Anda di halaman 1dari 34

Pengertian, Pelaku dan

Prosedur Kegiatan Ekspor Impor

Ratna Hartayu
NIB
NOMOR INDUK BERUSAHA
adalah nomor identitas bagi sebuah perusahaan

Izin yang digantikan oleh NIB adalah :


> TDP (Tanda Daftar Perusahaan),
> API (Angka Pengenal Impor),
> Akses kepabeanan sebagai eksportir dan importir.
Online Single Submission (OSS) 

 adalah Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh


Lembaga OSS untuk dan atas nama Menteri, Pimpinan
Lembaga, Gubernur, atau Bupati/Wali Kota kepada
Pelaku Usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi.
Pengertian Ekspor dan Impor

 Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang


dari daerah pabean.
 Impor merupakan kegiatan memasukan barang
ke daerah pabean atau juga merupakan kegiatan
pembelian barang atau jasa dari negara lain
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Yang dimaksud dengan daerah pabean adalah wilayah


Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan
dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di
Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen dengan
memenuhi ketentuan dan peraturan yang berlaku (Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009).
Aturan Main Pembebanan Biaya Pengiriman
Dalam International Trade Logistic

 FOB
 CNF
 CIF
FOB
merupakan singkatan dari Free On Board, atau sering juga orang sebut
dengan Freight On Board. Eksportir (penjual) hanya memiliki kewajiban untuk
membayar biaya pengiriman barang sampai pada port atau pelabuhan terdekat dari
gudangnya.

CNF
CNF atau sering juga disebut dengan C&F atau sering juga disebut
dengan CFR merupakan kependekan dari Cost And Freight. 
Artinya, biaya perjalanan barang di atas kapal sampai di port atau pelabuhan
terdekat si importir sudah ditanggung oleh Eksportir. Hanya saja, yang ditanggung di
sini adalah biaya perjalanan barang sampai di pelabuhan saja. Begitu sampai di
pelabuhan terdekat importir, akan ada biaya tambahan lain seperti asuransi terhadap
barang, pajak, dan biaya-biaya lain yang mungkin harus ditanggung oleh importir
untuk dapat mengeluarkan barangnya dari pelabuhan sampai gudang.
CIF
CIF merupakan kependekan dari Cost, Insurance, and Freight. 
CIF sifatnya sama persis dengan CNF, hanya saja ditambahi biaya asuransi yang
sudah ditanggung oleh eksportir.
Pelaku dan Badan Usaha di Bidang Ekspor

 Eksportir. Pengusaha yang menjual barang yang dijual ke luar negeri


 Importir. Orang atau perusahaan yang membantu pembeli di luar negeri
 Bank. Adalah lembaga keuangan yang dapat memberikan layanan kredit
atau meminjamkan dana kepada eksportir maupun importir
 Depperindag.  Adalah lembaga pemerintah yang menerbitkan surat
yang merupakan persyaratan untuk kegiatan ekspor, seperti PEB dan
SKA (Certificate of Origin) atau sertifikat asal (COO)
 Freight Forwarder. Adalah badan usaha yang dimaksudkan untuk
memberikan layanan atau pengaturan untuk kegiatan yang diperlukan
untuk pengiriman
 Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL). EMKL adalah jasa untuk mengelola
dokumen dan kargo yang akan diangkut dengan kapal atau manajemen dokumen
dan kargo yang berasal dari kapal
 Perusahaan Asuransi. Adalah perusahaan yang bergerak di bidang asuransi.
Dalam kegiatan ekspor ini, perusahaan meminta pinjaman keselamatan dari
eksportir hingga dikirim ke importir
 Bea Cukai. Adalah lembaga pemerintah yang bergerak untuk
membuka/memeriksa barang yang melewati daerah pabean dan memungut biaya
untuk barang yang akan diekspor
 Dll (Sucofindo, Fumigasi, Karantina)
Prosedur Kegiatan Ekspor
Prosedur ekspor adalah langkah atau persyaratan yang harus dipenuhi untuk
melakukan kegiatan ekspor barang.

Prosedur ekspor meliputi pengelolaan dokumen ekspor, persiapan barang ekspor, dan
masalah keuangan.
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam memenuhi prosedur ekspor (Hamdani,
2003: 50) :
1. Korespondensi 
 Eksportir mengadakan korespondensi dengan importir luar negeri untuk
menawarkan dan menegosiasikan komoditas yang akan dijualnya. Dalam surat
penawaran kepada importir harus dicantumkan jenis barang, mutunya, harganya,
syarat-syarat pengiriman, dan sebagainya

2. Pembuatan kontrak dagang 


 Apabila importir menyetujui penawaran yang diajukan oleh eksportir maka
importir dan eksportir membuat dan menandatangani kontrak dagang. Dalam
kontrak dagang dicantumkan hal-hal berbagai persyaratan dan ketentuan yang
disepakati bersama
3. Penerbitan Letter of Credit (L/C) 
 Setelah kontrak dagang ditanda tangani maka importir membuka L/C melalui
bank koresponden di negaranya dan meneruskan L/C tersebut ke bank devisa
Negara eksportir. Kemudian bank devisa yang ditunjuk memberitahukan
diterimanya L/C atas nama eksportir kepada eksportir.

4. Eksportir menyiapkan barang ekspor 


 Dengan diterimanya L/C tersebut eksportir mempersiapkan barang-barang yang
dipesan importir. Keadaan barang-barang yang dipersiapkan harus sesuai dengan
persyaratan yang tercantum dalam kontrak dagang dan L/C.
5. Eksportir mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) 
 Selanjutnya eksportir mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor barang (PEB) ke bank
devisa dengan melampirkan surat sanggup bayar apabila barang ekspornya terkena
pajak

6. Pemesanan truk trailer dan kapal


 Eksportir dapat memesan kapal ke maskapai pelayaran untuk mengangkut komoditi
yang akan diekspor. Sekaligus juga memesan truk trailer untuk mengangkut
kontainernya ke pelabuhan. Kegiatan ini bisa juga dijasakan kepada EMKL atau
forwarder
7. Pengiriman barang ke pelabuhan 
 Eksportir sendiri dapat mengirim barang ke pelabuhan. Pengiriman dan
pengurusan barang ke pelabuhan dan ke kapal dapat juga dilakukan oleh
perusahaan jasa pengirim barang (freight forwarding atau EMKL). Dokumen-
dokumen ekspor disertakan dalam pengiriman barang ke pelabuhan dan ke kapal.

8. Pemeriksaan Bea Cukai 


 Di pelabuhan, dokumen ekspor diperiksa oleh pihak Bea Cukai. Apabila
diperlukan barang-barang yang akan di ekspor diperiksa juga oleh Bea Cukai.
Apabila barang dan dokumen telah sesuai dengan ketentuan maka Bea cukai
menandatangani pernyataan persetujuan muat yang ada pada PEB.
9. Pemuatan barang ke kapal 
 Setelah pihak Bea Cukai menandatangani PEB maka barang telah dapat dimuat
ke atas kapal. Segera setelah barang dimuat kapal, pihak pelayaran menerbitkan
Draft Bill of Lading (B/L) yang diserahkan pada eksportir. Setelah itu, eksportir
menukarkan mate’s receipt dengan master bill of lading (pada FCL) atau house
bill of lading (pada LCL).

10. Surat Keterangan Asal Barang (SKA) 


 Eksportir sendiri atau freigt forwarding atau EMKL pemuatan barangnya dan
mengajukan permohonan ke Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan
Perdagangan atau Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan untuk
memperoleh SKA / COO (Certificate Of Origin) apabila diperlukan
11. Pencairan Letter of Credit 
 Apabila barang sudah dikapalkan, maka eksportir dapat ke bank untuk
mencairkan L/C. Bila At sight L/C dokumen-dokumen yang diserahkan adalah
B/L, Commercial Invoice, Packing List dan PEB, dan lain-lain.

12. Pengiriman barang ke importir 


 Barang dalam perjalanan dengan kapal dari Negara eksportir ke pelabuhan di
negara importir.
Letter of credit ( L/C)
adalah suatu surat pernyataan yang dikeluarkan oleh issuing bank atas permintaan
pembeli/importer yang ditunjukkan kepada penjual/eksportir/beneficiary melalui
advising/conforming bank dengan menyatakan bahwa issuing bank akan membayar
sejumlah uang tertentu apabila syarat-syarat yang ditetapkan dalam.

JENIS-JENIS L/C
1. Sight L/C
adalah L/C yang bilamana semua persyaratan dipenuhi, maka bank negosiasi paling lama
dalam 7 hari kerja wajib melunasi/membayar nominal L/C kepada eksportir.

Dengan demikian, Sight L/C  (L/C unjuk) bisa dikategorikan sebagai L/C yang tunai, pada
saat diperlihatkan semua dokumen pengapalan (shipping Documents) yang lengkap tanpa
penyimpangan (Disccrepancies) pada saat itulah pembayaran akan dilakukan oleh bank
kepada eksportir. Oleh karena itu digolongkan sebagai L/C yang aman (Safety L/C).
2. Usance L/C
 Berbeda dengan Sight L/C, maka Usance LC  dimaksudkan bahwa pembayaran
baru bisa dilunasi jika L/C tersebut sudah jatuh tempo yaitu sekian hari dari
tanggal pengapalan / tanggal Bill of Lading, dengan demikian berarti eksportir
memberi kredit kepada importir dimana barang dikirim terlebih dahulu, kemudian
pembayaran dilakukan. Usance L/C dapat dilakukan kalau eksportir sudah
percaya dengan importir.

3. Red Clause L/C


 Jika Usance L/C dibayarkan kemudian hari oleh importir setelah barang-barang
pesanan tiba, sebaliknya Red Clause L/C adalah terbalik dibanding dengan
Usance L/C, yaitu pembayaran dilakukan oleh bank negosiasi kepada ekspotir
sebelum barang dikapalkan. Dengan demikian importir memberi kredit kepada
eksportir. Terlihat adanya Pre-Financing bagi eksportir.
4. Revolving L/C.    
 Bila L/C dengan jumlah US$ 200 sebagai nominal L/C pada saat di buka, namun
shipment bisa dilakukan sampai lima kali, maka dalam realisasinya, nominal L/C
bertambah menjadi US$ 1,000. Ini diartikan sebagai revolving L/C. Hal ini untuk
menghindari biaya pembukuan L/C yang tinggi.
 Sudah barang tentu dengan revolving L/C pengapalan sebagian (partial shipment)
akan diperbolehkan.

5. Transferable L/C.     
 Andaikata pada saat L/C ingin direalisasi, ternyata adanya kesulitan teknis atau
kurangnya kapasitas pruduksi, maka L/C tersebut terbuka kemungkinan
dialihkan/ditransfer kepada pihak lain / beneficiary ke 2, sehingga yang
mengapalkan barang tersebut adalah beneficiery ke 2.
6. Standby L/C
 Standby L/C adalah jenis L/C yang berlainan dengan L/C yang berlaku di dunia
ekspor impor, karena L/C ini tidak menyangkut pembayaran ekspor impor, teapi
hanya berfungsi sebagai jaminan bank/Bank Guarantee, yaitu untuk meng-backup
bilamana terjadi wan-prestasi dari benficiary atau pihak yang hutang baik untuk
pemborong atau pihak yang berhutang baik untuk penyelesaian bangunan gedung
maupun utang lainnya.      

7. Confirmed L/C
 Adalah L/C yang pembayarannya dijamin oleh dua bank, yakni bank pembuat
L/C dan bank penyampai L/C atau bank negosiasi, artinya L/C ekspor yang
diterima oleh bank penyampai L/C tersebut di-backup / diconfirm kembali /
dijamin kembali pembayarannya oleh bank penerima L/C, dengan demikian
apabila terjadi kepailitan atau kerugian atas bank pembuka L/C, maka bank
penyampai itulah yang akan menyelesaikan pembayaran L/C-nya semua
persyaratan L/C dipenuhi.       
8. Back to Back L/C
 Sebenarnya L/C jenis ini adalah L/C yang dibuka berdasarkan L/C yang pertama
(master L/C) yang nilai satuan barang dagangannya lebih tinggi yang diterima
oleh Trader/perantara. Maka berdasarkan L/C tersebut dibukalah L/C yang baru
atau L/C yang kedua, yang sering disebut dengan Back to Back L/C. Ciri khas
dari L/C ini dapat dipantau dari pelabuhan tujuan/negara tujuannya. Bila L/C
dibuka dari Singapura, pelabuhan tujuannya di Colombo.
 Hal ini memberi indikasi bahwa barang tersebut bukanlah untuk kepentingan
trader/pembuka L/C di Singapura, akan tetapi untuk pembeli yang sebenarnya
yang berada di luar Singapura, sehingga dipakai Switch Bill of Lading untuk
menghilangkan jejak eksportir di Indonesia.
9. Irrevocable L/C
 Dilihat dari kemungkinan dibatalkannya L/C oleh pihak pembuka L/C dan bank
pembuka, maka kita mengenal Irevocable L/C dan Revocable L/C. Yaitu L/C
yang tidak dapat dibatalkan dan L/C yang dapat dibatalkan sepihak. UCP 500
menetapkan bila tidak dicantumkan kepastiannya, akan dianggap sebagai
Irrevocable

UNTUK KEAMANAN EKSPORTIR :


L/C  IRREVOCABLE AT SIGHT
 Negosiasi : merupakan pembayaran di muka kepada Eksportir melalui
pengambilalihan dokumen ekspor atas dasar L/C. Proses negosiasi ini akan
membantu Anda dalam memenuhi kebutuhan cashflow karena Anda tidak perlu
menunggu datangnya pembayaran dari Bank Pembuka L/C. 
 
 Diskonto
Apabila Anda memiliki tagihan atas L/C ekspor berjangka yang sudah diterima
(accepted) Bank Pembuka L/C, Anda dimungkinkan untuk menarik pembayaran
terlebih dahulu dengan menjual tagihan tersebut kepada Bank. Transaksi ini
dikenal dengan istilah diskonto. Dengan demikian, kebutuhan cashflow Anda
dapat segera terpenuhi karena Anda tidak perlu menunggu terlalu lama untuk
memperoleh pembayaran pada saat jatuh tempo.         
Jenis Importir

 Approved-Traders
Approved-Traders merupakan pengusaha impor biasa yang secara khusus
diistimewakan oleh pemerintah dalam hal ini Departemen Perdagangan untuk
mengimpor komoditi tertentu untuk tujuan tertentu pula yang dipandang perlu oleh
pemerintah.

 Import-Merchant
Import Merchant adalah badan usaha yang diberikan izin oleh pemerintah dalam
bentuk Tanda Pengenal Pengakuan Impor (TAPPI) untuk mengimpor barang-barang
yang bersifat khusus yang disebutkan dalam izin tersebut, dan tidak berlaku untuk
barang lain selain yang telah diizinkan.
 Importir Umum
Importir Umum adalah perusahaan impor yang khusus mengimpor aneka macam
barang dagang, perusahaan yang biasanya memperoleh status sebagai importir umum
ini kebanyakan hanyalah Persero Niaga yang sering disebut dengan Trading House
atau Wisma Dagang yang dapat mengimpor barang-barang mulai dari barang
kelontong sampai instalasi lengkap suatu pabrik.

 Sole Agent Importer


Sole Agent Importer adalah perusahaan asing yang berminat memasarkan barang di
Indonesia, lalu mengangkat perusahaan setempat sebagai Kantor Perwakilannya atau
menunjuk suatu Agen Tunggal yang akan mengimpor hasil produksinya di Indonesia.
 Importir Terbatas
Guna memudahkan perusahaan-perusahaan yang didirikan dalam rangka UU
PMA/PMDN, maka pemerintah telah memberi izin khusus pada perusahaan PMA
dan PMDN untuk mengimpor mesin-mesin dan bahan baku yang diperlukannya
sendiri (tidak diperdagangkan). Izin yang diberikan dalam bentuk API-T (Angka
Pengenal Importir Terbatas), yang dikeluarkan oleh BKPM (Badan Koordinasi
Penanaman Modal) atas nama Menteri Perdagangan.
Kode HS (HS Code)
 Harmonized Commodity Description and Coding System lebih dikenal sebagai
Harmonized System (HS) adalah standar internasional atas sistem penamaan dan
penomoran yang digunakan untuk pengklasifikasi produk perdagangan dan turunannya
yang dikelola oleh World Customs Organization (WCO) beranggotakan lebih dari 170
negara
 HS mempunyai enam digit angka untuk penggolongan, masing-masing Negara yang
ikut menandatangani konvensi HS atau contracting Party dapat mengembangkan
penggolongan enam digit angka tersebut menjadi lebih spesifik sesuai dengan
kebijakan Pemerintah masing-masing namun tetap berdasarkan ketentuan HS enam
digit. Di Indonesia sendiri sistem penggolongan tersebut menggunakan sistem
penomoran 10 digit dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) yang merupakan
penjabaran lebih lanjut dari sub-pos dalam HS enam digit.
Cara Penggunaan HS Code

 HS menggunakan kode nomor dalam mengklasifikasikan barang. Kode-kode nomor


tersebut mencakup uraian barang yang tersusun secara sistematis. Sistem penomoran
dalam HS terbagi menjadi Bab (2-digit), pos (4-digit), dan sub-pos (6-digit) dengan
penjelasan sebagai berikut:
 Misalkan kode HS 0101.11.xx.xx yang diambil dari BTBMI (10 digit)
 01  01  11  xx  xx
 __ Bab (Chapter) 1
 _____ Pos (Heading) 01. 01
 ________ Sub-pos (Sub-heading) 0101. 11
 ___________ Sub-pos ASEAN, ASEAN Harmonized Tariff Nomenclature (AHTN)
 ______________ Pos Tarif Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI)
 
 Bab di mana suatu barang diklasifikasikan ditunjukkan melalui dua digit angka
pertama, contoh di atas menunjukkan bahwa barang tersebut diklasifikasikan
pada Bab 1
 Dua digit angka berikutnya atau empat digit angka pertama
menunjukkan heading atau pos pada bab yang dimaksud sebelumnya, contoh ini
menunjukkan barang tersebut diklasifikasikan pada pos 01.01
 Enam digit angka pertama menunjukkan sub-heading atau sub-pos pada setiap
pos dan bab yang dimaksud. Pada contoh di atas, barang tersebut diklasifikasikan
pada sub-pos 0101.11
 Delapan digit angka pertama adalah pos yang berasal dari teks AHTN
(ASEAN Harmonized Tariff Nomenclature)
 Sepuluh digit angka tersebut menunjukkan pos tarif nasional yang diambil dari
BTBMI, pos tarif ini menunjukkan besarnya pembebanan (BM, PPN, PPnBM
atau Cukai) serta ada tidaknya peraturan tata niaganya.
contoh
Kopi, The, bahan rempah
 LCL 
adalah singkatan dari Less Container Loaded. Artinya
pengiriman barang kurang dari satu container. Pengiriman
barang kurang dari satu container biasanya akan dihitung
dengan tarif volume / kubikasi atau tarif berat / tonase.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai