinsip
harga perolehan
• Sesuai dengan Pasal 10 UU PPh yang
menganut prinsip harga historis
Pembelian aktiva tetap tidak ada hubungan
istimewa

• Pembeli : harga beli dan biaya yang


dikeluarkan dalam rangka memperoleh
harta
• Penjual : harga penjualan adalah harga
yang sesungguhnya diterima
Pembelian aktiva tetap apabila ada
hubungan istimewa

• Pembeli : jumlah yang seharusnya


dikeluarkan oleh pembeli
• Penjual : Harga penjualan adalah harga
yang seharusnya (harga pasar wajar)
Contoh

Tuan A adalah pemegang saham utama PT. X. Tuan A


Memasok Bahan Baku produksi. PT. X membeli bahan
baku dari Tuan A Rp. 1.500.000 perunit. Padahal harga
bahan baku yang sama di pasar bebas hanya Rp.
1.000.000 perunit. Karena transaksi tersebut adalah
transaksi yang dipengaruhi hubungan istimewa. Maka
PT X harus mencatat nilai perolehan bahan baku
sebesar Rp. 1.000.000 bukan Rp. 1.500.000. Adanya
hubungan istimewa menyebabkan harga perolehan
menjadi lebih besar/lebih kecil dari harga pasar wajar.
Oleh karena itu diperlukan koreksi untuk
mendekatkan pada nilai riil pasar
Pertukaran aktiva

• Menggunakan harga pasar aktiva yang


seharusnya diperoleh
• Diakui adanya gain/loss pertukaran aktiva
• Tidak mengenal sejenis atau tidak sejenis
• Gain/loss karena pertukaran aktiva dinilai
dari selisih harga pasar dikurangi nilai buku
Contoh :

Tuan A ingin mesin yang dimilikinya ditukar


dengan mobil yang dimiliki Tuan B. Harga
pasar mesin tersebut Rp. 5.000.000 dengan
Nilai buku fiskal (NSBF) Rp. 1.000.000. Mobil
Tuan B sendiri memiliki harga pasar Rp.
6.000.000 dengan NSBF Rp. 3.000.000. Berapa
keuntungan yang didapat dari transaksi
tersebut ?
JAWAB :

Selisih lebih harga di atas NSBF adalah


keuntungan yang dikenakan pajak
Keuntungan Tuan A sebesar sebesar selisih
harga mobil yang diterima (Rp. 6.000.000 )
dengan NSBF mesin yang diserahkan
(Rp.1.000.000 ) = Rp. 5.000.000.
Sedangkan keuntungan Tuan B adalah
sebesar selisih harga mesin yang diterima
(Rp.5.000.000) dengan NSBF mobil yang
diserahkan (Rp. 3.000.000) = Rp. 2.000.000
Aktiva tetap yang didapatkan dari setoran
modal
• Penilaian harga ditetapkan oleh ahli yang tidak
terikat oleh perusahaan (Appraisal)
• Harus disertai rincian yang menerangkan nilai atau
harga, jenis, status, tempat kedudukan dll
• Dasar penilaian adalah nilai pasar
• Bagi pihak yang mengalihkan terdapat capital
gain/loss yaitu sebesar selisih antara nilai buku
dengan harga pasar yang ditetapkan
Contoh

Tuan A ingin menambah modalnya di PT X dengan


menyerahkan sebuah gudang . Nilai sisa buku fiskal
gudang sebelum penyerahaan adalah Rp. 500 jt. sedangkan
harga pasarnya Rp. 1 miliar. Maka PT. X Mencatat setoran
modal berupa gudang dari Tuan A sebesar Rp. 1 Miliar.
Sedangkan Tuan A mengakui keuntungan pengalihan harta
sebesar harga pasar gudang (Rp. 1 miliar ) dikurangi
NSBF-nya (Rp. 500 jt ) = sebesar Rp.500 juta
aktiva tetap dari hibah/bantuan

• Ada hubungan usaha dinilai berdasarkan harga


pasar :
Penerima : objek pajak penghasilan
Penyumbang : selisih antara nilai pasar dengan
nilai buku yang merupakan laba/rugi
• Tidak ada hubungan usaha dinilai berdasarkan
nilai buku
Penerima : Bukan objek pajak
Penyumbang : bukan biaya
Contoh :
Tuan A berniat menghibahkan 2 buah gedung
masing-masing kepada PT X ( dimana Tuan A
menjadi pemegang sahamnya) dan kepada
sebuah badan sosial yang ditetapkan Mentri
Keuangan. Atas penyerahaan gedung ke
badan sosial, Tuan A mencatat hibah tersebut
sebesar nilai sisa buku fiskal (NSBF) dan tidak
mengakui laba rugi.

