Anda di halaman 1dari 16

INCOTERMS

Incoterms atau International Commercial Terms adalah kumpulan istilah yang dibuat untuk
menyamakan pengertian antara penjual dan pembeli dalam perdagangan internasional. Incoterms
menjelaskan hak dan kewajiban pembeli dan penjual yang berhubungan dengan pengiriman
barang. Hal-hal yang dijelaskan meliputi proses pengiriman barang, penanggung jawab proses
ekspor-impor, penanggung biaya yang timbul dan penanggung risiko bila terjadi perubahan
kondisi barang yang terjadi akibat proses pengiriman.

Incoterms dikeluarkan oleh Kamar Dagang Internasional atau International Chamber of


Commerce (ICC), versi terakhir yang dikeluarkan pada tanggal 1 Januari 2011 disebut sebagai
Incoterms 2010. Incoterms 2010 dikeluarkan dalam bahasa Inggris sebagai bahasa resmi dan 31
bahasa lain sebagai terjemahan resmi. Dalam Incoterms 2010 hanya ada 11 istilah yang
disederhanakan dari 13 istilah Incoterms 2000, yaitu dengan menambahkan 2 istilah baru dan
menggantikan 4 istilah lama. Istilah baru dalam Incoterms 2010 yaitu Delivered at Terminal
(DAT); dan Delivered at Place (DAP). Sedangkan 4 istilah lama yang digantikan yaitu:
Delivered at Frontier (DAF); Delivered Ex Ship (DES); Delivered Ex Quay (DEQ); Delivered
Duty Unpaid (DDU).

Pada Incoterms 2010, istilah dibagi dalam 2 kategori berdasar metode pengiriman, yaitu 7 istilah
yang berlaku secara umum, dan 4 istilah yang berlaku khusus untuk pengiriman melalui
transportasi air.

Tiga belas istilah dalam Incoterms 2000:

EXW (nama tempat): Ex Works, pihak penjual menentukan tempat pengambilan barang.

FCA (nama tempat): Free Carrier, pihak penjual hanya bertanggung jawab untuk mengurus izin
ekspor dan meyerahkan barang ke pihak pengangkut di tempat yang telah ditentukan.

FAS (nama pelabuhan keberangkatan): Free Alongside Ship, pihak penjual bertanggung jawab
sampai barang berada di pelabuhan keberangkatan dan siap disamping kapal untuk dimuat.
Hanya berlaku untuk transportasi air.
FOB (nama pelabuhan keberangkatan): Free On Board, pihak penjual bertanggung jawab dari
mengurus izin ekspor sampai memuat barang di kapal yang siap berangkat. Hanya berlaku untuk
transportasi air.

CFR (nama pelabuhan tujuan): Cost and Freight, pihak penjual menanggung biaya sampai kapal
yang memuat barang merapat di pelabuhan tujuan, tetapi tanggung jawab hanya sampai saat
kapal berangkat dari pelabuhan keberangkatan. Hanya berlaku untuk transportasi air.

CIF (nama pelabuhan tujuan): Cost, Insurance and Freight, sama seperti CFR ditambah pihak
penjual wajib membayar asuransi untuk barang yang dikirim. Hanya berlaku untuk transportasi
air.

CPT (nama tempat tujuan): Carriage Paid To, pihak penjual menanggung biaya sampai barang
tiba di tempat tujuan, tetapi tanggung jawab hanya sampai saat barang diserahkan ke pihak
pengangkut.

CIP (nama tempat tujuan): Carriage and Insurance Paid to, sama seperti CPT ditambah pihak
penjual wajib membayar asuransi untuk barang yang dikirim.

DAF (nama tempat): Delivered At Frontier, pihak penjual mengurus izin ekspor dan bertanggung
jawab sampai barang tiba di perbatasan negara tujuan. Bea cukai dan izin impor menjadi
tanggung jawab pihak pembeli.

