Anda di halaman 1dari 7

TUGAS BISNIS INTERNASIONAL

NAMA : NI PUTU EKA SARASTINI

NIM : 1306305091

NO.ABSEN : 28

NEGARA YANG PERNAH MENGALAMI INFLASI

1. Indonesia
Inflasi di Indonesia diumpamakan seperti penyakit kronis dan berakar di sejarah.
Inflasi di Indonesia tinggi sekali pada zaman Presiden Soekarno, karena kebijakan fiskal dan
moneter sama sekali tidak prudent (“kalau perlu uang, cetak saja”). Di zaman Soeharto,
pemerintah berusaha menekan inflasi - akan tetapi tidak bisa di bawah 10 persen setahun rata-
rata, antara lain oleh karena Bank Indonesia masih punya misi ganda, antara lain sebagai
agent of development, yang bisa mengucurkan kredit likuiditas tanpa batas. Baru pada zaman
reformasi, mulai pada zaman Presiden Habibie maka fungsi Bank Indonesia mengutamakan
penjagaan nilai rupiah. Tetapi karena sejarah dan karena inflationary expectations masyarakat
(yang bertolak ke belakang, artinya bercermin kepada sejarah) maka “inflasi inti” masih lebih
besar daripada 5 persen setahun.
Badan Pusat Statistik (BPS) menegaskan laju inflasi Juli 2013 yang mencapai 3,29%
merupakan angka tertinggi sejak periode yang sama tahun 1999. Sementara itu, laju inflasi
pada Juli 2013 secara year on year (YoY) sebesar 8,61% tercatat merupakan yang tertinggi
sejak 2009. Suryamin (Kepala BPS) menjelaskan, laju inflasi bulan lalu dikontribusi oleh
bahan bakar minyak (BBM) dan tarif angkutan umum. Sumbangan dari komodiats BBM
tanya hanya berasal dari BBM subsidi melainkan juga BBM non subsidi, termasuk jenis
pertamax dan pertamax plus. Data BPS menunjukan kenaikan harga BBM berdampak
terhadap tarif angkutan dalam kota yang mengalami kenaikan di 66 kota IHK seluruh
Indonesia.
2. China
Republik Rakyat China mengalami masa inflasi terparah pada tahun 1948-1949.
Memaksa bank sentral dari sebuah wilayah regionalnya yaitu provinsi Xinjiang
mengeluarkan mata uang ber angka 6,000,000,000 Yuan pada tahun 1949. Tidak hanya
pernah mengalami inflasi, China yang kini masuk negara dengan perekonomian terkuat juga
pernah mengalami hiperinflasi. Negara ini mengalami hiperinflasi pada Oktober 1947 hingga
Mei 1949 dengan tingkat inflasi 14%. Kondisi ini membuat harga meningkat dua kali lipat
setiap lima hari, 8 jam. Hiper inflasi China terjadi setelah Perang Dunia II. Kala itu China
terbagi oleh perang saudara. Nasionalis dan Komunis berjuang untuk mengontrol negara dan
bersaing dalam proses memperkenalkan mata uang, meninggalkan sistem moneter China
terfragmentasi di 1948.
3. Amerika Serikat
Pada bulan November 2013, laju inflasi AS tercatat meningkat menjadi 1,2 persen
setelah melambat ke level terendah dalam empat tahun terakhir pada bulan Oktober. Secara
bulanan, harga di AS tercatat tetap tidak berubah karena rendahnya harga bensin dan gas
alam. Dalam 12 bulan terakhir, seluruh indeks meningkat hingga 1,2 persen atau lebih besar
dari kenaikan 1,0 persen untuk 12 bulan yang berakhir hingga bulan Oktober. Kenaikan
seluruh indeks dalam 12 bulan ini justru tidak terjadi pada sektor energi yang turun hingga
2,4 persen di bulan November. Turunnya indeks energi pada bulan November ini dikatakan
telah membuat kenaikan indeks lain menjadi tidak berpengaruh banyak pada inflasi. Indeks
untuk bensin dan gas alam turun tercatat secara signifikan karena harus mengimbangi
kenaikan indeks listrik dan bahan bakar minyak.
Selain itu, indeks pangan juga tercatat meningkat tipis pada bulan November.
Sementara untuk indeks sektor makanan dan energi naik 0,2 persen pada bulan November.
Kenaikan indeks ini banyak didukung oleh meningkatnya harga rumah dan tarif maskapai
penerbangan. Di samping itu, indeks jasa rekreasi dan penjualan mobil bekas dan truk juga
berhasil meningkat. Tidak hanya itu, indeks untuk sektor pakaian, perabot rumah tangga,
mesin, dan penjualan kendaraan baru semuanya menurun pada bulan November.
Sebagai informasi laju inflasi di Amerika Serikat rata-rata 3,34 Persen dari tahun 1914
hingga 2013, dan mencapai tertinggi sepanjang waktu 23,70 Persen pada bulan Juni 1920 dan
rekor rendah -15,80 Persen pada bulan Juni 1921.
4. Jepang
Negeri sakura ini terkenal akan industrinya yang sangat maju di berbagai bidang,
tetapi pada satu dekade terakhir ini Jepang mengalami inflasi dengan meningkatnya harga
