Anda di halaman 1dari 3

KASUS : KELEMAHAN INTERNAL KONTROL DARI SEGI KARAKTERISTIK BUKTI

TRANSAKSI DAN MONITORING DALAM PROSEDUR PENERIMAAN


TABUNGAN (PICK UP) OLEH TELLER KELILING YANG BERDAMPAK PADA
KETIDAKANDALAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SECARA
MATERIAL

Ilustrasi Kasus:

PT. Bank A merupakan lembaga perbankan yang memberikan pelayanan terhadap nasabah
terkait dengan kegiatannya yakni menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan
dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Semakin
meningkatnya jumlah bank umum setiap tahunnya merupakan salah satu ancaman bagi PT.
Bank A karena hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin banyak pesaing dari PT. Bank
A. PT. Bank A berupaya melakukan pengembangan pelayanan untuk meningkatkan
kepuasan nasabah agar tetap dapat bersaing dengan kompetitornya. Salah satu
pengembangan dari segi pelayanan yang dilakukan adalah sistem jemput bola untuk produk
funding.

Layanan jemput bola produk funding pada PT. Bank A merupakan layanan tambahan bagi
nasabah tabungan dimana nasabah dipermudah dalam bertransaksi pembukaan rekening
tabungan maupun dalam bertransaski penyetoran tabungan dengan didatangi oleh petugas
atau marketing funding sehingga nasabah tidak repot untuk datang ke kantor PT. Bank A.

Petugas funding yang melakukan pick up terhadap setoran tabungan nasabah di PT. Bank A
disebut dengan teller kas keliling. Salah satu teller kas keliling yang berinisial PA telah
bekerja di PT. Bank A selama 10 tahun sehingga PA sudah sangat memahami sistem pick up
di PT. Bank A secara mendetail. Atas dasar pengetahuan tersebut, PA mampu untuk
menemukan celah kelemahan internal kontrol dari sistem pick up di PT. Bank A tersebut.
Adanya kelemahan internal kontrol dari sistem pick up di PT. Bank A tersebut menyebabkan
PA mampu melakukan tindakan fraud senilai kurang lebih Rp. 1.000.000.000 dan tindakan
fraud tersebut mampu tertutup atau dijalankan oleh PA selama hampir 1 tahun.

Tindakan fraud yang dilakukan oleh PA adalah sebagai berikut:

1. Menggandakan buku tabungan nasabah dengan tujuan agar mutasi tabungan yang
ada di buku tabungan yang dipegang oleh nasabah dapat dibedakan dengan
mutasi tabungan yang ada di buku tabungan yang selalu dicek oleh petugas teller
di dalam bank.
2. Tujuan dari dibedakannya mutasi tabungan antara di buku tabungan yang
diberikan ke nasabah dengan yang diperlihatkan ke bank adalah agar PA dapat
menggunakan dana nasabah tanpa sepengetahuan nasabah dan tanpa
sepengetahuan petugas bank yang lain
3. Untuk melancarkan dan menutupi aksi fraud yang dilakukan, PA menggunakan
mekanisme cross covering yang berarti bahwa jika ada penarikan oleh nasabah A
maka PA menggunakan dana nasabah B untuk mengcover penarikan tabungan
nasabah A, dan demikian seterusnya untuk seluruh tabungan nasabah yang PA
gunakan dananya untuk keperluan pribadinya.

PA tidak dapat mengcover uang nasabah yang telah PA gunakan yang semakin bertambah
banyak hinggga mencapai kurang lebih Rp. 1.000.000.000. Tindakan fraud yang dilakukan
oleh PA tersebut baru dapat diketahui oleh manajemen PT. Bank A adalah setelah adanya
penarikan langsung oleh salah satu nasabah PA yang datang langsung ke kantor untuk
melakukan penarikan tabungan tanpa sepengetahuan PA.