Tetapi hibah gedung kepada PT X Tuan A


harus mencatat hibah tersebut sebesar harga
pasar dan harus mengakui adanya laba-rugi
Macam-macam kurs

• Kurs menteri keuangan : kurs yg ditetapkan oleh


Menkeu yg ditetapkan tiap minggu
• Kurs realisasi : kurs yg sebenarnya terjadi pada
waktu perusahaan merupiahkan valas atau pada
waktu perusahaan membeli valas
• Kurs Bank Indonesia : kurs untuk mencatat utang
piutang serta transaksi dalam valuta asing. Yang
digunakan adalah kurs tengah BI yang merupakan
rata-rata antara kurs jual dan kurs beli
Kurs Menteri Keuangan
• Digunakan untuk penghitungan pajak-pajak yang
terutang dalam valuta asing yang harus terlebih
dahulu di nilai ke dalam mata uang rupiah
• Perhitungan bea masuk, PPN-import, PPh pasal 22
• Penghitungan PPN dan PPn BM sesuai tanggal
faktur pajak
• Penghitungan PPh pasal 21 atau PPh pasal 26
apabila penghasilan diterima dlm mata uang asing
• Penghitungan pajak ekspor
Kurs Menteri Keuangan

• Pada tgl 17 Juni 2022 PT. Z (PKP) menjual barang


secara kredit kepada PT.Y (PKP) seharga $ 10.000
belum termasuk PPN. FP dibuat tanggal 31 Juli
2012 dan dilunasi tanggal 13 Agustus 2022. Kurs
menkeu 15-20 juni Rp. 10.000, 29 jul-4 ags Rp.
10.100 dan 11-16 ags Rp.10.200. Berapa jumlah
PPN terutang ?
• Faktur pajak dibuat pada tanggal 31 Juli 2022,
PPN dihitung 10% x $ 10.000 x 10.100 =
Rp.10.100.000
Kurs…

• Jurnal PT. Z
Piutang dagang 10.100.000
PPN Keluaran 10.100.000

• Jurnal PT. Y
PPN Masukan 10.100.000
Utang dagang 10.100.000
Kurs BI

• Digunakan oleh perusahaan yg


pembukuan dgn rupiah untuk
membukukan transaksi yg nilainya
dalam valuta asing
• Perbedaan selisih kurs BI terjadi pada
saat membukukan utang piutang valas
dengan kurs BI pada saat realisasi
menimbulkan laba atau rugi selisih kurs
Kurs BI

• Pada tgl 30-4-12 PT.A deposito uangnya $10.000 dgn kurs


Rp.12.457. Jatuh tempo deposito 31-10-12. pada saat
pencairan kurs Rp.13.200
• Rp yg dikeluarkan ($10.000xRp.12.457) = 124.570.000
• Rp. Diterima($10.000xRp.13.200) = 132.000.000
• Keuntungan selkurs 7.430.000
Selisih kurs akhir tahun

• PSAK menyatakan utang piutang dalam valas


pada akhir tahun dinyatakan dalam kurs per tgl 31
Desember. Pajak memberikan pilihan bagi WP
untuk menyesuaikan nilai utang piutang valas
dengan kurs BI atau tidak asalkan taat
asas/konsisten
• Apabila WP tidak menyesuaikan nilai utang piutang
valas sesuai kurs pada akhir tahun berarti WP
menggunakan kurs tetap
Revaluasi Aktiva Tetap
Peraturan Kementerian Keuangan (PMK) Nomor 29/PMK.03/2016

