Anda di halaman 1dari 29

RESUME KEPABEANAN DAN CUKAI

pengertian Kepabeanan :

Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas
barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar.

· Pengertian Daerah Pabean :

Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan
ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas
kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang ini. Daerah Pabean meliputi 12 mil di
hitung dari perairan Indonesia hasil dari ekspor devisa.

· Pengertian Kawasan Pabean/Pelabuhan

Kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, udara dan atau tempat lain yang di
tetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan direktorat
jendral bean dan cukai.

· Pengertian Kantor Kepabeanan

Kantor pelayanan direktorat jendral bead an cukai tempat di penuhinya kewajiban pabean
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pabean.

· Pengertian Pos Pengawasan Pabean

Tempat yang di gunakan oleh pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan pengawasan terhadap
lalu lintas barang impor dan ekspor.

· Pengertian Kewajiban Pabean

semua kegiatan di bidang kepabeanan yang wajib di lakukan untuk memenuhi ketentuan
dalam undang-undang kepabeanan.

· Pengertian Pemberitahuan Pabean

Pernyataan yang di buat oleh orang dalam rangka melaksanakan kewajiban pabean dalam
bentuk dan syarat yang di tetapkan dalam Undang-Undang Kepabeanan.

· Pengertian devisa adalah Saldo mata uang asing yang memiliki kurs resmi di Bank
Indonesia.
Sumber Devisa Bersumber Dari :

1. Pinjaman / hutang luar negeri

2. hadiah, bantuan atau sumbangan luar negri

3. penerimaan deviden serta bunga dari luar negeri

4. hasil ekspor barang dan jasa

5. kiriman valuta asing dari luar negri

6. wisatawan yang belanja di dalam negeri

Manfaat Devisa :

1. membeli barang atau jasa dari luar negeri (impor)

2. membayar hutang pokok serta bunga hutang luar negeri

3. pembiayaan kegiatan perdagangan luar negeri

4. membiayai perwakilan di luar negeri (duta besar, konsulat, dll)

5. membiayai atlit, misi kebudayaan, studi banding / perjalanan dinas pejabat negara

Jenis-Jenis / Macam-Macam Devisa :

a. Devisa umum, yaitu devisa yang didapat dari kegiatan ekspor, penjualan jasa serta
bunga modal.

b. Devisa kredit, yakni adalah devisa yang diperoleh dari kredit pinjaman luar negeri.

Fungsi Devisa :

a. alat pembayaran hutang luar negeri

b. alat transaksi pembayaran barang dan jasa luar negeri

c. alat transaksi pembiayaan hubungan dengan luar negri seperti membiayai kedutaan,
misi budaya, hadiah, bantuan,

d. sebagai sumber pendapatan negara

· Pengertian Impor adalah Kegiatan barang ke dalam daerah Pabean atau ke dalam
negeri. Terhadap barang yang di persyaratkan tata niaga impor tertentu harus mendapatkan
Izin dari instansi yang melakukan pengaturan Tata Niaga Impor tersebut. Terhadap barang
impodi pungut Bea Masuk dan Pajak dalam rangka impor (PPN Impor, PPnBM dan PPH
pasal 22). Kecuali yang mendapat fasilitas atu keringanan.

Ciri-ciri Perdagangan Impor :


1. Perdagangan antar negara.

2. Menggunakan mata uang asing.

3. Di perjual belikan secara bsar-besaran.

4. Melibatkan banyak instansi dalam negeri maupun luar negeri.

· Pengertian Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem
pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh pihak
eksportir dan importir. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan
dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Setiap negara memiliki peraturan dan
ketentuan perdagangan yang berbeda-beda.

· Masalah Yang Sering Timbul Dalam Perdagangan Ekspor-Impor :

Permasalahan tersebut di bagi menjadi 2 sisi yaitu :

1. Masalah Eksternal

a. Kepercayaan

Sebelum Kontrak jual-beli di lakukan masing-masing pihak harus mengetahui kredibilitas


dari rekan dagangnya melalui bantuan bank di dalam atau di luar negeri yang mempunyai
atau dapat mengusahakan status report atau credit information dari perusahaan-perusahaan
tersebut. Resiko yang mungkin timbul dapat di amankan bank sebagian pihak perantara.

b. Pemasaran

Informasi dalam hal penetapan harga komoditi ekspor :

- Ongkos-ongkos barang

- Sifat dan tingkat persaingan.

- Luas dan sifat permintaan.

Penentuaan jenis-jenis barang berdasarkan informasi :

- Peraturan-peraturan perdagangan negara setempat.

- Pembatasan volume barang-barang tertentu.

- Negara tujuan barang-barang ekspor.

Unsur-unsur yang harus di perhatihkan dalam pemilihan negara kemana barang akan di
ekspor :

- Kondisi ekonomi dan perdagangan negara-negara lain.

- Politik.
- Jarak.

- Fasilitas-fasilitas transportasi terutama dalam usaha mengalakan ekspor.

Yang juga tidak kurang penting adalah diversifikasi atau perluasan pemasaran dengan
memasuki pasaran- pasaran baru.

c. Sistem Quota

Namun bilamana ada pembatasan ketentuan kuota barang dan kuota negara. Maka
sepenuhnya tidak terlaksana. Pemerintah melakukan normalisasi hubungan-hubungan
dagang negara-negara patner dagang kita.

d. Keterikatan dalm organisasi internasional

Indonesia merupakan anggota beberapa organisasi internasional yang berkaitan dengan


komiditi-komiditi ekspor. Tujuan dari organisasi untuk mengatur stabilisasi harga dari
barang-barang komiditi ekspor tersebut di pasar internasional.

e. Kurang pemahaman akan tersediannya kemudahan Internasional

Tersedianya kemudahan-kemudahan internasional banyak membantu eksportir .

2. Masalah internal

a. Kemampuan/pemahaman terhadap transaksi luar negeri

Yang pertama yang perlu di kusai adalah dasar-dasar transaksi ekspor-import, tata cara
pelaksanaannya, pengisian formulir-formulir yang di perlukan, peraturan-peraturan
pemerintah dalm maupun luar negeri di mana rekan dagangnya berada.

Persyratan tertentu, misalnya :

§ Eksportir/ Importir harus berbadan hukum.

§ Eksportir harus memiliki angka pengenal perdagangan di kenal dengan API/APIT ( Angka
Pengenal Import/ Angka Pengenal Import Terbatas ).

b. Pembiayaan

Yang lebih umum lagi di lakukan adalah memanfaatkan fasilias-fasilitas pembiayaan yang
tersedia pada bank-bank, fasilitas-fasilitas mana dapat di sesuaikan dan tergantung dari pada
jenis transaksi-transaksi yang di lakukan.

c. Kekurangan kemampuan mempersiapkan barang.

Masalah-masalah yang sering timbul yaitu :

- Pengiriman barang terlambat karena kesulitan administrasi dan pengaturan angkutan,


peraturan pemerintah dan sebagainya.
- Mutu barang yang tidak dapat di pertahankan sesuai yang di perjanjikan.

- Pengepakan yang tidak memenuhi syarat.

- Kelambanan dalam pengiriman dokumen-dokumen pengapalan.

d. Kelancaran pelaksanaan transaksi ekspor-impor pada hakikatnya tergantung dari


peraturan yang di dasari.

