Incoterms atau International Commercial Terms adalah kumpulan istilah yang dibuat untuk
menyamakan pengertian antara penjual dan pembeli dalam perdagangan internasional. Incoterms
menjelaskan hak dan kewajiban pembeli dan penjual yang berhubungan dengan pengiriman
barang. Hal-hal yang dijelaskan meliputi proses pengiriman barang, penanggung jawab proses
ekspor-impor, penanggung biaya yang timbul dan penanggung risiko bila terjadi perubahan
kondisi barang yang terjadi akibat proses pengiriman.
Pada Incoterms 2010, istilah dibagi dalam 2 kategori berdasar metode pengiriman, yaitu 7 istilah
yang berlaku secara umum, dan 4 istilah yang berlaku khusus untuk pengiriman melalui
transportasi air.
EXW (nama tempat): Ex Works, pihak penjual menentukan tempat pengambilan barang.
FCA (nama tempat): Free Carrier, pihak penjual hanya bertanggung jawab untuk mengurus izin
ekspor dan meyerahkan barang ke pihak pengangkut di tempat yang telah ditentukan.
FAS (nama pelabuhan keberangkatan): Free Alongside Ship, pihak penjual bertanggung jawab
sampai barang berada di pelabuhan keberangkatan dan siap disamping kapal untuk dimuat.
Hanya berlaku untuk transportasi air.
FOB (nama pelabuhan keberangkatan): Free On Board, pihak penjual bertanggung jawab dari
mengurus izin ekspor sampai memuat barang di kapal yang siap berangkat. Hanya berlaku untuk
transportasi air.
CFR (nama pelabuhan tujuan): Cost and Freight, pihak penjual menanggung biaya sampai kapal
yang memuat barang merapat di pelabuhan tujuan, tetapi tanggung jawab hanya sampai saat
kapal berangkat dari pelabuhan keberangkatan. Hanya berlaku untuk transportasi air.
CIF (nama pelabuhan tujuan): Cost, Insurance and Freight, sama seperti CFR ditambah pihak
penjual wajib membayar asuransi untuk barang yang dikirim. Hanya berlaku untuk transportasi
air.
CPT (nama tempat tujuan): Carriage Paid To, pihak penjual menanggung biaya sampai barang
tiba di tempat tujuan, tetapi tanggung jawab hanya sampai saat barang diserahkan ke pihak
pengangkut.
CIP (nama tempat tujuan): Carriage and Insurance Paid to, sama seperti CPT ditambah pihak
penjual wajib membayar asuransi untuk barang yang dikirim.
DAF (nama tempat): Delivered At Frontier, pihak penjual mengurus izin ekspor dan bertanggung
jawab sampai barang tiba di perbatasan negara tujuan. Bea cukai dan izin impor menjadi
tanggung jawab pihak pembeli.
DES (nama pelabuhan tujuan): Delivered Ex Ship, pihak penjual bertanggung jawab sampai
kapal yang membawa barang merapat di pelabuhan tujuan dan siap untuk dibongkar. izin impor
menjadi tanggung jawab pihak pembeli. Hanya berlaku untuk transportasi air.
DEQ (nama pelabuhan tujuan): Delivered Ex Quay, pihak penjual bertanggung jawab sampai
kapal yang membawa barang merapat di pelabuhan tujuan dan barang telah dibongkar dan
disimpan di dermaga. Izin impor menjadi tanggung jawab pihak pembeli. Hanya berlaku untuk
transportasi air.
DDU (nama tempat tujuan): Delivered Duty Unpaid, pihak penjual bertanggung jawab
mengantar barang sampai di tempat tujuan, tetapi tidak termasuk biaya asuransi dan biaya lain
yang mungkin muncul sebagai biaya impor, cukai dan pajak dari negara pihak pembeli. Izin
impor menjadi tanggung jawab pihak pembeli.
DDP (nama tempat tujuan): Delivered Duty Paid, pihak penjual bertanggung jawab mengantar
barang sampai di tempat tujuan, termasuk biaya asuransi dan semua biaya lain yang mungkin
muncul sebagai biaya impor, cukai dan pajak dari negara pihak pembeli. Izin impor juga menjadi
tanggung jawab pihak penjual.
Penerimaan negara dalam rangka kepabeanan dan cukai yang selanjutnya disebut
Penerimaan Negara adalah penerimaan negara dalam rangka impor, penerimaan negara dalam
rangka ekspor, penerimaan negara atas barang kena cukai, dan/atau penerimaan negara
yang berasal dari pengenaan denda administrasi atas pengangkutan barang tertentu yang
dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. (PER-6/BC/2019 pasal 1)
Pembayaran adalah kegiatan pelunasan Penerimaan Negara oleh wajib bayar ke Kas Negara
melalui Bank/Pos Persepsi atau melalui Wajib Setor dalam rangka pemenuhan kewajiban
kepabeanan dan cukai. (PER-6/BC/2019 pasal 1)
Kode Billing adalah kode identifikasi yang diterbitkan oleh sistem billing atas suatu jenis
Pembayaran atau Penyetoran yang akan dilakukan oleh Wajib Bayar atau Wajib Setor.
(PER-6/BC/2019 pasal 1)
Bukti Penerimaan Negara (BPN) adalah dokumen yang diterbitkan oleh Bank/Pos
Persepsi/Lembaga Persepsi Lainnya atas transaksi penerimaan negara dengan teraan NTPN dan
NTB/NTP/NTL sebagai sarana administrasi lain yang kedudukannya disamakan dengan surat
setoran pabean cukai dan pajak. (PER-6/BC/2019 pasal 1)
Bagaimana cara memperoleh kode billing?
Kode Billing diperoleh berdasarkan dokumen dasar pembayaran dan/atau penyetoran dan
diterbitkan dengan ketentuan sebagai berikut:
Diterbitkan secara otomatis oleh SKP, setelah dilakukan validasi terhadap dokumen dasar yang
disampaikan oleh Wajib Bayar ke SKP atau setelah penerbitan Surat Penetapan oleh Pejabat Bea
Dan Cukai;
Diterbitkan oleh Pejabat Bea dan Cukai, melalui aplikasi billing yang dikelola Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai; atau
Diterbitkan secara Mandiri oleh Wajib Bayar atau kuasanya melalui portal pengguna jasa atau
fasilitas yang disediakan oleh Kantor.
(PER-33/BC/2016 pasal 3)
c. Internet banking;
d. Mobile banking;
f. Pembayaran elektronik lainnya, seperti melalui Fintech dan e-commerce seperti Tokopedia,
Finnet Indonesia, dan Bukalapak. Total bank/pos/lembaga persepsi untuk melakukan
Pembayaran dan/atau Penyetoran Penerimaan Negara adalah 86 bank/pos/Lembaga.
(PER-6/BC/2019 pasal 5)
Apakah kode billing yang telah diterbitkan dapat dibatalkan?
Kode Billing yang telah diterbitkan dapat dibatalkan apabila belum dilakukan Pembayaran.
Pembatalan Kode Billing dapat dilakukan oleh Pejabat Bea Dan Cukai, atau Wajib Bayar
dan/atau kuasanya. (PER- 33/BC/2016 pasal 7)
Kode Billing dapat dibuat kembali dalam hal: Kode Billing sudah kedaluwarsa; Kode Billing
dibatalkan; Nilai billing yang sudah dilakukan pembayaran lebih kecil daripada nilai pada
dokumen dasar pembayaran; atau Dipandang perlu oleh Wajib Bayar, Wajib Setor atau Pejabat
Bea dan Cukai. (PER-33/BC/2016 pasal 8)
Apakah Penerimaan Negara yang telah mendapatkan NTPN bisa dilakukan koreksi?
Bisa, koreksi billing dapat dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai terhadap kesalahan:
a. Kode kantor;
f. Nilai akun
Koreksi dapat dilakukan setelah proses rekonsiliasi antara data billing dengan dokumen dasar
Pembayaran dan/atau Penyetoran dengan ketentuan:
a. Koreksi mendapat persetujuan dan rekomendasi dari Kepala Kantor atau unit kerja penerbit
tagihan; dan
b. Koreksi tidak mengubah jenis dan nomor dokumen dasar Pembayaran dan/atau Penyetoran.
(PER-6/BC/2019 pasal 9A)
Wajib Bayar mengajukan permohonan koreksi atau mengisi form permohonan perubahan
data billing sesuai contoh format yang tercantum dalam Lampiran III PER-33/BC/20162. Pejabat
Bea dan Cukai melakukan penelitian dan memberikan persetujuan atau penolakan, dalam jangka
waktu paling lama 2 (dua) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap; Dalam hal
permohonan disetujui, Pejabat Bea dan Cukai melakukan: Koreksi melalui aplikasi billing yang
dikelola DJBC; Menandatangi dan memberikan cap/stempel pada formulir koreksi; dan
Menyerahkan formulir permohonan perubahan data billing yang telah disetujui kepada Wajib
Bayar. Dalam hal dilakukan koreksi terhadap kesalahan kode kantor, kode akun dan/atau
nilai akun dengan tidak mengubah nilai total, Kepala Kantor mengajukan permohonan koreksi
kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) setempat sesuai ketentuan yang
mengatur mengenai perbendaharaan dan penerimaan negara. Dalam hal dilakukan koreksi
terhadap kesalahan identitas Wajib Bayar, Wajib Bayar menyerahkan tanda terima surat
permohonan pemindah bukuan pajak yang diajukan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat. (PER-
33/BC/2016 pasal 9)
Apabila terdapat kesalahan kode kantor, di kantor mana harus melakukan koreksi data billing?
Koreksi terhadap kesalahan kode kantor, dilakukan pada Kantor tempat pengajuan dokumen.
(PER-33/BC/2016 pasal 9)
Bagaimana melakukan pembayaran penerimaan negara atas impor atau ekspor barang yang
dilakukan oleh penumpang, awak sarana pengangkut, dan pelintas batas?
a. Pembayaran Penerimaan Negara atas impor atau ekspor barang yang dilakukan oleh
penumpang, awak sarana pengangkut, dan pelintas batas, dapat dilakukan dengan menggunakan
Electronic Data Capture (EDC) atau dengan mengkredit ke rekening Bendahara Penerimaan.
b. Pembayaran Penerimaan Negara atas impor atau ekspor barang yang dilakukan oleh
penumpang, awak sarana pengangkut, dan pelintas batas, dapat dilakukan melalui Bendahara
Penerimaan di Kantor Bea dan Cukai, apabila tidak tersedia fasilitas pembayaran seketika dan
ekaligus yang dapat menerbitkan bukti bayar berupa bukti setoran yang divalidasi oleh teller
Bank/Pos Persepsi/Lembaga Persepsi Lainnya, setruk Anjungan Tunai Mandiri (ATM), Setruk
Electronic Data Capture (EDC), dan/atau melalui fintech dan e-commerce seperti Tokopedia,
Finnet Indonesia, dan Bukalapak.
BC 2.0 PIB Fas. Pembayaran Berkala = tanggal jatuh tempo pembayaran berkala;
a. Pembebasan = Pencairan jaminan: 6 hari sejak tanggal diterimanya surat pencairan jaminan,
b. Keringanan = SKP: 5 hari; Pejabat Bea dan Cukai: pencairan jaminan: 6 hari sejak tanggal
diterimanya surat pencairan jaminan;
SPKPBM = 2 hari;
SPSA = Tanggal jatuh tempo atau Tanggal jatuh tempo cicilan SPSA;
SPTNP = Tanggal jatuh tempo SPTNP atau Tanggal jatuh tempo cicilan SPTNP;
SPP = Tanggal jatuh tempo SPP atau Tanggal jatuh tempo cicilan SPP;
SPKTNP = Tanggal jatuh tempo SPTNP atau Tanggal jatuh tempo cicilan SPTNP atau pencairan
jaminan: 12 hari kerja sejak billing dibuat (jika pembayaran 50% Banding Ditolak);
NOMOR 156/PMK.04/2022
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Cukai.
yang sejenis.
komunikasi data..
pabrik.
pembebasan cukai.
jdih.kemenkeu.go.id
Pasal 2
Cukai.
Pasal 3
terdiri atas:
disampaikan.
Cukai; dan/atau
Cukai; dan/atau
PDE Cukai.
bidang cukai. ·
berikut:
memenuhi persyaratan:
yang berwenang.
persyaratan:
Indonesia.
Pasal 4
perundang-undangan.
berwenang,
cukai.
~~
jdih.kemenkeu.go.id
-5
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
diundangkan.