• Meningkatkan nilai perusahaan shg memudahkan


perusahaan dalam proses pencarian dana, baik
melalui pinjaman maupun penjualan saham
• Meningkatkan biaya penyusutan aktiva tetap
dimasa mendatang
• Meningkatkan keakuratan perhitungan penghasilan
maupun biaya sehingga mencerminkan
kemampuan perusahaan yang sebenarnya dalam
menghasilkan laba
• Agar neraca perusahaan menunjukkan posisi
kekayaan perusahaan yang sebenarnya
Subyek revaluasi

• WP Badan dalam negeri termasuk BUT yang


menggunakan pembukuan setelah memenuhi
semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa
pajak terakhir sebelum dilakukan revaluasi
• WP Orang Pribadi dalam negeri walaupun
menggunakan pembukuan, tidak berhak
melakukan revaluasi karena tidak terjadi
pemisahan harta antara harta pribadi dan harta
perusahaan.
Obyek Revaluasi
• Semua aktiva tetap berwujud, termasuk tanah yang
berstatus hak milik atau hak guna bangunan atau
• Seluruh aktiva tetap berwujud termasuk tanah,
yang terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan
dipergunakan untuk 3M penghasilan yang
merupakan objek pajak
• Penilaian kembali dapat dilakukan setelah lewat
jangka waktu 5 tahun terhitung sejak penilaian
kembali aktiva tetap perusahaan terakhir yang
dilakukan berdasarkan peraturan Menteri
Keuangan
Pengajuan permohonan

• Wajib pajak mengajukan permohonan


kepada Dirjen Pajak
• Dirjen Pajak diberi wewenang untuk
menerbitkan surat keputusan penilaian
kembali aktiva tetap perusahaan atas
permohonan Wajib Pajak tersebut
Nilai pasar atau nilai wajar

• Penilaian kembali aktiva tetap harus dilakukan


berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap
tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali
yang ditetapan perusahaan penilai yang telah
mendapat izin dari pemerintah
• Apabila nilai pasar tersebut tidak mencerminkan
keadaan sesungguhnya, Dirjen Pajak dapat
menetapkan kembali nilai pasarnya
Penghitungan PPh Final Revaluasi

• Selisih lebih revaluasi dihitung dengan


mengurangkan nilai pasar aktiva (hasil penilaian)
dengan nilai sisa buku fiskal
• PPh yang harus dibayar adalah 10% x selisih lebih
revaluasi dan bersifat final
• Apabila wajib pajak tidak dapat melunasi sekaligus
PPh yang terutang dapat mengajukan permohonan
pembayaran angsuran paling lama 12 bulan sesuai
dengan UU KUP
Contoh kasus (dalam jutaan)

• Pada tanggal 1 Akt NBF Nilai Sel


januari tahun 2022 tetap pasar lebih
PT ABC melakukan
penilaian kembali. Tanah 2000 2500 500
Berapa PPh final
Bangn 200 450 250
atas revaluasi ? an
Mesin 1000 8000 7000

Jumlah 3200 10950 7750


Jawaban

• PPh revaluasi akt tetap 10% x 7750


juta = 775 juta (final)
• Jumlah tersebut dapat diangsur
oleh wajib pajak paling lama 12
bulan dengan mengajukan
permohonan sesuai dengan pasal 9
ayat (4) UU KUP
Perlakuan aktiva tetap setelah direvaluasi

• Dasar penyusutan fiskal aktiva tetap adalah nilai pada saat


penilaian kembali
• Masa manfaat aktva menjadi kembali mulai nol tahun
• Tidak boleh dialihkan dalam jangka waktu sebelum 5 tahun
untuk kelompok 1 dan 2 serta sebelum lewat jangka waktu
10 tahun untuk kelompok 3 dan 4, bangunan dan tanah
• Apabila terjadi pengalihan, atas selisih lebih penilaian
kembali diatas NSBF semula, dikenakan tambahan PPh
yang bersifat final dengan tarif tertinggi PPh WP Badan DN
yang berlaku saat penilaian kembali 10%
• Selisih antara nilai pengalihan aktiva dengan NSBF
merupakan keuntungan atau kerugian berdasarkan
ketentuan PPh
Sewa guna usaha (leasing)