· Tujuan Kebijakan Impor

1. Memagari kepentingan nasional dari aspek K3LM ( Kesehatan, Keselamatan,


Keamanan,, Lingkungan hidup dan Moral bangsa )

2. Melindungi dan meningkatkan pendapatan petani.

3. Mendorong penggunaan produksi dalam negeri

4. Meningkatkan ekspor non-migas.

5. Menciptakan perdagangan dan pasar dalam negeri yang sehat serta iklim usaha yang
kondusif.

· Ketentuan umum di bidang Impor

1. Impor hanya dapat di lakukan oleh perusahaan yang telah memiliki Angka Pengenal
Importir (API ).

2. Barang yang di Impor harus dalam keadaan baru.

3. Dalam hal tertentu, Menteri perdagangan dapat mentapkan barang yang di impor dalam
keadaan bukan baru.

· Ketentuan Angka Pengenal Importir (API )

Dasar Hukum :

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27/M-DAG/PER/5/2012 Tanggal 1 Mei 2012 tentang


ketentuan Angka Pengenal Importir (API ).

Jenis API :

A. API – U

1. API – U di berikan hanya ke pada perusahaan yang melakukan impor barang tertentu
untuk kelompok/ jenis barang yang tercakup dalam satu bagian dalam sistem klasifikasi
barang dengan tujuan di erdagangkan.

2. Perusahaan pemilik API – U dapat mengimpor kelompok atau jenis barang lebih dari
satu bagian apabila :
a. Perusahaan pemilik API – U tersebut mengimpor barang yang di hasilkan oleh
perusahaan di luar negeri yang memiliki hubungan istimewa.

b. Perusahaan pemilik API – U tersebut merupakan badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya di miliki pemerintah.

B. API – P

API – P di berikan hanya kepada perusahaan impor barang untuk di perdagangkan sendiri
sebgai arang modal, bahan baku, bahn penolong, atau bahan untuk mendukung proses
produksi dan di larang untuk di perdagangkan/ di pindahkan tagankan kepada pihak lain.

· PERANAN BEA DAN CUKAI PADA PERDAGANGAN INTERNASIONAL

1. Harus Mengadakan pengawasan.

2. Memperlancar arus barang dan dokumen sesuai tuntunan importir, eksportir dan
perusahaan lainnya yang ada kaitan dengan perdagangan internasional.

· Lembaga-lembaga yang terkait :

Pelaksana ekspor-impor di bagi menjadi 5 kelompok yaitu :

1. Kelompok Identor

o Pemakai lansung

o Para Pedagang

o Para pengusaha

2. Kelompok Importir

o Pengusaha impor

o Approved importir

o Importir umum

o Sole agent immportir

3. Kelompok promosi

o Kantor perwakilan dari eksportir di negara importir.


o Kantor perwakilan kamar dagang dan industry yang ada di dalam negeri maupun luar
negeri.

o Misi perdagangan dan pameran dagang internasional.

o Badan pengembangan ekspor nasional ( BPEN )

o Kantor bank devisa di dalam maupun luar negeri

o Atase perdagangan dan trade comisoner.

o Majalah dagang dan industri.

o Brosur dan leaflet.

4. Kelompok Importir

o Produsen importir

o Confirming hause

o Pedagang ekspor

o Agen ekspor

o Wisma dagang

5. Lembaga Terkait

o Bank

a. Bank Devisa

b. Bank komersial

o Badan usaha transportasi

a. EMKL ( Ekspedisi Muatan Kapal Laut ) dan EMPU ( Eksepedisi Muatan Pesawat
Udara )

b. Freight Fordawing

c. PPJK (Pengusaha Kepengurusan Jasa Kepabeanan )

o Maskapai Pelayanan Laut / Maskapai Udara.


o Asuransi

o Instansi Bea Cukai

o Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

o Kedutaan ( konsultan )

o Sueveyor ( Badan Pemeriksa )

o Cara Pembayaran Ekspor – Import

· Cara Pembayaran Ekspor- Impor

1. Advance Payment adalah model pembayaran paling aman bagi Exporter, dengan
alasan, Exporter mendapatkan pembayaran terlebih dahulu.

Beberapa alasan terjadinya advance payment :

1. Kepercayaan eksportir bahwa barangnya kan di terima dari importir.

2. Keyakinan bahwa di negara eksportir tidak melarang akan ekspor barang tersebut.

3. Keyakinan bahwa pemerintah di negara importir tidak melarang akan ekspor barang
tersebut.

4. Bahwa importir mempunyai likuiditas yang cukup.

Pembayaran dalam bentuk advance payment dengan cara :

a. Ceque

b. Bankers draft

c. Email payment order

d. Cable payment

e. International money order.

2. Payment Account

Open Account adalah sistem pembayaran dimana belum dilakukan pembayaran apa-apa oleh
importir kepada eksportir sebelum barang dikapalkan atau tiba dan diterima importir atau
sebelum waktu tertentu yang telah disepakati.

Sistem pembayaran ini dapat terjadi apabila :

1. Ada kepercayaan penuh antara eksportir dan importir

2. Barang-barang dan dokumen akan langsung di kirim kepada pembeli


3. Eksportir kelebihan dana

4. Eksportir yakin tidak ada peraturan di negara importir yang melarang transfer
pembayaran.

5. Eksportir mengirimkandokumen langsung kepada importir

Resiko-resiko yang dapat terjadi dalam sistem pembayaran ini antara lain :

§ Eksportir tidak mendapat perlindungan apakah importir akan membayar.

§ Dalam hal importir tidak membayar, eksportir akan kesulitan dalam membuktikannya di
pengadilan karena tidak ada bukti-bukti

§ Penyelesaian perselisihan akan menimbulkan biaya bagi eksportir.

Alasan eksportir mengirim barang terlebih dahulu adalah :

1. Importir memiliki nama baik

2. Adanya kestabilan di negara importir

3. Karena adanya asuransi kredit

3. Collection draf

Collection draft adalah di mana eksportir mempunyai pengawasan barang sampai


draft/wesselnya dibayar. Sementara barang dikirim, dokumen kepemilikan masih menjadi
milik eksportir dan baru dilepas setelah terjadi pembayaran.

§ drawee (importir)

§ drawer (eksportir)

§ remitting bank (bank di negara eksportir)

§ collecting bank (bank di negara importir)

Bank yang terlibat dalam proses penagihan ini tidak menjamin pembayaran. Mereka hanya
bertindak sebagai penagih pembayaran.

Jenis Collection:

• Clean Collection: penagihan hanya menggunakan draft saja, tanpa harus melengkapi
dokumen transaksi

• Documentary Collection: menggunakan draft dan dokumen pengiriman lain spt faktur,
dokumen asuransi, SKA.
· Macam-Macam Documentary Colection :

1. D/P atau Documents against payment

Eksportir meminta remitting bank agar menyerahkan dokumen-dokumen kepada importir


atau melalui banknya apabila dia sudah membayar, hal ini bisa dilakukan kalau kesepakatan
pembayarannya adalah sight atau unjuk, dan biasanya dokumen yang dikirim adalah Sight
drafts atau wesel unjuk dan shipping documents ( B/L, Invoice, Dll )

2. CAD atau Cash Against Documents

Pada prinsipnya hampir sama dengan documents against payment, bedanya hanya terletak
pada dokumen yang dikirim, yaitu hanya Shipping documents saja dan tidak ada drafts

Cara ini disebabkan karena, kalau dokumen yang dikirim ada financial documents (misalnya
drafts) maka akan timbul bea meterai khususnya di suatu negara yang cukup mahal.
Sehingga lebih memilih cara collection seperti ini.

3. D/A atau Documents against acceptance

Eksportir meminta remitting bank agar menyerahkan dokumen kepada importir setelah
importir melakukan akseptasi drafts (berjanji akan membayar pada saat jatuh tempo).

4. Free of Payment

Eksportir meminta remitting bank untuk menyerahkan dokumen kepada importir tanpa
pembayaran karena mungkin pembayaran sudah dilakukan sebelum barang dikirim, cara ini
biasa disebut dengan Free of Payment.

Bagaimanapun, eksportir tetap menanggung risiko:

§ Keadaan ekonomi dan politik negara importir.

§ Importir mengulur waktu pembayaran.

§ Importir tidak mengambil alih dokumen.

§ Importir membatalkan transaksi.

§ Pembayaran tidak dilakukan, walaupun wesel telah diterima.

§ Demmurage (lewat waktu untuk membongkar muatan kapal).

§ Ongkos pengapalan dan pengapalan kembali.

§ Tidak tersedia foreign exchange (devisa) di negara tersebut.

§ Izin impor jatuh tempo.

4. Consignment
Consignment adalah suatu keadaan di mana barang yang diterima importir hanya berupa
titipan dari eksportir. Importir sebagai agen yang menjual kepada pihak ketiga. Eksportir
tetap menjadi pemilik dan menanggung penuh risiko-risiko berikut:

§ Modal terlalu lama tertimbun.

§ Tidak ada kepastian menerima pembayaran.

§ Jika importir tidak membayar, maka tidak ada bukti untuk menuntutnya di pengadilan.

5. Letter of Credit

Letter of Creadit (L/C) adalah sebuah instrument yang di keluarkan oleh sebuah bank atas
nama salah satu nasabahnya, yang menguasakan seseorang atau sebuah perusahaan
perusahaan penerima instrument tersebut menarik wesel atas bank yang bersangkutan,
berdasarkan kondisi/ persyaratan-persyaratan yang tercantum pada instrument tersebut.

Tujuan L/C :

§ Merupakan suatu perjanjian bank-bank dalam menyelesaikan transaksi komersial


internasional.

§ Memberikan pengamanan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi yang di adakan.

§ Memastikan adanya pembayaran asalkan persayaratan-persyratan L/C telah di penuhi.

§ Merupakan instrument yang di dasarkan hanya atas dukumen-dokumen DAN bukan atas
yang lain.

§ Membantu issuing bank memberikan fasilitas pembiayaan kepada importir dan memonitor
penggunaannya.

· Kebaikan dan Kelemahan Menggunakan L/C Bank

Kebaikan

1. Eksportir dapat lebih mempercayakan pada L/C yang di keluarkan bank daripada L/c
yang di kelurkan pedagang.

2. Eksportir Menerima pembayaran segera dari bank pembayar bilamana semua dokumen
yang sesuai dengan syarat L/C di serahkan kepada bank pembayar walaupun importir belm
menerima dokumen tersebut.

3. Eksportir dapat menggunakan L/C untuk pembiayaan selanjutnya.

4. Importir tidak harus menyediakan dana atau kadang-kadang persentase tertentu saja
sampai barang tiba untuk di tebus.

5. Importir dapat menggunakan hak kepemilikan atas dasar atas dasar-dasar dokumen atas
dasar L/C untuk memperoleh pembiayaan selanjutnya.
6. Importir merasa terjamin bahwa bank akan menolak pembayaran oleh eksportir yang
tidak memenuhi syarat- syarat L/C.

Kelemahan

1. Biaya-baiaya untuk bank yang di kenakan dalam penanganan L/C.

2. Membutuhkan waktu lama dalam pemrosesan surat-surat melalui bank.

3. Bank-bank hanya berkepentingan dalam hal dokumen saja bukan dalam hal barang-
barang.

4. Importir tidak memdapat jaminan atas barang dengan harga tertentu yang sebenarnya di
kapalkan.

Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam L/C

1. Pihak langsung

a. Pembeli / importir

b. Penjual / eksportir

c. Bank pembuka / penerbit L/C di sebut juga inssuing bank

d. Bank penerus L/C di sebut juga adising bank

e. Bank penjamin Pembayaran L/C di sebut juga conferming bank

f. Bank pembayar di sebut juga paying bank

g. Bank yang bernegosiai di sebut juga negosiasing bank.

h. Bank yang di minta menganti pembayaran di sebut juga reimbursing bank.

· Keuntungan dan Kerugian L/C

Keuntungan bagi eksportir:

§ Menghilangkan risiko kredit.

§ Mengurangi bahaya penundaan pembayaran karena pengendalian nilai tukar dll.

§ Mengurangi ketidakpastian.

§ Terlindung dari risiko sebelum pengiriman.

§ Memastikan pembayaran atas produk.

Keuntungan bagi importir:


Keuntungan dari pihak Importir dapat meminta jangka waktu pembayaran kredit yang lebih
baik. Tidak ada pembekuan dana jika L/C diubah menjadi cash in advance. Dalam hal dana
sudah dibayarkan (melalui bank), lebih mudah menarik kembali dananya jika eksportir tidak
mampu melakukan pengiriman.

Kerugian bagi importir:

Syarat dan ketentuan yang berlaku di bank mungkin memberatkan importir,

Jenis-jenis L/C secara umum :

1. Revocable

L/C ini dapat di tarik kembali dan tidak mengikat pihak manapun.

2. Irrovocable L/C

Dalam L/c ini bank pembuka L/C menyatakan janji yang tidak dapat di tarik kembali untuk
membayar dokumen-dokumen yang sesuia syarat L/C.

3. Irrovocable Confirmed L/C

Pembayaran L/Cini dilakukan pada saat penyerahan-penyerahan dokumen yang sudah


lengkap.

4. Irrovocable Uncorvemed L/C

Sama dengan L/C biasa kecuali bahwa L/C ini di adviskan melaui sebuah bank lain yang
tidak menyatakan tambahan penangungan kewajiban apapun.

Jenis-jenis yang khusus :

1. Revolving L/C

Suatu L/C yang berdasarkan syarat-syarat jumlahnya di perbaharui secara otomatis tanpa
memerlukan perubahan khusus pada L/C

2. Red Clause L/C

Salah satu jenis L/C yang pada hakikatnya memberikan fasilitas terlebih dahulu kepada
eksportir, eksportir menarik lebih dahulu sebelum pengapalan. Di sebut Red Clause karena
pada hakikatnya klausa di tulis dengan tinta merah untuk menarik perhatian atas keunikan
L/C ini. L/C ini berguna sekali bagi para perantara-perantara dan pedagang di daerah
perdagangan yang memerlukan suatu fasilitas pre-financing (pembiayaan sebelum
mengekspor), dimana pembeli tertentu bersedia memberikan izin-izin atau kelonggaran
khusus dengan cara pembayaran demikian.

