Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS MANAJEMEN PAJAK

TUGAS
“Inbound Investment”

Bobby Primananda 1706089734


Siti Pranawaningrum 1706998580
Wahyu Firmandani 1706998656

F17-1S

Fakultas Ekonomi & Bisnis


Program Magister Akuntansi
Universitas Indonesia
Juni 2018
A. Kasus

Alpha Corp. sebuah perusahaan farmasi dari negara Timbuktu mempertimbangkan 2 opsi untuk
ekspansi usaha di Indonesia, yaitu dengan mendirikan subsidiary atau membuka cabang di
Indonesia.
Apapun opsinya, perusahaan akan tetap memperoleh penjualan bersih Rp200 miliar dan harga
pokok produksi Rp80 miliar, belum termasuk:
 pembayaran royalti dan manajemen fee masing-masing 4% dari penjualan bersih kepada induk
perusahaan/kantor pusat,
 biaya non operasi Rp25 miliar yang dapat dibebankan secara fiskal.
Apapun opsinya, Alpha Corp. masih tetap menjual produk kepada pelanggan lama di Indonesia,
dimana produk tersebut sama dengan yang akan dijual bisnis yang akan dibukanya di Indonesia.
Nilai penjualan langsung tersebut Rp50 miliar dan biaya terkait Rp28 miliar.
Apabila dipilih opsi subsidiary, laba bersih subsidiary akan dibagikan 100%.
Tax treaty tidak diterapkan.
Diminta:
1. Hitunglah penghasilan kena pajak untuk setiap opsi.
2. Hitunglah laba bersih komersial/branch profit untuk setiap opsi.
3. Tanpa memperhitungkan PPh yang dipotong atas royalti dan manajemen fee, berapa besarnya
PPh yang harus dibayar di Indonesia untuk setiap rupiah penjualan bersih untuk setiap opsi.
B. Pendahuluan

Merujuk pada Undang-Undang PPh pasal 2 bahwa yang dimaksud subjek pajak ialah orang
pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, badan, dan
bentuk usaha tetap (BUT). Subjek pajak pun dibedakan menjadi 2, yaitu subjek pajak dalam negeri
dan subjek pajak luar negeri. Mengenai subjek pajak luar negeri, adapun pengertiannya sebagai
berikut:

 Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk tetap din Indonesia;
 Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia.

Bila dikategorikan, BUT merupakan jenis subjek pajak luar negeri karena BUT merupakan
bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggat di Indonesia,
orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan
badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha
melakukan kegiatan di Indonesia. Untuk perlakuan perpajakannya, perlakuan untuk BUT
disamakan dengan subjek pajak badan. Adapun contoh dari BUT ialah:

 Tempat kedudukan manajemen;


 Cabang perusahaan;
 Kantor perwakilan;
 Gedung kantor;
 Pabrik;
 Bengkel;
 Gudang;
 Ruang untuk promosi dan penjualan;
 Pertambangan dan penggalian sumber alam;
 Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;
 Perikanan, pertenakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;
 Proyek kosntruksi, instalasi, atau proyek perakitan;
 Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang dilakukan lebih
dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan;
 Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas;
 Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat
keududukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia;
 Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan
oleh penyelenggara transaksi eletronik untuk menlajankan kegiatan usaha.

Kemudian bentuk usaha lainnya yang berasal dari investasi asing ialah subsidiary atau anak
perusahaan, dimana subsidiary ialah perushaan local di negara tujuan dan biasanya sepenuhnya
dimiliki atau dikontrol oleh perusahaan induk di luar negeri (Ongwamuhana, 1991). Subsidiary ini
haruslah berbentuk perseroan terbatas sesai dengan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Sehingga perhitungan pajaknya harus sama seperti subjek pajak Badan.

Berikut ini merupakan perlakuan pajak terhadap subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak
luar negeri

Subjek Pajak SP DN SP LN BUT SP LN non BUT

Objek Pajak Pasal 4 ayat (1) Pasal 5 ayat (1) Pasal 26 ayat (1),
minus ayat (3) a, b, dan c (2) , dan (4)

Pengurang Pasal 6 dan 9 Pasal 5 ayat (2)

Tarif Pajak Pasal 17 ayat (1) Pasal 17 ayat (1) Pasal 26 ayat (1),
a atau b b (2) , dan (4)

Pelunasan Pajak Self Assessment Self Assessment Withholding


& Withholding
Sumber: Rianto Sutiarso, 2015
Sumber: Rianto Sutiarso, 2015

C. Pembahasan
1. Hitunglah penghasilan kena pajak untuk setiap opsi

Opsi Subsidiary

Penjualan bersih 200.000.000.000


HPP 80.000.000.000
Gross profit 120.000.000.000
Royalti fee 8.000.000.000
Manajemen fee 8.000.000.000

Biaya non operasional 25.000.000.000

PKP 79.000.000.000
Opsi BUT Koreksi Fiskal
Neraca Fiskal
positif negatif
Penjualan bersih 200.000.000.000 200.000.000.000
HPP 80.000.000.000 80.000.000.000
Gross profit 120.000.000.000 120.000.000.000
Royalti fee 8.000.000.000 8.000.000.000 0
Manajemen fee 8.000.000.000 8.000.000.000 0

Biaya non operasional 25.000.000.000 25.000.000.000

EBT 79.000.000.000 95.000.000.000 PKP

2. Hitunglah laba bersih komersial/branch profit untuk setiap opsi


Opsi Subsidiary
PKP 79.000.000.000
PPh Badan 25% (psl 17) 19.750.000.000
Net Profit 59.250.000.000

Opsi BUT
PKP 95.000.000.000
PPh Badan 25% (psl 17) 23.750.000.000
PKP Setelah Dikurangi Pajak 71.250.000.000

PPh psl 26 yg dipotong 20%


(apabila laba di transfer ke HO) 14.250.000.000
Penghasilan yang dikirim KP/
Branch Profit 57.000.000.000 asumsi laba ditransfer 100% ke HO

Opsi BUT
PKP 95.000.000.000
PPh Badan 25% (psl 17) 23.750.000.000
Branch Profit 71.250.000.000 asumsi laba ditanam di Indonesia

3. PPh yang harus dibayarkan di Indonesia


PPh psl 26 yang tetap harus dibayarkan di Indonesia atas penjualan langsung apapun
keputusan investasi yang diambil ialah:
Penjualan Langsung HO
PPh psl 26 (20% atas penghasilan neto (final)) 10.000.000.000

PPh atas opsi yang dipilih


Opsi Subsidiary
PPh terhutang psl 17 19.750.000.000
Opsi BUT
PPh psl 17 23.750.000.000
PPh psl 26 yg dipotong
20% (apabila laba di
transfer ke HO) 14.250.000.000
Pph terhutang 38.000.000.000

Sehingga, total PPh yang dibayarkan din Indonesia diluar PPh atas manajemen dan
royalti fee atas masing-masing opsi menjadi:
Jenis PPh Opsi Subsidiary Opsi BUT

PPh psl 26 (20% atas 10.000.000.000 10.000.000.000


penghasilan neto (final))
PPh terhutang psl 17 19.750.000.000 23.750.000.000
PPh psl 26 atas laba yang
ditransfer - 14.250.000.000
Total PPh terhutang 29.750.000.000 48.000.000.000
Daftar Pustaka

Ongwamuhana, Kibuta. 1991. The Taxation of Income from Foreign Investment. Boston:Kluwer
Law and Taxation Publisher.

UU PMA.

UU PPh.
Sutiarso, Riyanto. 2015. Power Point Tax Planning atas Struktur Inbound Invetsment.

Anda mungkin juga menyukai