konsumen menimbulkan kekhawatiran karena Harga yang meningkat akibat tekanan dari
biaya bahan makanan pokok yang mahal, bukan peningkatan permintaan. Jadi, hal ini
bukanlah satu hal yang baik. Sementara itu, mata uang yen stabil, sekitar 104,35 terhadap
dolar. BoJ sempat menurunkan perkiraannya terhadap pertumbuhan ekonomi Jepang pada
bulan ini. BoJ menyatakan pertumbuhan Jepang menurun. Hal ini karena perluasan ekonomi
berkurang.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran khususnya bagi para pengusaha restoran, warung
penjual makanan, serta ibu rumah tangga. Karena harga yang tinggi merupakan indikasi
meningkatnya beban impor. Sangat sulit bagi pihak BoJ untuk mengubah kebijakan moneter
hanya karena inflasi terhadap pangan. Indeks harga konsumen di luar harga makanan segar
meningkat 1,25 dibandingkan tahun lalu. Melambungnya harga minyak, bahan baku, dan
pangan memberikan dampak negative terhadap perusahaan perusahaan dan rumah tangga,
sementara pertumbuhan upah dan belanja konsumen menurun.
Setelah selama satu dekade Jepang mengalami deflasi, harga konsumen akhirnya
mengalami kenaikan akibat ekonomi global yang sedang kacau. Keadaan ini menyebabkan
Jepang mengalami inflasi tertinggi selama 10 tahun terakhir. Namun harga konsumen yang
tinggi bukan lantaran permintaan yang meningkat seperti harapan BoJ. Kenaikan harga
terjadi pada roti, susu, dan mie yang memberatkan masyarakat kebanyakan.
Tingkat inflasi Jepang mencapai level tertinggi selama 10 tahun terakhir. Data resmi
menunjukkan tingkat inflasi berada di level 1,2 persen pada bulan Maret. Meski tingkat
inflasi meningkat, Bank Sentral Jepang (BoJ) tidak berencana meningkatkan tingkat suku
bunga yang kini sangat rendah. Hal ini menyulitkan Pemerintah Jepang, apalagi di tengah
meningkatnya harga pangan. Kementerian urusan internal dan komunikasi mengatakan,
inflasi Jepang naik 0,2 persen dibandingkan pada Februari di mana inflasi hanya mencapai
1,0 persen. Inflasi yang naik tidak termasuk volatilitas harga makanan segar.
Gubernur BoJ saat ini Masaaki Shirakawa mengatakan, Jepang akan kembali ke cara
lama dalam melakukan perluasan ekonomi. Dia masih melihat Jepang memiliki potensi untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 1,5 persen. Di lain pihak, para pelaku ekonomi
Jepang memperkirakan BoJ tetap mempertahankan suku bunga dilevel 0,5 persen beberapa
bulan ke depan.
Hal ini mempunyai dampak yang buruk bagi masyarakat Jepang, karna bagi
masyarakat yang berpenghasilan tetap, gaji mereka setiap bulannya tidak dapat mencukupi
kebutuhan sehari-hari juga pengeluaran mereka akan mengalami peningkatan setiap
bulannya. Dan juga bagi para pedagang yang menggunakan bahan makanan sebagai bahan
utama dalam kegiatan berdagang mereka terpaksa menaikkan harga dagangan mereka
sehingga akan ada kemungkinan konsumen atau pelanggan yang biasa membeli dagangan
mereka akan cenderung lebih memilih untuk lebih menghemat biaya dan mengurungkan
niatnya untuk pergi bebrbelanja di luar.
5. Australia
Inflasi ekonomi Australia melambat kuartal pertama 2014, mendorong mata uang
Negeri Kangguru pada tingkat lebih rendah seiring investor yang menarik diri akibat
kemungkinan naiknya suku bunga. Biro Statistik Australia di Sydney pada Rabu (23/4/2014)
mengumumkan rata-rata harga inti naik 0,5% dari kuartal sebelumnya. Sebelumnya,
perkiraan rata-rata kenaikan harga oleh ekonom adalah 0,7%. Indeks harga konsumen naik
0,6% dari 3 bulan sebelumnya, lebih rendah dari prediksi ekonom yaitu 0,8%.
Adapun bank sentral Australia menargetkan inflasi rata-rata 2%-3%. Data ini
meredam spekulasi atas lonjakan harga rumah dan bangunan, serta jatuhnya angka
pengangguran akan mendorong Gubernur Bank of Australia Glenn Stevens untuk menaikkan
tingkat suku bunga dari rekor terendah saat ini, yaitu 2,5%. Para pengambil kebijakan
Australia telah mengurangi pinjaman sebesar 2,25% sejak akhir 2011 seiring meningkatnya
kekuaan dolar yang memicu pertumbuhan dan ledakan investasi pada pertambangan. Inflasi
domesik unuk barang-barang dan pelayanan yang tidak diimpor seperti peralatan rumah dan
makanan cepat saji, meningkat 3,1% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Barang-
barang impor seperti peralatan elektronik dan pakaian, meningkat 2,6%.

NEGARA YANG PERNAH MENGALAMI HYPERINFLASI

1. Hongaria
Inflasi terbesar pertama terjadi di Hongaria pada Agustus 1945 sampai Juli 1946.
Tingkat inflasi harian di negara ini mencapai 207 % sehingga membuat harga berubah dua
kali lipat setiap 15 jam. Ekonomi Honggaria hancur oleh Perang Dunia II. Karena status
sebagai warzone, diperkirakan 40 % dari modal saham Hungaria hancur dalam konflik.
Sebelum ini, negara ini telah berutang besar untuk memproduksi ahan bakar untuk
mendukung upaya perang Jerman, tapi Jerman tidak pernah mau utangnya dibayar dengan
barang.
Ketika Hongaria menandatangani perjanjian perdamaian dengan Sekutu pada 1945, ia
diperintahkan untuk membayar perbaikan besar Soviet, yang menyumbang 25%-50 % dari
anggaran Hungaria selama episode hiperinflasi negara ini. Sementara itu, kebijakan moneter
negara pada dasarnya dikooptasi oleh Komisi Pengawasan Sekutu.
2. Ziimbabwe
Inflasi terbesar kedua terjadi di Zimbabwe pada Maret 2007 hingga November 2008.
Tingkat inflasi harian negara ini mencapai 98 % membuat harga berubah dua kali lipat setiap
25 jam. Kisah hiperinflasi Zimbabwe didahului penurunan grinding panjang dalam output
ekonomi yang mengikuti reformasi tanah Robert Mugabe tahun 2000-2001. Kondisi di mana
tanah diambil alih sebagian besar dari petani kulit putih dan didistribusikan kepada penduduk
mayoritas hitam. Ini menyebabkan jatuhnya 50% dalam output selama sembilan tahun
berikutnya.
Reformasi sosialis dan keterlibatan mahal dalam perang sipil Kongo menyebabkan
pengeluaran anggaran pemerintah defisit. Pada saat yang sama, penduduk Zimbabwe
menurun karena sebagaian besar meninggalkan negara itu. Kedua faktor yang berlawanan, di
mana peningkatan pengeluaran pemerintah dan penurunan basis pajak menyebabkan
pemerintah monetisasi defisit fiskal.
3. Yugoslavia
Inflasi terbesar ketiga terjadi di Yugoslavia (Republika Srpska) pada April 1992
hingga Januari 1994 dengan tingkat inflasi harian mencapai 65 %. Kondisi ini membuat harga
berubah dua kali lipat setiap 34 jam.
Jatuhnya Uni Soviet menyebabkan peran internasional menurun kepada Yugoslavia,
mantan pemain geopolitik utama yang menghubungkan Timur dan Barat dan partai komunis
yang berkuasa, akhirnya datang di bawah tekanan yang sama seperti Soviet lakukan. Hal ini
menyebabkan pecahnya Yugoslavia menjadi beberapa negara etnis dan perang. Dalam proses
ini , perdagangan antara wilayah-wilayah bekas Yugoslavia ikut runtuh, demikian pula output
industri. Pada saat yang sama, internasional melakukan embargo terhadap ekspor Yugoslavia,
dan kian menghancurkan negara ini.
4. Jerman
Hiper inflasi ke empat terjadi di Weimar, Jerman pada Agustus 1922 sampai
Desember 1923. Di negara ini, tingkat inflasi harian mencapai 21% dan membuat harga
berubah dua kali lipat setiap tiga hari 17 jam. Hiperinflasi yang dialami di Weimar Jerman
pada awal tahun 1920 diikuti kekalahannya dalam Perang Dunia I beberapa tahun
sebelumnya. Sebagai akibat perang, Jerman diminta untuk membayar reparasi besar untuk
para pemenang untuk menebus biaya yang dikeluarkan pihak yang menang.
5. Yunani
Negara yang pernah mengalami hiperinflasi kelima adalah Yunani. Ini terjadi pada
Mei 1941 hingga Desember 1945 dengan tingkat inflasi 18% mengakibatkan peningkatan
harga dua kali lipat setiap empat hari dalam enam jam. Hiperinflasi dilatarbelakangi
keseimbangan anggaran fiskal Yunani berayun dari surplus 271 juta dirham pada 1939
menjadi defisit 790 juta dirham pada 1940 karena Perang Dunia II yang membuat
perdagangan luar negeri turun drastis.
REFRENSI

http://hermawayne.blogspot.com/2011/03/10-negara-yang-pernah-mengeluarkan-
uang.html
http://vibiznews.com/2013/12/18/inflasi-as-naik-12-persen-di-bulan-november/
http://kabar24.bisnis.com/read/20140424/18/221866/inflasi-australia-melambat-mata-
uang-kuat
http://www.kaskus.co.id/thread/52545522c1cb17f111000001/9-negara-yang-alami-
hiperinflasi-terburuk-sepanjang-sejarah
http://vienovidelusion.blogspot.com/2014/04/negara-negara-yang-hiperinflasi.html

Anda mungkin juga menyukai