pengertian Kepabeanan :
Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas
barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar.
Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan
ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas
kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang ini. Daerah Pabean meliputi 12 mil di
hitung dari perairan Indonesia hasil dari ekspor devisa.
Kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, udara dan atau tempat lain yang di
tetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan direktorat
jendral bean dan cukai.
Kantor pelayanan direktorat jendral bead an cukai tempat di penuhinya kewajiban pabean
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pabean.
Tempat yang di gunakan oleh pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan pengawasan terhadap
lalu lintas barang impor dan ekspor.
semua kegiatan di bidang kepabeanan yang wajib di lakukan untuk memenuhi ketentuan
dalam undang-undang kepabeanan.
Pernyataan yang di buat oleh orang dalam rangka melaksanakan kewajiban pabean dalam
bentuk dan syarat yang di tetapkan dalam Undang-Undang Kepabeanan.
· Pengertian devisa adalah Saldo mata uang asing yang memiliki kurs resmi di Bank
Indonesia.
Sumber Devisa Bersumber Dari :
Manfaat Devisa :
5. membiayai atlit, misi kebudayaan, studi banding / perjalanan dinas pejabat negara
a. Devisa umum, yaitu devisa yang didapat dari kegiatan ekspor, penjualan jasa serta
bunga modal.
b. Devisa kredit, yakni adalah devisa yang diperoleh dari kredit pinjaman luar negeri.
Fungsi Devisa :
c. alat transaksi pembiayaan hubungan dengan luar negri seperti membiayai kedutaan,
misi budaya, hadiah, bantuan,
· Pengertian Impor adalah Kegiatan barang ke dalam daerah Pabean atau ke dalam
negeri. Terhadap barang yang di persyaratkan tata niaga impor tertentu harus mendapatkan
Izin dari instansi yang melakukan pengaturan Tata Niaga Impor tersebut. Terhadap barang
impodi pungut Bea Masuk dan Pajak dalam rangka impor (PPN Impor, PPnBM dan PPH
pasal 22). Kecuali yang mendapat fasilitas atu keringanan.
· Pengertian Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem
pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh pihak
eksportir dan importir. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan
dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Setiap negara memiliki peraturan dan
ketentuan perdagangan yang berbeda-beda.
1. Masalah Eksternal
a. Kepercayaan
b. Pemasaran
- Ongkos-ongkos barang
Unsur-unsur yang harus di perhatihkan dalam pemilihan negara kemana barang akan di
ekspor :
- Politik.
- Jarak.
Yang juga tidak kurang penting adalah diversifikasi atau perluasan pemasaran dengan
memasuki pasaran- pasaran baru.
c. Sistem Quota
Namun bilamana ada pembatasan ketentuan kuota barang dan kuota negara. Maka
sepenuhnya tidak terlaksana. Pemerintah melakukan normalisasi hubungan-hubungan
dagang negara-negara patner dagang kita.
2. Masalah internal
Yang pertama yang perlu di kusai adalah dasar-dasar transaksi ekspor-import, tata cara
pelaksanaannya, pengisian formulir-formulir yang di perlukan, peraturan-peraturan
pemerintah dalm maupun luar negeri di mana rekan dagangnya berada.
§ Eksportir harus memiliki angka pengenal perdagangan di kenal dengan API/APIT ( Angka
Pengenal Import/ Angka Pengenal Import Terbatas ).
b. Pembiayaan
Yang lebih umum lagi di lakukan adalah memanfaatkan fasilias-fasilitas pembiayaan yang
tersedia pada bank-bank, fasilitas-fasilitas mana dapat di sesuaikan dan tergantung dari pada
jenis transaksi-transaksi yang di lakukan.
5. Menciptakan perdagangan dan pasar dalam negeri yang sehat serta iklim usaha yang
kondusif.
1. Impor hanya dapat di lakukan oleh perusahaan yang telah memiliki Angka Pengenal
Importir (API ).
3. Dalam hal tertentu, Menteri perdagangan dapat mentapkan barang yang di impor dalam
keadaan bukan baru.
Dasar Hukum :
Jenis API :
A. API – U
1. API – U di berikan hanya ke pada perusahaan yang melakukan impor barang tertentu
untuk kelompok/ jenis barang yang tercakup dalam satu bagian dalam sistem klasifikasi
barang dengan tujuan di erdagangkan.
2. Perusahaan pemilik API – U dapat mengimpor kelompok atau jenis barang lebih dari
satu bagian apabila :
a. Perusahaan pemilik API – U tersebut mengimpor barang yang di hasilkan oleh
perusahaan di luar negeri yang memiliki hubungan istimewa.
b. Perusahaan pemilik API – U tersebut merupakan badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya di miliki pemerintah.
B. API – P
API – P di berikan hanya kepada perusahaan impor barang untuk di perdagangkan sendiri
sebgai arang modal, bahan baku, bahn penolong, atau bahan untuk mendukung proses
produksi dan di larang untuk di perdagangkan/ di pindahkan tagankan kepada pihak lain.
2. Memperlancar arus barang dan dokumen sesuai tuntunan importir, eksportir dan
perusahaan lainnya yang ada kaitan dengan perdagangan internasional.
1. Kelompok Identor
o Pemakai lansung
o Para Pedagang
o Para pengusaha
2. Kelompok Importir
o Pengusaha impor
o Approved importir
o Importir umum
3. Kelompok promosi
4. Kelompok Importir
o Produsen importir
o Confirming hause
o Pedagang ekspor
o Agen ekspor
o Wisma dagang
5. Lembaga Terkait
o Bank
a. Bank Devisa
b. Bank komersial
a. EMKL ( Ekspedisi Muatan Kapal Laut ) dan EMPU ( Eksepedisi Muatan Pesawat
Udara )
b. Freight Fordawing
o Kedutaan ( konsultan )
1. Advance Payment adalah model pembayaran paling aman bagi Exporter, dengan
alasan, Exporter mendapatkan pembayaran terlebih dahulu.
2. Keyakinan bahwa di negara eksportir tidak melarang akan ekspor barang tersebut.
3. Keyakinan bahwa pemerintah di negara importir tidak melarang akan ekspor barang
tersebut.
a. Ceque
b. Bankers draft
d. Cable payment
2. Payment Account
Open Account adalah sistem pembayaran dimana belum dilakukan pembayaran apa-apa oleh
importir kepada eksportir sebelum barang dikapalkan atau tiba dan diterima importir atau
sebelum waktu tertentu yang telah disepakati.
4. Eksportir yakin tidak ada peraturan di negara importir yang melarang transfer
pembayaran.
Resiko-resiko yang dapat terjadi dalam sistem pembayaran ini antara lain :
§ Dalam hal importir tidak membayar, eksportir akan kesulitan dalam membuktikannya di
pengadilan karena tidak ada bukti-bukti
3. Collection draf
§ drawee (importir)
§ drawer (eksportir)
Bank yang terlibat dalam proses penagihan ini tidak menjamin pembayaran. Mereka hanya
bertindak sebagai penagih pembayaran.
Jenis Collection:
• Clean Collection: penagihan hanya menggunakan draft saja, tanpa harus melengkapi
dokumen transaksi
• Documentary Collection: menggunakan draft dan dokumen pengiriman lain spt faktur,
dokumen asuransi, SKA.
· Macam-Macam Documentary Colection :
Pada prinsipnya hampir sama dengan documents against payment, bedanya hanya terletak
pada dokumen yang dikirim, yaitu hanya Shipping documents saja dan tidak ada drafts
Cara ini disebabkan karena, kalau dokumen yang dikirim ada financial documents (misalnya
drafts) maka akan timbul bea meterai khususnya di suatu negara yang cukup mahal.
Sehingga lebih memilih cara collection seperti ini.
Eksportir meminta remitting bank agar menyerahkan dokumen kepada importir setelah
importir melakukan akseptasi drafts (berjanji akan membayar pada saat jatuh tempo).
4. Free of Payment
Eksportir meminta remitting bank untuk menyerahkan dokumen kepada importir tanpa
pembayaran karena mungkin pembayaran sudah dilakukan sebelum barang dikirim, cara ini
biasa disebut dengan Free of Payment.
4. Consignment
Consignment adalah suatu keadaan di mana barang yang diterima importir hanya berupa
titipan dari eksportir. Importir sebagai agen yang menjual kepada pihak ketiga. Eksportir
tetap menjadi pemilik dan menanggung penuh risiko-risiko berikut:
§ Jika importir tidak membayar, maka tidak ada bukti untuk menuntutnya di pengadilan.
5. Letter of Credit
Letter of Creadit (L/C) adalah sebuah instrument yang di keluarkan oleh sebuah bank atas
nama salah satu nasabahnya, yang menguasakan seseorang atau sebuah perusahaan
perusahaan penerima instrument tersebut menarik wesel atas bank yang bersangkutan,
berdasarkan kondisi/ persyaratan-persyaratan yang tercantum pada instrument tersebut.
Tujuan L/C :
§ Memberikan pengamanan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi yang di adakan.
§ Merupakan instrument yang di dasarkan hanya atas dukumen-dokumen DAN bukan atas
yang lain.
§ Membantu issuing bank memberikan fasilitas pembiayaan kepada importir dan memonitor
penggunaannya.
Kebaikan
1. Eksportir dapat lebih mempercayakan pada L/C yang di keluarkan bank daripada L/c
yang di kelurkan pedagang.
2. Eksportir Menerima pembayaran segera dari bank pembayar bilamana semua dokumen
yang sesuai dengan syarat L/C di serahkan kepada bank pembayar walaupun importir belm
menerima dokumen tersebut.
4. Importir tidak harus menyediakan dana atau kadang-kadang persentase tertentu saja
sampai barang tiba untuk di tebus.
5. Importir dapat menggunakan hak kepemilikan atas dasar atas dasar-dasar dokumen atas
dasar L/C untuk memperoleh pembiayaan selanjutnya.
6. Importir merasa terjamin bahwa bank akan menolak pembayaran oleh eksportir yang
tidak memenuhi syarat- syarat L/C.
Kelemahan
3. Bank-bank hanya berkepentingan dalam hal dokumen saja bukan dalam hal barang-
barang.
4. Importir tidak memdapat jaminan atas barang dengan harga tertentu yang sebenarnya di
kapalkan.
1. Pihak langsung
a. Pembeli / importir
b. Penjual / eksportir
§ Mengurangi ketidakpastian.
1. Revocable
L/C ini dapat di tarik kembali dan tidak mengikat pihak manapun.
2. Irrovocable L/C
Dalam L/c ini bank pembuka L/C menyatakan janji yang tidak dapat di tarik kembali untuk
membayar dokumen-dokumen yang sesuia syarat L/C.
Sama dengan L/C biasa kecuali bahwa L/C ini di adviskan melaui sebuah bank lain yang
tidak menyatakan tambahan penangungan kewajiban apapun.
1. Revolving L/C
Suatu L/C yang berdasarkan syarat-syarat jumlahnya di perbaharui secara otomatis tanpa
memerlukan perubahan khusus pada L/C
Salah satu jenis L/C yang pada hakikatnya memberikan fasilitas terlebih dahulu kepada
eksportir, eksportir menarik lebih dahulu sebelum pengapalan. Di sebut Red Clause karena
pada hakikatnya klausa di tulis dengan tinta merah untuk menarik perhatian atas keunikan
L/C ini. L/C ini berguna sekali bagi para perantara-perantara dan pedagang di daerah
perdagangan yang memerlukan suatu fasilitas pre-financing (pembiayaan sebelum
mengekspor), dimana pembeli tertentu bersedia memberikan izin-izin atau kelonggaran
khusus dengan cara pembayaran demikian.
3. Tranferable L/C
adalah eksportir berhak memnita kepada bank yang diamanatkan untuk melakukan
pembayaran/akseptasi kepada setiap bank yang berhak melakukan negosiasi, untuk
menyerahkan hak atas kredit sepenuhnya/sebagian kepada pihak ketiga. L/C ini dapat di
pindahkan dari eksportir yang satu atau ke beberapa eksportir yang lain. Dan hanya di
terbitkan oleh bank sebagai “ transferable L/C” bilaman ada intruksi khusus dari applicant
L/C importir tersebut.
adalah Dalam L/C ini, penerima (beneficiary) biasanya bukan pemilik barang, tetapi hanya
perantara. Oleh karena itu, penerima L/C ini terpaksa meminta bantuan banknya untuk
membuka L/C untuk pemilik barang-barang yang sebenarnya dengan menjaminkan L/C yang
diterimanya dari luar negeri. L/C ini lebih komplek dari jenis L/C lain.
5. Straight L/C
L/c ini biasanya pembayrannya di lakukan pada saat jatuh tempo di negara bank L/C. Bank di
negara eksportir dapat melakukan pembayaran lebih dahulu kepada eksportir atau menunggu
bank pembuka L/C dan baru melaksanakan pmbyaran pada eksportir.
6. Restricted L/C adalah Bila mana penerusan dan atau pembayaran L/C tersebut dibatasi
hanya kepada bank yang namanya tercantum dalmL/C di negara eksportir. Jenis L/C ini
biasanya di gunakan bilamana eksportir memperoleh fasilitas pembiayaan yang berkaitan
dengan L/C tersebut dari bank yang menegosier L/C di maksud. Bilamana L/C tersebut dapat
mengajukan wesel dan dokumeen-dokumen L/C nya kepada bank mana saja yang di pilih.
7. Confirmed L/C adalah L/C yang diangggap paling sempurna dan paling aman dari
sudut penerima L/C (beneficiary) karena pembayaran atau pelunasan wesel yang ditarik atas
L/C ini dijamin sepenuhnya oleh opening bank maupun oleh advising bank, bila segala
syarat-syarat dipenuhi, serta tidak mudah dibatalkan karena sifatnya yang irrevocable.
8. Documentary L/C adalah Penarikan uang atau kredit yang tersedia harus dilengkapi
dengan dokumen-dokumen lain sebagaimana disebut dalam syarat-syarat dari L/C.
9. Clean L/C adalah Dalam L/C ini tidak dicantumkan syarat-syarat lain untuk penarikan
suatu wesel. Artinya, tidak diperlukan dokumen-dokumen lainnya, bahkan pengambilan uang
dari kredit yang tersedia dapat dilakukan dengan penyerahan kuitansi biasa.
10. Usance L/C adalah L/C yang weselnya berjangka, di bayar pada waktu tertentu kemudian
lazim di bayar pada 30, 60, 90 s/d 180 hari.
11. Back to back L/C adalah Dalam L/C ini, penerima (beneficiary) biasanya bukan pemilik
barang, tetapi hanya perantara. Oleh karena itu, penerima L/C ini terpaksa meminta bantuan
banknya untuk membuka L/C untuk pemilik barang-barang yang sebenarnya dengan
menjaminkan L/C yang diterimanya dari luar negeri. L/C ini lebih komplek dari jenis L/C
lain. Pada hakikatnya back to back L/C ini ini merupakan dua L/C yang identic, kecuali
harganya dan tanggal pengapalan serta berlakunnya L/C.
Jenis L/C ini umumnya di gunakan dalam kondisi sebagai berikut :
c. Eksportir tidak ingin supplier mengetahui nama importir asli dan harga-harga yang
sesungguhnya,
12. Revolving L/C adalah L/C ini memungkinkan kredit yang tersedia dipakai ulang tanpa
mengadakan perubahan syarat khusus pada L/C tersebut. L/C ini dapat “ Revocable” atau “
Irrevocable” dan dapat berlaku kembali dalam kaitan atau jangka waktu atau nila L/C.
13. Merchat L/C adalah L/C yang di buka oleh seorang pedagang kepada pedagang di luar
negeri dan pembayaran di lakukan pembuka L/C tersebut atas dasar dokumen-dokumen L/C
yang sesuai syarat L/C.
Importir mengajukan permohonan kepada issuing bank untuk menerbitkan L/C yang
ditujukan kepada eksportir.
Issuing bank membuka mengirimkan L/C kepada bank koresponden di tempat eksportir
(advising bank).
Issuing bank memeriksa dokumen apakah sesuai dengan syarat-syarat L./C, maka Issuing
bank meminta importir untuk membayar dengan cara yang disyaratkan dalam L/C. Importir
membayar atau meminta issuing bank untuk mendebet rekeningnya pada bank tersebut.
Importir juga membayar kepada negotiating bank.
· MAacam-Macam Dokumen
Salah satu dokumen yang negosiable dan berharga dalam handling/ negosiasi transaksi
ekspor dan berkaitan dengan pengakutan barang dengan kapal laut yang di sebut Ocean Bill
Of Lading atau Marine Bill Of Lading.
· Commercial Invoice
Invoce merupakan sebutan untuk surat tagihan (faktur) yang dikeluarkan penjual kepada
konsumen (pembeli) yang berisikan informasi yang berkaitan dengan transaksi yang terjadi.
Invoice berfungsi sebagai bukti tagihan yang dibebankan kepada pembeli.
Sedangkan pengertian dari comercial invoice adalah dokumen atau surat tagihan yang
diterbitkan oleh eksportir dan ditujukan kepada importir.
Sebagai bukti dan alat penagihan memudahkan kedua belah pihak dalam mengecek barang,
yang terkait :
a. Jumlah barang
b. Ukuran barang
c. Harga
d. Data pengekspor
e. Data pengimpor
- Perincian yang terkait dengan komoditi ekspor – impor harus sesuai dengan
permintaan yang tercantun pada L/C
- Data pelengkap harus sesuai dengan syarat – syarat yang terkait dengan kegiatan
ekspor – impor tersebut yang tercantum dalam L/C
- Commercial invoice harus ditandatangi langsung oleh pihak terkait (bukan stempel)
- Dalm Invoice di sebut nama kapal, tanggal pengapalan, sayarat pengapalan ( tanggal
B/L, nomor dan tanggal L/C serta insuing bank ( bank pembuka L/C )
· Certifikat of insurance
Di gunakan untuk mengurangi atau menutupi terjadinya resiko yang tidak di inginkan.
Dengan L/C telah di tegaskan jenis pembayaran yang masing-masing menimbulkan hak dan
kewajiban tertentu dalam hal pembayaran transaksii antara lain :
§ FOB ( Free On Board ) artinya yang di tanggung eksportir hanya sampai ke biaya
pemuatan ke atas kapal.
§ C&F (Cost and Freight ) yaitu di dalam harga telah termasuk harga barang dan biaya
angkut sampai negara tujuan tanggung jawab eksportir
§ CIF ( Cost, Insurance and Freigt ) adalah harga barang yang sudah termasuk asuransi dan
biaya angkut kapal, yang telah di selaikan pembayaran oleh pihak eksportir di negaranya.
Certifikat of origin
Surat Keterangan Asal (SKA) adalah dokumen yang disertakan pada saat ekspor barang ke
suatu negara tertentu yang mana negara penerima barang tersebut sudah menyepakati suatu
perjanjian untuk memberikan suatu kemudahan bagi barang dari Indonesia untuk memasuki
negara lain.
Manfaat SKA
1. Untuk mendapatkan preferensi berupa penurunan atau pembebasan tarif bea masuk ke
suatu atau kelompok negara.
2. Sebagai dokumen atau tiket masukkomoditi ekspor Indonesia ke negara tujuan ekspor.
3. Untuk menetapkan negara asal barang (country of origin) suatu barang ekspor.
· Certifikat of inpection
Dokumen ini merupakan keterangan asal barang tentang keadaan barang yang di buat oleh
Independent surveyor, juru pemeriksa barang yang di syahkan oleh pemerintah dan di kenal
di dunia perdagangan internasional.
Salah satu surveyor yang di tunjuk pemerintah Indonesia adalah PT.Supretending Company
Of Indonesia ( SUCOFINDO ) yang bekerjasama oleh SGS ( Sociate Generele de
Surveliance S.A ). Tugas lembaga ini adalh membuat laporan kebenaran pemeriksaan
( LKP ).
a. Ex Works
Berarti penjual akan melakukan penyerahan barang, belum di urus formalitas ekspornya dan
juga tidak di muat ke atas kendaraan pengangkut manapun.
b. Free Carier
Berarti bahwa penjual melakukan penyrahan barang-barang, yang sudah mendapatkan ijin
ekspor, kepada pengankut yang di tunjuk pembeli di tempat yang di tunjuk dan sudah di
catat.
Berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang-barang bila barang-barang itu di tempat
di smping kapal pelabuhn pengapalan yang di sebut. Hal ini berarti bahwa pembeli wajib
membayar semua biaya dan resiko.
d. Free Onboard
Berati bahwa penjual melakukan penyerahan barang-barang bila barang yang di serahkan
melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan Hal ini berarti bahwa pembeli wajib
membayar semua biaya dan menangung resiko.
Berati bahwa penjual melakukan penyerahan barang-barang bila barang yang di serahkan
melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan . Importir wajib membayar biaya-biaya dan
ongkos angkut yang perlu untuk memngkut barang sampaitujuan.Resiko penyerahan
berpindah dari penjual ke pembeli.
Berati bahwa penjual melakukan penyerahan barang-barang bila barang yang di serahkan
melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan. Penjual wajib membayar semua biaya dan
ongkos angkut yang di butuhkan sampai ke pelabuhan tujuan.resiko hilang dan kerusakan
barang-barang berpindah dari penjual dari pembeli.
g. Carigge Paid to
Berarti bahwa penjual menyerahkan barang-barang kepada pengkut yang di tunjukan sendiri
tetapi penjual juga membayar ongkos angkut sampai ke tempat tujuan.
Carriage yaitu seiap orang yang mengadakan kontrak angkutan, bertanggung jawab
melakukan atau menjamin terlaksananya pengangkut dengan kereta api, jalan darat, udara
laut sungai atau dengan kombinasi dari alat angkut.
j. Delivered Ex Ship
Brarti bahwa penjual menyerahkan arang-barang kepada pembeli, belum di urus formalitas
impornya dan belum di bongkar dari atas alat angkut yang belum di bongkar dari atas alt
angkut yang baru dating di tempat tujuan. Bea masuk harus di pikul oleh pembeli termasuk
biaya dan resiko.
Berarti bahwa penjual menyerahkan barang-barang kepada pembeli yang sudah di urus
formalitas impornya, namun belum di bongkar dari atas angkut yang baru datng di temapat
tujuan yang di sebut.
4. Ongkos pengepakan.
6. Ongkos angkut barang dari gudang penjual sampai di sisi kapal di pelabuhan muat.
7. Ongkos bongkar muat dari atas alat angkut dermaaga di sisi kapal.
8. Biaya keluar barang seperti bea ekspor, bea stastitik dan bea administrasi.
14. Bea masuk dan bea impor lainnya yang berlaku di negara pembeli.
15. Ongkos ankut di pelabuhan tujuan sampai ke gudang yang di tunjuk pembeli.
16. Ongkos menurunkan barang dari alt angkut dan menyusun di gudang pembeli.
1. Pasal 37 dan Pasal 37A : Pelunasan bea masuk yang terhutang dan kekurangan bea
masuk dan sanksi berupa denda.
2. Pasal 30 : Mata uang dan nilai tukar yang di gunakan bea masuk.
6. Pasal 54, Pasal 55, Pasal 56, Pasal 57, Pasal 58, Pasal 59, Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62 :
Perubahan fase pengadilan negeri menjadi pengadilan niaga.
· TEMPAT-TEMPAT PENIMBUNAN
Di TPS terdapat :
1) Gudang Penimbuanan.
2) Lapangan Penimbunan.
Di TPS yang berada di areal pelabuhan batas maksimum adalah 30 hari sejak tanggal
penimbunan. Di TPS yang berada di luar area pelabuhan batas maksimum adalah 60 hari
sejak tanggal penimbunan.
2) Barang tersebut terancam di lelang apabila dalm tempo 60 hari sejak di TPP belum di
selesaikan.
Adalah suatu lokalisasi di luar daerah kerja penyelenggaraan pelabuhan yang memenuhi
persyratan tertentu dan merupakan perpanjangan wilayah lini I yang berfungsi sebagai :
a. Tempat penimbunan sementara barang impor yang menggunakan peti kemas yang
belum di selesaikan kewajiban pabeannya dan pendistribusian barang impor yang sudah di
selesaikan kawasan pabean.
b. Tempat penimbunan semntara dan konsolidasi barang/peti kemas untuk tujuan ekspor.
Adalah bangunan, tempat atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu di dalam
daerah pabeanyang di gunakan untuk menimbun, mengelolah, atau menyediakan barang
untuk di jual yang di tangani oleh Kepabanan, cukai dan perpajakan yang bebentuk Kawasan
Berikat, Pergudangan Berikat, Entreoot untuk tujuan pameran.
2. Agar brang dekat dengan konsumen supaya harga barang tersebut bisa bersaing di pasar
global.
· 5 Bentuk TPB :
1. Kawasan Berikat
Adalah suatu bangunan atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang di dalamnya di
gunakan untuk kegiatan industri.
2. Gudang Berikat
Adalah suatu bangunan dengan batas-batas tertentu yang di alamnya di lakukan kegiatan
usaha, sebgai pusat distribusi banrang-barang asal impor untuk tujuan di masukkan daerah
pabean Indonesia lainnya, kawasan berikat atau di ekspor tanpa adanya pengelolaan.
Adalah suatu bangunan atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang di dalamnya di
lakukan kkegiatan usaha penyelanggaraan pameran.
Adalah tempat yang khusus di gunakan sebagai toko untuk menjual barang-barang bebas
bead an punggutannegara lainnyakepada mereka yang berhak membeli dalam batas nilai
tertentu.
Pengertian TPP adalah bangunan atau tempat yang di sediakan pemerintah di kantor pabean
yang berada di pengelolaan DJBC untuk menyimpan barang yang di nyatakan tidak di kuasai,
barang yang di kuasai negara dan menjadi milik negara berdarkan Undang-Undang
Kepabeanan.
2. Barang yang di TPB yang dalam waktu 30 hari ijinnya tidak di selesaikan maka akan di
cabut.
3. Barang yang di kirim melalui pos yang tidak memenuhui syarat. Di karenakan alamat
kurang lengkap sehingga dapat di tolak.
c. Barang atau sarana angkut yang di tinggalkan oleh pemilikyang tidak di kenal.
Kali kesempatan ini saya akan mensharing beberapa keuntungan dan kekurangan dari
fasilitas yang diberikan oleh Pemerintah berupa fasilitas Kawasan Berikat atau dulu lebih
dikenal dengan EPTE (Entrepot Tujuan Ekspor). Dari berbagai literatur dan sumber saya
coba sampaikan
Secara garis besar Kawasan Berikat merupakan bagian dari fasilitas yang diberikan dalam
lingkup Tempat Penimbunan Berikat.
Kawasan Berikat dalah : Suatu bangunan, tempat atau kawasan dengan batas-batas tertentu
yang di dalamnya dilakukan usaha industri pengolahan barang dan bahan, kegiatan rancang
bangun, perekayasaan, penyortiran, pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir, dan pengepakan
atas barang dan bahan asal impor atau barang dan bahan dari dalam daerah pabean Indonesia
lainnya (DPIL) – Saat ini : TLDDP (Tempat Lain Dalam Daerah Pabean) – , yang hasilnya
terutama untuk tujuan ekspor.
Penyelenggara Kawasan Berikat (PKB) adalah perseroan terbatas, koperasi yang berbentuk
badan hukum atau yayasan yang memiliki, menguasai, mengelola dan menyediakan sarana
dan prasarana guna keperluan pihak lain di KB yang diselenggarakannya berdasarkan
persetujuan untuk menyelenggarakan KB.
Pengusaha Di Kawasan Berikat (PDKB) adalah perseroan terbatas atau koperasi yang
melakukan kegiatan usaha industri di KB.
DASAR HUKUM
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1996 tentang Penimbunan Berikat jo.
Peraturan pemerintah No. 43 Tahun 1997 tentang penyempurnaan PP No. 33/1996;
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 291/KMK.05/1997
tanggal 26 Juni 1997 sebagaimana diubah terakhir dengan Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor : 349/KMK.01/1999 tanggal 24 Juni 1999;
Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. KEP-63/BC/1997 tanggal 25 Juli
1997;
Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor SE-10/BC/1997 tanggal 18
Maret 1998.
BENTUK FASILITAS
1. Penangguhan Bea Masuk, Tidak Dipungut PPN, PPnBM dan PPh Pasal 22 Impor
atas :
o Impor barang modal/peralatan perkantoran yang semata-mata dipakai
PKB/PKB merangkap PDKB;
o Impor barang modal dan peralatan pabrik yang berhubungan langsung dengan
kegiatan produksi PDKB;
o Impor barang/bahan untuk diolah di PDKB;
o Pembebasan cukai atas pemasukan dari DPIL untuk diolah lebih lanjut;
2. Pembebasan bea masuk dan cukai serta tidak dipungut PPN, PPnBM dan PPh pasal
22 Impor atas pengeluaran yang ditujukan kepada pihak yang memperoleh fasilitas
pembebasan;
3. Tidak dipungut PPN dan PPnBM atas :
o Pemasukan BKP dari DPIL untuk diolah lebih lanjut;
o Pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB lain untuk diolah lebih
lanjut;
o Pengeluaran barang/bahan ke perusahaan industri di DPIL/PDKB lain dalam
rangka
4. subkontrak;
o Penyerahan kembali BKP hasil subkontrak oleh PKP di DPIL/PDKB lain
kepada PDKB asal;
o Peminjaman mesin/peralatan pabrik dalam rangka subkontrak kepada
perusahaan industri di DPIL/PDKB lain dan pengembaliannya ke PDKB asal.
5. Penyerahan barang hasil olahan produsen pengguna fasilitas Bapeksta Keuangan dari
DPIL untuk diolah lebih lanjut oleh PDKB diberikan perlakuan perpajakan yang
sama dengan perlakuan terhadap barang yang diekspor;
6. Barang modal berupa mesin asal impor apabila telah melampaui jangka waktu dua
tahun sejak pengimporannya atau sejak menjadi aset perusahaan dapat
dipindahtangankan dengan tanpa kewajiban membayar bea masuk yang terutang;
7. PDKB yang termasuk dalam Daftar Putih dapat mempertaruhkan jaminan berupa
SSB kepada KPBC yang bersangkutan untuk pemasukan dan pengeluaran barang ke
dan dari PDKB yang dipersyaratkan untuk mempertaruhkan jaminan;
8. PDKB dapat mensubkontrakkan sebagian kegiatan pengolahannya kecuali pekerjaan
pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir, penyortiran dan pengepakan kepada
perusahaan industri di DPIL atau PDKB lainnya;
9. Mesin/peralatan pabrik yang akan dipergunakan untuk menyelesaikan pekerjaaan
subkontrak dapat dipinjamkan oleh PDKB kepada PDKB lainnya atau sukkontrak
di DPIL untuk jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan dan dapat
diperpanjang untuk paling lama dua kali 12 (dua belas) bulan;
10. Pengeluaran barang jadi berupa komponen (barang yang akan digabung dengan
barang lain dalam perakitan untuk menghasilkan barang berderajat lebih tinggi dan
sifat hakikinya berbeda dari produk semula) ke DPIL diperkenankan hingga sebesar
100 % dan untuk barang jadi lainnya sebesar 50 % dari nilai realisasi ekspor atau
pengeluaran ke PDKB lainnya yang telah dilakukan.
1. Impor ;
o Pemasukan langsung dari pelabuhan bongkar ke KB;
o Tidak diberlakukan ketentuan tataniaga impor;
o Tidak diberlakukan pemeriksaan fisik
2. Ekspor:
o Tidak dilakukan pemeriksaan fisik
o Persetujuan muat di KB
3. Pengeluaran barang dari KB ke KB lainnya dianggap sebagai realisasi ekspor
4. Dalam KB bisa didirikan Gudang Berikat
5. Penjualan ke DPIL (Daerah Pabean Indonesia Lainnya):
o 50 % untuk komponen atau barang yang akan digunakan untuk produksi
barang yang menghasilkan barang yang derajatnya lebih tinggi
o 25 % untuk yang lainnya dari nilai realisasi ekspor dan atau pengeluaran ke
KB lainnya
KEMUDAHAN EKSPOR
1. Pelayanan dokumen ekspor diberikan oleh petugas BC di KB termasuk pemberian
persetujuan muat sehingga barang ekspor milik PDKB di pelabuhan muat dapat
langsung dimuat di atas kapal/pesawat.
2. Barang ekspor dari KB dimungkinkan untuk konsolidasi dengan barang ekspor
lainnya sehingga dapat menghemat biaya ekspor.
3. Dengan diberikannya fasilitas perpajakan, PDKB tidak perlu mengurus proses
restitusi pajak karena pemasukan barang ke KB tidak dipungut PPN, PPnBM dan
PPh Pasal 22 Impor.
4. Pengiriman barang hasil olahan PDKB ke PDKB lainya dapat digabungkan dengan
jumlah realisasi ekspor untuk dasar perhitungan penjualan hasil olahan ke DPIL.
SYARAT-SYARAT FISIK
1. Perusahaan berstatus PMDN, PMA, Non PMA/PMDN yang berbentuk PT, Koperasi
atau Yayasan.
2. Memiliki/menguasai kawasan yang berlokasi di kawasan industri atau kawasan
peruntuk-kan industri yang ditetapkan Pemda TK. II
3. Lokasi kawasan dapat langsung dimasuki dari jalan umum dan dapat dilalui oleh
kendaran pengangkut barang, tidak berhubungan langsung dengan bangunan lain dan
mempunyai fasilitas sistem hanya satu pintu utama untuk pemasukan dan
pengeluaran barang ke/dari KB.
4. Kawasan memiliki pagar keliling yang merupakan batas pemisah yang jelas dengan
kawasan lainnya.
5. PDKB harus memiliki secara terpisah tempat pengolahan, penimbunan bahan baku,
barang jadi, dan bahan sisa serta barang rusak/busuk.
6. Menyediakan ruangan yang memadai bagi petugas Bea dan Cukai dalam melakukan
pekerjaan dan pos penjagaan di pintu utama
7. Memasang papan nama yang dapat dibaca dan tampak jelas di depan perusahaan
A. persetujuan sebagai KB atau PKB merangkap PDKB diberikan oleh Menkeu RI.
Pengusaha cukup mengajukan permohonan dengan menggunakan contoh seperti
lampirkan I Kep Menkeu No.291/KMK.05/1997 tanggal 26 Juni 1997 dan melampirkan :
1. Copy Surat Persetujuan Usaha Industri, Amdal, dan persetujuan lainya yang
diperlukan dari instansi teknis terkait.
2. Copy Akte Pendirian PT, Koperasi atau Yayasan yang disahkan pejabat berwenang.
3. Copy bukti kepemilikan atau penguasaan bangunan/ tempat/ kawasan yang memiliki
batas-batas (pagar pemisah) yang jelas/ SK domisili.
4. Copy NPWP, penetapan PKP dan SPT Tahunan PPh WP Badan tahun terakhir.
5. Peta, denah lokasi/tempat yang akan dijadikan KB yang telah diijinkan oleh
Pemda.
6. Denah, site-plan lokasi/tempat yang akan diusahakan sendiri sebagai PDKB.
7. Daftar isian seperti Lampiran IA Skep Dirjen Bea dan Cukai No.Kep-63/BC/1997
tanggal 25 Juli1997.
8. Berita Acara Pemeriksaan Lokasi KB yang dibuat oleh Kepala Kantor Pelayanan
yang mengawasi KB (bagi pengusaha yang telah memiliki bangunan fisik).
B. Persetujuan sebagai PDKB diberikan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
Pengusaha dalam waktu 14 hari sebelum memulai kegiatan agar mengajukan
permohonan melalui PKB dengan menggunakan contoh seperti lampiran II Kep Menkeu
No.291/KMK.05/1997 tanggal 26 Juni 1997 dan melampirkan :