• Sewa guna usaha tanpa hak opsi


(operating lease)
• Sewa guna usaha dengan hak opsi
(finance lease)
• Periode leasing dapat meliputi jangka
waktu beberapa tahun
SGU tanpa hak opsi
• Sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating
lease) yaitu :
1. Jumlah pembayaran SGU selama masa SGU
tdk dapat menutupi harga perolehan barang
modal yang di SGU kan ditambah keuntungan
yg diperhitungkan oleh lessor
2. Perjanjian SGU tdk memuat ketentuan mengenai
opsi bagi lessee (penyewa)
3. Kepemilikan barang masih berada ditangan
pihak lessor sehingga yg berhak menyusutkan
barang adalah lessor.(pemilik)
Perlakuan Perpajakan

Lessor Lesse

Seluruh pembayaran Biaya sewa yg dibayar/


sewa yg diterima terutang boleh menjadi
obyek PPh pasal 23 pengurang
Menyusutkan aktiva yg Tidak boleh
di SGU karena menyusutkan karena
kepemilikan milik lessor
Memungut PPN jasa Memotong PPh ps 23
sewa yang diberikan sesuai tarif
Kasus

• PT. X (lessor) meng-SGU-kan mesin gol II dg


harga Rp200jt kepada PT. Z(lessee) jangka waktu
leasing 24 bulan dan nilai sisa barang setelah
periode leasing adalah nihil. Pembayaran perbulan
Rp8.000.000.
• Jumlah pembayaran adalah Rp192 jt lebih kecil
dari 200jt, karena tidak klausul untuk memiliki
maka termasuk operating lease
Jawaban
Lessor PT. X Lessee PT. Z

Terimasewa 8.000.000 Bayarsewa 8.000.000


Pungut PPN 800.000 Bayar PPN 800.000
Dipotong 160.000 Memotong 160.000
PPh ps 23 PPh ps 23
Diterima 8.640.000 Dibayar 8.640.000
Penyusutan Sesuai Penyusutan Tidak ada
metode
SGU dengan hak opsi
• Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) yaitu :
1. Jumlah pembayaran SGU selama masa SGU ditambah
nilai sisa harus menutup harga perolehan barang modal
dan keuntungan lessor
2. Masa SGU ditetapkan sekurang2nya 2 th utk gol I, 3 th
utk gol II dan III dan 7 tahun utk gol bang
3. Perjanjian SGU memuat ketentuan mengenal hak opsi
bagi lessee
4. Lessor berniat menjual barang dengan menghitung
jumlah seluruh angsuran lebih besar dari harga pokok
barang
Perlakuan perpajakan
Lessor Lessee
Ph yg menjadi obyek PPh Seluruh pembayaran
adl seluruh pembayaran boleh menjadi pengurang
Tidak ada penyusutan Tidak ada penyusutan
Dapat membentuk cad Tidak memotong PPh
piutang ragu-ragu pasal 23 atas angsuran
Kerugian dibebankan pd Tidak dipungut PPN
akm.cad.piutang ragu2
Jasa pembiayaan tdk
terutang PPN
Kasus
• PT. X (lessor) meng-SGU-kan mesin gol II dg
harga Rp200jt kepada PT. Z(lessee) jangka
waktu leasing 36 bulan dan nilai sisa barang
setelah periode leasing adalah nihil.
• Pembayaran perbulan Rp8.000.000.
pembayaran terdiri dari pokok Rp.5.555.555 dan
bunga Rp.2.444.445 Ada klausul opsi bagi lessee
untuk membeli
Jumlah pembayaran adalah Rp.288 jt lebih
besar dari Rp. 200 jt
jawaban
Lessor PT X Lessee PT Y
Mencatat 288 juta
piutang
Terima 2.444.445
bunga
Terimapokok 5.555.555
Jumlah 8.000.000 Byr sewa 8.000.000
Penyusutan Tidak ada Penyusut Tidak ada
Debet biaya 2.5% x PPh Tidak
pnyisihan saldo piut pasal 23 memungut
piut
Usaha Jasa Konstruksi

• Perencanaan konstruksi : pemberian layanan jasa


perencanaan konstruksi mulai dari studi
pengembangan sampai dengan penyusunan
dokumen kontrak
• Pelaksanaan konstruksi : meliputi bagian/ seluruh
rangkaian kegiatan mulai dari penyiapan lapangan
sd penyerahan akhir hasil pekerjaan konstruksi
• Pengawasan konstruksi : pengawasan bagian/
seluruh rangkaian kegiatan konstruksi
Izin usaha, klasifikasi dan
kualifikasi
• Klasifikasi dan kualifikasi dari lembaga yang
dinyatakan dengan sertifikasi
• Dilakukan oleh asosiasi perusahaan yang telah
mendapat akreditasi dari lembaga dan atas
sertifikat yang diterbitkan harus mendapat tanda
registrasi dari lembaga
• Izin usaha jasa konstruksi didapat dari Pemda
setempat, badan usaha asing diberikan oleh
Pemerintah Pusat.
Jasa
konstruksi

1. Jasa
perencanaan 2.Jasa
3. Jasa
konstruksi,. pelaksanaa pengawasan
n konstruksi konstruksi
dan
Pasal 3 PP 51/2008 stdd PP 40/2009,
besar tarif pajak untuk usaha jasa konstruksi dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
1. usaha jasa konstruksi yang memiliki klasifikasi usaha dan
2. yang tidak memiliki klasifikasi usaha .
Memiliki Klasifikasi Usaha
Tarif Saat Ini
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9
Klasifikasi tahun 2022 tentang Perubahan
Bentuk Tarif Sebelumnya Kedua atas PP Nomor 51 tahun
Usaha 2008 tentang PPh atas Usaha Jasa
Usaha Konstruksi.

1,75% untuk pekerjaan konstruksi


yang dilakukan penyedia jasa yang
Pelaksanaan 2% dari penerimaan pembayaran memiliki sertifikat badan usaha
Kecil
Konstruksi tidak termasuk PPN kualifikasi kecil atau sertifikat
kompetensi kerja untuk usaha orang
perseorangan
Tarif tetap 4% untuk pekerjaan
konstruksi oleh penyedia jasa yang
4% Tidak Memilki Kualifikasi Usaha tidak memiliki sertifikat badan usaha
atau sertifikat kompetensi kerja untuk
usaha orang perseorangan
Tarif Saat Ini
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9
Klasifikasi tahun 2022 tentang Perubahan
Bentuk Tarif Sebelumnya Kedua atas PP Nomor 51 tahun
Usaha 2008 tentang PPh atas Usaha Jasa
Usaha Konstruksi.

2,65% atas pekerjaan konstruksi yang


dilakukan penyedia jasa selain kedua
penyedia jasa di atas, antara lain
Menengah dan 3% dari penerimaan pembayaran
  penyedia jasa yang memiliki
Besar tidak termasuk PPN
kualifikasi usaha menengah, besar
atau spesialis

3,5% untuk jasa konsultansi


konstruksi yang dilakukan oleh
Perencanaan
Kecil, Menengah 4% dari penerimaan pembayaran penyedia jasa yang memiliki sertifikat
dan
dan Besar tidak termasuk PPN badan usaha atau sertifikat
Pengawasan
kompetensi kerja untuk perseorangan
Tidak Memiliki Klasifikasi Usaha

Tarif Saat Ini


Bentuk Usaha Tarif Sebelumnya

Tarif tetap 6% untuk jasa


konsultansi konstruksi oleh
Perencanaan dan
6% dari penerimaan penyedia jasa yang tidak
pembayaran tidak termasuk memiliki sertifikat badan usaha
Pengawasan PPN atau sertifikat kompetensi kerja
untuk perseorangan
Tidak Memiliki Klasifikasi Usaha

Bentuk Usaha Tarif Sebelumnya Tarif Saat Ini

Tarif baru 2,65% berlaku untuk


pekerjaan konstruksi terintegrasi, artinya
gabungan antara pekerjaan konstruksi
dan konsultansi konstruksi, yang
dilakukan oleh penyedia jasa yang
memiliki sertifikat badan usaha

Tarif baru 4%  untuk pekerjaan


konstruksi terintegrasi yang dilakukan
oleh penyedia jasa yang tidak memiliki
sertifikat badan usaha.
Khusus untuk jasa pelaksanaan konstruksi, kualifikasi usaha itu
bahkan dibagi ke dalam tiga kelompok yakni: kecil, menengah dan
besar.

