Evaluasi
Ujian.
Metode Pembelajaran
Internet access
: 1. Kehadiran, 2. Tugas mandiri, 3. Tugas Terstruktur 4.
: Kuliah mimbar, diskusi kasus & Tugas mandiri/kelompok.
dokumen yang lengkap sesuai persyaratan yang disepakati antara pembeli dan
penjual, yang ditetapkan dalam L/C yang dimaksud.
Terkadang penyampaian L/C bersamaan waktunya dengan pengiriman
kawat/telex oleh bank penerbit kepada bank penerima L/C. Dan biasanya
pembukaan L/C diawali dengan kontrak jual beli (sales contract) antara
penjual/eksportir dengan pembeli/importir. Cara pembayaran dengan L/C
merupakan cara yang paling digemari oleh pembeli dan penjual karena
melindungi hak mereka masing-masing.
Dalam setiap L/C biasanya terdapat tiga macam kontrak/perjanjian (documentary
credit) yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu: kontrak jual beli (sales
contract) antara pembeli/importir dengan penjual/eksportir, aplikasi letter of credit
yaitu kontrak antara pembeli dengan bank pembuka L/C, dan L/C yaitu kontrak
antara penjual dengan pembuka L/C.
Di dalam kontrak jual beli disepakati hal-hal antara lain tentang: bentuk L/C,
jumlah, nama dan uraian barang, valuta asing dan nilai L/C, tanggal jatuh waktu
L/C, tanggal pengapalan terakhir dari barang, dokumen-dokumen yang harus
diserahkan, barang-barang yang dikirim dapat dikapalkan sebahagiansebahagian atau harus sekaligus, syarat pembayaran atas barang yang dibeli,
kemasan barang dan penutupan asuransi.
Syarat-syarat tersebut diatas akan dimasukkan sebagai syarat-syarat dalam L/C
(terms and conditions of L/C). Perlu diketahui pula bahwa letter of credit dan
sales contract berdiri terpisah satu sama lain, dan kedua-duanya merupakan
suatu tindakan hukum yang berdiri sendiri.
i.
Manfaat L/C
- Bagi Penjual/Eksportir
Segera setelah barang-barang ekspor dikapalkan dan dokumen-dokumen
ekspor yang sesuai dengan persyaratan dalam L/C diserahkan kepada bank
untuk dilakukan negosiasi, maka eksportir dapat menerima pembayaran.
Eksportir dapat menarik uang muka yang ditetapkan dalam L/C (Red Clause
L/C) untuk membiayai pengadaan barang (produk ekspor). Menggunakan letter
of credit lebih menjamin pembayaran atas suatu transaksi ekspor, dan eksportir
dapat menggunakan L/C untuk pembiayaan selanjutnya seperti Back to Back
L/C.
-
Bagi Pembeli/Importir
Mekanisme L/C
Penerbitan atau pembukaan letter of credit (L/C) dilakukan oleh bank importir (L/C
Issuing Bank) atas perintah dan tanggung jawab importir (Applicant of the L/C) untuk
kepentingan eksportir (Beneficiary of the L/C). Letter of credit tersebut dikirim ke
bank koresponden (Nominated Bank) di tempat eksportir berdomisili. Pembukaan
L/C dapat dilakukan dengan surat dan telex.
Bank koresponden (Nominated Bank) di negara eksportir berdomisili, dapat
menjalankan fungsi sekaligus sebagai Advising Bank, Confirming Bank dan
Negotiating Bank. Disebut Confirming Bank jika diminta oleh bank importir (Issuing
Bank) untuk mengkonfirmir L/C kepada eksportir. Disebut Negotiating Bank jika
pada akhirnya Nominated Bank dengan berbagai fungsi menegosiasi dokumen
ekspor.
Sebelum menjalankan fungsinya, Nominating Bank meneliti terlebih dahulu syaratsyarat dalam L/C yang diterima. Yang perlu diteliti antara lain: keasliannya
(otentikasi), L/C harus irrevocable, tunduk pada UCP 1, negara tujuan, syarat
pembayaran (Sight or Usance) dan pengajuan dokumen ekspor.
Eksportir juga meneliti syarat-syarat dalam L/C apakah sesuai dengan sales
contract yang disepakati. Kemudian eksportir melakukan pengiriman barang dan
melengkapi dokumen-dokumen yang diminta dalam L/C. Segera setelah dokumen
ekspor dilengkapi oleh eksportir, maka pengajuan dokumen ekspor ke bank untuk
merealisasi L/C dapat dilakukan. Realisasi L/C dan pembayaran dapat dilakukan jika
di dalam dokumen ekspor tidak terdapat penyimpangan-penyimpangan
(discrepancies).
Pengangkut (Carrier)
= perusahaan pengangkut yang mengangkut
barang dan yang menerbitkan B/L.
Penerima barang (Consignee)
= pihak yang berhak menerima barang
yang disebutkan dalam B/L, yaitu importir.