Penelusuran Kelemahan Internal Kontrol oleh Auditor Internal

Setelah diketahuinya kasus fraud tersebut oleh manajemen PT. Bank A Cabang A yang
membawahi kantor kas tempat PA ditugaskan, maka manajemen PT. Bank A Cabang A
segera melaporkan kasus tersebut ke PT. Bank A Kantor Pusat. PT. Bank A Kantor Pusat
segera memerintahkan bagian auditor internal untuk melakukan investigasi atas kasus
tersebut. Setelah dilakukan investigasi oleh auditor internal dirumuskan hal-hal yang
menjadi kelemahan dalam internal kontrol dalam prosedur penerimaan tabungan oleh teller
keliling yaitu diantaranya:

1. Karakteristik bukti transaksi berupa bukti penyetoran yang tidak bernomor urut tercetak
sehingga memudahkan petugas untuk menyalahgunakan penggunaan bukti transaksi
tersebut karena tidak mudah untuk ditelusuri jika bukti tersebut hilang.
2. Tidak dilakukannya pencetakan buku tabungan nasabah secara periodik sehingga
nasabah tidak mengetahui adanya perbedaan mutasi tabungan ataupun saldo tabungan
antara kenyataan dengan yang tercatat/ terinput pada sistem bank
3. Kurang efektifnya monitoring dari atasan langsung terkait pick up tabungan sehingga
teller kas keliling dapat terus menyembunyikan tindakan fraud yang dilakukannya
4. Kurangnya pemerataan pemeriksaan dari auditor internal ke kantor kas secara berkala
dengan jeda jangka waktu yang tidak terlalu lama

Dampak Kasus Fraud Tersebut Terhadap Penyajian Laporan Keuangan

Kasus fraud yang terjadi di perusahaan manapun tentu saja akan berdampak pada penyajian
laporan keuangan yang tidak andal karena laporan keuangan yang disajikan tersebut tidak
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Kasus fraud yang dilakukan oleh PA dapat
menyebabkan salah saji material dalam laporan keuangan karena nilainya yang terkategori
besar yaitu sejumlah kurang lebih Rp. 1.000.000.000. Salah saji yang terdapat pada laporan
keuangan akibat kasus fraud yang dilakukan oleh PA adalah antara lain:

1. Over less dalam penyajian nilai liabilities yang berasal dari dana simpanan nasabah.
Over less ini akan mengakibatkan biaya bunga untuk tabungan nasabah yang terecord
pada sistem bank menjadi lebih rendah dari yang sebenarnya, sehingga akan berdampak
pada laba yang semu atau penyajian nilai laba yang lebih tinggi dari yang sebenarnya.
2. Apabila penyajian laba dalam laporan keuangan lebih tinggi dari yang sebenarnya maka
akan dapat berdampak pada kesalahan manajemen dalam pengambilan keputusan
pemberian insentif kepada karyawan dan pimpinan yang akan mengakibatkan kerugian
bagi perusahaan karena memberikan insentif dengan jumlah yang lebih tinggi dari yang
seharusnya.
3. Over less dalam penyajian nilai liabilities yang berasal dari dana simpanan nasabah
juga berdampak pada rendahnya pendapatan jasa atas tabungan nasabah yang diterima
oleh bank. Hal ini tentu juga merugikan perusahaan karena berpengaruh terhadap
penurunan laba.
Rekomendasi Pengendalian Internal yang Saat Ini Telah Diterapkan

Rekomendasi perbaikan Internal Kontrol yang disampaikan oleh auditor internal kepada
pihak manajemen puncak PT. Bank A untuk memperkecil risiko fraud seperti yang dilakukan oleh PA
adalah sebagai berikut:

1. Khusus untuk pick up tabungan yang dilakukan oleh teller keliling tidak lagi
diperbolehkan menggunakan slip penyetoran yang tidak bernomor urut tercetak. Pick up
oleh teller keliling harus menggunakan teknologi berupa mesin input setoran yang
terintegrasi secara online dengan sistem utama bank, sehingga bukti transaksi hanya
dapat dicetak setelah dilakukan input pada mesin tersebut. Teller kas keliling wajib
mencetak bukti transaksi tersebut rangkap 2 (1 rangkap untuk nasabah, dan 1 rangkap
untuk diserahkan ke bank yang nantinya akan diverifikasi oleh petugas berwenang dan
akan disimpan sebagai arsip
2. Nasabah dan teller kas keliling wajib menandatangani 2 rangkap bukti transaksi online
tersebut.
3. Harus dilakukan monitoring secara berkala atas aktivitas teller keliling yang dilakukan
oleh pejabat yang berwenang yaitu dengan ikut mendatangi nasabah secara langsung
dan mengkroscek saldo nasabah
4. Harus dilakukan pencetakan buku tabungan (print out) mutasi secara berkala oleh
petugas
5. Intensitas pemeriksaan oleh auditor internal secara berkala hingga ke kantor kas harus
lebih ditingkatkan

Anda mungkin juga menyukai