Anda di halaman 1dari 39

DAMPAK PSAK 24

TERHADAP ASPEK PERPAJAKAN

Disajikan oleh :
Dionisius E. Indrarto, SE, Ak, BKP, CA, CPSAK
Perubahan Signifikan
PSAK 24 R 2010 PSAK 24 R 2013

Melalui Melaui
OCI OCI
Melalui
Koridor
Laba Rugi
Pengakuan
keuntungan
Pengakuan dan kerugian
keuntungan Aktuaria
dan kerugian
Aktuaria

2
Perubahan lainnya

PSAK 24 R2010 PSAK 24 R2013


• Imbalan kerja yang jatuh • Imbalan kerja yang
tempo dalam waktu dua diharapkan akan
belas bulan setelah akhir diselesaikan seluruhnya
periode pelaporan sebelum dua belas bulan
tahunan saat pekerja setelah akhir periode
memberikan jasa. pelaporan tahunan saat
pekerja memberikan jasa
terkait.

3
Perbedaan PSAK 24 2010 dengan 2013
Hal PSAK 24 2013 PSAK 24 2010
Definisi Dikelompokan berdasarkan: Tidak dikelompokkan
1. Definisi imbalan kerja
2. Definisi terkait dengan
klasifikasi
Program
3. Definisi terkait dengan
liabilitas
(aset) imbalan pasti neto
4. Definisi terkait dengan biaya
Imbalan Menambahkan contoh: Imbalan Imbalan purnakarya seperti pensiun
pasca purnakarya yaitu pensiun dan
kerja pembayaran sekaligus atas
purnakarya
Hal PSAK 24 2013 PSAK 24 2010
Program multi Jika informasi memadai Jika informasi memadai tidak tersedia
pemberi kerja tidak dalam menerapkan akuntansi imbalan
tersedia dalam menerapkan pasti untuk program imbalan pasti
akuntansi multipemberi kerja, maka entitas
imbalan pasti untuk program mengungkapkan:
imbalan pasti multipemberi i. fakta bahwa program tersebut
kerja, merupakan program imbalan
maka entitas: pasti; dan
mengungkapkan ii. alasan tidak tersedianya
informasi yang disyaratkan informasi memadai; dan
oleh iii. jika surplus atau defisit dari
paragraph 148. program tersebut dapat
mempengaruhi jumlah iuran
masa depan, mengungkapan
ditambah dengan:
i. jumlah informasi yang
tersedia mengenai surplus
atau defisit;
ii. Basis yang digunakan
dalam menentukan surplus
atau defisit;
iii. implikasi terhadap entitas
jika ada
Hal PSAK 24 2013 PSAK 2010
Pengungkapan dihapus Pengungkapan atas informasi
liabilitas
Kontinjensi
Panduan Panduan menentukan kapan Belum diatur
Pengakuan dan mengakui, dan bagaimana
Pengukuran mengukur
Pengukuran dan Menghapus opsi pengakuan Memperkenankan entitas untuk
Pengakuan keuntungan dan kerugian memilih opsi pengakuan
aktuarial keuntungan dan kerugian
dengan pendekatan koridor dan aktuarial
sebaliknya mensyaratkan dengan pendekatan koridor
pengakuan segera melalui
penghasilan komprehensif lain
· Perubahan pengaturan
mengenai
bunga neto atas kewajiban (aset)
imbalan pasti neto, biaya jasa
lalu,
dan modifikasi pengungkapan,
imbalan kerja jangka pendek,
dan
pesangon.
Penerapan awal & Transisi

• Pindahkan unrealized gain / loss dalam penyajian awal


laporan keuangan ke penghasilan komprehensif lain.
• Reklasifikasi biaya jasa lalu yang belum diamortisasi ke saldo
laba – restatement laba awal periode sajian.
• Hitung beban pensiun sesuai dengan ketentuan baru 
biaya jasa kini ditambah dengan bunga neto
• Selisih perbedaan beban pensiun akan diposting
mempengaruhi saldo laba pada tahun periode komparasi.
• Rekonsiliasikan data kewajiban dan aset program dengan
perhitungan baru.
• Pastikan data rekonsiliasi
Tinjauan Aspek Pajak PENGEMBALIAN DANA
WJIB PAJAK PENGELOLA DANA (PIHAK
PEMBERI KERJA KE-3) : DDPK / DPLK
KONTRIBUSI

IMBALAN KERJA JANGKA PENDEK


IMBALAN KERJA JANGKA PANJANG LAINNYA
IMBALAN TERMINASI

PESANGON NON TERMINASI

PENSIUN BERKALA /
MANFAAT PENSIUN
PEGAWAI

Corporate Tax (PPh Badan) : Pengakuan Penghasilan VS Pembebanan Biaya


Witholding Tax (Pemotongan PPh Ps. 21
Pengaruhnya ke laba rugi?
Dampak yang signifikan pada penghasilan komprehensif lain sebagai akibat dari penghapusan metode
koridor dan pembebanan pada laporan laba rugi sehingga perusahaan melakukan pembebanan secara
langsung pada penghasilan komprehensif lain dan untuk biaya jasa lalu harus diakui secara langsung pada
laporan laba rugi yang akan mempengaruhi laba sebelum pajak perusahaan.

Adapun pengaruh / dampak yang diungkapkan dalam penelitian tsb adalah:


• Dampak implementasi PSAK 24 (2013) memberikan dampak pada aspek pengukuran yaitu perubahan
komponen kewajiban imbalan pasti dan aset program antara lain biaya jasa, komponen perhitungan
bunga (penghapusan konsep hasil yang diharapkan dari aset program).
• Komponen biaya jasa yang terdapat pada PSAK 24 (2013) yaitu biaya jasa kini, penyelesaian keuntungan
dan kerugian dan biaya jasa lalu.Penyelesaian keuntungan dan kerugian dimana terdapat perbedaan
antara nilai sekarang kewajiban manfaat pasti pada saat penyelesaian, saat penenentuan tanggal
penyelesaian dan harga penyelesaian termasuk setiap aset program yang dipindahkan dan setiap
pembayaran yang dilakukan secara langsung oleh entitas terkait dengan penyelesaian. Setiap hal yang
terkait dengan keuntungan atau kerugian aktuarial dan biaya jasa lalu harus diakui secara langsung.
Pengaruhnya ke laba rugi?
• Pengakuan Biaya imbalan kerja untuk imbalan kerja
diakui secara langsung
• Biaya meningkat
• Laba komersial menurun
Biaya yang mungkin terjadi
• Iuran pensiun
• Biaya terkait imbalan kerja jangka pendek : upah/gaji,
iuran jaminan sosial, cuti berbayar, bagi laba/bonus,
imbalan non moneter (fasilitas)
• Biaya terkait imbalan kerja jangka panjang : cuti
berbayar jangka panjang, penghargaan masa kerja
• Biaya terkait imbalan terminasi : pesangon
• Kerugian aktuaria
Penghasilan yang mungkin terjadi
• Pengembalian dana
• Keuntuangan aktuaria
Pembukuan menurut UU Pajak (Pasal 28 UU KUP)
1
Itikad baik dan mencerminkan keadaan
sebenarnya Dapat dihitung
besarnya pajak
2 terutang
Di Indonesia, huruf latin, angka Arab, mata
uang Rupiah, bahasa Indonesia
Pasal 28 (7) KUP :
3
Stelsel Akrual atau Stelsel Kas pembukuan harus
diselenggarakan dengan
cara atau sistem yang lazim
4 Catatan atas: harta, kewajiban, modal, dipakai di Indonesia,
penghasilan dan biaya misalnya berdasarkan
Standar Akuntansi
Keuangan, kecuali
5 Wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia peraturan perundang-
undangan perpajakan
menentukan lain
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan,
6
kecuali peraturan perpajakan menentukan lain
Pengaruh pajaknya
• Adanya peningkatan beban Imbalan kerja
• Adanya kewajiban pajak yang harus dipotong sesuai UU
PPh
• Sesuai Peraturan Pemerintah no 94 tahun 2010 pasal 15
ayat (1) :Pemotongan Pajak Penghasilan oleh pihak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) Undang-
Undang Pajak Penghasilan dilakukan pada akhir bulan:
1. terjadinya pembayaran; atau
2. terutangnya penghasilan yang bersangkutan, tergantung
peristiwa yang terjadi terlebih dahulu
Pengaruh pajaknya
Sesuai Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : 16/PJ/2016
pasal 21 :
• PPh pasal 21/26 terutang bagi Penerima Penghasilan pada
saat dilakukan pembayaran atau pada saat terutangnya
penghasilan yang bersangkutan
• PPh pasal 21/26 terutang bagi Pemotong untuk setiap Masa
Pajak pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada
akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan
Pengaruh pajaknya (C.T.)
• Adanya kenaikan beban imbalan kerja :

• Berpengaruh pada biaya yang ditangguhkan dimana itu


merupakan pajak tangguhan sesuai PSAK 46 sehingga akan
berpengaruh pada posisi pajak tangguhan

Harus diperhatikan imbalan dalam bentuk selain tunai sesuai


ketentuan tentang Natura dan Kenikmatan

Harus diperhatikan penyesuaian fiskal “beda waktu”


AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN
PSAK NO. 46
TUJUAN
Memepertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode
berjalan dan periode mendatang untuk hal-hal sbb :

a. Pemulihan nilai tercatat aktiva yang diakui pada neraca


perusahaan atau pelunasan nilai tercatat kewajiban yang
adiakui pada neraca perusahaan;

b. Transaksi-transaksi atau kejadian – kejadian lain pada


periode berjalan yang diakui pada laporan keuangan
perusahaan.
Pendekatan balance sheet
untuk Pajak Tangguhan (PSAK 46)

Perusahaan harus menghitung dan mengakui pajak tangguhan atas


future tax effect dari suatu transaksi tertentu.

KEWAJIBAN PAJAK TANGGUHAN (DTL)


AKTIVA PAJAK TANGGUHAN (DTA)

BALANCE SHEET LIABILITY METHOD ATAU


ASET/LIABILITY METHOD DTA
SEBAB PERBEDAAN AKUNTANSI
VS
PAJAK
Nilai Buku Akuntansi : tecatat aktiva/kewajiban menurut akuntansi

Nilai Buku Fiskal (DPP) : Nilai aktiva atau kewajiban diakui oleh
DJP dalam laba fiskal

a. DPP Aktiva adalah jumlah yang dapat dikurangkan


- Contoh :
Piutang Bunga tercatat 100, untuk tujuan fiskal diakui pada saat diterima kas
(krn bunga sifatnya final).

b. DPP Kewajiban adalah nilai tercatat kewajiban dikurangi dengan setiap jumlah
Yang dapat dikurangkan di masa mendatang
- Contoh :
Nilai tercatat beban yang masih harus dibayar 100, biaya tersebut dapat
Dikurangkan menurut fiskal pada saat kas dibayarkan,
PERBEDAAN PENGAKUAN
1. PERBEDAAN TEMPORER
Perbedaan Antara Jumlah Tercatat Aktiva Atau Kewajiban
Dengan Dasar Pengenaan Pajak

a. Perbedaan Temporer Kena Pajak

• Perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah kena pajak dalam


penghitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aktiva
dipulihkan atau nilai tercata kewajiban dilunasi.

b. Perbedaan Temporer yang boleh dikurangkan

• Perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah yang boleh dikurangkan dalam
penghitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan atau
nilai tercatat kewajiban dilunasi.
PERBEDAAN PENGAKUAN
2. PERBEDAAN PERMANEN
Hanya mempengaruhi penghitungan laba kena pajak pada tahun berjalan
dan tidak memepunyai dampak terhadap penghitungan
pajak dimasa mendatang

a. Koreksi Fiskal Positif

• Koreksi yang mengakibatkan laba kena pajak bertambah atau rugi fiskal
berkurang.

b. Koreksi Fiskal Negatif

• Koreksi yang mengakibatkan laba kena pajak berkurang atau rugi fiskal
bertambah.
Penyajian DTA / DTL

1. DTA/DTL harus disajikan tersendiri sebagai unsur non current.


DTA dan DTL harus di offset dan disajikan netto
2. DTA/DTL harus dipisahkan dengan aktiva pajak kini (current
tax asset –mis : tagihan restitusi PPh) dan kewajiban pajak
kini (current tax liabilities- mis : hutang PPh pasal 29). Aktiva
dan kewajiban pajak kini harus di offset dan disajikan di
neraca dalam jumlah netonya.
3. Tax Expense/Income untuk aktifitas normal harus disajikan
tersendiri.
Penyajian DTA / DTL

4. Beban pajak (tax expense) atas penghasilan yang telah


dikenakan PPh final, diakui dalam laporan rugi laba
sebagai pajak kini (current tax) secara proporsional
dengan jumlah pendapatan periode berjalan yang diakui
menurut akuntansi. Selisih antara jumlah PPh final yang
terutang dengan PPh final yang dibebankan dalam
laporan rugi laba diakui sebagai PPh dibayar dimuka atau
PPh yang masih harus dibayar, masing-masing harus
disajikan secara terpisah.
Hal Teknis Dalam Menentukan Deffered Tax
Liabilities/Assets
1.Tentukan temporary differences (TD) pada tanggal neraca.

2.Setelah TD diketahui, dapat dihitung jumlah aktiva pajak tangguhan (deffered


tax assets-DTA) dan kewajiban pajak tangguhan (deffered tax liabilities-DTL).

a. Kewajiban Pajak Tangguhan (Deffered Tax Liabilities) : Jumlah PPh


terutang untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan
temporer kena pajak (taxable temporary differences- Koreksi Fiskal
Negatif).
b. Aktiva Pajak Tangguhan (Deffered Tax Assets) : Jumlah PPh terpulihkan
pada periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer
yang boleh dikurangkan (deductible temporary differences-Koreksi Fiskal
Positif), dan sisa kompensasi rugi (tax loss carryforward).
3. Apabila nilai DTA atau DTL telah diketahui, maka nilai tersebut
mencerminkan Penghasilan/Beban Pajak Tangguhan
(Deffered Tax Income/Expense), yang timbul karena adanya
perbedaan temporer dan sisa kompensasi kerugian. Deffered
tax income/expense tersebut harus diperhitungkan dalam
laporan laba rugi periode berjalan.

Disamping itu, pengakuan DTA yang dilakukan terhadap sisa


kerugian fiskal akan mempengaruhi jumlah penghasilan pajak
tangguhan
4. Taksiran PPh (Provision For Income Taxes)

Berdasarkan PSAK 46, jumlah beban pajak (tax expense) atau


provision for income taxes yang harus diakui terdiri dari dua
unsur utama yaitu pajak kini (current tax) dan pajak tangguhan
(deffered tax) ditambah unsur tambahan, bila ada, yaitu
Income for benefit due to loss carryforward
Uraian DTA DTL

Taksiran PPh (Provision for Income Taxes) :


- Beban Pajak Kini (current tax expenses) a a
- Beban Pajak Tangguhan (deffered tax expenses) - b
- Penghasilan Pajak Tangguhan (deffered tax income) b -
- Beban Pajak (tax expense) a-b a+b
Hal-hal berikut ini dapat juga mempengaruhi besarnya
Beban/Penghasilan Pajak (Tax Expense/Income) :

a. Penyesuaian yang diakui pada periode berjalam atas pajak


kini yang berasal dari periode sebelumnya.
b. Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang berasal
dari perubahan tarif pajak atau penerapan peraturan pajak
yang baru.
c. Jumlah manfaat dari rugi pajak (Income for benefit due to
loss carryforward) atau perbedaan temporer periode
sebelumnya yang belum diakui, ayng digunakan sebagai
pengurang beban pajak kini.
Hal-hal berikut ini dapat juga mempengaruhi besarnya
Beban/Penghasilan Pajak (Tax Expense/Income) :

d. Jumlah manfaat dari rugi pajak (Income for benefit due


to loss carryforward) atau perbedaan temporer periode
sebelumnya yang belum diakui, ayng digunakan sebagai
pengurang beban pajak tangguhan.
e. Beban pajak tangguhan yang berasal dari penurunan
(write down), atau penyesuaian kembali (reversal)
penurunan periode sebelumnya, dari aktiva pajak
tangguhan.
Ilustrasi Perbedaan Temporer
Laporan Keuangan 2017