Notify Party (Notify Address)= pihak kepada siapa maskapai pelayaran dapat
memberitahukan atas kedatangan kapal.
Catatan: B/L adalah dokumen yang menunjukkan hak atas barang yang
diangkut. Agar B/L tersebut menjadi Negotiable Instrument, maka Consignee
dalam B/L harus ditulis atau dibuat atas order, B/L harus menunjukkan barang
telah dimuat ke dalam kapal (on board), kecuali jika B/L yang diminta
Combined B/L. Dan B/L yang diserahkan Clean artinya tidak memuat catatan
mengenai cacat atau kurangnya barang atau pembungkusnya.
tidak dapat diminta untuk diterbitkan atas order dan / atau untuk dialihkan (To
Be Endorsed).
Jika pemohon memperkenankan penggunaan alternatif beberapa mode atau
cara pengangkutan, umpamanya sebagian melalui laut dan sebagian melalui
udara, maka perlu secara tegas pula disebutkan dokumen transpor yang
dikehendaki, misalnya Ocean B/L and or Airway Bill. Sebagai salah satu
syarat yang diminta dalam pasal 25 dan pasal 26 UCP, dokumen transpor
secara formal harus jelas (Appears On Its Face) dan dikeluarkan oleh
pengangkut tertentu atau agennya. Hal ini tidak berarti bahwa pemohon harus
selalu menetapkan sarana pengangkutan tertentu dalam permohonan
pembukaan L/C karena dapat pula terjadi barang yang bersangkutan karena
satu dan lain hal tidak dapat diangkut oleh sarana pengangkutan yang
dikehendaki (karena misalnya Fully Booked).
Yang dimaksud disini adalah dokumen transpor harus mencantumkan secara
jelas nama pengangkut bagi barang yang bersangkutan. Pemohon kredit juga
dimungkinkan untuk menetapkan atau meminta dokumen lainnya yang terkait
dengan transportasi yang tidak diterbitkan oleh pengangkut atau agennya
yang disetujui oleh pihak Beneficiary, seperti: Fowarders Certificate Of
Receipt (FCR) atau Fowarders Certificate Of Transport (FCT),
Warehouse Receipt, Warehouse Warrant dan lain-lain. Selanjutnya jika
diminta suatu syarat tertentu yang berkaitan dengan dokumen transpor untuk
dipenuhi, sedangkan hal tersebut tidak tercantum dalam dokumen transpor
yang bersangkutan, maka dapat digunakan berbagai dokumen tambahan
yang menunjukkan bahwa permintaan tersebut telah dipenuhi.
Invoice.
Invoice yang dibuat dalam transaksi perdagangan luar negeri adalah
Commercial Invoice. Invoice ini adalah Accounting Document, dimana dengan
dokumen ini si penjual membebankan harga barang kepada pembeli.
Commercial Invoice memuat keterangan tentang barang-barang serta indikasi
harga dan syarat-syarat dalam transaksi tersebut.
Data penting yang harus terdapat dalam Commercial Invoice adalah: tanggal,
nama kapal, yang mengangkut, nama dan alamat penjual dan order atau
kontrak, jumlah barang dan perinciannya, unit price dan total price, berat
barang, jumlah koli, shipping mark dan angkanya, syarat pengoperan dan
syarat pembayaran, detail dari shipment (penjelasan mengenai Freight dan
penutupan asuransi) dan lain-lain yang dianggap perlu.
Nama kapal, tanggal pengapalan dan shipping marks harus konsisten dengan
B/L nya.
Jika syarat pengapalan C & F, maka freightnya yang tercantum pada invoice
harus sama jumlahnya dengan B/L. Demikian juga dengan syarat CIF, dimana
premi asuransi tersebut harus sama dengan premi yang tertera dalam polis
atau sertifikat asuransi.
Adakalanya Commercial Invoice harus Dicounter Signed oleh perwakilan
pembeli di Indonesia, konsul perdagangan dari negara importir, super
intending dan kantor perwakilan departemen setempat atau terdekat (jika L/C
mensyaratkannya). Adakalanya L/C mensyaratkan bahwa Commercial
Invoice harus ditandatangani oleh pegawai dari importir yang akan datang di
Indonesia untuk memeriksa barang sebelum dimuat, dengan menyebutkan
nomor paspornya. Dalam hal ini hendaknya diperiksa nama yang
bersangkutan, nomor paspornya dan tanda tangan yang ada di paspornya.
Pada Commercial Invoice tidak boleh tercantum kata-kata yang memberi
kesan bahwa barang bekas atau cepat rusak, demikian pula mengenai
keadaan pembungkusannya, seperti: Used, Rebuilt dan Secong Hand. Atau
kata-kata lain yang mempunyai arti yang sama, kecuali L/C membenarkan
dan nomor kontrak dan atau Import License Number, jika L/C mensyaratkan
demikian.