Menurut Peraturan LPJK Nomor 11 Tahun 2006 pengelompokkan


tersebut didasarkan pada apa yang disebut grade yaitu tingkat
kemampuan atau kompetensi dari si kontraktor, seperti tampak pada
tabel berikut:

Kualifikasi Kelompok Grade Kompetensi Peruntukan


Pengusaha perorangan dan
Kecil K3 1 Rp0 - Rp100 Juta
badan usaha
Rp100 Juta – Rp300 Pengusaha perorangan dan
Kecil K2 2
Juta badan usaha
Rp300 Juta – Rp600 Pengusaha perorangan dan
Kecil K1 3
Juta badan usaha
Rp600 Juta – Rp1 Pengusaha perorangan dan
Kecil   4
Miliar badan usaha
Rp1 Miliar – Rp10
Menengah M 5 Badan usaha
Miliar
Rp1 Miliar – Rp25
Besar B2 6 Badan usaha
Miliar
Rp1 Miliar – tidak Badan usaha (termasuk
Besar B1 7
dibatasi asing)
Tata Cara Pemotongan

1. Bila pengguna jasa adalah badan pemerintah,


subjek pajak badan dalam negeri, bentuk
usaha tetap atau Wajib Pajak Orang Pribadi
dalam negeri yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal Pajak, dipotong oleh pengguna jasa
pada saat pembayaran uang muka dan
termin.

2. Hal berbeda terjadi jika pengguna jasa tidak


termasuk dalam kelompok pertama tadi, maka
PPh tersebut harus disetor langsung oleh
penerima penghasilan tersebut ketika
pembayaran uang muka dan termin dilakukan.
Tata Cara Pembayaran dan
Pelaporan
1. Dalam hal Pajak Penghasilan yang terutang melalui
pemotongan, maka Pembayaran atau penyetoran pajak
disetor ke bank persepsi atau kantor pos, paling lama
tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir;
2. Dalam hal Pajak Penghasilan terutang harus disetor sendiri
oleh yang penyedia jasa, maka wajib menyetor ke bank
persepsi atau kantor pos, paling lama tanggal 15 bulan
berikutnya setelah masa masa pajak berakhir;
3. Wajib Pajak wajib menyampaikan laporan pemotongan dan
atau penyetoran pajaknya melalui Surat Pemberitahuan
Masa ke Kantor Pelayan Pajak atau KP2KP, paling lama 20
hari setelah masa pajak berakhir.
Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir
pelaporan pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari
sabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan
dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Cara Menghitung PPh Jasa Konstruksi

Rumus perhitungan PPh Jasa Konstruksi


adalah nilai kontrak yang belum termasuk
PPN dikalikan tariff PPh Jasa Konstruksi.

Sedangkan untuk mekanisme


pemotongannya, penyedia jasa langsung
menyetor kepada kantor pajak. Kemudian
untuk pengguna jasa diberikan surat
pemberitahuan pemotongan PPh Jasa
Konstruksi.
Ketentuan Baru PMK 61 Tahun 2022 tentang PPN Kegiatan
Membangun Sendiri,

Kegiatan Membangun Sendiri (KMS) adalah kegiatan membangun


bangunan yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha.

Artinya, kegiatan “membangun” yang dimaksud di sini adalah


pekerjaan yang diinisiasi oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya
digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.
Siapa Saja yang Dikenakan PPN Kegiatan Membangun Sendiri? Berikut
Kriteria Pengenaan PPN KMS!

1 .

Kegiatan membangun— baik membangun bangunan baru maupun sekadar


memperluas bangunan lama— yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan dan hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.

2. Konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu bata atau
bahan sejenis, dan/atau baja;

3. Diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha;


dan

4. Luas bangunan yang dibangun paling sedikit 200 m2 (dua ratus meter
persegi).
Besaran Tarif PPN Kegiatan Membangun Sendiri

Mudahnya, tarif PPN yang diberlakukan untuk Kegiatan Membangun Sendiri adalah
sebesar 2,2 persen dari Dasar Pengenaan Pajak. Lebih jelasnya, ketentuan tarif
PPN KMS tertuang dalam Pasal 3 ayat (1) dan (2) PMK Nomor 61 Tahun 2022
sebagai berikut:
 
1. Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dihitung,
dipungut,
dan disetor oleh orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan
membangun sendiri
dengan besaran tertentu.

2. Besaran tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan hasil


perkalian 20% (dua
puluh persen) dengan tarif Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana diatur dalam
Pasal 7 ayat
(1) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dikalikan dengan dasar
pengenaan pajak.
Dasar Pengenaan Pajak PPN KMS

Dalam Pasal 3 ayat (3) PMK terkait,


dijelaskan bahwa Dasar Pengenaan Pajak KMS
berupa nilai tertentu sebesar jumlah biaya yang
dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan sampai dengan bangunan
selesai, tetapi tidak termasuk biaya perolehan tanah.
Masa Penyetoran PPN KMS

Pokok aturan yang terakhir, pada Pasal 5 ayat (1)


PMK Nomor 61 Tahun 2022, dijelaskan masa
penyetoran PPN Kegiatan Membangun Sendiri. yakni
paling lambat tanggal 15 (lima belas) pada bulan
berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.
Pembedaan Penghasilan

• Penghasilan yang bukan obyek pajak,


pengertiannya terbatas yang diatur dalam pasal
4(3)
• Penghasilan yang merupakan obyek pajak yang
dikenakan PPh final Pasal 4(2)
• Penghasilan yang merupakan obyek pajak yang
dikenakan tarif umum atau tidak final
Biaya SDM yang dapat dikurangkan dan
merupakan obyek PPh Pasal 21
• Gaji/Upah
• Tunjangan: Keluarga, transport, prestasi, perum dsb
• Premi asuransi jiwa pegawai yang dibayar perush,
termasuk Premi JKK dan Premi JKM
• Uang lembur, uang transport, honor dsb.
• Penggantian pengobatan
• Tunjangan PPh. Pasal 21 maks sebesar yg terhutang
• THR
• Bonus atas prestasi kerja
Biaya SDM yang tidak dapat dikurangkan
dan bukan obyek PPh Pasal 21
• Sembako : beras, gula, minyak, dsb
• Rekreasi, piknik, olahraga
• PPh pasal 21 dibayar perusahaan
• Cuti pegawai
• Pengobatan
• Perumahan
• Pakaian
Biaya SDM dapat dikurangkan yg berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan dan bukan obyek PPh Pasal 21

1. Bukan daerah Terpencil


• Penyediaan makan dan minum untuk seluruh pegawai
ditempat kerja
• Pakaian dan peralatan bagi peg. Pemadam kebakaran,
proyek, seragam pabrik, hansip dan satpam, penginapan
u/ awak kpl/psw, antarjemput
2. Daerah terpencil
• Tempat tinggal sepanjang dilokasi bkrja tidak ada tempat
tinggal yang dapat disewa
• Pelayanan kesehatan, pendidikan dan pengangkutan
sepanjang dilokasi bkrja tidak ada
Biaya SDM yang dapat dikurangkan dan
bukan obyek PPh pasal 21
• Premi JHT yang dibayar perusahaan ke PT
Jamsostek
• Iuran pensiun yang dibayar perusahaan ke Dana
Pensiun yang sudah disahkan MENKEU RI
• Biaya pendidikan, seminar, lokakarya
• Biaya perjalanan dinas
Biaya SDM yang tidak dapat
dikurangkan
• Tidak dapat dikurangkan apabila pembayaran yang
melebihi kewajaran kepada pemegang saham atau yang
mempunyai hubungan istimewa (25% atau lebih) sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan
• Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi pemegang saham, sekutu atau anggota
• Biaya yang dibebankan atau di keluarkan untuk
kepentingan pribadi WP atau orang yang menjadi
tanggungannya
• Gaji yang dibayarkan kepada anggita persekutuan, firma
atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi
atas saham

Anda mungkin juga menyukai