Pendapatan 1.260.000
Beban 1.120.000
Laba sebelum pajak 140.000

Dari Kasus Ini Maka


Pajak Penghasilan (25%) 35.000
terdapat Difference
Antara Beban Pajak
Laporan Pajak Penghasilan (PSAK)
2017
dengan Pajak terutang
Penghasilan 1.260.000 (fiskal)
Beban yang boleh dikurangkan 1.100.000
Penghasilan kena pajak 160.000

Pajak terutang (25%) 40.000


Ilustrasi Perbedaan Temporer 2
2017

Beban pajak penghasilan (PSAK) 35.000


Pajak terutang (Fiskal) 40.000
Difference 5.000

Beban Pajak kini (Fiskal) 40.000


Beban (manfaat) Pajak Tangguhan
(5.000)
Beban pajak penghasilan (PSAK): 35.000

Saldo akhir periode


Manfaat Pajak Tangguhan 5.000

Beban pajak penghasilan 35.000


Deferred Tax Asset 5.000
Income Tax Payable 40,000
Aspek Pajak Imbalan Kerja Pendekatan Balance Sheet

Nilai Liabilitas Imbalan Nilai Liabilitas Imbalan


Pasca Kerja Per 1 Januari Pasca Kerja Per 31
2017 Desember 2017
Rp. 2.000.000.000 Rp. 2.500.000.000

Dari Kasus diatas terjadi penambahan Nilai Liabilitas Imbalan Pasca Kerja
Tahun 2017 sebesar Rp. 500.000.000 maka jurnal :

Db Beban Imbalan Pasca Kerja Rp. 500.000.000

Cr Kewajiban Imbalan Pasca Kerja Rp. 500.000.000


Aspek Pajak Imbalan Kerja Pendekatan Balance Sheet 2

Pada saat rekonsiliasi fiskal disebabkan Beban


Imbalan Pasca Kerja merupakan Biaya Cadangan,
sesuai Pasal 9 (1) C UU PPh maka dilakukan koreksi
fiskal, dan Termasuk Perbedaan Temporer
sehingga jurnal sbb :

Db Deferred Tax Assets Rp. 125.000.000

Cr Deferred Tax Income Rp.


125.000.000

Tarif Pasal 17 ayat 1 b : 25 %, Rp. 500.000.000 x 25% = Rp. 125.000.000


Aspek Pajak Imbalan Kerja Pendekatan Balance Sheet

Pada saat diakuinya cadangan imbalan kerja


(secara akuntansi diakui sebagai biaya) sebesar Rp
500.000.000 sedangkan secara fiskal belum diakui
sebagai biaya, maka di dalam penyusunan SPT
Tahunan PPh Badan dilakukan penyesuaian fiscal
positif yaitu di 1771 – I angka 5 huruf b.
Aspek Pajak Imbalan Kerja Pendekatan Balance Sheet

Pada saat dibayarkan Imbalan Kerja (misalnya pada


tahun berikutnya) misalnya dilakukan pembayaran
Rp. 200.000.000 maka jurnal sbb:

Db Kewajiban Imbalan Pasca Kerja Rp. 200.000.000

Cr Bank
Rp. 200.000.000
Aspek Pajak Imbalan Kerja Pendekatan Balance Sheet

Pada saat dibayarkan Imbalan Kerja, contoh


dilakukan pembayaran Rp. 200.000.000, selain
secara akuntansi dilakukan pencatatan sesuai
diatas maka dilakukan juga pelaporan dalam SPT
Tahunan sbb :
1. Dilakukan pencatatan koreksi fiskal Negatif di SPT Tahunan 1771 – I Angka 6
Huruf d.

200.000.000

Anda mungkin juga menyukai