Asuransi.
Hampir semua negara pengekspor mengadakan tindakan perlindungan atas
hasil produksi, eksportir dan perbankannya dari resiko yang timbul dari
kegiatan ekspor. Tindakan perlindungan dilakukan berdasarkan konsep
asuransi yang menjembati kepentingan pembeli dan pemasok dalam
perdagangan luar negeri, dan melalui sistem perbankan yang memberikan
pembiayaan untuk kegiatan perdagangan.
Pembiayaan ekspor dapat diartikan sebagai suatu sarana kemudahan yang
tersedia bagi eksportir untuk melindungi dirinya dari risiko tidak diterimanya
hasil ekspor. Risiko ini khususnya terjadi jika eksportir memberi penundaan
pembayaran atau suatu fasilitas pembiayaan kepada pembelinya.
Pembiayaan ekspor biasanya merupakan gabungan antara mekanisme
asuransi dan pembiayaan perbankan. Sistem pembiayaan ekspor masingmasing negara umumnya tidak sama. Setiap negara mengembangkan pola
pembiayaannya masing-masing berdasarkan kondisi ekonomi dan politik
yang dihadapinya. Struktur ekonomi, pasar, kemajuan tingkat sektor industri,
Acceptance L/C (Usance L/C) adalah L/C yang meminta draft yang ditarik oleh
Beneficiary diaksep oleh bank tertarik (Drawee Bank) untuk pembayaran 30, 60, 90
atau 120 hari (tergantung dari jangka waktu supplier credit yang disetujui oleh
Seller) setelah tanggal pengapalan atau After Sight. Akseptasi tersebut akan
dilakukan oleh Bank pada saat penerimaan dokumen dan dokumen tersebut telah
memenuhi syarat L/C.
Deferred Payment L/C adalah L/C yang berlaku untuk pembayaran pada waktu
yang ditentukan setelah tanggal Presentation of Documents. Pada dasarnya sama
dengan Usance L/C hanya tidak ada draft yang ditarik oleh Beneficiary dan diaksep
oleh Drawee Bank.
Sight L/C adalah L/C yang meminta Beneficiary menarik draft dan pembayaran
kepada Beneficiary yang dilakukan pada saat Sight Draft beserta dokumen yang
diminta L/C dipresentir kepada Bank dan draft serta dokumen tersebut telah
memenuhi syarat L/C.
Payment L/C adalah L/C yang berlaku untuk pembayaran kepada Beneficiary dan
dilakukan pada saat Beneficiary mempresentir dokumen yang diminta dalam L/C
kepada Bank dan dokumen tersebut telah memenuhi syarat L/C. Pada dasarnya,
penangananya sama dengan Sight Draft, namun tidak ada draft yang ditarik oleh
eksportir (Beneficiary).
2. PROSEDUR TRANSAKSI EKSPOR: EKSPOR DENGAN LETTER OF CREDIT
- Sales Contract
Sales contract adalah kesepakatan antara eksportir dan importir untuk melakukan
transaksi jual beli suatu barang, sebelum ekspor dilaksanakan. Kesepakatan tersebut
dimasukkan ke dalam kontrak atas dasar penawaran barang yang akan dijual oleh
eksportir yang berisi keterangan sebagai-berikut:
Barang
Syarat penyerahan
Syarat pembayaran
Jika sales contract sudah ditandatangani maka importir (buyer) segera meminta
banknya membuka L/C untuk keuntungan eksportir. Jika syarat pembayaran yang
disepakati adalah L/C, eksportir akan menerima L/C yang akan dibuka oleh bank luar
negeri melalui bank nya.
-
Penerimaan
L/C yang dibuka oleh buyer di luar negeri disampaikan ke bank devisa di dalam
negeri yang menjadi koresponden bank luar negeri tersebut. Atas penerimaan L/C
tersebut, bank devisa melakukan pemeriksaan. Bank pembuka L/C merupakan bank
koresponden. Jika bank pembuka L/C adalah non bank koresponden, maka L/C
tersebut harus dikonfirmasikan oleh bank koresponden bank devisa tersebut.
Serangkaian pemeriksaan L/C dilakukan oleh bank devisa, antara lain
keabsahannya, syarat-syaratnya apakah sesuai dengan ketentuan yang berlaku
secara nasional dan internasional, seperti: memperhatikan tipe L/C tersebut, jika L/C
tersebut Revoccable L/C maka dicantumkan dalam Advis kepada eksportir untuk
Diamend; apakah L/C tersebut memuat Clause bahwa Reimbursement dapat
diajukan secara Clean atau pembayaran At the Counter dari Issuing Bank; apakah
jenis barangnya termasuk yang dilarang untuk diekspor; negara tujuan bukan
negara yang dilarang untuk diekspor; apakah tenor L/C Sight atau Usance, dan
sebagainya.
Setelah itu, L/C diadviskan/disampaikan kepada eksportir. Di dalam Advis harus
dicantumkan bahwa L/C tersebut sah untuk memberikan perlindungan dan
kepastian kepada eksportir. Artinya eksportir telah mendapatkan jaminan bahwa
wesel yang akan ditarik atas L/C tersebut pasti dibayar oleh bank sepanjang
dilampiri dengan dokumen yang telah memenuhi syarat L/C. Oleh karena itu,
eksportir tidak perlu ragu untuk mengirimkan barang ekspornya.
3. PENGAJUAN PEMBERITAHUAN EKSPOR BARANG (PEB)
Sebelum eksportir memuat barangnya keatas kapal, eksportir harus mendaftarkan
PEB rangkap 8 kepada bank devisa. Atas penerimaan PEB tersebut, bank
melakukan penelitian atas kelengkapan dan kebenaran pengisiannya. Jika sudah
lengkap dan benar, bank akan mengesahkan dan menyerahkan seluruh lembar PEB
kepada eksportir untuk keperluan pemuatan barang di pelabuhan. Adapun yang
diteliti oleh bank, antara lain menyangkut: jenis barang, kualitas barang, cara
pembayaran dan harga patokan untuk barang yang mempunyai harga patokan.
Kemudian eksportir akan mengajukan PEB tersebut kepada Bea dan Cukai untuk
mendapatkan fiat muat.
Eksportir wajib mengembalikan kepada bank devisa PEB yang telah dibubuhi
persetujuan muat barang oleh instansi Bea dan Cukai, kecuali lembar ke 7 disertai
dengan dokumen-dokumen ekspor yang disyaratkan dalam L/C. Jika ekspor tidak
jadi dilaksanakan, eksportir tetap diwajibkan mengembalikan PEB yang
bersangkutan keseluruhan lembarnya kepada bank devisa. Bank devisa wajib
menyampaikan PEB tersebut, sebagai berikut:
Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)
Page | 13
Sebelum Negotiating Bank menerima atau meneliti mengenai isi kebenaran dari
dokumen tersebut, hendaklah diperiksa terlebih dahulu apakah seluruh dokumen
yang disyaratkan dalam L/C sudah dipenuhi oleh eksportir? Apakah jumlah lembar
copy dokumen yang diminta sudah dipenuhi? (Dalam hal ini jangan hanya dihitung
jumlah lembarannya saja, melainkan sudah tembus pada semua lembaran). Apakah
seluruh dokumen sudah ditandatangani dan beberapa dokumen sudah dibubuhi
materai secukupnya? Apakah seluruh dokumen sudah dibubuhi tanggal dan apakah
ada diantaranya yang mendahului tanggal pembukaan L/C?
-
Draft/Wesel.
Pada umumnya L/C mensyaratkan bahwa dokumen ekspor harus disertai dengan
penarikan suatu draft, kecuali L/C dari beberapa Bank di Eropa Timur atau negara
sosialis lainnya. Umumnya draft harus memenuhi syarat sebagai-berikut:
- Sudah dibubuhi tanggal, materai dan ditandatangani oleh yang berwenang.
- Tenor draft sight jika L/C bersifat sight.
- Pada draft harus dicantumkan nomor L/C dan nama-nama Issuing Bank-nya.
- Nama si tertarik sesuai dengan syarat L/C.
- Jumlah uang dengan angka harus sama dengan yang tercantum dalam
invoice dan tidak mewakili jumlah nominal L/C, kecuali L/C memberikan
persyaratan lain, misalnya penarikan draft 75-80 persen atau 90 persen dari
nilai invoice.
- Pada draft dicantumkan suku bunga atau syarat Without Recourse to Drawer,
jika L/C mensyaratkan demikian.
Setiap coretan pada draft harus ditandatangani penuh oleh pihak penarik
(eksportir). Sebaiknya kepada eksportir diminta menerbitkan draft baru.
Commercial invoice.
Dokumen ini sangat penting dalam transaksi Documentary. Dengan Commercial
Invoice ini, exportir dapat mengclaim pembayaran dari pihak importir atas barangbarang yang sudah dikirim/dikapalkan (dengan pengertian bahwa uraian/isi yang
tertera pada Invoice bersangkutan sudah sesuai dengan persyaratan L/C
termasuk persyaratan Sales Contract).
Kekeliruan pemuatan Commercial Invoice ini dapat mengakibatkan timbulnya
masalah yang cukup serius bagi importir maupun eksportir sendiri. Karena dengan
adanya kekeliruan tersebut maka pihak importir mungkin akan menemui kesulitan
untuk mengeluarkan barang di pelabuhan tujuan, sampai adanya Clearance
mengenai masalah tersebut, pihak importir diharuskan membayar denda oleh Bea
dan Cukai setempat, sebelum barang tersebut dapat dikeluarkan.
Bila terjadi kasus seperti diatas, jelas importir akan menderita rugi dan kerugian
tersebut dapat di claim kembali kepada eksportir. Seandainya pihak eksportir tidak
bersedia membayar kembali claim tersebut, maka hal ini akan mengurangi
hubungan dengan selanjutnya antara eksportir dan importir yang bersangkutan,
dan mungkin juga dengan importir lainnya di negara tersebut.
Pada umumnya Commercial Invoice harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
-
Sudah dibubuhi tanggal dan ditandatangani oleh Eksportir bersangkutan, jika L/C
mensyaratkan Signed Commercial Invoice.
Nama dan alamat dari Importir dan Eksportir harus sesuai L/C, kecuali dalam hal
Transferable L/C, dimana si Eksportir dapat memindahkan haknya kepada
perusahaan lainnya. Perlu diperhatikan bahwa pemindahan hak ini hanya dapat
dilakukan sekali saja, walaupun Eksportir yang ketiga tersebut (Shipper) merupakan
anggota dari group perusahaannya (syarat L/C perihal Shipment Prohibited).
Nama Issuing Bank dan nomor L/C nya.
Nama pelabuhan muat/ asal dan pelabuhan tujuan.
Volume barang harus sesuai dengan L/C, kecuali L/C tersebut mensyaratkan perihal
Shipment Allowed.
Berat barang harus sesuai dengan L/C dan konsisten pula dengan Weight List/
Certificate (jika dokumen ini diisyaratkan dalam L/C).
Perincian barang dan harganya juga penjumlahan diperiksa kembali. Ada kalanya di
dalam L/C diisyaratkan bahwa perincian barang dan harganya harus sesuai dengan
sales contract nya. Karena itu dari Eksportir perlu dimintakan untuk menyerahkan
sales contract tersebut.
Syarat pengapalan harus sesuai dengan L/C (C & F, CIF atau FOB).
Nama kapal, tanggal pengapalan dan Shipping Marks harus konsisten dengan B/L
nya.
Jika syarat pengapalan C & F, maka Freight yang tercantum pada Invoice harus
sama jumlahnya dengan B/L. Demikian juga syaratnya CIF, dimana premi asuransi
tersebut harus sama dengan premi yang tertera dalam polis/ sertifikat asuransi.
Adakalanya Commercial Invoice harus Discounter Signed oleh perwakilan pembeli
di Indonesia, konsul perdagangan dari negara Importir, Superintending dan Kantor
Perwakilan Departemen setempat atau terdekat (bila L/C mensyaratkan).
Adakalanya L/C mensyaratkan bahwa Commercial Invoice harus ditandatangani
oleh pegawai dari Importir yang akan datang di Indonesia untuk memeriksa barang
sebelum dimuat, dengan menyebutkan nomor paspornya. Dalam hal ini hendaknya
diperiksa nama yang bersangkutan, nomor paspornya dan tanda tangan yang ada di
paspornya.
Pada Commercial Invoice tidak boleh tercantum kata-kata yang memberi kesan
bahwa barang bekas atau cepat rusak, demikian pula mengenai mengenai keadaan
pembungkusannya seperti misalnya: Used, Rebuilt dan Second Hand. Atau kata-
kata lain yang mempunyai arti yang sama, kecuali L/C membenarkan dan nomor
kontrak dan atau Impor License Number, jika L/C mensyaratkan demikian.
On Board: Kata-kata On Board harus tertera dalam B/L yang lazimnya sudah
tercetak dalam formulir B/L. Bila ternyata kata-kata itu tidak tercetak pada form
B/L tersebut maka harus ditambahkan dengan stempel atau diketik, yang
kemudian harus ditandatangani/parap oleh pejabat maskapai pelayaran yang
berwenang dan dibubuhi pula tanggal.
Kata-kata Shipped In Apparent Good Order, atau Received For Shipment atau
kata-kata lain yang sama, maksudnya tidak dapat diterima selama kata-kata On
Board tidak terkecuali L/C memperkenankan.
Apakah nama dan alamat Eksportir dan Importir sudah sesuai dengan L/C dan
konsisten dengan dokumen lainnya.
Apakah nama pelabuhan asal barang dan pelabuhan tujuannya sudah sesuai
dengan L/C dan konsisten dengan dokumen lainnya.
Apakah uraian nama barang, jumlah berat, marking dan sebagainya sudah
sesuai dengan syarat L/C dan konsisten dengan dokumen lainnya.
Bagaimana dengan ongkos pengangkutannya Freight To Collect atau Freight
Prepaid.
Certificate of Inspection.
Dokumen ini harus dibuat/diterbitkan oleh instansi perusahaan yang resmi dan
dikenal dalam dunia perdagangan internasional, seperti PT. Sucopindo di
Indonesia. Pemeriksaan atas dokumen ini harus dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: nomor L/C dan nama Issuing Bank,
nama eksportir, uraian/nama barang, berat dan atau kadar barang tersebut, hasil
dari pada penelitian tersebut dan tanggal Surveyors Certificate harus sebelum
tanggal B/L.
Certificate of Origin.
Sertifikat ini memberi keterangan mengenai asal barang, yang dibuat oleh
Departemen Perdagangan bersama-sama dengan Kantor Bea dan Cukai, dan
untuk barang-barang tertentu diterbitkan oleh Jawatan Kehutanan. Pemeriksaan
atas dokumen ini dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
nama Eksportir dan Importir, masing-masing uraian/nama pelabuhan tujuan,
nomor L/C dan nama Issuing Bank, tanggal Certificate of Origin selambatlambatnya harus dengan tanggal B/L.
Certificate Analysis.
Sertifikat ini diterbitkan oleh Balai Penelitian Kimia yang diakui dalam dunia
Perdagangan Internasional. Dokumen ini minimal harus memuat keterangan
sebagai berikut: uraian/nama barang yang harus konsisten dengan dokumen
lainnya hasil penelitian tersebut, nomor L/C dan nama Issuing Bank, dan tanggal
Certificate of Analysis harus sebelum tanggal B/L.
Consular Invoice.
Dokumen ini dibuat oleh Konsul Perdagangan Negara Pembeli atau negara
sahabatnya di Indonesia. Uraian/ nama barang, harga barang dan lain-lain harus
sesuai dengan L/C dan konsisten dengan invoicenya, nomor L/C dan Issuing
Bank dan setiap perubahan atas coretan pada Commercian Invoice harus
disyahkan oleh konsul Perdagangan bersangkutan.
Airway Bill.
Pemeriksaan terhadap dokumen ini dilakukan dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut: l barang dan pelabuhan tujuan, tanggal Airway Bill, Shipping
Marks, jumlah Original Airway Bill tidak diperlukan dan Endorsement pada Airway
Bill tidak diperlukan.
5.
Setelah pemeriksaan atas dokumen ekspor tersebut dilakukan dengan cermat oleh
Bank, baik mengenai kelengkapannya, kebenarannya maupun mengenai
konsistennya antara dokumen yang satu dengan dokumen lainnya, maka hasilnya
bisa terdapat dua kemungkinan, yaitu:
-
Jumlah uang dalam huruf tidak sama dengan jumlah uang dalam
angka.
Jumlah nominal draft tidak sama dengan jumlah yang tercantum
dalam invoice.
Coretan dalam tidak ditandatangani oleh penarik.
Commercial Invoice :
Commercial invoice adalah dokumen dimana Eksportir dapat mengclaim
pembayaran kepada Importir atas barang yang sudah dikirimnya dengan
pengertian bahwa uraian/isi yang tertera dalam invoice bersangkutan sudah
sesuai dengan persyaratan L/C. Uraian barang di dalam Commercial
Invoice harus sama dengan uraian barang dalam L/C (UCP pasal 41 C).
Penyimpangan-penyimpangan dalam Invoice antara lain:
Invoice tidak dibuat/ditujukan kepada Applicant (Importir).
Invoice tidak ditandatangani sedangkan L/C meminta Commercial Invoice.
Tidak tercantum nomor L/C dan nama Issuing Bank.
Nama pelabuhan muat/asal dan pelabuhan tujuan tidak sesuai dengan L/C
padahal L/C tidak mengijinkan Partial Shipment.
Perincian barang dan harga tidak sama dengan L/C.
Syarat pengapalan tidak sesuai dengan L/C (FOB, CIF).
Nama kapal, tanggal pengapalan dan shipping marks tidak sesuai dengan
B/L.
Polis/Sertifikat Asuransi :
Packing List :
Weight List :
Penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi yaitu:
Certificate Of Inspection :
Penyimpangan yang mungkin terjadi yaitu :
Form L.I/L.G harus diisi selengkapnya dan tidak diterima dalam keadaan blanko, demi
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan jika timbul Dispute atas transaksi tersebut.
Dalam form L.I/L.G harus dinyatakan secara tegas bahwa bila terjadi Non Payment atas
dokumen tersebut, yang bersangkutan bersedia untuk membayar kembali nilai wesel
Ekspor yang telah diterima sebelumnya, termasuk Interest atau biaya-biaya lainnya yang
berkaitan dengan masalah Non Payment tersebut.
Form L.I/L.G harus ditandatangani oleh pejabat Eksportir yang berwenang. Jika
Negosiasi dilaksanakan atas dasar Letter Of Indemnity (L.I/L.G), maka hal ini berarti
bahwa dokumen masih mengandung Discrepancies, sehingga kurang tepat jika di dalam
Special Instruction dan Form Schedule Of Remittance masih dicantumkan: We hereby
Certify That The Terms and Conditions Of The L/C Have Been Complied With.
Pernyataan yang kurang jujur ini dapat menimbulkan kesan yang kurang baik di mata
Issuing Bank, bahwa Negotiating Bank tidak mampu memeriksa dokumen Ekspor
dengan baik. Jika hal ini terjadi berulang kali dengan Bank Koresponden yang sama,
mungkin saja akan mempengaruhi hubungan Negotiating Bank dengan Bank yang
bersangkutan.
Oleh karenanya jika Negoisasi dilaksanakan atas dasar Letter Of Indemnity atau Under
Reserve, sebaiknya Negotiating Bank secara jujur menyatakan dalam Schedule Of
Remittance tersebut sebagai berikut:
Documents Negotiated Against Beneficiarys/Shippers Guarantee, Due To The
Following Discrepancy (ies) .. (sebutkan semua Discrepancies). Please
Confirm By Cable/Telex If The Discrepancy (ies) Is (are) Agreeable To You, In Order
To Release The Guarantee.
Negosiasi dilaksanakan Under Reserve, lazimnya langkah ini dilakukan oleh Negotiating
Bank karena Eksportir tidak bersedia atas Discrepancies tersebut dan harus meminta
persetujuannya terlebih dahulu (dengan kawat/telex) dari Issuing Bank dengan alasan
untuk menghindarkan adanya tambahan ongkos, karena yang bersangkutan yakin
bahwa Importir pasti mengaksep Discrepancies tersebut.
Sedangkan dilain pihak Negotiating Bank tidak bersedia melakukan Negosiasi bukan
atas dasar Letter Of Indemnity disebabkan Eksportir bukan nasabah atau karena alasan
lainnya. Sehingga akhirnya dengan persetujuan Eksportir, Negoisasi dilaksanakan, tetapi
nilai lawan wesel ekspornya di blokir sampai Proceed Ekspor bersangkutan dikreditkan
ke dalam rekening Kantor Pusat (KP) pada Depository Correspondent yang ditunjuk.
Pengiriman dokumen secara Collection, sebagaimana telah dijelaskan diatas, pengiriman
dokumen secara Collection/Inkaso merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan
oleh Negotiating Bank. Namun demikian jika dokumen masih mengandung
Discrepancies sebaiknya Cabang tidak langsung memutuskan untuk mengirim dokumen
tersebut secara Collection karena pada hakekatnya suatu transaksi Ekspor yang
dilaksanakan atas dasar Collection dapat mengakibatkan hilangnya makna dari L/C
sehingga dapat mempersulit kedudukan Negotiating Bank jika terjadi Dispute atas
transaksi tersebut.
Oleh karena itu, jika Eksportir menghendaki dokumen dikirim secara Collection dengan
alasan bahwa Importir pasti akan mengaksep Discrepancies tersebut, sebaiknya kepada
yang bersangkutan dijelaskan masalah yang mungkin timbul jika terjadi Dispute dengan
pihak Importir. Langkah ini hanya dilakukan oleh Negotiating Bank apabila Importir
menghendakinya harus ditegaskan oleh Issuing Bank sebagai jawaban atas telex/kawat
Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)
Page | 25
Negotiating Bank, atau dalam hal Issuing Bank/ Importir sama sekali menanggapi
telex/kawat Negotiating Bank tersebut.
6.
Delay Payment :
Kelayakan waktu pembayaran oleh Koresponden atas Proceeds Ekspor yang normal
(tidak terdapat Discrepancies) dan dokumen telah dikirimkan dengan sarana tercepat
yang ada adalah sebagai berikut: Produk ekspor yang di reimburse kepada
koresponden permai (MT) baik atas dasar Presentation Document maupun Clean
Reimbursement, wakyu yang layak penerimaan Proceeds adalah 10 hari kerja setelah
tanggal Negoisasi dan koresponden per TT, waktu yang layak menerima Proceed
ekspor adalah 3 hari kerja setelah tanggal Negoisasi.
Untuk dapat mengetahui berapa lama suatu hasil Eksportir lambat/tertunda
pembayarannya oleh koresponden, diperlukan adanya data konkrit sebagai data
pembanding. Data dimaksud adalah: tanggal bukti tanda terima dokumen atau
Reimbursement Request oleh koresponden.
Tanggal tersebut tercantum pada copy Schedule Of Remittance Reimbursement
Request atau resi dari perusahaan Courier Service. Karenanya jika dalam waktu yang
wajar belum diterima tanda dokumen dari Koresponden Bank, harus segera
menghubungi Koresponden bersangkutan, tanggal Advice Of Payment dan tanggal
pengkreditan Issuing Bank Accounts oleh Depository Correspondent.
Jika klaim ditujukan kepada Issuing/Paying Bank: fotokopi lembar kedua S/R (tanda
terima)/fotokopi Advice Of Payment/kredit nota.
Jika klaim ditujukan kepada Reimbursement Bank: fotokopi lembar kedua S/R
(tanda terima)/resi dari perusahaan Courier Service dan fotokopi Advice Of
Payment.
8.
9.
10.
Rupiah atas dasar kurs beli BI/BVA setelah dikurangi provisi Collection, sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, dan jika Eksportir bersangkutan memperoleh
fasilitas Ekspor dari Bank, maka hasil Ekspor harus dipergunakan untuk melunasi
kredit Ekspor.
Syarat dengan pembayaran D/A yaitu jika nasabah ingin mengdiskontokan
Acceptance Draft yang telah diaksep dan diaval/Guaranteed oleh Prime Bank atau
dijamin oleh ASEI, Bank dapat mendiskontokan wesel Ekspor berjangka tersebut.
Pembayaran kepada Eksportir hanya dalam Rupiah atas dasar kurs beli BI/BVA.
WEB yang telah didiskontokan kepada Bank Indonesia setempat dan jika tidak
didiskontokan dan menjelang jatuh tempo ingin meng-Collect melalui Bank,
pelaksanaan dan penyelesaian mengikuti ketentuan dan tarif Collection Draft
transaksi
jasa-jasa.
C. Pertanyaan dan /atau Kasus
1. Apa pengertian letter of credit?
2. Dalam sebuah L/C biasanya terdapat tiga macam kontrak/perjanjian (documentary credit)
yang saling berkaitan satu sama lain. Sebutkan dan jelaskan masing-masing.
3. Apakah manfaat sebuah L/C? Berikan beberapa definisi L/C yang saudara ketahui.
4. Jelaskan mekanisme penerbitan atau pembukaan letter of credit (L/C) yang dilakukan oleh
bank importir (L/C Issuing Bank) atas perintah dan tanggung jawab importir (Applicant of
the L/C) untuk kepentingan eksportir (Beneficiary of the L/C), dimana letter of credit
tersebut dikirim ke bank koresponden (Nominated Bank) di tempat eksportir berdomisili.
5. Sebutkan pihak-pihak yang terlibat dalam L/C dan bagaimana perananannya?
6. Sebutkan dokumen-dokumen utama yang dipersyaratkan dalam pembukaan suatu letter of
credit. Jelaskan masing-masing.
7. Sebutkan satu dokumen paling penting dalam pembuatan L/C. Kenapa?
8. Jelaskan prosedur transaksi ekspor menggunakan letter of credit. Jelaskan pihak-pihak
yang melakukan transaksi ini.
9. Sebelum eksportir memuat barangnya keatas kapal harus mendaftarkan Pengajuan
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) rangkap 8 kepada bank devisa. Kenapa?
10. Sebelum Advising/Negotiating Bank mendapat hak atau mandat penuh dari Issuing Bank
untuk melaksanakan pembayaran atas dokumen yang sudah sesuai dengan persyaratan
yang tercantum dalam L/C bersangkutan , maka sudah selayaknya Negotiating Bank
melaksanakan tugasnya atau kewajibannya dengan sebaik-baiknya dengan disertai pula
rasa penuh tanggung jawab, yaitu memeriksa dokumen ekspor bersangkutan dengan
cermat, sehingga benar-benar sesuai dengan persyaratan yang tercantum di dalam L/C.
Sebutkan tahapan-tahapan dalam pemeriksaan dokumen ekspor tersebut dan jelaskan.
Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)
Page | 31
11. Setelah pemeriksaan atas dokumen ekspor dilakukan dengan cermat oleh Bank, baik
mengenai kelengkapannya, kebenarannya maupun mengenai konsistennya antara
dokumen yang satu dengan dokumen lainnya, maka bisa terdapat dua kemungkinan
hasilnya. Jelaskan masing-masing.
12. Berikan contoh-contoh dokumen apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan tersebut
diatas.
13. Jelaskan cara mengatasi penyimpangan dokumen tersebut.
Referensi :
ANDERS GRATH, 2008. The handbook of international trade and finance : the complete guide to risk
management, bonds and guarantees, credit insurance and trade finance. Great Britain and United
States : Kogan Page Limited.
Ryan Baird, ( 2009) "The Importance of Country Risk in Determining Trade Flows: The Preference for a
Sure Thing
http://www.allacademic.com/meta/p_mla_apa_research_citation/1/6/7/9/6/p167964_index.html
BRIEF SPECIMEN CONTRACT FORM FOR SALE PURCHASE
TRANSACTIONShttp://www.indiandata.com/trade_policy/export_procedures.html#7
INCOTERMS, Source: FEDAI Handbook on Documentary Credits & Standby Credits.
Exim Bank of India: Source: http://www.eximbankindia.com/objective.asp
Balassa, Bela. 1989. Comparative Advantage, Trade Policy And Economic Development. New York :
New York University Press.
Hutabarat, Roselyne.1992. Transaksi Ekspor Impor. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Tanjung, Marolop.2011. Aspek dan Prosedur Ekspor-Impor. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Rax, Raflus. 1996. Treasury Management Foreign Exchange Transaction: Teori, Teknis, Aplikatif.
Treasury Management Banking and Corporate.