DES (nama pelabuhan tujuan): Delivered Ex Ship, pihak penjual bertanggung jawab sampai
kapal yang membawa barang merapat di pelabuhan tujuan dan siap untuk dibongkar. izin impor
menjadi tanggung jawab pihak pembeli. Hanya berlaku untuk transportasi air.

DEQ (nama pelabuhan tujuan): Delivered Ex Quay, pihak penjual bertanggung jawab sampai
kapal yang membawa barang merapat di pelabuhan tujuan dan barang telah dibongkar dan
disimpan di dermaga. Izin impor menjadi tanggung jawab pihak pembeli. Hanya berlaku untuk
transportasi air.

DDU (nama tempat tujuan): Delivered Duty Unpaid, pihak penjual bertanggung jawab
mengantar barang sampai di tempat tujuan, tetapi tidak termasuk biaya asuransi dan biaya lain
yang mungkin muncul sebagai biaya impor, cukai dan pajak dari negara pihak pembeli. Izin
impor menjadi tanggung jawab pihak pembeli.

DDP (nama tempat tujuan): Delivered Duty Paid, pihak penjual bertanggung jawab mengantar
barang sampai di tempat tujuan, termasuk biaya asuransi dan semua biaya lain yang mungkin
muncul sebagai biaya impor, cukai dan pajak dari negara pihak pembeli. Izin impor juga menjadi
tanggung jawab pihak penjual.

Contoh penggunaan Incoterms 2000:


FCA Jakarta Incoterms 2000

FOB Liverpool Incoterms 2000

DDU Frankfurt Schmidt GmbH Warehouse 4 Incoterms 2000

Incoterms Robert Wielgorski EN.PNG


METODE BILLING DAN PEMBAYARAN

BILLING DAN PEMBAYARAN

Apa yang dimaksud dengan Penerimaan Negara?

Penerimaan negara dalam rangka kepabeanan dan cukai yang selanjutnya disebut
Penerimaan Negara adalah penerimaan negara dalam rangka impor, penerimaan negara dalam
rangka ekspor, penerimaan negara atas barang kena cukai, dan/atau penerimaan negara
yang berasal dari pengenaan denda administrasi atas pengangkutan barang tertentu yang
dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. (PER-6/BC/2019 pasal 1)

Apa yang dimaksud dengan pembayaran?

Pembayaran adalah kegiatan pelunasan Penerimaan Negara oleh wajib bayar ke Kas Negara
melalui Bank/Pos Persepsi atau melalui Wajib Setor dalam rangka pemenuhan kewajiban
kepabeanan dan cukai. (PER-6/BC/2019 pasal 1)

Apa yang dimaksud dengan kode billing?

Kode Billing adalah kode identifikasi yang diterbitkan oleh sistem billing atas suatu jenis
Pembayaran atau Penyetoran yang akan dilakukan oleh Wajib Bayar atau Wajib Setor.
(PER-6/BC/2019 pasal 1)

Apa yang dimaksud dengan BPN?

Bukti Penerimaan Negara (BPN) adalah dokumen yang diterbitkan oleh Bank/Pos
Persepsi/Lembaga Persepsi Lainnya atas transaksi penerimaan negara dengan teraan NTPN dan
NTB/NTP/NTL sebagai sarana administrasi lain yang kedudukannya disamakan dengan surat
setoran pabean cukai dan pajak. (PER-6/BC/2019 pasal 1)
Bagaimana cara memperoleh kode billing?

Kode Billing diperoleh berdasarkan dokumen dasar pembayaran dan/atau penyetoran dan
diterbitkan dengan ketentuan sebagai berikut:

Diterbitkan secara otomatis oleh SKP, setelah dilakukan validasi terhadap dokumen dasar yang
disampaikan oleh Wajib Bayar ke SKP atau setelah penerbitan Surat Penetapan oleh Pejabat Bea
Dan Cukai;

Diterbitkan oleh Pejabat Bea dan Cukai, melalui aplikasi billing yang dikelola Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai; atau

Diterbitkan secara Mandiri oleh Wajib Bayar atau kuasanya melalui portal pengguna jasa atau
fasilitas yang disediakan oleh Kantor.

(PER-33/BC/2016 pasal 3)

Dimana bisa melakukan pembayaran dan/atau penyetoran penerimaan negara?

Pembayaran dan/atau Penyetoran Penerimaan Negara dilakukan melalui:

a. Teller Bank/Pos Persepsi/Lembaga Persepsi Lainnya;

b. Anjungan Tunai Mandiri (ATM);

c. Internet banking;

d. Mobile banking;

e. Mesin Electronic Data Capture (EDC); atau

f. Pembayaran elektronik lainnya, seperti melalui Fintech dan e-commerce seperti Tokopedia,
Finnet Indonesia, dan Bukalapak. Total bank/pos/lembaga persepsi untuk melakukan
Pembayaran dan/atau Penyetoran Penerimaan Negara adalah 86 bank/pos/Lembaga.

(PER-6/BC/2019 pasal 5)
Apakah kode billing yang telah diterbitkan dapat dibatalkan?

Kode Billing yang telah diterbitkan dapat dibatalkan apabila belum dilakukan Pembayaran.
Pembatalan Kode Billing dapat dilakukan oleh Pejabat Bea Dan Cukai, atau Wajib Bayar
dan/atau kuasanya. (PER- 33/BC/2016 pasal 7)

Dalam hal apa saja kode billing dapat dibuat kembali?

Kode Billing dapat dibuat kembali dalam hal: Kode Billing sudah kedaluwarsa; Kode Billing
dibatalkan; Nilai billing yang sudah dilakukan pembayaran lebih kecil daripada nilai pada
dokumen dasar pembayaran; atau Dipandang perlu oleh Wajib Bayar, Wajib Setor atau Pejabat
Bea dan Cukai. (PER-33/BC/2016 pasal 8)

Apakah Penerimaan Negara yang telah mendapatkan NTPN bisa dilakukan koreksi?

Bisa, koreksi billing dapat dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai terhadap kesalahan:

a. Kode kantor;

b. Jenis dokumen dasar penyetoran;

c. Nomor dan tanggal dokumen dasar penyetoran;

d. Identitas Wajib Bayar;

e. Kode akun; dan/atau

f. Nilai akun

dengan tidak mengubah nilai total. (PER-33/BC/2016 pasal 9)

Koreksi dapat dilakukan setelah proses rekonsiliasi antara data billing dengan dokumen dasar
Pembayaran dan/atau Penyetoran dengan ketentuan:

a. Koreksi mendapat persetujuan dan rekomendasi dari Kepala Kantor atau unit kerja penerbit
tagihan; dan
b. Koreksi tidak mengubah jenis dan nomor dokumen dasar Pembayaran dan/atau Penyetoran.
(PER-6/BC/2019 pasal 9A)

Bagaimana tata cara melakukan koreksi data billing?

Wajib Bayar mengajukan permohonan koreksi atau mengisi form permohonan perubahan
data billing sesuai contoh format yang tercantum dalam Lampiran III PER-33/BC/20162. Pejabat
Bea dan Cukai melakukan penelitian dan memberikan persetujuan atau penolakan, dalam jangka
waktu paling lama 2 (dua) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap; Dalam hal
permohonan disetujui, Pejabat Bea dan Cukai melakukan: Koreksi melalui aplikasi billing yang
dikelola DJBC; Menandatangi dan memberikan cap/stempel pada formulir koreksi; dan
Menyerahkan formulir permohonan perubahan data billing yang telah disetujui kepada Wajib
Bayar. Dalam hal dilakukan koreksi terhadap kesalahan kode kantor, kode akun dan/atau
nilai akun dengan tidak mengubah nilai total, Kepala Kantor mengajukan permohonan koreksi
kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) setempat sesuai ketentuan yang
mengatur mengenai perbendaharaan dan penerimaan negara. Dalam hal dilakukan koreksi
terhadap kesalahan identitas Wajib Bayar, Wajib Bayar menyerahkan tanda terima surat
permohonan pemindah bukuan pajak yang diajukan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat. (PER-
33/BC/2016 pasal 9)

Apabila terdapat kesalahan kode kantor, di kantor mana harus melakukan koreksi data billing?

Koreksi terhadap kesalahan kode kantor, dilakukan pada Kantor tempat pengajuan dokumen.
(PER-33/BC/2016 pasal 9)

Bagaimana melakukan pembayaran penerimaan negara atas impor atau ekspor barang yang
dilakukan oleh penumpang, awak sarana pengangkut, dan pelintas batas?

a. Pembayaran Penerimaan Negara atas impor atau ekspor barang yang dilakukan oleh
penumpang, awak sarana pengangkut, dan pelintas batas, dapat dilakukan dengan menggunakan
Electronic Data Capture (EDC) atau dengan mengkredit ke rekening Bendahara Penerimaan.

b. Pembayaran Penerimaan Negara atas impor atau ekspor barang yang dilakukan oleh
penumpang, awak sarana pengangkut, dan pelintas batas, dapat dilakukan melalui Bendahara
Penerimaan di Kantor Bea dan Cukai, apabila tidak tersedia fasilitas pembayaran seketika dan
ekaligus yang dapat menerbitkan bukti bayar berupa bukti setoran yang divalidasi oleh teller
Bank/Pos Persepsi/Lembaga Persepsi Lainnya, setruk Anjungan Tunai Mandiri (ATM), Setruk
Electronic Data Capture (EDC), dan/atau melalui fintech dan e-commerce seperti Tokopedia,
Finnet Indonesia, dan Bukalapak.

(PER-6/BC/2019 pasal 12)

Berapa hari untuk jatuh tempo kode billing?

BC 2.0 PIB Biasa = 5 hari;

BC 2.0 PIB Fas. Pembayaran Berkala = tanggal jatuh tempo pembayaran berkala;

BC 2.0 PIB impor sementara:

a. Pembebasan = Pencairan jaminan: 6 hari sejak tanggal diterimanya surat pencairan jaminan,

b. Keringanan = SKP: 5 hari; Pejabat Bea dan Cukai: pencairan jaminan: 6 hari sejak tanggal
diterimanya surat pencairan jaminan;

BC 2.1 PIBK: PIBK (BC 2.1) = 30 hari;

PIBK PJT = 5 hari sejak SPPB;

SPKPBM = 2 hari;

BC 2.0 PIB Berkala = 5 hari;

SPSA = Tanggal jatuh tempo atau Tanggal jatuh tempo cicilan SPSA;

BC 2.2 Customs Declaration = 2 hari;

BC 3.0 PEB = tanggal perkiraan ekspor;

SPTNP = Tanggal jatuh tempo SPTNP atau Tanggal jatuh tempo cicilan SPTNP;

SPP = Tanggal jatuh tempo SPP atau Tanggal jatuh tempo cicilan SPP;

SPKTNP = Tanggal jatuh tempo SPTNP atau Tanggal jatuh tempo cicilan SPTNP atau pencairan
jaminan: 12 hari kerja sejak billing dibuat (jika pembayaran 50% Banding Ditolak);

Pembayaran Inisiatif (Voluntary Payment) = 2 hari;

dll. (PER-33/BC/2016 lampiran I


DOKUMEN-DOKUMEN PELENGKAP

PERATURAN METERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 156/PMK.04/2022

MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG DOKUMEN

CUKAI DAN/ATAU DOKUMEN PELENGKAP CUKAI.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Dokumen Cukai adalah dokumen yang digunakan dalam

rangka pelaksanaan Undang-Undang Cukai, dalam

bentuk fomulir atau melalui media elektronik.

2. Dokumen Pelengkap Cukai adalah semua dokumen yang

digunakan sebagai dokumen pelengkap dari Dokumen

Cukai.

3. Data Elektronik adalah informasi atau rangkaian

informasi yang disusun dan/atau dihimpun untuk

kegunaan khusus yang diterima, direkam, dikirim,·

disimpan, diproses, diambil kembali, atau diproduksi

secara elektronik dengan menggunakan komputer atau

perangkat pengolah data elektronik, optikal, atau cara lain

yang sejenis.

4. Pertukaran Data Elektronik Cukai yang selanjutnya

disebut PDE Cukai adalah proses penyampaian Dokumen


Cukai dalam bentuk pertukaran Data Elektronik melalui

komunikasi antaraplicasi dan antarorganisasi yang

tertntegrasi dengan menggunakan perangkat sistem

komunikasi data..

5. Orang adalal-i orang pribadi atau badan hukum.

6. Pengusaha Pabrik adalah Orang yang mengusahakan

pabrik.

7. Pengusaha Tempat Penyimpanan adalah Orang yang

mengusahakan tempat penyimpanan.

8. Importir adalah Orang yang memasukkan barang kena

cukai ke dalam daerah pabean.

9. Penyalur adalah Orang yang menyalurk:an atau menjual

barang kena cukai yang sudah dilunasi cukainya yang·

semata-mata ditujukan bukan kepada konsumen akhir.

10. Pengusaha Tempat Penjualan Eceran adalah Orang yang

mengusahakan tempat penjualan eceran.

11. Pengguna Barang Kena Cukai yang Mendapatkan Fasilitas

Pembebasan Cukai yang selanjutnya disebut dengan

Pengguna Pembebasan Cukai adalah Orang yang

menggunakan barang kena cukai dengan fasilitas

pembebasan cukai.

jdih.kemenkeu.go.id

12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pe1nerintahan di bidang keuangan negara.


13. Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang

selanjutnya disebut Kantor adalah Kantor Pelayanan

Utama Bea dan Cukai atau Kantor Pengawasan dan

Pelayanan Bea dan Cukai di lingkungan Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai.

14. Pejabat Bea dan Cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal

Bea dan Cukai yang ditunjuk dalam jabatan tertentu

untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan UndangUndang Kepabeanan dan Undang-


Undang Cukai.

Pasal 2

(1) Pemenuhan ketentuan dalam Undang-Undang Cukai

dilakukan dengan menggunakan Dokumen Cukai.

dan/atau Dokumen Pelengkap Cukai.

(2) Dokumen Cukai dan/atau Dokumen Pelengkap Cukai

merupakan alat bukti yang sah menurut Undang-Undang

Cukai.

Pasal 3

(1) Dokumen Cukai diselenggarakan oleh Pejabat Bea dan

Cukai, Pengusaha Pabrik, Importir. Pengusaha Tempat

Penyimpanan, Penyalur, Pengusaha Tempat Penjualan

Eceran, atau Pengguna Pembebasan Cukai.

(2) Dokumen Cukai sebagaimana dimaksud pada ayat ( I)

terdiri atas:

a. Dokumen Cukai yang diselenggarakan akan tetapi

tldak harus disampaikan; atau


b. Dokumen Cukai yang diselenggarakan dan harus

disampaikan.

(3) Penyelenggaraan Dokumen Cukai sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dilakukan dalam bentuk Data Elektronik

atau dalam bentuk tulisan di atas formulir dengan·

ketentuan sebagai bertkut:

a. Dokumen Cukai dalam bentuk Data Elektronik

diselenggarakan dengan cara:

1. mengakses sistem aplikasi di bidang cukai

berbasis webform atau sistem lainnya yang

ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bea dan

Cukai; dan/atau

2. menggunakan format yang telah ditentukan

sesuai ketentuan peraturan perundangundangan di bidang cukai.

b. Dokumen Cukai dalam bentuk tulisan di atas

formulir, diselenggarakan dengan menggunakan

format sesuai ketentuan peraturan perundangundangan di bidang cukai.

(4) Penyampaian Dokumen Cukai sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf b dilakukan dalam bentuk Data

Elektronik atau dalam bentuk tullsan di atas formulir,

dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Dokumen Cukai dalam bentuk Data Elektronik·

disampaikan dengan cara:

1. mengakses sistem aplikasi di bidang cukai

berbasis webform atau sistem lainnya yang


ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bea dan

Cukai; dan/atau

2. 1nenggunakan sistem pertukaran Data

Eleh.'tronik, untuk pelayanan yang menerapkan

PDE Cukai.

b. Dokumen Cukai dalam bentuk tulisan di atas

formulir, disampaikan dengan 1nenyerahkan

langsung ke Kantor atau melalui n1edia lain seperti

surat elektronik, ekspedisi, jasa kurir, dan lainnya.

Dokumen Cukai dianggap sah jika telah diselenggarakan

sesuai ketentua:n peraturan perundang-undangan di

bidang cukai. ·

Dokumen Cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (2}

huruf b, selain memenuhi ketentuan sebagaimana

din1aksud pada ayat (5), berlaku ketentuan sebagai

berikut:

a. Dalam hal Dokumen Cukai disampaikan oleh Pejabat

Bea dan Cukai, Dokumen Cukai dianggap sah jika·

memenuhi persyaratan:

1. telali. diberikan nomor dokumen; dan

2. telah diterbitkan oleh Pejabat Bea dan Cukai

yang berwenang.

b. Dalam hal Dokumen Cukai disampaikan oleh

Pengusaha Pabrik, Importir, Pengusaha Tempat

Penyimpanan, Penyalur, Pengusaha Tempat


Penjualan Eceran, atau Pengguna Pembebasan

Cukai, Dokumen Cukai dianggap sah jika memenuhi

persyaratan:

1. telah diberikan nomor dokumen; dan

2. telah d.iterima oleh sistem aplikasi di bidang

cukai atau telah diterima dan ditandasahkan

oleh Pejabat Bea dan Cukai.

Dokumen Cukai hams diisi dengan menggunakan huruf

latin, angka Arab, mata uang rupiah, serta bahasa

Indonesia.

Pasal 4

Dokumen Pelengkap Cukai merupakan dokumen yang

melengkapi Dokumen Cukai yang penggunaannya

merupakan satu kesatuan dengan Dokumen Cukai.

Dokumen Pelengkap Cukai sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dikeluarkan oleh instansi/pihak yang berwenang

mengeluarkan dokumen sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Dokumen Pelengkap Cukai sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) disampaikan dalam bentuk:

a. asli dokumen; atau

b. salinan/fotokopi dart dokumen yang

ditandasahkan/dilegalisir oleh instansi/pH1ak yang

berwenang,

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.


Penyampaian Dokumen Pelengkap Cukai sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) dilakukan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

cukai.

~~

jdih.kemenkeu.go.id

-5

(5) Dokumen yang berlaku secara intemasional yang

berfungsi sebagai Dokumen Pelengkap Cukai, hams

menggunakan bahasa Inggris.

Pasal 5

(1) Dokumen Cukai dikategorikan ke dalam klaster•

berdasarkan proses bisnis cukai, yang terdiri dari:

a. klaster perizinan cukai;

b. klaster produksi barang kena cukai;

c. klaster penyelesaian (settlement) cukai; dan

d. klaster perdagangan barang kena cukai;

sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(2) Kode dan nama Dokumen Cukai diatur dalam ketentuan

peraturan perundang-undangan di bidang cukai.

Pasal 6

Dokumen yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan setelah berlakunya


Peraturan Menteri ini yang

digunakan dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Cukai,


dinyatakan sebagai Dokumen Cukai.

Pasal 7

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 140/PMK.04/2012 tentangDokumen Cukai dan/atau Dokumen


Pelengkap Cukai (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 884), dicabut

dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 8

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai