Anda di halaman 1dari 55

Tax Planning VS Creative Accounting-

Konsep dan Praktik


Time Line Presentasi

Tax Planing dan Creative Accounting:


Creative Apakah Suatu Tindakan
Accounting Ilegal?

0penerapan Perencanaan
Pengoptimalan
Pajak Pph 21 Sebagai
Penerimaan Negara Yang
Upaya Mengefisiensikan
Berkeadilan Melalui UU
Pajak Penghasilan Pada Pt
HPP
B Net Indonesia2
AKUNTANSI
• Output akuntansi adalah laporan keuangan Posisi keuangan, laba rugi,
arus kas, perubahan ekuitas, CALK
• Akuntansi adalah ilmu ekonomi dan ekonomi merupakan bagian dari
ilmu social yang mempelajari perilaku manusia
• Kejadian ekonomi adalah kejadian yang berpengaruh pada posisi
keuangan. Sumber kejadian ekonomi ada 2 yaitu transaksi dan alokasi
• Informasi akuntansi bukanlah informasi yang disusun dengan
objektivitas 100%
• Sehingga penggunaan kebijakan akuntansi dengan pertimbangan akal
sehat adalah filter untuk mengambil keputusan bijak dan tidak
merugikan orang lain
Apakah laporan keuangan masih
relevan digunakan?
CR3ATIVE ACCOUNTING & TAX PLANING
Definisi

“Creative Accounting merupakan aktivitas yang dilakukan dengan memanfaatkan teknik


maupun kebijakan akuntansi
demi mendapatkan hasil yang diinginkan”
Ilustrasi Creative Accounting
Anda akuntan PT. abc yang bergerak dibidang manufaktur
1. Tahun ini perusahaan anda membeli asset tetap 1M
2. Ada rencana perbaikan pabrik senilai 5M
3. Target laba tahun ini baru terealisasi 95%
Apakah Creative Accounting
merupakan hal baru?
Faktanya tidak !
Karena konsep-konsep yang dipelajari
pembelajar akuntansi merupakan potongan
rubik creative accounting yang belum
tersusun. Untuk menyusun rubik tersebut
dibutuhkan kemampuan komprehensif dan
cara pandang yang holistic.
Permasalahan

NORMA & ETIS TIDAK ETIS


Definisi Tax Planning
Tax planning adalah upaya meminimalkan beban pajak dalam batas yang
tidak melanggar aturan
Tax planning adalah suatu proses pengorganisasi usaha WP sedemikian rupa
agar utang pajak berada dalam jumlah minimal dan tidak melanggar
ketentuan perundangan
Tax planning adalah proses pengorganisasian usaha sedemikian rupa dengan
memanfaatkan celah peraturan perpajakan (loopholes) agar membayar pajak
secara minimal
Tax planning adalah upaya sistematis memanfaatkan gap peraturan
perpajakan dengan tujuan membayar pajak secara proporsional
(meminimalkan, menangguhkan, mengeliminasi)
“Berungkali pengadilan mengatakan bahwa tidak ada suatu
ancaman hukuman apa pun yang dapat diberlakukan
terhadap barang siapa yang melakukan usaha untuk
mengatur perencanaan pajaknya seminim mungkin. Semua
orang akan berbuat hal yang sama, kaya maupun miskin dan
hal ini sesungguhnya hak mereka berbuat demikian karena
tidak seorang pun berkewajiban memenuhi kewajiban
perpajakan melebihi jumlah yang seharusnya menurut
ketentuan undang-undang perpajakan ”

Billings Learned Hand


Senior Judge of the United States Court
of Appeals for the Second Circuit
1872-1961
Tax Management

Tax
Management

Planing Organizing Actuating Controling


MOTIVASI
Motivasi Creative Accounting

Self interest

Motivasi
MOTIVASI = EKPEKTASI X IMBALAN

Uportunis
MOTIVASI = EKPEKTASI X IMBALAN
Motivasi Ekstrinsik : timbul Kenapa harus dilakukan?
ketika aktivitas individu
dilakukan untuk memperoleh BONUS
imbalan atau mengabaikan
hukuman
UTANG
Motivasi Intrinsik : timbul
ketika individu menikmati dan PAJAK
tertantang menjalani suatu
aktivitas
Motivasi Tax Planning

“Kalau bisa tidak membayar mengapa harus membayar. Kalau bisa


membayar lebih kecil mengapa harus membayar lebih besar”

1.Tingkat kerumitan peraturan


2.Besaran pajak yang harus dibayar
3.Biaya negosiasi
4.Risiko deteksi
5.Besaran denda
6.Moral
TEKNIK
Pola Creative Accounting

Income

Taking a bath Minimization Maximization Smoothing


Teknik Creative Accounting

Mengubah periode
Mengubah metode pengakuan pendapatan
akuntansi dan biaya

Membuat estimasi
akuntansi Reklasifikasi akun

Reklasifikasi akrual
diskresioner dan non
dikresioner
Strategi Tax Planning
• Mempertimbangkan bentuk usaha
• Mempertibangkan struktur usaha
• Merger dan akusisi
• Berorientasi pada transaksi
• Income smooting
• Memanfaatkan fasilitas perpajakan
UPDATING ANALYSIS

• Menganalisis terhadap komponen


yang berbeda pengakuan secara
komersial dan fiscal dan menghitung
sekaurat mungkin beban pajak
TAX PLANING • Pembuatan model untuk menentukan
PROCESS memberi alternative tax plan
• Memastikan jika kewajiban
DEBUGGING DESIGN
perpajakan dilakukan sesuai rencana
• Mencari kelemahan dan
memeperbaiki
• Pemutakhiran rencana pajak

EVALUASI
Tax Planning PPH
Tax planning dalam rangka mengefisienkan pph badan
1. Memilih system pembukuan yang tepat
2. Memilih metode penyusutan
3. Memilih metode penilaian yang tepat
4. Memilih pemberian kesejahteraan pada karyawan
5. Memilih metode pemotongan pph 21 yang tepat
Tax Planning PPN
Perencanaa ppn akan focus pada beberapa upaya seperti
1. Memaksimalkan pengkreditan ppn
2. Memaksimalkan fasilitas ppn
3. Sentralisasi pengenaan ppn
4. Memaksimalkan restitusi ppn
5. Membangun sendiri dalam kegiatan usaha
6. Ppn barang gratis untuk promosi
7. Penjagaan cash flow
8. Pengendalian ppn
9. Tanggung jawab renteng
PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH 21 SEBAGAI UPAYA
MENGEFISIENSIKAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT B NET
INDONESIA

Oleh:
Budiandru dan Dhiya’ Ulhaq

JURNAL MANAJEMEN INDONESIA Vol.17 No.3 Desember 2017


Latar Belakang
• Kontribusi pajak dalam beberapa tahun terakhir semakin signifikan dan dapat diperhitungkan sebagai tulang
punggung sumber pembiayaan nasional dalam rangka mensukseskan program-program pembangunan
nasional yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

• Suatu sistem manajemen pajak yang efektif merupakan hal yang vital bagi suatu usaha yang berorientasi
kepada keuntungan, bahkan predikat seorang manajer yang sukses kadang-kadang ditentukan pula oleh
sukses tidaknya penyusunan perencanaan pajak (tax planning) melalui penghindaran pajak (tax avoidance).

• Berbagai cara dapat dilakukan perusahaan untuk menerapkan perencanaan pajaknya dengan tepat,
sehingga berpengaruh positif terhadap beban pajak penghasilan yang ditanggung.
Rumusan Masalah
• Bagaimanakah perhitungan PPh Pasal 21 terutang dengan menggunakan berbagai alternatif dalam
perencanaa PPh Pasal 21 bagi karyawan tetap di PT B INDONESIA?