3. Tranferable L/C
adalah eksportir berhak memnita kepada bank yang diamanatkan untuk melakukan
pembayaran/akseptasi kepada setiap bank yang berhak melakukan negosiasi, untuk
menyerahkan hak atas kredit sepenuhnya/sebagian kepada pihak ketiga. L/C ini dapat di
pindahkan dari eksportir yang satu atau ke beberapa eksportir yang lain. Dan hanya di
terbitkan oleh bank sebagai “ transferable L/C” bilaman ada intruksi khusus dari applicant
L/C importir tersebut.

4. Back to back L/C

adalah Dalam L/C ini, penerima (beneficiary) biasanya bukan pemilik barang, tetapi hanya
perantara. Oleh karena itu, penerima L/C ini terpaksa meminta bantuan banknya untuk
membuka L/C untuk pemilik barang-barang yang sebenarnya dengan menjaminkan L/C yang
diterimanya dari luar negeri. L/C ini lebih komplek dari jenis L/C lain.

5. Straight L/C

L/c ini biasanya pembayrannya di lakukan pada saat jatuh tempo di negara bank L/C. Bank di
negara eksportir dapat melakukan pembayaran lebih dahulu kepada eksportir atau menunggu
bank pembuka L/C dan baru melaksanakan pmbyaran pada eksportir.

6. Restricted L/C adalah Bila mana penerusan dan atau pembayaran L/C tersebut dibatasi
hanya kepada bank yang namanya tercantum dalmL/C di negara eksportir. Jenis L/C ini
biasanya di gunakan bilamana eksportir memperoleh fasilitas pembiayaan yang berkaitan
dengan L/C tersebut dari bank yang menegosier L/C di maksud. Bilamana L/C tersebut dapat
mengajukan wesel dan dokumeen-dokumen L/C nya kepada bank mana saja yang di pilih.

7. Confirmed L/C adalah L/C yang diangggap paling sempurna dan paling aman dari
sudut penerima L/C (beneficiary) karena pembayaran atau pelunasan wesel yang ditarik atas
L/C ini dijamin sepenuhnya oleh opening bank maupun oleh advising bank, bila segala
syarat-syarat dipenuhi, serta tidak mudah dibatalkan karena sifatnya yang irrevocable.

8. Documentary L/C adalah Penarikan uang atau kredit yang tersedia harus dilengkapi
dengan dokumen-dokumen lain sebagaimana disebut dalam syarat-syarat dari L/C.

9. Clean L/C adalah Dalam L/C ini tidak dicantumkan syarat-syarat lain untuk penarikan
suatu wesel. Artinya, tidak diperlukan dokumen-dokumen lainnya, bahkan pengambilan uang
dari kredit yang tersedia dapat dilakukan dengan penyerahan kuitansi biasa.

10. Usance L/C adalah L/C yang weselnya berjangka, di bayar pada waktu tertentu kemudian
lazim di bayar pada 30, 60, 90 s/d 180 hari.

11. Back to back L/C adalah Dalam L/C ini, penerima (beneficiary) biasanya bukan pemilik
barang, tetapi hanya perantara. Oleh karena itu, penerima L/C ini terpaksa meminta bantuan
banknya untuk membuka L/C untuk pemilik barang-barang yang sebenarnya dengan
menjaminkan L/C yang diterimanya dari luar negeri. L/C ini lebih komplek dari jenis L/C
lain. Pada hakikatnya back to back L/C ini ini merupakan dua L/C yang identic, kecuali
harganya dan tanggal pengapalan serta berlakunnya L/C.
Jenis L/C ini umumnya di gunakan dalam kondisi sebagai berikut :

a. Eksportir bukanlah supplier barang-barang ekspor.

b. Eksportir tidak mempunyai dana untuk membayar supplier.

c. Eksportir tidak ingin supplier mengetahui nama importir asli dan harga-harga yang
sesungguhnya,

12. Revolving L/C adalah L/C ini memungkinkan kredit yang tersedia dipakai ulang tanpa
mengadakan perubahan syarat khusus pada L/C tersebut. L/C ini dapat “ Revocable” atau “
Irrevocable” dan dapat berlaku kembali dalam kaitan atau jangka waktu atau nila L/C.

13. Merchat L/C adalah L/C yang di buka oleh seorang pedagang kepada pedagang di luar
negeri dan pembayaran di lakukan pembuka L/C tersebut atas dasar dokumen-dokumen L/C
yang sesuai syarat L/C.

· Tahap-tahap pelaksanaan ekspor-impor dengan L/C:

1. Kontrak penjualan (sales contract).

Importir mengajukan permohonan kepada issuing bank untuk menerbitkan L/C yang
ditujukan kepada eksportir.

Issuing bank membuka mengirimkan L/C kepada bank koresponden di tempat eksportir
(advising bank).

2. Advising bank meneruskan L/C kepada eksportir.

Eksportir menyiapkan dan mengapalkan barang-barang yang akan dikirimkan kepada


importir. Dokumen pengapalan serta wesel diserahkan oleh eksportir kepada negotiating bank
(bank yang menegosiasi wesel). Negotiating bank bisa sama atau tidak sama dengan advising
bank, tergantung syarat dalam L/C.

Issuing bank memeriksa dokumen apakah sesuai dengan syarat-syarat L./C, maka Issuing
bank meminta importir untuk membayar dengan cara yang disyaratkan dalam L/C. Importir
membayar atau meminta issuing bank untuk mendebet rekeningnya pada bank tersebut.
Importir juga membayar kepada negotiating bank.

· MAacam-Macam Dokumen

Pengertian Bill of lading

Salah satu dokumen yang negosiable dan berharga dalam handling/ negosiasi transaksi
ekspor dan berkaitan dengan pengakutan barang dengan kapal laut yang di sebut Ocean Bill
Of Lading atau Marine Bill Of Lading.

· Commercial Invoice
Invoce merupakan sebutan untuk surat tagihan (faktur) yang dikeluarkan penjual kepada
konsumen (pembeli) yang berisikan informasi yang berkaitan dengan transaksi yang terjadi.
Invoice berfungsi sebagai bukti tagihan yang dibebankan kepada pembeli.

Sedangkan pengertian dari comercial invoice adalah dokumen atau surat tagihan yang
diterbitkan oleh eksportir dan ditujukan kepada importir.

· Manfaat Commercial Invoice

Sebagai bukti dan alat penagihan memudahkan kedua belah pihak dalam mengecek barang,
yang terkait :

a. Jumlah barang

b. Ukuran barang

c. Harga

d. Data pengekspor

e. Data pengimpor

· Hal yang perlu di cantumkan Commercial Invoice antara lain :

- Nama dan alamat pengimpor sesuai yang tercantum dalam L/C

- Nama dan alamat pengeskpor sesuai dengan keterangan pada L/C

- Perincian yang terkait dengan komoditi ekspor – impor harus sesuai dengan
permintaan yang tercantun pada L/C

- Data pelengkap harus sesuai dengan syarat – syarat yang terkait dengan kegiatan
ekspor – impor tersebut yang tercantum dalam L/C

- Commercial invoice harus ditandatangi langsung oleh pihak terkait (bukan stempel)

- Legalisir perlu ditambahkan jika termasuk dalam persyaratan invoice.

- Dalm Invoice di sebut nama kapal, tanggal pengapalan, sayarat pengapalan ( tanggal
B/L, nomor dan tanggal L/C serta insuing bank ( bank pembuka L/C )

· Certifikat of insurance

Di gunakan untuk mengurangi atau menutupi terjadinya resiko yang tidak di inginkan.

Dengan L/C telah di tegaskan jenis pembayaran yang masing-masing menimbulkan hak dan
kewajiban tertentu dalam hal pembayaran transaksii antara lain :
§ FOB ( Free On Board ) artinya yang di tanggung eksportir hanya sampai ke biaya
pemuatan ke atas kapal.

§ C&F (Cost and Freight ) yaitu di dalam harga telah termasuk harga barang dan biaya
angkut sampai negara tujuan tanggung jawab eksportir

§ CIF ( Cost, Insurance and Freigt ) adalah harga barang yang sudah termasuk asuransi dan
biaya angkut kapal, yang telah di selaikan pembayaran oleh pihak eksportir di negaranya.

· Ada beberapa dokumen yang juga harus di persiapkan yaitu :

Certifikat of origin

Untuk memahami tentang Surat Keterangan Asal (SKA).

Pengertian SKA adalah:

Surat Keterangan Asal (SKA) adalah dokumen yang disertakan pada saat ekspor barang ke
suatu negara tertentu yang mana negara penerima barang tersebut sudah menyepakati suatu
perjanjian untuk memberikan suatu kemudahan bagi barang dari Indonesia untuk memasuki
negara lain.

Manfaat SKA

1. Untuk mendapatkan preferensi berupa penurunan atau pembebasan tarif bea masuk ke
suatu atau kelompok negara.

2. Sebagai dokumen atau tiket masukkomoditi ekspor Indonesia ke negara tujuan ekspor.

3. Untuk menetapkan negara asal barang (country of origin) suatu barang ekspor.

4. Untuk memenuhi persyaratan pencairan Letter of Credit (L/C) terhadap pembiayaan


ekspor yang menggunakan L/C.

5. Pelacakan tuduhan dumping

6. Untuk keperluan data statistik.

· Certifikat of inpection

Dokumen ini merupakan keterangan asal barang tentang keadaan barang yang di buat oleh
Independent surveyor, juru pemeriksa barang yang di syahkan oleh pemerintah dan di kenal
di dunia perdagangan internasional.
Salah satu surveyor yang di tunjuk pemerintah Indonesia adalah PT.Supretending Company
Of Indonesia ( SUCOFINDO ) yang bekerjasama oleh SGS ( Sociate Generele de
Surveliance S.A ). Tugas lembaga ini adalh membuat laporan kebenaran pemeriksaan
( LKP ).

· Penyerahan Barang dalam Perdagangan Ekspor-Impor :

Macam-macam cara penyerahan dan akibat bagi ekspor dan impor :

a. Ex Works

Berarti penjual akan melakukan penyerahan barang, belum di urus formalitas ekspornya dan
juga tidak di muat ke atas kendaraan pengangkut manapun.

b. Free Carier

Berarti bahwa penjual melakukan penyrahan barang-barang, yang sudah mendapatkan ijin
ekspor, kepada pengankut yang di tunjuk pembeli di tempat yang di tunjuk dan sudah di
catat.

c. Free Alongside Ship

Berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang-barang bila barang-barang itu di tempat
di smping kapal pelabuhn pengapalan yang di sebut. Hal ini berarti bahwa pembeli wajib
membayar semua biaya dan resiko.

d. Free Onboard

Berati bahwa penjual melakukan penyerahan barang-barang bila barang yang di serahkan
melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan Hal ini berarti bahwa pembeli wajib
membayar semua biaya dan menangung resiko.

e. Cost and Freight

Berati bahwa penjual melakukan penyerahan barang-barang bila barang yang di serahkan
melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan . Importir wajib membayar biaya-biaya dan
ongkos angkut yang perlu untuk memngkut barang sampaitujuan.Resiko penyerahan
berpindah dari penjual ke pembeli.

f. Cost Isurance and Freight.

Berati bahwa penjual melakukan penyerahan barang-barang bila barang yang di serahkan
melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan. Penjual wajib membayar semua biaya dan
ongkos angkut yang di butuhkan sampai ke pelabuhan tujuan.resiko hilang dan kerusakan
barang-barang berpindah dari penjual dari pembeli.

g. Carigge Paid to

Berarti bahwa penjual menyerahkan barang-barang kepada pengkut yang di tunjukan sendiri
tetapi penjual juga membayar ongkos angkut sampai ke tempat tujuan.
Carriage yaitu seiap orang yang mengadakan kontrak angkutan, bertanggung jawab
melakukan atau menjamin terlaksananya pengangkut dengan kereta api, jalan darat, udara
laut sungai atau dengan kombinasi dari alat angkut.

h. Carigge Isurance Paid to

Berarti bahwa penjual menyerahkan barang-barang kepada pengangkut yang di tunjuk


sendiri, tetapi penjual juga membayar ongkos angkut barang-barang sampai ketempat tujuan.
Hal ini berarti bahwa pembeli memikul semua resiko dan membayar.

i. Delivered and Frointier

Berarti bahwa penjual menyerahkan barang-barang bila di tempatkan dan menjadi


kewenangan pembeli pada saatnya brang angkut, sudah di urus formalitas ekspornya namun
belum di urus formalitas impornya, di tempat atau pada titik yang di sebut wilayah perbatasan
tetapi belum melewati wilyah pabean negara lain. istilah frontier bisa di gunakan untuk
wilayah perbatasan negara manapun.

j. Delivered Ex Ship

Berarti bahwa penjual menyerahkan barang-barang bila barang-barang itu di temaptkan


dalam kewenangan pembeli di atas kapal, belum di urus formalitas impornya, di pelabuhan
tujuan di sebut.Importir wajib membayar semua biaya dan menangungg semua resiko.

k. Delivered Duty Unpaid

Brarti bahwa penjual menyerahkan arang-barang kepada pembeli, belum di urus formalitas
impornya dan belum di bongkar dari atas alat angkut yang belum di bongkar dari atas alt
angkut yang baru dating di tempat tujuan. Bea masuk harus di pikul oleh pembeli termasuk
biaya dan resiko.

l. Delivered Duty Paid

Berarti bahwa penjual menyerahkan barang-barang kepada pembeli yang sudah di urus
formalitas impornya, namun belum di bongkar dari atas angkut yang baru datng di temapat
tujuan yang di sebut.

· Akibat Penyerahan Barang-Barng Terhadap Harga Barang ( nilai impor )

a. Loco Gudang penjual ( biaya 1 dan 2 )

b. Ex-gudang penjual ( biaya 1 s/d 4)

c. Ex- gudang penjual di atas alat angkut ( biaya 1 s/d 5)


d. Free alongside Ship ( biaya 1 s/d 8 )

e. Free On Board ( biaya 1 s/d 10 )

f. Cost and Freight ( C&F ) ( biaya 1 s/d 11 )

g. C & F Landed/ Free Overside (FOS) ( biaya 1 s/d 13 )

h. Cost Isurance Freight ( CIF ) ( biaya 1 s/d 14 )

i. CIF Clared ( biaya 1 s/d 15 )

j. Franco Gudang Pembeli ( biaya 1 s/d 16 )

Keterangan Biaya untuk Impotir:

1. Biaya Produksi di tambah biaya pemeliharahan selama kekeuasaan penjual.

2. Keuntungan yang di perhitungkan.

3. Upah pemindahan barang keluar dari pintu gudang penjual sendiri.

4. Ongkos pengepakan.

5. Upah menaikan barang ke atas alat angkut

6. Ongkos angkut barang dari gudang penjual sampai di sisi kapal di pelabuhan muat.

7. Ongkos bongkar muat dari atas alat angkut dermaaga di sisi kapal.

8. Biaya keluar barang seperti bea ekspor, bea stastitik dan bea administrasi.

9. Ongkos muat barang dari dermaga ke atas kapal

10. Biaya administrasi shipping document.

11. Ongkos angkut dari pelabuhan muat sampai ke pelabuhan tujuan.

12. Ongkos angkut dari pelabuhan muat sampai ke pelabuhan tujuan.

13. Premi asuransi dari barang-barang.

14. Bea masuk dan bea impor lainnya yang berlaku di negara pembeli.

15. Ongkos ankut di pelabuhan tujuan sampai ke gudang yang di tunjuk pembeli.

16. Ongkos menurunkan barang dari alt angkut dan menyusun di gudang pembeli.

· Undang-Undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan. Undang-Undang No 17


Tahun 2006 Tentang perubahan UU NO.10 tentang Kepbeanan.
· Lain-lain :

1. Pasal 37 dan Pasal 37A : Pelunasan bea masuk yang terhutang dan kekurangan bea
masuk dan sanksi berupa denda.

2. Pasal 30 : Mata uang dan nilai tukar yang di gunakan bea masuk.

3. Pasal 10 C : Perubahan data pabean karena kehilafan.

4. Pasal 1 dan Pasal 2 :Bea keluar

5. Pasal 115B : Pemberian informasi oleh direktur jendral.

6. Pasal 54, Pasal 55, Pasal 56, Pasal 57, Pasal 58, Pasal 59, Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62 :
Perubahan fase pengadilan negeri menjadi pengadilan niaga.

7. Pasal 7A, Pasal 9A : Perubahan Ketentuan Kedatangan dan Keberangkatan Sarana.

· TEMPAT-TEMPAT PENIMBUNAN

Ada 3 Tempat Penimbunan :

1. Tempat Penimbunan Sementara/TPS (pasal 43).

Bangunan lapangan di kawasan pabean untuk menimbun barang sementara menunggu


pemuatan/pengengeluarannya. TPS ini ada di di setiap kawasan pabeanan.

Di TPS terdapat :

1) Gudang Penimbuanan.

2) Lapangan Penimbunan.

3) Tempat-tempat lain seijin Kepala Kantor Bea dan Cukai.

Di TPS yang berada di areal pelabuhan batas maksimum adalah 30 hari sejak tanggal
penimbunan. Di TPS yang berada di luar area pelabuhan batas maksimum adalah 60 hari
sejak tanggal penimbunan.

· Tujuan dari pemberian batas maksimum adalah :

a. Mencegah penimbunan yang berlarut-larut sehingga bisa menimbulkan kongesti.

b. Penimbuanan hak-hak negara agar segera di lunasi.


Apabila penimbunan melewati batas waktu berubahstatus menjadi barang yang tidak di kusai
yang artinya :

1) Penimbuanan di pindahkan ke tempat penimbunan pabean (TPP) dan di pungut sewa


gudang.

2) Barang tersebut terancam di lelang apabila dalm tempo 60 hari sejak di TPP belum di
selesaikan.

· DP3 ( Depot Peti Kemas Pengawasan Pabean )

Adalah suatu lokalisasi di luar daerah kerja penyelenggaraan pelabuhan yang memenuhi
persyratan tertentu dan merupakan perpanjangan wilayah lini I yang berfungsi sebagai :

a. Tempat penimbunan sementara barang impor yang menggunakan peti kemas yang
belum di selesaikan kewajiban pabeannya dan pendistribusian barang impor yang sudah di
selesaikan kawasan pabean.

b. Tempat penimbunan semntara dan konsolidasi barang/peti kemas untuk tujuan ekspor.

c. Tempat penanganan kegiatan peti kemas untuk tujuan ekspor.

2. Tempat Penimbunan Berikat/TPB (pasal 44)

Adalah bangunan, tempat atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu di dalam
daerah pabeanyang di gunakan untuk menimbun, mengelolah, atau menyediakan barang
untuk di jual yang di tangani oleh Kepabanan, cukai dan perpajakan yang bebentuk Kawasan
Berikat, Pergudangan Berikat, Entreoot untuk tujuan pameran.

Tujuan pengadaan tempat penimbunan berikat adalah :

1. Untuk memberikan fasilitas kepada pengusaha, seperti menyimpan, menimbun,


menjual, mengemas atau mengelola barang yang berasal dari luar daerah pabean tanpa di
pungut biaya masuk.

2. Dapat di jamin adanya kelancaran arus barang dalam kegiatan ekspor-impor.

Fasilitas ini di berikan :

1. Agar barang dan bahan baku dekat dengan pabrik

2. Agar brang dekat dengan konsumen supaya harga barang tersebut bisa bersaing di pasar
global.

· 5 Bentuk TPB :

1. Kawasan Berikat
Adalah suatu bangunan atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang di dalamnya di
gunakan untuk kegiatan industri.

2. Gudang Berikat

Adalah suatu bangunan dengan batas-batas tertentu yang di alamnya di lakukan kegiatan
usaha, sebgai pusat distribusi banrang-barang asal impor untuk tujuan di masukkan daerah
pabean Indonesia lainnya, kawasan berikat atau di ekspor tanpa adanya pengelolaan.

3. Entropot untuk Tujuan Pameran

Adalah suatu bangunan atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang di dalamnya di
lakukan kkegiatan usaha penyelanggaraan pameran.

4. Toko Bebas Bea

Adalah tempat yang khusus di gunakan sebagai toko untuk menjual barang-barang bebas
bead an punggutannegara lainnyakepada mereka yang berhak membeli dalam batas nilai
tertentu.

· Unsur-Unsur Kriteria TPB yang harus di penuhi :

1. Adanya tempat khusus

2. Fungsinya untuk menimbun dan menyediakan barang

3. Asal Impor atau DPL

4. Untuk di jual atau menjual kepada orang yang berhak.

3. Tempat Penimbunan Pabean/TPP (pasal 48)

Pengertian TPP adalah bangunan atau tempat yang di sediakan pemerintah di kantor pabean
yang berada di pengelolaan DJBC untuk menyimpan barang yang di nyatakan tidak di kuasai,
barang yang di kuasai negara dan menjadi milik negara berdarkan Undang-Undang
Kepabeanan.

Pengertian barang yang tidak di kuasai berasal dari :

1. Barang di TPS yang melebihi jangka waktu penimbunan

2. Barang yang di TPB yang dalam waktu 30 hari ijinnya tidak di selesaikan maka akan di
cabut.

3. Barang yang di kirim melalui pos yang tidak memenuhui syarat. Di karenakan alamat
kurang lengkap sehingga dapat di tolak.

Pengertian barang yang di kuasai negara adalah :


a. Barang yang impornya di larang atau di batasi.

b. Barang atau sarana angkut yang di tinggalkan.

c. Barang atau sarana angkut yang di tinggalkan oleh pemilikyang tidak di kenal.

Pengertian barang Yang menjadi milik negara adalah ;

a. Barang yang di larang impornya.

b. Barang yang impornya tidak di selesaikan dalam waktu 60 hari.

Kawasan Berikat : Keuntungan dan Kendala yang Dihadapi

Kali kesempatan ini saya akan mensharing beberapa keuntungan dan kekurangan dari
fasilitas yang diberikan oleh Pemerintah berupa fasilitas Kawasan Berikat atau dulu lebih
dikenal dengan EPTE (Entrepot Tujuan Ekspor). Dari berbagai literatur dan sumber saya
coba sampaikan

Secara garis besar Kawasan Berikat merupakan bagian dari fasilitas yang diberikan dalam
lingkup Tempat Penimbunan Berikat.

PENGERTIAN KAWASAN BERIKAT

Kawasan Berikat dalah : Suatu bangunan, tempat atau kawasan dengan batas-batas tertentu
yang di dalamnya dilakukan usaha industri pengolahan barang dan bahan, kegiatan rancang
bangun, perekayasaan, penyortiran, pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir, dan pengepakan
atas barang dan bahan asal impor atau barang dan bahan dari dalam daerah pabean Indonesia
lainnya (DPIL) – Saat ini : TLDDP (Tempat Lain Dalam Daerah Pabean) – , yang hasilnya
terutama untuk tujuan ekspor.

Penyelenggara Kawasan Berikat (PKB) adalah perseroan terbatas, koperasi yang berbentuk
badan hukum atau yayasan yang memiliki, menguasai, mengelola dan menyediakan sarana
dan prasarana guna keperluan pihak lain di KB yang diselenggarakannya berdasarkan
persetujuan untuk menyelenggarakan KB.

Pengusaha Di Kawasan Berikat (PDKB) adalah perseroan terbatas atau koperasi yang
melakukan kegiatan usaha industri di KB.

Perusahaan yang berhak mendapatkan fasilitas KB :

 PMDN, PMA, NON PMA/PMDN yang berbentuk PT, KOPERASI


 Memiliki lahan yang berlokasi di kawasan industri
 Mempunyai NPWP

DASAR HUKUM
 Peraturan Pemerintah  Nomor  33  Tahun  1996 tentang Penimbunan Berikat jo. 
Peraturan pemerintah No.  43  Tahun  1997 tentang penyempurnaan PP No. 33/1996;
 Keputusan  Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor  :  291/KMK.05/1997
tanggal 26 Juni 1997 sebagaimana diubah terakhir dengan  Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor  : 349/KMK.01/1999 tanggal 24 Juni 1999;
 Keputusan Direktur Jenderal Bea  dan  Cukai  No. KEP-63/BC/1997 tanggal 25 Juli
1997;
 Surat  Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor SE-10/BC/1997 tanggal 18
Maret 1998.

BENTUK FASILITAS

1. Penangguhan  Bea Masuk, Tidak Dipungut PPN, PPnBM dan PPh Pasal 22 Impor
atas :
o Impor barang modal/peralatan perkantoran yang semata-mata dipakai
PKB/PKB merangkap PDKB;
o Impor  barang modal dan peralatan pabrik yang berhubungan langsung dengan
kegiatan produksi PDKB;
o Impor barang/bahan untuk diolah di PDKB;
o Pembebasan cukai atas pemasukan dari DPIL untuk diolah lebih lanjut;
2. Pembebasan bea masuk dan cukai  serta  tidak dipungut PPN, PPnBM dan PPh pasal
22 Impor atas pengeluaran  yang  ditujukan kepada pihak yang memperoleh fasilitas
pembebasan;
3. Tidak dipungut PPN dan PPnBM atas :
o Pemasukan  BKP  dari DPIL untuk diolah lebih lanjut;
o Pengiriman  barang hasil produksi PDKB ke PDKB lain untuk diolah lebih
lanjut;
o Pengeluaran barang/bahan ke perusahaan industri di DPIL/PDKB lain dalam
rangka
4. subkontrak;
o Penyerahan  kembali BKP hasil subkontrak oleh PKP di DPIL/PDKB lain
kepada PDKB asal;
o Peminjaman  mesin/peralatan pabrik dalam rangka subkontrak kepada
perusahaan industri di DPIL/PDKB lain dan pengembaliannya ke PDKB asal.
5. Penyerahan barang hasil olahan produsen pengguna fasilitas  Bapeksta Keuangan dari
DPIL untuk diolah lebih  lanjut oleh PDKB diberikan perlakuan perpajakan yang
sama dengan perlakuan  terhadap barang yang diekspor;
6. Barang modal berupa mesin asal impor apabila telah melampaui jangka waktu dua
tahun  sejak pengimporannya atau sejak menjadi aset perusahaan dapat
dipindahtangankan dengan tanpa kewajiban membayar bea masuk yang terutang;
7. PDKB  yang  termasuk dalam Daftar Putih dapat mempertaruhkan jaminan berupa
SSB kepada KPBC yang  bersangkutan untuk pemasukan dan pengeluaran barang ke
dan dari PDKB  yang dipersyaratkan untuk mempertaruhkan jaminan;
8. PDKB dapat mensubkontrakkan sebagian  kegiatan pengolahannya kecuali pekerjaan
pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir, penyortiran dan  pengepakan kepada
perusahaan industri di DPIL  atau  PDKB lainnya;
9. Mesin/peralatan pabrik  yang akan dipergunakan  untuk menyelesaikan  pekerjaaan
subkontrak  dapat dipinjamkan  oleh PDKB kepada  PDKB lainnya  atau sukkontrak
di DPIL untuk jangka  waktu paling lama 12 (dua belas) bulan dan  dapat
diperpanjang untuk paling lama dua kali 12 (dua belas) bulan;
10. Pengeluaran  barang jadi berupa komponen (barang yang akan digabung dengan
barang lain  dalam perakitan untuk menghasilkan barang berderajat lebih tinggi dan
sifat hakikinya  berbeda  dari  produk semula) ke DPIL diperkenankan hingga sebesar
100 % dan untuk barang jadi lainnya sebesar 50 % dari nilai realisasi ekspor atau
pengeluaran  ke  PDKB lainnya yang telah dilakukan.

FASILITAS TERKAIT KEGIATAN SUB KONTRAK

1. Pengeluaran barang/bahan ke perusahaan industri di DPIL / PDKB lainnya dalam


rangka Sub Kontrak, tidak dipungut PPN dan PPnBM
2. Penyerahan kembali Barang Kena Pajak hasil Sub Kontrak oleh Pengusaha Kena
Pajak di DPIL / PDKB lainnya kepada PDKB asal tidak dipungut PPN dan PPnBM
3. Peminjaman mesin/peralatan pabrik dalam rangka SubKontrak kepada Perusahaan
Industri di DPIL/PDKB lainnya dan pengembalian pinjaman ke PDKB asal tidak
dipungut PPN dan PPnBM

FASILITAS ATAU KEMUDAHAN LAINNYA

1. Impor ;
o Pemasukan langsung dari pelabuhan bongkar ke KB;
o Tidak diberlakukan ketentuan tataniaga impor;
o Tidak diberlakukan pemeriksaan fisik
2. Ekspor:
o Tidak dilakukan pemeriksaan fisik
o Persetujuan muat di KB
3. Pengeluaran barang dari KB ke KB lainnya dianggap sebagai realisasi ekspor
4. Dalam KB bisa didirikan Gudang Berikat
5. Penjualan ke DPIL  (Daerah Pabean Indonesia Lainnya):
o 50 % untuk komponen atau barang yang akan digunakan untuk produksi
barang  yang menghasilkan barang yang derajatnya lebih tinggi
o 25 % untuk yang lainnya dari nilai realisasi ekspor dan atau pengeluaran ke
KB lainnya

KEUNTUNGAN DAN PERMASALAHAN DALAM KAWASAN BERIKAT


Manfaat / Keuntungan Kawasan Kesiapan (Kawasan Berikat
Berikat

1. Efisiensi waktu dengan 1. Segala proses & kegiatan baik


tidak  dilakukannya keluar masuk barang diawasi
pemeriksaan fisik di Tempat langsung oleh pihak petugas Bea
Penimbunan Sementara Cukai yang ditunjuk dengan
(Pelabuhan) pada saat mewajibkan penyertaan dokumen
melakukan proses Customs dan kelengkapan dokumen
Clearace (Tanpa dilakukan pendukung lainnya
proses jalur merah atau pun 2. Wajib melaporkan jumlah
jalur kuning). dokumen dan nilai pabean
2. Efisiensi waktu dengan (transaksi) atas pemasukan dan
pengajuan BC.23  yang pengeluaran barang dari dan ke
dilakukan  sebelum perusahaan yang meiliki fasilitas
kapal/pesawat  tiba. Kawasan Berikat tersebut dalam
3. Efisiensi waktu dan biaya kurun waktu :
dengan  prosedur  Truck o Bulanan (setiap awal
Lossing. bulan) setelah kegiatan
4. Efisiensi waktu dan fasilitas berjalan
perpajakan dan kepabeanan, o 3 Bulanan atas pelapoan
sehingga PDKB dapat bahan baku, barang
menikmati harga kompetitif setengah jadi dan barang
di pasar global. jadi (4A, 4B dan 4 C)
5. Cash Flow perusahaan lebih 3. Cukup memakan waktu dalam
terjamin. Dikarenakan tidak proses Customs Clearance karena
mengganggu proses cash out atas pemasukan dan pengelaran
terkait pembayaran pajak setiap barang harus melalui
dalam rangka import dan persetujuan petugas Bea Cukai
Bea masuk dan cukai pada baik yang berada di Kawasan Itu
saat melakukan import. sendiri atau di Kantor Pelayanan
6. Production Schedule lebih masing-masing wilayah
terjamin.
7. Membantu usaha
pemerintah dalam  rangka
mengembangkan program
keterkaitan  antara
perusahaan  besar,
menengah dan kecil melalui
kegiatan pola sub-kontrak.

KEMUDAHAN EKSPOR
1. Pelayanan  dokumen  ekspor diberikan oleh petugas BC di KB termasuk pemberian 
persetujuan  muat sehingga barang ekspor milik PDKB di  pelabuhan muat dapat
langsung dimuat di atas kapal/pesawat.
2. Barang ekspor dari KB  dimungkinkan  untuk konsolidasi  dengan  barang ekspor
lainnya sehingga dapat menghemat biaya ekspor.
3. Dengan diberikannya fasilitas perpajakan, PDKB tidak  perlu mengurus proses
restitusi pajak karena pemasukan barang ke KB tidak  dipungut  PPN, PPnBM dan
PPh Pasal 22 Impor.
4. Pengiriman barang hasil olahan PDKB  ke  PDKB lainya  dapat  digabungkan dengan
jumlah realisasi ekspor untuk dasar perhitungan penjualan  hasil olahan ke DPIL.

SYARAT-SYARAT FISIK

1. Perusahaan berstatus PMDN, PMA, Non PMA/PMDN  yang  berbentuk PT, Koperasi
atau Yayasan.
2. Memiliki/menguasai  kawasan yang berlokasi di kawasan industri atau kawasan 
peruntuk-kan industri yang ditetapkan Pemda TK. II
3. Lokasi kawasan dapat langsung dimasuki dari jalan umum  dan  dapat dilalui oleh
kendaran pengangkut barang,  tidak berhubungan langsung dengan bangunan  lain dan
mempunyai fasilitas sistem hanya  satu pintu utama untuk pemasukan dan
pengeluaran barang ke/dari KB.
4. Kawasan memiliki pagar keliling yang merupakan batas pemisah yang jelas dengan
kawasan lainnya.
5. PDKB  harus  memiliki secara terpisah tempat pengolahan,  penimbunan  bahan baku,
barang jadi, dan bahan sisa serta barang rusak/busuk.
6. Menyediakan  ruangan yang memadai bagi petugas Bea dan Cukai dalam melakukan
pekerjaan dan pos penjagaan di pintu utama
7. Memasang papan nama yang  dapat  dibaca  dan tampak jelas di depan perusahaan

BAGAIMANA MEMPEROLEH PERSETUJUAN

A.  persetujuan sebagai KB atau PKB merangkap PDKB diberikan oleh Menkeu RI.
Pengusaha  cukup mengajukan  permohonan dengan menggunakan contoh seperti
lampirkan I Kep Menkeu No.291/KMK.05/1997 tanggal 26 Juni  1997  dan melampirkan :

1. Copy Surat Persetujuan Usaha Industri, Amdal, dan  persetujuan  lainya yang
diperlukan dari instansi teknis terkait.
2. Copy Akte Pendirian PT, Koperasi atau Yayasan yang disahkan pejabat berwenang.
3. Copy bukti kepemilikan atau  penguasaan bangunan/ tempat/ kawasan yang  memiliki
batas-batas  (pagar  pemisah) yang jelas/ SK domisili.
4. Copy NPWP, penetapan PKP dan SPT Tahunan PPh WP Badan tahun terakhir.
5. Peta, denah  lokasi/tempat  yang akan  dijadikan KB  yang telah  diijinkan oleh
Pemda.
6. Denah, site-plan  lokasi/tempat yang  akan diusahakan sendiri sebagai PDKB.
7. Daftar isian seperti Lampiran IA Skep Dirjen Bea dan  Cukai No.Kep-63/BC/1997
tanggal 25 Juli1997.
8. Berita Acara Pemeriksaan Lokasi KB yang dibuat oleh Kepala Kantor Pelayanan 
yang mengawasi KB  (bagi  pengusaha yang telah memiliki bangunan fisik).
B.  Persetujuan sebagai PDKB diberikan  oleh  Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
Pengusaha dalam waktu 14 hari  sebelum  memulai kegiatan agar mengajukan
permohonan  melalui PKB dengan menggunakan contoh seperti lampiran II Kep Menkeu
No.291/KMK.05/1997 tanggal 26 Juni  1997  dan melampirkan :

1. Copy bukti kepemilikan/penguasaan perusahaan industri di KB  dilampiri  surat


rekomendasi dari PKB.
2. Copy  Persetujuan Usaha Industri dan persetujuan lainnya yang  diperlukan  dari
instansi teknis terkait.
3. Copy  Akte Pendirian PT, Koperasi atau Yayasan yang disahkan pejabat berwenang.
4. Copy NPWP, Penetapan PKP dan  SPT Tahunan PPh WP Badan tahun terakhir.
5. Denah, site-plan lokasi/tempat yang akan diusahakan sebagai PDKB.
6. Saldo  bahan baku, bahan dalam proses, barang jadi, barang modal  dan  peralatan
pabrik.
7. Foto/Brosur/Katalog/Contoh  barang jadi hasil olahan yang akan diproduksi di PDKB.

Anda mungkin juga menyukai