• Bagaimanakah hasil perhitungan PPh Pasal 21 terutang dari berbagai alternatif tersebut terhadap
PPh Badan di PT B NET INDONESIA?

• Bagaimanakah tindakan yang diambil perusahaan atas berbagai alternatif dalam perencanaan pajak?
Kajian Literatur
• Manajemen Pajak
• Pajak Penghasilan PPh 21
Menurut Pohan (2013:13), manajemen pajak adalah: “Usaha
Menurut Sutanto (2014:68), menyatakan menyeluruh yang dilakukan tax manager dalam suatu perusahaan atau
bahwa: “Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah organisasi agar hal-hal yang berhubungan dengan perpajakan dari
pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, perusahaan atau organisasi tersebut dapat dikelola dengan baik, efisien,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dan ekonomis, sehingga memberi kontribusi maksimum bagi perusahaan”.
dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, Tujuan manajemen pajak oleh Suandy (2008:6), yaitu:
jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh orang -Menerapkan peraturan perpajakan secara benar.
pribadi. Subjek pajak dalam negeri, -Usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
Undang-Undang Pajak Penghasilan”. Menurut Suandy (2008:6), tujuan manajemen pajak dapat dicapai melalui
fungsi-fungsi manajemen pajak terdiri atas:
-Perencanaan pajak (tax planning).
-Pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation).
-Pengendalian pajak (tax control).
• Perencanaan Pajak
• Manajemen Pajak Penghasilan PPh 21
Menurut Muiz (2010:87), perencanaan pajak
merupakan: “Strategi dibidang perpajakan yang
Berikut 3 (tiga) metode perhitungan pajak
dilakukan oleh orang pribadi maupun badan menurut Harjo (2013:97-98) :
usaha, dalam rangka penghematan pajak (tax 1. Gross Method
saving), untuk dapat meminimalisasikan
pembayaran pajak melalui teknis yang selaras 2. Nett Method
dengan perhitungan pajak yang diperbolehkan 3. Gross Up Method
dalam peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku”.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian statistik deskriptif kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan studi kasus kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah dokumen laporan laba rugi
PT B NET INDONESIA yang kemudian peneliti hitung PPh 21 nya dengan populasi karyawan sebanyak 60 orang.
Sampel dalam penelitian ini adalah dokumen laporan keuangan PT B NET INDONESIA tahun 2016, dengan sampel
sebanyak 60 karyawan, dan perhitungan sampel tersebut berdasarkan perhitungan PPh Pasal 21 yang telah
ditetapkan dalam peraturan Dirjen Pajak Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada PT B NET INDONESIA. Data
diambil dari laporan keuangan fiskal PT B NET INDONESIA dari tanggal 21 September 2017 sampai dengan 01
November 2017.
Hasil dan Pembahasan
• Dalam menghitung PPh Pasal 21
karyawan terdapat 4 (empat) metode
yang dapat digunakan perusahaan
sebagai strategi penghematan pajak. 4
(empat) metode tersebut adalah PPh
Pasal 21 ditanggung sendiri oleh
karyawan, PPh Pasal 21 ditanggung oleh
perusahaan, PPh Pasal 21 diberikan
dalam bentuk tunjangan pajak, dan PPh
Pasal 21 di Gross Up.
Kesimpulan
• Perhitungan PPh pasal 21 karyawan dapat dilakukan dengan menggunakan 4 (empat) metode alternatif yaitu, PPh Pasal 21

ditanggung oleh karyawan, PPh Pasal 21 ditanggung oleh perusahaan, PPh Pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan, dan

PPh Pasal 21 di Gross Up.

• Tahun 2016 PPh Badan PT B NET INDONESIA dengan metode PPh Pasal 21 ditanggung karyawan sebesar Rp 722.664.163,-,

PPh Badan dengan metode PPh Pasal 21 ditanggung perusahaan sebesar Rp 722.664.163,-, PPh Badan dengan metode

pemberian tunjangan sebesar Rp 658.721.479,-, dan PPh Badan dengan Metode Gross Up adalah sebesar Rp 655.356.075,-.

• Berdasrkan kriteria yang telah di uraikan pada teknis analisis data maka dengan menggunakan metode Gross Up dalam

perhitungan PPh Pasal 21 karyawan, PT B NET INDONESIA akan menghemat beban Pajak Penghasilan badan tahun 2016 Rp.

67.308.088,-.
CREATIVE ACCOUNTING: Apakah Suatu Tindakan Ilegal?
(Adhikara, 2011)
Latar Belakang

• Creative accounting bukan merupakan suatu hal baru, dan timbulnya proses creative accounting ini dipicu oleh
tekanan bahwa suatu badan usaha merasa harus berada dalam posisi laba untuk menarik investor dan kreditor
maupun sumber daya. Karena adanya tekanan tersebut, manajemen dapat membuat suatu tindakan yang mengarah
pada perilaku oportunistik yaitu tindakan untuk mempercantik laporan keuangan yang disebut dengan kosmetika
akuntansi.

• Creative accounting dimulai pada zaman perusahaan besar terkenal yaitu Kasus Enron .Di Indonesia kecurangan
pada sejumlah perusahaan seperti yang terjadi pada PT. Kimia Farma Tbk.

• Aktivitas proses creative accounting dilakukan atas kesepakatan bersama karena prosesnya sangat kompleks dan
prosesnya akan melibatkan berbagai pihak terkait.pihak terlibat didalamnya seperti akuntan manajemen, akuntan
pendidik, dan juga masalah regulator.
Definisi Creative Accounting :
Tinjauan Pustaka
Tujuan Metode Creative Accounting
• Menurut Binus Accounting, pengertian Berbagai perusahaan yang pernah melakukan metode
metode creative accounting adalah metode creative accounting pastinya memiliki tujuan agar
dengan sistem pelaporan keuangan yang tidak manfaat metode creative accounting itu didapatkan
setia pada kondisi keuangan yang sebenarnya secara maksimal, diantaranya sebagai berikut:
yang dibuat dengan sengaja untuk mencapai
1. Bertujuan untuk terhindar dari pungutan pajak.
suatu tujuan tertentu.
2. Rekayasa data keuangan untuk perbankan agar
• Menurut Naser (1993), pengertian metode mendapatkan pinjaman.
creative accounting adalah proses
memanipulasi angka-angka akuntansi dengan 3. Mencapai target yang ditentukan oleh analisis
mengambil keuntungan dari celah dalam pasar.
aturan akuntansi dan pilihan pengukuran dan 4. Mempertahankan kepercayaan yang diberikan
praktik pengungkapan di dalamnya untuk pinjaman bank dengan syarat-syarat tertentu.
mengubah laporan keuangan daripada 5. Untuk mengecoh pemegang saham agar terkesan
melaporkan transaksi secara netral dan
telah berhasil mencapai hasil yang cemerlang.
konsisten.
6. Memanipulasi harga saham
Penerapan Metode Creative Accounting

1. Taking 2. Income 3. Income 4. Income 5. Timing Revenue and


Bath Minimazation Maximazation Smoothing Expense Recognition

Celah Bagi Creative


Accounting
c. Akun-akun d. Akun atau transaksi
a. Fleksibilitas b. Kelemahan
yang bersifat berdasarkan “timing” atau
regulasi regulasi lain yang bersifat perpetual
diskresioner
e. Transaksi-transaksi buatan, f. Pemanipulasian akun-akun
untuk memanipulasi dalam neraca dengan cara
jumlah pada akun-akun di reklasifikasi agar nilai rasio
neraca. keuangan terlihat baik.
Behaviour Creative Accounting
Praktek creative accounting dalam masalah kasus PT Kimia Farma, Tbk (PT KAEF). PT Kimia Farma Tbk. (PT KAEF),
merupakan salah satu produsen obatobatan milik pemerintah di Indonesia. Tujuan perusahaan sebagai badan usaha tidak
berbeda dengan badan usaha lainnya, yaitu mencari laba sebesar-besarnya. Pelaporan keuangan pada tanggal 31
Desember 2001, menunjukkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan keuangan tersebut di audit oleh
Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementrian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut
terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa.

manajemen PT KAEF telah Caranya, akuntan PT KAEF melakukan praktek earning management
dengan melakukan manipulasi pada berbagai prosedur akuntansi di
melakukan creative bagian persediaan, produksi, penjualan, keuangan dan metode
accounting dengan akuntansinya, serta mengeksplorasi unsur-unsur pembentuk laba
melalui pengakuan transaksi, penilaian accounts, pengukuran
pendekatan earning accounts, serta penyajian dan pelaporan accounts dalam laporan
management yang illegal. keuangan.
Dalam kasus PT KAEF tersebut diatas, unsur utama
Proses ini memberikan tindakan-tindakan creative accounting pada aspek penilaian,
bagi akuntan PT KAEF untuk melakukan pengukuran, dan penyajian rekening persediaan dan
penjualan. Partisipasi akuntan PT KAEF adalah
berbagai macam upaya dalam rangka bagaimana melakukan pencarian dan penentuan
memenuhi target orientasi laba yang metode akuntansi dari berbagai alternatif metode
dicanangkan oleh manajemen PT KAEF. akuntansi yang disediakan oleh standar akuntansi
pada rekening persediaan dan penjualan.

perlakuan creative accounting yang digunakan PT


Preferensi akuntan ditunjukkan melalui perilaku
KAEF merupakan bagian dari `accounting
sebagai berikut, yaitu akuntan mampu memilih
manipulation’ yang terdiri dari `earning
berbagai alternatif metode akuntansi dengan
management’, `income smoothing’ dan `creative
menyusun peringkat dari berbagai alternatif metode
accounting’ itu sendiri. “Creative” disini tergantung
akuntansi sehingga bisa diambil keputusan, setiap
kembali dari maksud dan tujuan yang akan
peringkat alternatif bersifat transitif
dikembangkan oleh manajemen.

Creative dikatakan ilegal apabila ternyata memang menyalahi prosedur atau perundang – undangan yang
berlaku dengan memanfaatkan “LOOPHOLE” yang ada dalam peraturan itu sendiri. Maksudnya,
memanfaatkan kelemahan peraturan, seperti membuat transaksi yang belum pernah ada dalam peraturan (ini
juga bisa dikatakan sebagai creativity karena ternyata diundang – undang atau standar tidak dinyatakan
perlakuannya) atau dengan cara memanfaatkan peraturan yang ada yang diperbolehkan untuk menghasilkan
“KEUNTUNGAN ATAU KERUGIAN”. Implikasinya, akuntan se”creative” mungkin menggunakan
kemampuannya untuk menampilkan laporan keuangan dengan sangat cantik.
Solusi Dalam Menangani Creative Accounting
 Pertama, masalah creative accounting berkaitan dengan berbagai macam alternatif pilihan metode
akuntansi yang ditawarkan oleh standar akuntansi pada penerapannya di laporan keuangan.
 Kedua, hasil penentuan metode akuntansi dari pengurangan berbagai alternatif metode akuntansi
tersebut, dapat memberikan harapan ke depan bahwa penyajian dalam laporan keuangan akan
memberikan kewajaran.
 Ketiga, Ikatan Akuntan dalam Kompartemen Akuntan Manajemen (KAM) wajib membuat peraturan
yang mengatur tentang syarat-syarat dari akuntan yang bekerja di perusahaan.
 Keempat, creative accounting dirancang oleh manajemen berdasarkan aspek pertimbangan-
pertimbangan dari seluruh komponen di manajemen karena laporan keuangan tersebut
mempertimbangkan kegunaannya untuk stakeholder, shareholder, dan manajer.
 Kelima, mendorong terciptanya standar etika. Standar etika tersebut memuat tentang mekanisme
perilaku akuntan dalam pembuatan laporan keuangan.
 Keenam, mendorong terciptanya governance codes, yaitu suatu sistem pemeriksaan dan
keseimbangan yang melibatkan 3 bagian (parties) dalam perusahaan
Kesimpulan
Creative accounting timbul karena perusahaan harus berada dalam posisi laba untuk menarik
stakeholder. Akibatnya, manajemen membuat suatu tindakan yang mengarah pada perilaku
oportunistik yaitu kosmetika akuntansi. Creative accounting dikatakan ilegal apabila memang ternyata
sudah menyalahi prosedur atau perundang – undangan yang berlaku melalui “LOOPHOLE” (celah)
dalam peraturan itu sendiri.
Solusi untuk menangani masalah creative accounting dapat dilakukan dengan berbagai cara
berikut ini, yaitu mengembalikan alternatif accounting policy kepada standar akuntansi, review
kebijakan akuntansi, sertifikasi akuntan manajemen, eliminasi justifikasi penggunaan extra ordinary
atas transaksi, mendorong terciptanya standar etika bagi akuntan manajemen, mendorong terciptanya
governance codes dalam tata kelola perusahaan.
Melalui UU HPP Pemerintah akan
Optimalkan Penerimaan Negara Yang
Beradilan

Ketentuan Umum dan


Tata Cara Perpajakan Pajak Penghasilan (PPh) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
(KUP)

Program Pengungkapan Pajak Karbon Cukai


Sukarela (PPS)
Kelompok ketentuan umum dan tata cara
1 perpajakan

Pemberlakukan Nomor Induk Kependudukan (NIK) menjadi Nomor


1 Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP)

Pemberian kesempatan kepada wajib pajak untuk mengungkapkan


ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan (SPT), selama Direktorat
2 Jenderal Pajak (DJP) belum menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan (SPHP)

Sinkronisasi dengan Undang-Undang Cipta Kerja dalam penerapan sanksi


3 administrasi perpajakan

Pengaturan asistensi penagihan pajak global


4
Kelompok ketentuan umum dan tata cara
1 perpajakan
Kesetaraan pengenaan sanksi melalui penurunan
1 sanksi terkait permohonan keberatan atau banding
wajib pajak
Pengaturan pelaksanaan Mutual Agreement Procedure
2 (MAP) supaya bisa berjalan secara simultan dengan
proses keberatan atau banding
Kuasa Wajib Pajak harus memiliki kompetensi
3 tertentu dalam aspek perpajakan, kecuali Kuasa
Wajib Pajak yang merupakan suami, istri, keluarga,
sedarah
Sinergiatau
antarsemenda
instansi sampai dengan
pemerintah derajat kedua
untuk
4 melakukan pemberian data dalam rangka
penegakan hukum dan kerja sama
Kelompok Pajak Penghasilan (PPh)

 Penghasilan sampai dengan Rp 60 juta kena tarif 5 persen


Terdapat perubahan  Penghasilan di atas Rp 60 juta-Rp 250 juta kena tarif 15 persen
lapisan dan tarif  Penghasilan di atas Rp 250 juta-Rp 500 juta kena tarif 25 persen
penghasilan pajak  Penghasilan di atas Rp 500 juta-Rp 5 miliar kena tarif 30 persen
yakni menjadi :  Penghasilan di atas Rp 5 miliar kena tarif 35 persen.

 Pemberian dalam bentuk natura yang dapat dibiayakan.


 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) atas bagian peredaran bruto sampai
dengan Rp500 juta. Pengaturan kembali penyusutan dan amortisasi.
Selain itu, terdapat
 Pemberlakuan tarif PPh Badan menjadi 22 persen mulai Tahun Pajak 2022.
sejumlah aturan lain terkait
Pajak Penghasilan yang Penyempurnaan upaya mencegah penghindaran pajak dengan menerapkan
disampaikan dalam UU metode yang sesuai dengan international best practice.
HPP ini, yakni  Penambahan kewenangan Pemerintah Indonesia untuk ikut serta dalam
perjanjian multilateral.
Penghapusan barang kebutuhan pokok, jasa
pendidikan, dan jasa kesehatan dari barang dan jasa
yang tidak dikenai PPN (negative list) dan
memindahkannya menjadi barang dan jasa yang
dibebaskan dari pengenaan PPN.

Kelompok Pajak
Pertambahan Kenaikan tarif PPN dari 10 persen menjadi 11 persen
Nilai (PPN) yang mulai berlaku 1 April 2022, kemudian menjadi
12 persen yang mulai berlaku paling lambat pada
tanggal 1 Januari 2025

Kemudahan dan kesederhanaan PPN dengan tarif


final untuk barang atau jasa kena pajak tertentu.
Kebijakan dalam Program Pengungkapan
Sukarela

Kebijakan I, subyek merupakan wajib pajak orang pribadi (WP OP) dan badan peserta Tax
Amnesty (TA) dengan basis aset per 31 desember 2015 yang belum diungkap saat Tax
Amnesty.Adapun tarif PPH finalnya yakni :

66 persen
persen untuk
untuk asset
asset
88 persen
persen untuk
untuk LN
LN repatriasi
repatriasi dan
dan
11 asset
asset Luar
Luar asset
asset DN
DN yang
11 persen
persen yang
Negeri
Negeri (LN)
(LN) diinvestasikan
diinvestasikan dalam
dalam
untuk
untuk repatraiasi
repatraiasi dan
dan Surat
Surat Berharga
Berharga
deklarasi
deklarasi asset
asset Dalam
Dalam Negara
Negara
Negeri
Negeri (DN)
(DN) (SBN)/hilirisasi/renew
(SBN)/hilirisasi/renew
able
able energy.
energy.
Kebijakan dalam Program Pengungkapan
Sukarela

Kebijakan II, subyek WP OP dengan basis aset perolehan 2016-2020 yang belum dilaporkan
dalam SPT Tahunan 2020 dengan tarif PPh Final:

12
12 persen
persen untuk
untuk
14
14 persen
persen asset
asset LN
LN repatriasi
repatriasi
18
18 persen
persen untuk dan
dan asset
asset DN
DN yang
yang
untuk asset
asset
untuk
untuk LN
LN repatriasi
repatriasi diinvestasikan
diinvestasikan
deklarasi
deklarasi dan
dan asset
asset DN
DN dalam
dalam
SBN/hilirisasi/rene
SBN/hilirisasi/rene
wable
wable energy.
energy.
Kebijakan dalam pengenaan Pajak Karbon

Tarif pajak karbon ditetapkan Rp 30 per kilogram karbon dioksida


ekuivalen (CO2e) atau satuan yang setara dengan implementasi 1 April
2022 untuk badan yang bergerak di bidang pembangkit listrik tenaga uap
batu bara

Cukai

Terkait dengan perubahan pengaturan cukai, DJP menyebut, dalam


keterangannya kewenangan berada pada Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai.
Sebagaimana diketahui, tujuan UU HPP adalah
1 meningkatkan pertumbuhan dan mendukung percepatan
pemulihan ekonomi.

“Pemulihan ekonomi dan mengembalikan pertumbuhan


membutuhkan banyak sekali pemihakan dan resources dan
Tujuan harus di-design secara sangat hati-hati dan detail. Kita
UU HPP
2 menggunakan semua hal instrumen yang ada di dalam
pemerintahan, APBN, perpajakan baik pajak dan bea cukai,
PNBP, belanja negara, belanja daerah

Selain itu, UU tersebut diharapkan bisa mengoptimalkan penerimaan

3 negara, mewujudkan sistem pajak yang berkeadilan dan memberikan


kepastian hukum, melaksanakan reformasi, administrasi serta kebijakan
perpajakan sehingga makin harmonis dan konsolidatif
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai