Anda di halaman 1dari 32

MODUL

KEUANGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (TRADE FINANCE)

Media : White Board, Slide Show, Infokus/LCD,OHP,Transparansi,


online
Internet access
Evaluasi : 1. Kehadiran, 2. Tugas mandiri, 3. Tugas Terstruktur 4.
Ujian.
Metode Pembelajaran : Kuliah mimbar, diskusi kasus & Tugas mandiri/kelompok.

Bab II: Dokumen Transaksi Perdagangan Luar Negeri

A. Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa dapat memahami dan mengerti prosedur transaksi ekspor, antara lain tentang
pentingnya dokumen transaksi perdagangan luar negeri dan transport beserta bermacam-
macam jenis fasilitas atau pembiayaan transaksi luar negeri yang dapat dimanfaatkan oleh
eksportir-importir dari bank.

B. Peran Dokumen Komersial dan Dokumen Transport didalam Perdagangan


Internasional dan Pembiayaannya. (Tidak sesuai dgn urutan di modul, tidak ada
contoh kasus/ ilustrasi pada bab ini)

1. INTERNATIONAL METHOD OF PAYMENT

Banyak cara pembayaran yang dipergunakan dalam perdagangan internasional tetapi


yang sering digunakan adalah perdagangan tanpa L/C dan perdagangan dengan L/C.

Perdagangan tanpa L/C:


Terdiri dari: pembayaran dimuka (Advance Payment/Cash in Advance), perhitungan
kemudian (Open Account), atas dasar inkaso (Collection Basis), konsinyasi (Consigment)
dan Barter.

Perdagangan dengan L/C:

 Letter of Credit (Documentary L/C)

L/C adalah cara pembayaran yang lazim dipergunakan dalam perdagangan


internasional (international method of payment). Perdagangan dengan cara L/C
yaitu menggunakan surat-surat yang ditujukan kepada penjual/eksportir,
dikeluarkan/diterbitkan oleh suatu bank atas perintah dan tanggungjawab
pembeli/importir. Dalam hal ini bank memberikan jaminannya, untuk melakukan
pembayaran, akseptasi atau mengambil alih wesel atas dasar penyerahan
Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)
Page | 1
dokumen yang lengkap sesuai persyaratan yang disepakati antara pembeli dan
penjual, yang ditetapkan dalam L/C yang dimaksud.

Terkadang penyampaian L/C bersamaan waktunya dengan pengiriman


kawat/telex oleh bank penerbit kepada bank penerima L/C. Dan biasanya
pembukaan L/C diawali dengan kontrak jual beli (sales contract) antara
penjual/eksportir dengan pembeli/importir. Cara pembayaran dengan L/C
merupakan cara yang paling digemari oleh pembeli dan penjual karena
melindungi hak mereka masing-masing.

Dalam setiap L/C biasanya terdapat tiga macam kontrak/perjanjian (documentary


credit) yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu: kontrak jual beli (sales
contract) antara pembeli/importir dengan penjual/eksportir, aplikasi letter of credit
yaitu kontrak antara pembeli dengan bank pembuka L/C, dan L/C yaitu kontrak
antara penjual dengan pembuka L/C.

Di dalam kontrak jual beli disepakati hal-hal antara lain tentang: bentuk L/C,
jumlah, nama dan uraian barang, valuta asing dan nilai L/C, tanggal jatuh waktu
L/C, tanggal pengapalan terakhir dari barang, dokumen-dokumen yang harus
diserahkan, barang-barang yang dikirim dapat dikapalkan sebahagian-
sebahagian atau harus sekaligus, syarat pembayaran atas barang yang dibeli,
kemasan barang dan penutupan asuransi.

Syarat-syarat tersebut diatas akan dimasukkan sebagai syarat-syarat dalam L/C


(terms and conditions of L/C). Perlu diketahui pula bahwa letter of credit dan
sales contract berdiri terpisah satu sama lain, dan kedua-duanya merupakan
suatu tindakan hukum yang berdiri sendiri.

i. Manfaat L/C
- Bagi Penjual/Eksportir

Segera setelah barang-barang ekspor dikapalkan dan dokumen-dokumen


ekspor yang sesuai dengan persyaratan dalam L/C diserahkan kepada bank
untuk dilakukan negosiasi, maka eksportir dapat menerima pembayaran.
Eksportir dapat menarik uang muka yang ditetapkan dalam L/C (Red Clause
L/C) untuk membiayai pengadaan barang (produk ekspor). Menggunakan letter
of credit lebih menjamin pembayaran atas suatu transaksi ekspor, dan eksportir
dapat menggunakan L/C untuk pembiayaan selanjutnya seperti Back to Back
L/C.

- Bagi Pembeli/Importir

Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)


Page | 2
Bagi importir ada beberapa cara pembayaran atas barang-barang yang
diimpornya, antara lain: (i) importir harus membayar seketika harga dari barang-
barang yang diimpor; (ii) pembayaran dilakukan pada waktu barang tiba, disebut
Documents Against Payment (D/P) atau Sight L/C; (iii) pembayaran dilakukan
setelah suatu kurun waktu tertentu yang cukup lama, didasarkan pada Usance
Drafts. Pembayaran ini dikenal dengan Documents Against Acceptance (D/A).
Dengan D/A dapat diketahui bahwa L/C Issuing Bank dan importir memberi
kesanggupan membayar (Acceptance) pada jatuh waktu dari Usance Drafts.

Kelemahan L/C antara lain: adanya biaya-biaya bank yang dikenakan dalam
penanganan L/C, waktu yang diperlukan dalam memproses surat-surat yang
diperlukan melalui saluran bank dan bank hanya berkepentingan pada dokumen
saja, tidak pada barang-barang.

ii. Mekanisme L/C

Penerbitan atau pembukaan letter of credit (L/C) dilakukan oleh bank importir (L/C
Issuing Bank) atas perintah dan tanggung jawab importir (Applicant of the L/C) untuk
kepentingan eksportir (Beneficiary of the L/C). Letter of credit tersebut dikirim ke
bank koresponden (Nominated Bank) di tempat eksportir berdomisili. Pembukaan
L/C dapat dilakukan dengan surat dan telex.

Bank koresponden (Nominated Bank) di negara eksportir berdomisili, dapat


menjalankan fungsi sekaligus sebagai Advising Bank, Confirming Bank dan
Negotiating Bank. Disebut Confirming Bank jika diminta oleh bank importir (Issuing
Bank) untuk mengkonfirmir L/C kepada eksportir. Disebut Negotiating Bank jika
pada akhirnya Nominated Bank dengan berbagai fungsi menegosiasi dokumen
ekspor.

Sebelum menjalankan fungsinya, Nominating Bank meneliti terlebih dahulu syarat-


syarat dalam L/C yang diterima. Yang perlu diteliti antara lain: keasliannya
(otentikasi), L/C harus irrevocable, tunduk pada UCP 1, negara tujuan, syarat
pembayaran (Sight or Usance) dan pengajuan dokumen ekspor.

Eksportir juga meneliti syarat-syarat dalam L/C apakah sesuai dengan sales
contract yang disepakati. Kemudian eksportir melakukan pengiriman barang dan
melengkapi dokumen-dokumen yang diminta dalam L/C. Segera setelah dokumen
ekspor dilengkapi oleh eksportir, maka pengajuan dokumen ekspor ke bank untuk
merealisasi L/C dapat dilakukan. Realisasi L/C dan pembayaran dapat dilakukan jika
di dalam dokumen ekspor tidak terdapat penyimpangan-penyimpangan
(discrepancies).

1 Uniform Customs And Practice For Documentary Credits.

Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)


Page | 3
Jika terdapat penyimpangan-penympangan dalam dokumen ekspor, maka ada
beberapa alternatif yang dapat dipertimbangkan, yaitu: dilakukan koreksi dalam
dokumen, menghubungi importir untuk diadakan perubahan yang ada dalam L/C,
minta persetujuan L/C Issuing Bank dan atau Importir atas discrepancies yang ada,
dan pembayaran L/C dapat dilakukan Under Reserve.

- Dokumen Utama Dalam L/C :

 Bill of Exchange (Draft/Wesel).

Merupakan dokumen sebagai alat penarikan pembayaran yang diterbitkan


oleh eksportir atas dasar suatu L/C. Definisi dari draft dapat disebutkan
sebagai suatu perintah tidak bersyarat, tertulis dari seseorang/ perusahaan
lain dan ditandatangani oleh orang/ perusahaan yang memberikan perintah
untuk membayar sejumlah uang pada waktu perintah bayar tersebut ditujukan
atau pada waktu ditentukan kepada orang yang ditunjuk atau kepada
pembawa.

Pihak yang terkait dalam Draft:

Penarik (Drawer) yaitu Beneficiary L/C.


Tertarik (Drawee) bisa Aplicant L/C atau Issuing Bank tergantung dari syarat
L/C.
Payee yaitu penerima pembayaran:

Payee dapat dibuat kepada Order Negotiating Bank atau Order penarik
sendiri dengan mencantumkan kalimat ……….. Order Of Our Selves. Jika
Payee adalah penarik, maka pada waktu diserahkan kepada bank harus
diendors kepada bank tersebut.

 Bill of Lading (B/L).

Merupakan dokumen pengangkutan yang diterbitkan oleh perusahaan


pengangkutan dimana pihak pengangkut menerangkan telah menerima
barang-barang untuk diangkut ke tempat tujuan yang telah ditentukan dan
menyerahkan di tempat tujuan tersebut kepada seseorang atau order atas
syarat-syarat yang telah ditentukan.

Pihak-pihak yang terdapat dalam B/L:

Shipper pengirim barang, bisa eksportir (Beneficiary L/C) atau pihak ketiga
lainnya.

Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)


Page | 4
Pengangkut (Carrier) = perusahaan pengangkut yang mengangkut
barang dan yang menerbitkan B/L.
Penerima barang (Consignee) = pihak yang berhak menerima barang
yang disebutkan dalam B/L, yaitu importir.
Notify Party (Notify Address)= pihak kepada siapa maskapai pelayaran dapat
memberitahukan atas kedatangan kapal.

Catatan: B/L adalah dokumen yang menunjukkan hak atas barang yang
diangkut. Agar B/L tersebut menjadi Negotiable Instrument, maka Consignee
dalam B/L harus ditulis atau dibuat atas order, B/L harus menunjukkan barang
telah dimuat ke dalam kapal (on board), kecuali jika B/L yang diminta
Combined B/L. Dan B/L yang diserahkan Clean artinya tidak memuat catatan
mengenai cacat atau kurangnya barang atau pembungkusnya.

 Airway Bill (AWB).

Merupakan dokumen penting transpor melalui udara yang terlibat dalam


pelaksanaan transaksi dengan L/C. Dokumen AWB diterbitkan oleh
perusahaan pengangkutan udara dimana pihak pengangkut menerangkan
telah menerima barang-barang untuk diangkut ke tempat tujuan yang telah
ditentukan dan menyerahkan di tempat tujuan tersebut kepada seseorang
atau order atas syarat-syarat yang telah ditentukan.

Beberapa jenis dokumen transpor antara lain: dalam bentuk marine (Ocean)
Bill of Lading (B/L) yang juga disebut konosemen, ataupun dokumen
transpor lainnya, seperti Airway Bill, Railway Bill, Multi Modal Transport
Document (M/T Document) dan lain-lain.

Dalam UCP tidak ditegaskan jenis dokumen transpor mana yang seharusnya
ditetapkan dalam L/C, maka hal tersebut diserahkan kepada pihak-pihak yang
bersangkutan untuk menentukannya. Penentuan tersebut tergantung dari
moda angkutan yang akan digunakan oleh pihak pemohon kredit, misalnya
melalui laut, udara, pos, kereta api, jalan raya atau moda angkutan gabungan.
Karena perdagangan internasional sebagian besar dilakukan dengan
pengangkutan melalui laut, maka yang sering digunakan adalah
marine/Ocean B/L. Apabila pengiriman barang dilakukan melalui udara,
dalam permohonan pembukaan L/C yang ditetapkan sebagai dokumen
transpor adalah Airway Bill/Air Consignment Note. Oleh karena Airway
Bill bukan merupakan suatu surat yang dapat diperdagangkan (Negotiable
Document) dan harus dibuat atas nama penerima barang, maka Airway Bill

Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)


Page | 5
tidak dapat diminta untuk diterbitkan atas order dan / atau untuk dialihkan (To
Be Endorsed).

Jika pemohon memperkenankan penggunaan alternatif beberapa mode atau


cara pengangkutan, umpamanya sebagian melalui laut dan sebagian melalui
udara, maka perlu secara tegas pula disebutkan dokumen transpor yang
dikehendaki, misalnya Ocean B/L and or Airway Bill. Sebagai salah satu
syarat yang diminta dalam pasal 25 dan pasal 26 UCP, dokumen transpor
secara formal harus jelas (Appears On Its Face) dan dikeluarkan oleh
pengangkut tertentu atau agennya. Hal ini tidak berarti bahwa pemohon harus
selalu menetapkan sarana pengangkutan tertentu dalam permohonan
pembukaan L/C karena dapat pula terjadi barang yang bersangkutan karena
satu dan lain hal tidak dapat diangkut oleh sarana pengangkutan yang
dikehendaki (karena misalnya Fully Booked).

Yang dimaksud disini adalah dokumen transpor harus mencantumkan secara


jelas nama pengangkut bagi barang yang bersangkutan. Pemohon kredit juga
dimungkinkan untuk menetapkan atau meminta dokumen lainnya yang terkait
dengan transportasi yang tidak diterbitkan oleh pengangkut atau agennya
yang disetujui oleh pihak Beneficiary, seperti: Fowarder’s Certificate Of
Receipt (FCR) atau Fowarder’s Certificate Of Transport (FCT),
Warehouse Receipt, Warehouse Warrant dan lain-lain. Selanjutnya jika
diminta suatu syarat tertentu yang berkaitan dengan dokumen transpor untuk
dipenuhi, sedangkan hal tersebut tidak tercantum dalam dokumen transpor
yang bersangkutan, maka dapat digunakan berbagai dokumen tambahan
yang menunjukkan bahwa permintaan tersebut telah dipenuhi.

 Invoice.

Invoice yang dibuat dalam transaksi perdagangan luar negeri adalah


Commercial Invoice. Invoice ini adalah Accounting Document, dimana dengan
dokumen ini si penjual membebankan harga barang kepada pembeli.
Commercial Invoice memuat keterangan tentang barang-barang serta indikasi
harga dan syarat-syarat dalam transaksi tersebut.

Data penting yang harus terdapat dalam Commercial Invoice adalah: tanggal,
nama kapal, yang mengangkut, nama dan alamat penjual dan order atau
kontrak, jumlah barang dan perinciannya, unit price dan total price, berat
barang, jumlah koli, shipping mark dan angkanya, syarat pengoperan dan
syarat pembayaran, detail dari shipment (penjelasan mengenai Freight dan
penutupan asuransi) dan lain-lain yang dianggap perlu.

Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)


Page | 6
Commercial Invoice merupakan satu dokumen terpenting dalam suatu
transaksi documentary. Dengan dokumen ini eksportir dapat mengclaim
pembayaran dari pihak importir atas barang-barang yang sudah dikirim atau
dikapalkan dengan pengertian bahwa uraian atau isi yang tertera pada
invoice bersangkutan sudah sesuai dengan persyaratan L/C termasuk
persyaratan sales contract.

Kekeliruan pemuatan Commercial Invoice ini dapat mengakibatkan timbulnya


masalah yang cukup serius bagi importir maupun eksportir sendiri. Karena
dengan adanya kekeliruan tersebut maka pihak importir mungkin akan
menemui kesulitan untuk mengeluarkan barang di pelabuhan tujuan, sampai
adanya Clearance mengenai masalah tersebut. Selanjutnya pihak importir
diharuskan membayar denda oleh Bea dan Cukai setempat, sebelum barang
tersebut dapat dikeluarkan.

Jika terjadi kasus seperti diatas, jelas importir akan menderita rugi dan
kerugian tersebut dapat di claim kembali kepada eksportir. Seandainya pihak
eksportir tidak bersedia membayar kembali claim tersebut, maka hal ini akan
mengurangi hubungan selanjutnya antara eksportir dengan importir yang
bersangkutan, dan mungkin juga dengan importir lainnya di negara tersebut.

Pada umumnya Commercial Invoice harus memenuhi syarat-syarat sebagai


berikut:
- Sudah dibubuhi tanggal dan ditandatangani oleh eksportir bersangkutan, jika
L/C mensyaratkan Signed Commercial Invoice.
- Nama dan alamat dari importir dan eksportir harus sesuai dengan L/C.
Kecuali dalam hal Transferable L/C, dimana si eksportir dapat memindahkan
hak nya kepada perusahaan lainnya. Perlu diperhatikan bahwa pemindahan
hak ini hanya dapat dilakukan sekali saja, walaupun eksportir yang ke tiga
tersebut (Shipper) merupakan anggota dari group perusahaannya (syarat L/C
tentang Shipment Prohibited).
- Nama Issuing Bank dan nomor L/C nya.
- Nama pelabuhan muat atau asal dan pelabuhan tujuan.
- Volume barang harus sesuai dengan L/C, kecuali L/C tersebut mensyaratkan
perihal Shipment Allowed.
- Berat barang harus sesuai dengan L/C dan konsisten pula dengan weight list
atau certificate (jika dokumen ini disyaratkan dalam L/C).
- Perincian barang dan harganya juga penjumlahan diperiksa kembali. Ada
kalanya di dalam L/C disyaratkan bahwa perincian barang dan harganya
harus disesuaikan dengan sales contract nya, maka dari eksportir perlu
dimintakan untuk menyerahkan sales contract tersebut.
- Syarat pengapalan harus sesuai dengan L/C (C & F, CIF, atau FOB).
Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)
Page | 7
- Nama kapal, tanggal pengapalan dan shipping marks harus konsisten dengan
B/L nya.
- Jika syarat pengapalan C & F, maka freightnya yang tercantum pada invoice
harus sama jumlahnya dengan B/L. Demikian juga dengan syarat CIF, dimana
premi asuransi tersebut harus sama dengan premi yang tertera dalam polis
atau sertifikat asuransi.
- Adakalanya Commercial Invoice harus Dicounter Signed oleh perwakilan
pembeli di Indonesia, konsul perdagangan dari negara importir, super
intending dan kantor perwakilan departemen setempat atau terdekat (jika L/C
mensyaratkannya). Adakalanya L/C mensyaratkan bahwa Commercial
Invoice harus ditandatangani oleh pegawai dari importir yang akan datang di
Indonesia untuk memeriksa barang sebelum dimuat, dengan menyebutkan
nomor paspornya. Dalam hal ini hendaknya diperiksa nama yang
bersangkutan, nomor paspornya dan tanda tangan yang ada di paspornya.
- Pada Commercial Invoice tidak boleh tercantum kata-kata yang memberi
kesan bahwa barang bekas atau cepat rusak, demikian pula mengenai
keadaan pembungkusannya, seperti: Used, Rebuilt dan Secong Hand. Atau
kata-kata lain yang mempunyai arti yang sama, kecuali L/C membenarkan
dan nomor kontrak dan atau Import License Number, jika L/C mensyaratkan
demikian.

 Asuransi.

Hampir semua negara pengekspor mengadakan tindakan perlindungan atas


hasil produksi, eksportir dan perbankannya dari resiko yang timbul dari
kegiatan ekspor. Tindakan perlindungan dilakukan berdasarkan konsep
asuransi yang menjembati kepentingan pembeli dan pemasok dalam
perdagangan luar negeri, dan melalui sistem perbankan yang memberikan
pembiayaan untuk kegiatan perdagangan.

Pembiayaan ekspor dapat diartikan sebagai suatu sarana kemudahan yang


tersedia bagi eksportir untuk melindungi dirinya dari risiko tidak diterimanya
hasil ekspor. Risiko ini khususnya terjadi jika eksportir memberi penundaan
pembayaran atau suatu fasilitas pembiayaan kepada pembelinya.

Pembiayaan ekspor biasanya merupakan gabungan antara mekanisme


asuransi dan pembiayaan perbankan. Sistem pembiayaan ekspor masing-
masing negara umumnya tidak sama. Setiap negara mengembangkan pola
pembiayaannya masing-masing berdasarkan kondisi ekonomi dan politik
yang dihadapinya. Struktur ekonomi, pasar, kemajuan tingkat sektor industri,

Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)


Page | 8
perbankan dan asuransi antara lain merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi pemberian kemudahan pembiayaan untuk kegiatan ekspor di
negara yang bersangkutan.

Dalam menghadapi persaingan di pasar internasional yang semakin tajam


karena adanya kemajuan teknologi canggih serta adanya pola perdagangan
luar negeri yang semakin global maka para eksportir tidak hanya dituntut
untuk dapat menawarkan “produk yang sesuai”, “pengepakan yang menarik”
tetapi juga dituntut untuk dapat menawarkan barang dengan “cara
pembayaran yang menarik” baik dengan salah satu cara pembayaran
Documentary Credit, maupun dengan cara pembayaran Documentary
Collection, misalnya Usance Letter of Credit, Documents Against Payment
(D/P); Documents Against Acceptance (D/A) atau dengan syarat pembayaran
lain yang sering dalam perdagangan luar negeri sesuai kesepakatan antara
penjual dan pembeli.

Masing-masing cara pembayaran perdagangan luar negeri seperti diatas


tidak terlepas dari adanya risiko tidak diterimanya pembayaran dari Importir,
baik yang disebabkan karena risiko komersial maupun risiko non komersial,
sehingga dapat menghambat kelancaran pelaksanaan ekspor yang pada
akhirnya mengganggu likuiditas keuangan eksportir. Karena itu sebagai salah
satu pengamanannya para eksportir di Indonesia dapat menutup asuransi
ekspor pada PT Asuransi Ekspor Indonesia (PT ASEI) sebagai usaha
pencegahan atau pengurangan risiko tidak diterimanya pembayaran
perdagangan luar negeri yang potensial dengan mengajukan tuntutan ganti
rugi (TGR) kepada PT. ASEI.

Dengan demikian di satu pihak diharapkan dapat meningkatkan kegiatan


ekspor dan penerobosan pasar luar negeri, di lain pihak dapat pula
merupakan jaminan tambahan bagi eksportir dalam mengatur pembiayaan
rencana kegiatan ekspor selanjutnya. Hal ini dapat mendorong partisipasi
perbankan dalam menyalurkan kredit untuk ekspor dan mobilisasi dana guna
pengembangan ekspor. Dalam upaya mendorong peningkatan ekspor non
migas, sesuai dengan peraturan pemerintah no. 1 tahun 1982, pemerintah
memberikan kemudahan-kemudahan kepada eksportir.

Pertama, eksportir dapat menjual devisa yang diperolehnya kepada bank


sesuai waktu yang dikehendaki sehingga dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin. Kedua, eksportir dapat menggunakan berbagai cara pembayaran
transaksi ekspor seperti yang lazim dalam dunia perdagangan luar negeri.
Dengan diberikannya kemudahan-kemudahan cara pembayaran, bank dalam

Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)


Page | 9
memberikan kredit ekspor kepada eksportir ternyata menghadapi risiko tidak
dibayarkannya kredit ekspor oleh eksportir.Untuk mengatasi kemungkinan
kurang lancarnya pembayaran dari eksportir, bank dapat mengadakan
perjanjian jaminan kredit ekspor dengan PT. ASEI sebagai landasan
hubungan kerja sama penutupan jaminan kredit ekspor.

Apabila kredit yang ditutup penjaminannya macet, maka bank dapat


mengajukan tuntutan ganti rugi kepada PT. ASEI. Pembayaran ganti rugi dari
PT. ASEI akan memungkinkan bank menyalurkan lagi kredit ekspor dan bank
terhindar dari sebagian kerugian yang tidak diharapkan.

Jadi, dalam rangka melindungi hasil ekspor yang wajib diterima eksportir,
digunakan konsep asuransi yang menjembatani kepentingan pembeli dan
penjual dalam perdagangan luar negeri dan melalui sistem perbankan yang
memberikan pembiayaan untuk kegiatan perdagangan. Sejalan dengan itu
jika dikehendaki, bank pemberi kredit ekspor dapat mengasuransikannya
kepada perusahaan asuransi, misalnya PT. ASEI. Hal ini dimaksudkan untuk
melindungi agar fasilitas kredit yang diberikan tidak terhambat. Dengan
adanya asuransi atas ekspor dan asuransi atas kredit ekspor, terdapat
konsekuensi yang mampu menambah besarnya biaya yang harus dipikul
eksportir.

iii. Bentuk Terminologi dan Jenis L/C

Beberapa yang umum dipergunakan:

Credit = The Letter of Credit.

Account Party (Accountee = Importir/pembeli) adalah pihak yang meminta L/C


dibuka oleh bank.

Beneficiary adalah penjual yaitu kepada siapa L/C dibuka.

Issuing Bank adalah Bank Pembuka L/C.

Advising Bank adalah Bank (biasanya di tempat Beneficiary) yang diminta oleh
Issuing Bank untuk menyampaikan L/C kepada Beneficiary.

Paying Bank adalah Bank kepada siapa draft ditarik (Drawee Bank).

Confirming Bank (biasanya Bank di tempat Beneficiary) yang ikut menjamin


pembayaran L/C atas penyerahan dokumen yang sesuai syarat L/C dengan
membubuhkan Confirmasinya pada L/C yang bersangkutan.
Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)
Page | 10
Negotiating Bank (biasanya Bank di tempat Beneficiary) yang melakukan
pembayaran kepada Beneficiary (eksportir) dan mereimbursement kepada Issuing
Bank atau Paying Bank atau Reimbursement Bank.

Reimbursing Bank adalah Bank (biasanya Depository Correspondent dari Issuing


Bank) yang telah mendapat otorisasi dari Issuing Bank untuk membayar
Reimbursement Claim dari Negotiating.

Revocable L/C adalah L/C yang dapat diubah, ditarik atau dibatalkan sepihak oleh
Importir tanpa perlu memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari Beneficiary dan
pihak-pihak lainnya.

Irrevocable L/C adalah L/C yang tidak dapat diubah, ditarik atau dibatalkan tanpa
persetujuan terlebih dahulu dari Beneficiary dan pihak-pihak lainnya yang terkait
dalam L/C.

Revolving L/C adalah L/C yang dapat dipergunakan secara berulang-ulang dalam
waktu tertentu dan jumlah tertentu. Artinya jika L/C telah direalisir maka secara
otomatis L/C tersebut hidup kembali. Praktek penggunaan Revolving L/C dapat
secara Cummulative yaitu sisa L/C yang belum direalisir dapat ditambahkan untuk
Realisasi yang akan datang. Adapun Non Cummulative yaitu sisa L/C yang tidak
direalisir tidak dapat ditambahkan kepada realisasi L/C berikutnya.

Back to Back L/C adalah L/C yang dibuka berdasarkan penerimaan L/C
sebelumnya (Master L/C). Syarat-syarat L/C tersebut harus sama dengan syarat-
syarat Master L/C, Expiry Date dan tanggal pengapalan dapat lebih cepat dari
Expiry Date dari tanggal pengapalan dari Master L/C. Dalam realisasinya,
pengiriman barang menunjukkan Destination Port yang diminta dalam Back to Back
L/C sama dengan Destination Port dalam Master L/C. Oleh karena itu, B/L untuk
Back to Back L/C juga termasuk B/L untuk Master L/C.

Bridge L/C adalah L/C yang dibuka atas dasar penerimaan L/C sebelumnya
(Master L/C). Namun, Destination Port yang tercantum dalam Bridge L/C adalah
Port di tempat Accountee. Dengan demikian, dalam realisasinya masing-masing
L/C, B/Lnya akan berbeda.

Transferable L/C adalah L/C yang dapat dipindahkan kepada Beneficiary lain.
Sesuai dengan UCPDC, pemindahan L/C tersebut hanya dapat dilakukan satu kali.

Red Clause L/C adalah L/C yang memuat Clause yang mengizinkan Bank (yang
ditunjuk) atau Negotiating Bank memberikan pembayaran di muka kepada
Beneficiary untuk membiayai barang-barang yang akan dikirimkan sesuai dengan
yang diminta dalam L/C. Atas penarikan Red Clause ini, L/C harus dengan tegas
menyatakan bahwa Negotiating Bank dapat mereimburse pembayaran kepada
Issuing Bank atau Reimbursing Bank. Pada waktu eksportir menyerahkan dokumen
kepada Bank, pembayaran hasil Negosiasi oleh Bank kepada eksportir setelah
dikurangi dengan Red Clause tersebut.

Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)


Page | 11
Acceptance L/C (Usance L/C) adalah L/C yang meminta draft yang ditarik oleh
Beneficiary diaksep oleh bank tertarik (Drawee Bank) untuk pembayaran 30, 60, 90
atau 120 hari (tergantung dari jangka waktu supplier credit yang disetujui oleh
Seller) setelah tanggal pengapalan atau After Sight. Akseptasi tersebut akan
dilakukan oleh Bank pada saat penerimaan dokumen dan dokumen tersebut telah
memenuhi syarat L/C.

Deferred Payment L/C adalah L/C yang berlaku untuk pembayaran pada waktu
yang ditentukan setelah tanggal Presentation of Documents. Pada dasarnya sama
dengan Usance L/C hanya tidak ada draft yang ditarik oleh Beneficiary dan diaksep
oleh Drawee Bank.

Sight L/C adalah L/C yang meminta Beneficiary menarik draft dan pembayaran
kepada Beneficiary yang dilakukan pada saat Sight Draft beserta dokumen yang
diminta L/C dipresentir kepada Bank dan draft serta dokumen tersebut telah
memenuhi syarat L/C.

Payment L/C adalah L/C yang berlaku untuk pembayaran kepada Beneficiary dan
dilakukan pada saat Beneficiary mempresentir dokumen yang diminta dalam L/C
kepada Bank dan dokumen tersebut telah memenuhi syarat L/C. Pada dasarnya,
penangananya sama dengan Sight Draft, namun tidak ada draft yang ditarik oleh
eksportir (Beneficiary).

2. PROSEDUR TRANSAKSI EKSPOR: EKSPOR DENGAN LETTER OF CREDIT

- Sales Contract

Sales contract adalah kesepakatan antara eksportir dan importir untuk melakukan
transaksi jual beli suatu barang, sebelum ekspor dilaksanakan. Kesepakatan tersebut
dimasukkan ke dalam kontrak atas dasar penawaran barang yang akan dijual oleh
eksportir yang berisi keterangan sebagai-berikut:

Barang Menyangkut macam barang, kwalitas, jumlah dan harga.

Syarat penyerahan FOB, C&F dan sebagainya.

Syarat pembayaran Letter of Credit, Collection Basis Open Account dan sebagainya.

Jika sales contract sudah ditandatangani maka importir (buyer) segera meminta
banknya membuka L/C untuk keuntungan eksportir. Jika syarat pembayaran yang
disepakati adalah L/C, eksportir akan menerima L/C yang akan dibuka oleh bank luar
negeri melalui bank nya.

- Penerimaan

Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)


Page | 12
L/C yang dibuka oleh buyer di luar negeri disampaikan ke bank devisa di dalam
negeri yang menjadi koresponden bank luar negeri tersebut. Atas penerimaan L/C
tersebut, bank devisa melakukan pemeriksaan. Bank pembuka L/C merupakan bank
koresponden. Jika bank pembuka L/C adalah non bank koresponden, maka L/C
tersebut harus dikonfirmasikan oleh bank koresponden bank devisa tersebut.

Serangkaian pemeriksaan L/C dilakukan oleh bank devisa, antara lain


keabsahannya, syarat-syaratnya apakah sesuai dengan ketentuan yang berlaku
secara nasional dan internasional, seperti: memperhatikan tipe L/C tersebut, jika L/C
tersebut Revoccable L/C maka dicantumkan dalam Advis kepada eksportir untuk
Diamend; apakah L/C tersebut memuat Clause bahwa Reimbursement dapat
diajukan secara Clean atau pembayaran At the Counter dari Issuing Bank; apakah
jenis barangnya termasuk yang dilarang untuk diekspor; negara tujuan bukan
negara yang dilarang untuk diekspor; apakah tenor L/C Sight atau Usance, dan
sebagainya.

Setelah itu, L/C diadviskan/disampaikan kepada eksportir. Di dalam Advis harus


dicantumkan bahwa L/C tersebut sah untuk memberikan perlindungan dan
kepastian kepada eksportir. Artinya eksportir telah mendapatkan jaminan bahwa
wesel yang akan ditarik atas L/C tersebut pasti dibayar oleh bank sepanjang
dilampiri dengan dokumen yang telah memenuhi syarat L/C. Oleh karena itu,
eksportir tidak perlu ragu untuk mengirimkan barang ekspornya.

3. PENGAJUAN PEMBERITAHUAN EKSPOR BARANG (PEB)

Sebelum eksportir memuat barangnya keatas kapal, eksportir harus mendaftarkan


PEB rangkap 8 kepada bank devisa. Atas penerimaan PEB tersebut, bank
melakukan penelitian atas kelengkapan dan kebenaran pengisiannya. Jika sudah
lengkap dan benar, bank akan mengesahkan dan menyerahkan seluruh lembar PEB
kepada eksportir untuk keperluan pemuatan barang di pelabuhan. Adapun yang
diteliti oleh bank, antara lain menyangkut: jenis barang, kualitas barang, cara
pembayaran dan harga patokan untuk barang yang mempunyai harga patokan.
Kemudian eksportir akan mengajukan PEB tersebut kepada Bea dan Cukai untuk
mendapatkan fiat muat.

Eksportir wajib mengembalikan kepada bank devisa PEB yang telah dibubuhi
persetujuan muat barang oleh instansi Bea dan Cukai, kecuali lembar ke 7 disertai
dengan dokumen-dokumen ekspor yang disyaratkan dalam L/C. Jika ekspor tidak
jadi dilaksanakan, eksportir tetap diwajibkan mengembalikan PEB yang
bersangkutan keseluruhan lembarnya kepada bank devisa. Bank devisa wajib
menyampaikan PEB tersebut, sebagai berikut:

Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)


Page | 13
Lembar asli warna putih untuk file bank devisa.
Lembar ke 2 warna kuning untuk Bank Indonesia bagian Pengelola Data.
Lembar ke 3 warna biru muda untuk Biro Pusat Statistik.
Lembar ke 4 warna merah muda untuk Kanwil Dept. Perdagangan.
Lembar ke 5 warna hijau untuk Direktorat Urusan Pangan dan Penerimaan Buku
Pajak, Dirjen Moneter Dalam Negeri, Departemen Keuangan.
Lembar ke 6 warna putih untuk Eksportir.
Lembar ke 7 warna putih untuk Bea dan Cukai.
Lembar ke 8 warna putih untuk file bank devisa.

Penyampaian lembar-lembar PEB kepada Instansi selambat-lambatnya tujuh hari


kerja setelah tanggal penyerahan PEB oleh bank devisa. Penyampaian PEB ke
Bank Indonesia ialah sebagai berikut: Bank Devisa di DKI langsung kepada Bank
Indonesia bagian Pengolahan Data, Bank Devisa diluar DKI disampaikan melalui
Bank Indonesia setempat atau terdekat.

4. PEMERIKSAAN DOKUMEN EKSPOR OLEH NEGOTIATING BANK

Sebagaimana diketahui, Advising/Negotiating Bank mendapat hak atau mandat penuh


dari Issuing Bank untuk melaksanakan pembayaran atas dokumen yang sudah sesuai
dengan persyaratan yang tercantum dalam L/C bersangkutan. Dengan adanya
kepercayaan dari pihak Bank Koresponden, sudah selayaknya Negotiating Bank
melaksanakan tugasnya atau kewajibannya dengan sebaik-baiknya dengan disertai
rasa penuh tanggung jawab, yaitu memeriksa dokumen ekspor bersangkutan dengan
cermat, sehingga benar-benar sesuai dengan persyaratan yang tercantum di dalam
L/C sebelum dokumen tersebut diambil alih. Untuk itu perlu adanya tahapan-tahapan
dalam pemeriksaan dokumen ekspor sebagai-berikut:

- Pemeriksaan Atas Beberapa Syarat L/C Yang Penting:

Dalam hubungan ini Negotiating Bank perlu memeriksa sekali lagi beberapa syarat
penting dari L/C tersebut, yaitu: apakah L/C merupakan General L/C atau Restricted
L/C, apakah L/C belum expired, apakah tanggal pengapalan terakhir belum
terlampaui, bagaimana Reimbursement Clausenya, apakah syarat L/C yang semula
diserahkan kepada eksportir untuk amendment sudah terlaksana dan sudah diterima
penegasannya dari Issuing Bank dan apabila pembukaan L/C tersebut disalurkan
melalui bank lain, apakah tanda tangan yang tertera pada L/C bersangkutan sudah
disahkan oleh Advising Bank tersebut (dalam hal Issuing Bank bukan merupakan
Bank Koresponden).

- Pemeriksaan Atas Kelengkapan Dokumen:

Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)


Page | 14
Sebelum Negotiating Bank menerima atau meneliti mengenai isi kebenaran dari
dokumen tersebut, hendaklah diperiksa terlebih dahulu apakah seluruh dokumen
yang disyaratkan dalam L/C sudah dipenuhi oleh eksportir? Apakah jumlah lembar
copy dokumen yang diminta sudah dipenuhi? (Dalam hal ini jangan hanya dihitung
jumlah lembarannya saja, melainkan sudah tembus pada semua lembaran). Apakah
seluruh dokumen sudah ditandatangani dan beberapa dokumen sudah dibubuhi
materai secukupnya? Apakah seluruh dokumen sudah dibubuhi tanggal dan apakah
ada diantaranya yang mendahului tanggal pembukaan L/C?

- Pemeriksaan Atas Kebenaran Dokumen Termasuk Konsistensi Satu Dokumen


Dengan Dokumen Lainnya:

 Draft/Wesel.
Pada umumnya L/C mensyaratkan bahwa dokumen ekspor harus disertai dengan
penarikan suatu draft, kecuali L/C dari beberapa Bank di Eropa Timur atau negara
sosialis lainnya. Umumnya draft harus memenuhi syarat sebagai-berikut:
- Sudah dibubuhi tanggal, materai dan ditandatangani oleh yang berwenang.
- Tenor draft sight jika L/C bersifat sight.
- Pada draft harus dicantumkan nomor L/C dan nama-nama Issuing Bank-nya.
- Nama si tertarik sesuai dengan syarat L/C.
- Jumlah uang dengan angka harus sama dengan yang tercantum dalam
invoice dan tidak mewakili jumlah nominal L/C, kecuali L/C memberikan
persyaratan lain, misalnya penarikan draft 75-80 persen atau 90 persen dari
nilai invoice.
- Pada draft dicantumkan suku bunga atau syarat Without Recourse to Drawer,
jika L/C mensyaratkan demikian.
Setiap coretan pada draft harus ditandatangani penuh oleh pihak penarik
(eksportir). Sebaiknya kepada eksportir diminta menerbitkan draft baru.

 Commercial invoice.
Dokumen ini sangat penting dalam transaksi Documentary. Dengan Commercial
Invoice ini, exportir dapat mengclaim pembayaran dari pihak importir atas barang-
barang yang sudah dikirim/dikapalkan (dengan pengertian bahwa uraian/isi yang
tertera pada Invoice bersangkutan sudah sesuai dengan persyaratan L/C
termasuk persyaratan Sales Contract).

Kekeliruan pemuatan Commercial Invoice ini dapat mengakibatkan timbulnya


masalah yang cukup serius bagi importir maupun eksportir sendiri. Karena dengan
adanya kekeliruan tersebut maka pihak importir mungkin akan menemui kesulitan
untuk mengeluarkan barang di pelabuhan tujuan, sampai adanya Clearance
mengenai masalah tersebut, pihak importir diharuskan membayar denda oleh Bea
dan Cukai setempat, sebelum barang tersebut dapat dikeluarkan.
Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)
Page | 15
Bila terjadi kasus seperti diatas, jelas importir akan menderita rugi dan kerugian
tersebut dapat di claim kembali kepada eksportir. Seandainya pihak eksportir tidak
bersedia membayar kembali claim tersebut, maka hal ini akan mengurangi
hubungan dengan selanjutnya antara eksportir dan importir yang bersangkutan,
dan mungkin juga dengan importir lainnya di negara tersebut.

Pada umumnya Commercial Invoice harus memenuhi syarat-syarat sebagai


berikut:

- Sudah dibubuhi tanggal dan ditandatangani oleh Eksportir bersangkutan, jika L/C
mensyaratkan Signed Commercial Invoice.
- Nama dan alamat dari Importir dan Eksportir harus sesuai L/C, kecuali dalam hal
Transferable L/C, dimana si Eksportir dapat memindahkan haknya kepada
perusahaan lainnya. Perlu diperhatikan bahwa pemindahan hak ini hanya dapat
dilakukan sekali saja, walaupun Eksportir yang ketiga tersebut (Shipper) merupakan
anggota dari group perusahaannya (syarat L/C perihal Shipment Prohibited).
- Nama Issuing Bank dan nomor L/C nya.
- Nama pelabuhan muat/ asal dan pelabuhan tujuan.
- Volume barang harus sesuai dengan L/C, kecuali L/C tersebut mensyaratkan perihal
Shipment Allowed.
- Berat barang harus sesuai dengan L/C dan konsisten pula dengan Weight List/
Certificate (jika dokumen ini diisyaratkan dalam L/C).
- Perincian barang dan harganya juga penjumlahan diperiksa kembali. Ada kalanya di
dalam L/C diisyaratkan bahwa perincian barang dan harganya harus sesuai dengan
sales contract nya. Karena itu dari Eksportir perlu dimintakan untuk menyerahkan
sales contract tersebut.
- Syarat pengapalan harus sesuai dengan L/C (C & F, CIF atau FOB).
- Nama kapal, tanggal pengapalan dan Shipping Marks harus konsisten dengan B/L
nya.
- Jika syarat pengapalan C & F, maka Freight yang tercantum pada Invoice harus
sama jumlahnya dengan B/L. Demikian juga syaratnya CIF, dimana premi asuransi
tersebut harus sama dengan premi yang tertera dalam polis/ sertifikat asuransi.
- Adakalanya Commercial Invoice harus Discounter Signed oleh perwakilan pembeli
di Indonesia, konsul perdagangan dari negara Importir, Superintending dan Kantor
Perwakilan Departemen setempat atau terdekat (bila L/C mensyaratkan).
Adakalanya L/C mensyaratkan bahwa Commercial Invoice harus ditandatangani
oleh pegawai dari Importir yang akan datang di Indonesia untuk memeriksa barang
sebelum dimuat, dengan menyebutkan nomor paspornya. Dalam hal ini hendaknya
diperiksa nama yang bersangkutan, nomor paspornya dan tanda tangan yang ada di
paspornya.
- Pada Commercial Invoice tidak boleh tercantum kata-kata yang memberi kesan
bahwa barang bekas atau cepat rusak, demikian pula mengenai mengenai keadaan
pembungkusannya seperti misalnya: Used, Rebuilt dan Second Hand. Atau kata-

Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)


Page | 16
kata lain yang mempunyai arti yang sama, kecuali L/C membenarkan dan nomor
kontrak dan atau Impor License Number, jika L/C mensyaratkan demikian.

 Bill Of Lading (B/L).


B/L sudah ditanda tangani oleh pejabat dari maskapai pelayaran yang berwenang
dan bermaterai secukupnya. Tandatangan tersebut hendaknya disesuaikan
dengan contoh yang ada pada Bank. B/L tersebut sudah dibubuhi tanggal dan
masih dalam batas waktu pengapalan yang ditentukan oleh L/C (Latest Shipment).

Jumlah lembaran B/L baik asli (Negotiable) maupun yang on Negotiable sudah
sesuai dengan syarat L/C. Jumlah Negotiable B/L yang diterbitkan oleh maskapai
pelayaran harus tercantum dalam B/L tersebut, misalnya: 3/3, 4/4 dan sebagainya.
Mengingat B/L dapat diperdagangkan dan setiap Negotiable B/L mempunyai
kekuatan yang sama, lazim disebut Clause Casatoria atau dengan kata lain satu
berlaku untuk semua dan semua berlaku untuk satu, maka Negotiable B/L tersebut
harus benar-benar diterima oleh Bank.

Bila L/C mensyaratkan Clean On Board Of Lading maka agar diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:

Clean B/L: artinya B/L tersebut tidak ada catatan yang menunjukkan packingnya
cacat pada saat dikapalkan atau akan rusak dalam perjalanan ataupun keadaan
packing kurang sempurna, seperti: Used Bags, Bags Torn atau Old Bags,
Packing Insufficient, Trearing/Brusting Bags dan Hoop Rusty/Parcel Broken.

- On Board: Kata-kata On Board harus tertera dalam B/L yang lazimnya sudah
tercetak dalam formulir B/L. Bila ternyata kata-kata itu tidak tercetak pada form
B/L tersebut maka harus ditambahkan dengan stempel atau diketik, yang
kemudian harus ditandatangani/parap oleh pejabat maskapai pelayaran yang
berwenang dan dibubuhi pula tanggal.
- Kata-kata Shipped In Apparent Good Order, atau Received For Shipment atau
kata-kata lain yang sama, maksudnya tidak dapat diterima selama kata-kata On
Board tidak terkecuali L/C memperkenankan.
- Apakah nama dan alamat Eksportir dan Importir sudah sesuai dengan L/C dan
konsisten dengan dokumen lainnya.
- Apakah nama pelabuhan asal barang dan pelabuhan tujuannya sudah sesuai
dengan L/C dan konsisten dengan dokumen lainnya.
- Apakah uraian nama barang, jumlah berat, marking dan sebagainya sudah
sesuai dengan syarat L/C dan konsisten dengan dokumen lainnya.
- Bagaimana dengan ongkos pengangkutannya Freight To Collect atau Freight
Prepaid.

Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)


Page | 17
- Dibubuhi stempel Correction dari maskapai pelayaran yang menerbitkan L/C
tersebut.
- Character Party B/L tidak dapat diterima kecuali L/C membolehkannya. Bila B/L
menunjukkan adanya Transhipment dapat diterima jika L/C mensyaratkan.

 Polis/Sertifikat Asuransi.
Pada umumnya Polis/Sertifikat Asuransi harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
- Harus tahu apakah yang diisyaratkan L/C Polis atau Sertifikat Asuransi.
- Tanggal polis asuransi tersebut harus sebelum tanggal B/L.
- Nomor L/C, uraian nama barang, jumlah barang, berat dan harga barang harus
konsisten dengan L/C.
- Setiap coretan/perubahan harus disyahkan oleh maskapai asuransi yang
menerbitkan polis/sertifikat tersebut.
- Jumlah asuransi minimal harus sama dengan jumlah harga CIF barang tersebut.
- Apakah risiko-risiko yang dicover tersebut sudah sesuai dengan syarat L/C.
- Nama kapal dalam Polis Asuransi tersebut tertera kata-kata On Deck Shipment
dapat diterima bila L/C mensyaratkan demikian.

 Packing List.
Pada umumnya harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
- Apakah Packing List tersebut dibuat dan ditandatangani oleh Eksportir sendiri
atau perusahaan.
- Apakah dalam Packing List tersebut sudah dicantumkan isi dari tiap Packing atau
ikatan tersebut.
- Bagaimana jenis bahan pembungkusnya dan cara pengepakannya. Kata-kata
Used Bags atau kata-kata lain yang sama maksudnya tidak tertera dalam
Packing List tersebut kecuali L/C memperkenankan.
- Uraian barang harus sesuai dengan uraian dalam L/C.
- Nomor L/C, nama Bank yang bersangkutan, Marking dan sebagainya harus
konsisten dengan dokumen lainnya. Adakalanya Eksportir mencetak form ini
pada bagian kepala: Packing/Weight/Measurement List. Bila L/C hanya
mensyaratkan Packing List, maka kata-kata Weight dan Measurement harus
dihapus/dicoret.

 Weight List.
Pada umumnya harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
- Bahwa dokumen ini dibuat sendiri oleh Eksportir yang menerangkan berat
tap/pak/peti.
- Bahwa uraian barang, Shipping Marks, nomor L/C harus konsisten dengan
invoice dan dokumen lainnya.
- Nomor L/C dan nama Issuing Bank.

Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)


Page | 18
 Certificate of Inspection.
Dokumen ini harus dibuat/diterbitkan oleh instansi perusahaan yang resmi dan
dikenal dalam dunia perdagangan internasional, seperti PT. Sucopindo di
Indonesia. Pemeriksaan atas dokumen ini harus dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: nomor L/C dan nama Issuing Bank,
nama eksportir, uraian/nama barang, berat dan atau kadar barang tersebut, hasil
dari pada penelitian tersebut dan tanggal Surveyor’s Certificate harus sebelum
tanggal B/L.

 Certificate of Origin.
Sertifikat ini memberi keterangan mengenai asal barang, yang dibuat oleh
Departemen Perdagangan bersama-sama dengan Kantor Bea dan Cukai, dan
untuk barang-barang tertentu diterbitkan oleh Jawatan Kehutanan. Pemeriksaan
atas dokumen ini dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
nama Eksportir dan Importir, masing-masing uraian/nama pelabuhan tujuan,
nomor L/C dan nama Issuing Bank, tanggal Certificate of Origin selambat-
lambatnya harus dengan tanggal B/L.

 Certificate Analysis.
Sertifikat ini diterbitkan oleh Balai Penelitian Kimia yang diakui dalam dunia
Perdagangan Internasional. Dokumen ini minimal harus memuat keterangan
sebagai berikut: uraian/nama barang yang harus konsisten dengan dokumen
lainnya hasil penelitian tersebut, nomor L/C dan nama Issuing Bank, dan tanggal
Certificate of Analysis harus sebelum tanggal B/L.

 Consular Invoice.
Dokumen ini dibuat oleh Konsul Perdagangan Negara Pembeli atau negara
sahabatnya di Indonesia. Uraian/ nama barang, harga barang dan lain-lain harus
sesuai dengan L/C dan konsisten dengan invoicenya, nomor L/C dan Issuing
Bank dan setiap perubahan atas coretan pada Commercian Invoice harus
disyahkan oleh konsul Perdagangan bersangkutan.

 Airway Bill.
Pemeriksaan terhadap dokumen ini dilakukan dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut: l barang dan pelabuhan tujuan, tanggal Airway Bill, Shipping
Marks, jumlah Original Airway Bill tidak diperlukan dan Endorsement pada Airway
Bill tidak diperlukan.

5. NEGOSIASI DOKUMEN EKSPOR ATAS SIGHT L/C


Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)
Page | 19
Setelah pemeriksaan atas dokumen ekspor tersebut dilakukan dengan cermat oleh
Bank, baik mengenai kelengkapannya, kebenarannya maupun mengenai
konsistennya antara dokumen yang satu dengan dokumen lainnya, maka hasilnya
bisa terdapat dua kemungkinan, yaitu:

- Dokumen sudah sesuai dengan Terms and Condition dari L/C :

Dalam keadaan seperti ini, Bank dapat mengambil alih dokumen tersebut dan
membayar hasil Ekspor tersebut kepada Eksportir dan selanjutnya Bank
melaksanakan Reimbursement pada Bank Koresponden yang ditunjukdengan
telex/kawat atau mail, sesuai dengan syarat L/C. Claim Reimbursement harus
dilaksanakan dengan cepat dan tepat, sehingga Proceeds Ekspor dapat
diterima pada waktunya, termasuk test key yang akan dicantumkan dalam
telex/kawat Reimbursement, karena kesalahan test key/kawat dapat
mengakibatkan tertundanya penerimaan Proceeds Ekspor yang bersangkutan.

- Dokumen masih mengandung Descrepancies :

Penyimpangan-penyimpangan (Discrepancies) yang banyak terjadi dalam


transaksi L/C adalah tidak dipenuhinya syarat-syarat L/C dalam dokumen yang
diserahkan oleh Eksportir. Penyimpangan tersebut dapat terjadi: jika
penyimpangan waktu yang ditetapkan dalam L/C, yaitu pengiriman barang
melewati tanggal yang ditetapkan dan Presentation Of Document melewati
tanggal yang ditetapkan dan bahkan melewati tanggal berlakunya L/C (Expiry
Date L/C).

Dokumen yang diserahkan oleh Eksportir tidak lengkap, baik jenisnya maupun
lembar-lembarnya dan syarat-syarat dokumen L/C tidak terpenuhi dan tidak
konsistennya dokumen yang satu dengan yang lainnya, misalnya: terjadi
Transhipment sedangkan L/C melarang terjadi Partial Shipment. L/C meminta
Ocean B/L yang diserahkan Forwarder Cargo Receipt dan dokumen-dokumen
tersebut tidak ditandatangani, tidak diberi cap dan meterai. Jika diperinci per
dokumen, penyimpangan-penyimpangan tersebut sebagai berikut:

 Bill Of Exchange (Draft/Wesel) :


- Tidak dibubuhi tanggal, meterai.
- Tidak ditandatangani atau diendors jika hal tersebut harus dilakukan.
- Tenor draft tidak sesuai dengan yang diminta L/C.
- Tidak mencantumkan nomor L/C serta Issuing Bank.
- Nama tertarik (Drawee) tidak sesuai dengan L/C.

Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)


Page | 20
- Jumlah uang dalam huruf tidak sama dengan jumlah uang dalam
angka.
- Jumlah nominal draft tidak sama dengan jumlah yang tercantum
dalam invoice.
- Coretan dalam tidak ditandatangani oleh penarik.

 Commercial Invoice :

Commercial invoice adalah dokumen dimana Eksportir dapat mengclaim


pembayaran kepada Importir atas barang yang sudah dikirimnya dengan
pengertian bahwa uraian/isi yang tertera dalam invoice bersangkutan sudah
sesuai dengan persyaratan L/C. Uraian barang di dalam Commercial
Invoice harus sama dengan uraian barang dalam L/C (UCP pasal 41 C).

Penyimpangan-penyimpangan dalam Invoice antara lain:


- Invoice tidak dibuat/ditujukan kepada Applicant (Importir).
- Invoice tidak ditandatangani sedangkan L/C meminta Commercial Invoice.
- Tidak tercantum nomor L/C dan nama Issuing Bank.
- Nama pelabuhan muat/asal dan pelabuhan tujuan tidak sesuai dengan L/C
padahal L/C tidak mengijinkan Partial Shipment.
- Perincian barang dan harga tidak sama dengan L/C.
- Syarat pengapalan tidak sesuai dengan L/C (FOB, CIF).
- Nama kapal, tanggal pengapalan dan shipping marks tidak sesuai dengan
B/L.

 Bill Of Lading (B/L) :

Penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terdapat dalam B/L


antara lain:

- B/L diterbitkan adalah Charter Party B/L sedangkan L/C melarang.


- B/L tidak Clean.
- B/L belum menunjukkan On Board B/L sedangkan L/C meminta On Board.
- B/L diserahkan tidak lengkap.
- Barang dimuat diatas dek padahal L/C tidak mengijinkan.
- Nama pelabuhan muat/tujuan tidak sesuai dengan L/C.
- B/L menunjukkan terjadinya Transhipment padahal L/C melarang.
Correction dalam B/L tidak diparaf dan dibubuhi stempel.
- Uraian nama barang, jumlah, berat, marking dan sebagainya.
- Tidak sesuai dengan L/C dan dokumen lainnya.
- Biaya Freight tidak jelas dalam B/L sedangkan L/C meminta Freight Prepaid
atau Freight Collect.

 Polis/Sertifikat Asuransi :
Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)
Page | 21
Penyimpangan-penyimpangan dalam dokumen asuransi antara lain:

- L/C meminta Polis, Eksportir menyerahkan sertifikat.


- Tanggal dokumen asuransi setelah tanggal B/L.
- Nama kapal tercantum tidak sesuai dengan nama kapal B/L dan dokumen
lainnya.
- Nomor L/C, uraian barang, jumlah barang, berat dan harga barang tidak
sesuai dengan L/C.
- Jumlah pertanggungan tidak sesuai dengan L/C atau lebih kecil dari
Invoice.
- Currency dokumen asuransi tidak sama dengan currency L/C atau draft.

 Packing List :

Penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi antara lain:

- Keterangan mengenai barang tidak sesuai dengan L/C, Marking tidak


konsisten dengan dokumen lain dan jumlah Packing tidak sama dengan
B/L.
 Certificate Of Origin :

Sertifikat ini memberikan keterangan mengenai asal barang yang di luar


negeri, diterbitkan oleh Chambers Of Commerce. Di Indonesia diterbitkan
oleh Departemen Perdagangan.

Penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi yaitu:

- Uraian/nama barang, pelabuhan asal dan nama pelabuhan tujuan tidak


sama dengan L/C.
- Nama Eksportir tidak sesuai dengan L/C.
- Nomor L/C dan nama Issuing Bank tidak ada/salah.

 Weight List :

Penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi yaitu:

- Tidak memuat nomor L/C.


- Issuing Marks tidak konsisten dengan Invoice dan dokumen lainnya
- Berat tiap bungkus tidak konsisten dengan dokumen lainnya.

 Certificate Of Inspection :

Penyimpangan yang mungkin terjadi yaitu :


Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)
Page | 22
- Tidak memuat nomor L/C dan Issuing Bank.
- Tidak memuat nama Eksportir.
- Uraian barang, berat dan atau kadar barang tidak konsisten dengan
dokumen lainnya dan tanggal Certificate setelah tanggal B/L.

Adapun bentuk penyimpangan yang ditemukan dalam dokumen L/C,


memberikan hak kepada Issuing Bank untuk menolak pembayaran. Oleh
karenanya Negotiating Bank harus meneliti secara cermat dokumen-
dokumen yang benar-benar bersih dan Conform dengan syarat L/C yang
di negosiasikan tanpa risiko sehingga Negotiating Bank terjamin untuk
mendapatkan pembayaran dari Issuing Bank. Jika Bank menolak
menerima/menegoisasikan dokumen, maka Eksportir tidak memperoleh
pembayaran dan hal ini dapat mengganggu Cash Flow nya.

- Cara mengatasi penyimpangan dokumen yaitu:

Untuk penyimpangan-penyimpangan yang bisa diperbaiki, Bank akan meminta Eksportir


memperbaiki dokumen tersebut atau mengganti dokumen tersebut sehingga Conform
dengan syarat L/C. Jika hal terssebut tidak dapat dilakukan karena masalah di pihak
Eksportir sendiri, seperti pejabat yang akan menandatangani dokumen tersebut sedang
tidak di tempat, maka Bank dapat menghubungi Issuing Bank untuk memberitahukan
jenis-jenis Discrepancies, apakah Issuing Bank/Importir dapat menerimanya dan
sekaligus minta ijin untuk negoisasi. Dengan demikian, negoisasi didasarkan atas ijin
khusus dari Issuing.

Jika hal tersebut tidak mungkin dilaksanakan karena masalah waktu, misalnya masa
berlaku L/C sudah sangat singkat, maka Bank dapat melakukan Negoisasi Under
Reserve dengan Guarantee dari Eksportir. Jika cara ini yang diambil maka Bank akan
melakukan analisa Credit Standing Eksportir tersebut dan risiko tersebut dikategorikan
sebagai risiko kredit (Credit Risk). Biasanya kebijakan ini diambil oleh Bank untuk
Discrepancies yang dapat dikoreksi/Minor Discrepancies.

Jika Bank tidak bersedia mengambil kebijakan untuk menegoisasi Under


Reserve/Guarantee tersebut, maka cara keluar terakhir adalah mengirimkan dokumen
L/C tersebut secara Collection. Dengan di Collection dokumen L/C tersebut maka fungsi
L/C menjadi gugur, pembayaran dokumen tersebut sangat tergantung kepada kesediaan
Importir.

Jika waktu masih cukup untuk menegoisasi dokumen, kepada Eksportir diminta untuk
mengoreksi sehingga dokumen tersebut benar-benar sudah sesuai dengan syarat L/C.

Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)


Page | 23
Negoisasi dilakukan setelah Bank menemukan dokumen tersebut benar-benar telah
memenuhi syarat L/C.

Meminta persetujuan Issuing Bank atas Discrepancies dengan telex/kawat, apabila


dokumen masih mengandung Discrepancies. Maka untuk pengamanan kepentingan
Bank, cara yang terbaik adalah meminta persetujuan Issuing Bank terlebih dahulu atas
Discrepancies tersebut. Dengan persetujuan Eksportir kepada Issuing Bank ditelex
sebagai berikut:

Your L/C no. …. dated ….. Favouring …… Documents Presented for US $ ……, with
The Following Discrepancies ….. (sebutkan seluruh Discrepancies) May We Pay,
Telex/Cable Replay.

Sebelum berita telex ini dikirim, hendaknya Bank Devisa memeriksa ulang dokumen
tersebut dengan cermat, sehingga tidak ada Discrepancies lainnya yang lolos dari
pemeriksaan. Hal ini perlu dilakukan karena meskipun Issuing Bank telah menyetujui
permintaan Negotiating Bank, tetapi bila ternyata bahwa dokumen yang diterima
kemudian masih ditemukan Discrepancies Bank tersebut diatas, Issuing Bank masih
dapat menolak pembayaran atas dokumen.

Bila dalam batas waktu yang wajar Issuing Bank tidak menanggapi telex/kawat
Negotiating Bank, hendaknya segera disusulkan dengan telex/kawat kedua. Jika
telex/kawat kedua inipun tidak dijawab oleh Issuing Bank, segera kirim dokumen tersebut
per Collection, untuk menjaga dokumen tidak menjadi Stale.

Negoisasi dilakukan atas dasar Letter Of Indemnity (L.I)/Letter Of Guarantee (L/G).


Apabila Cabang melakukan langkah ini, kepada Eksportir diminta untuk mengirim form
L.I selengkapnya dan menandatangani diatas meterai secukupnya atau menyerahkan
surat jaminan. Berkenaan dengan penyerahan form, L.I atau surat jaminan dari Eksportir
L.I/L.G tersebut hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

- Form L.I/L.G harus diisi selengkapnya dan tidak diterima dalam keadaan blanko, demi
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan jika timbul Dispute atas transaksi tersebut.
Dalam form L.I/L.G harus dinyatakan secara tegas bahwa bila terjadi Non Payment atas
dokumen tersebut, yang bersangkutan bersedia untuk membayar kembali nilai wesel
Ekspor yang telah diterima sebelumnya, termasuk Interest atau biaya-biaya lainnya yang
berkaitan dengan masalah Non Payment tersebut.
- Form L.I/L.G harus ditandatangani oleh pejabat Eksportir yang berwenang. Jika
Negosiasi dilaksanakan atas dasar Letter Of Indemnity (L.I/L.G), maka hal ini berarti
bahwa dokumen masih mengandung Discrepancies, sehingga kurang tepat jika di dalam
Special Instruction dan Form Schedule Of Remittance masih dicantumkan: We hereby
Certify That The Terms and Conditions Of The L/C Have Been Complied With.
Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)
Page | 24
Pernyataan yang kurang jujur ini dapat menimbulkan kesan yang kurang baik di mata
Issuing Bank, bahwa Negotiating Bank tidak mampu memeriksa dokumen Ekspor
dengan baik. Jika hal ini terjadi berulang kali dengan Bank Koresponden yang sama,
mungkin saja akan mempengaruhi hubungan Negotiating Bank dengan Bank yang
bersangkutan.

Oleh karenanya jika Negoisasi dilaksanakan atas dasar Letter Of Indemnity atau Under
Reserve, sebaiknya Negotiating Bank secara jujur menyatakan dalam Schedule Of
Remittance tersebut sebagai berikut:

Documents Negotiated Against Beneficiary’s/Shipper’s Guarantee, Due To The


Following Discrepancy (ies) ……….. (sebutkan semua Discrepancies). Please
Confirm By Cable/Telex If The Discrepancy (ies) Is (are) Agreeable To You, In Order
To Release The Guarantee.

Negosiasi dilaksanakan Under Reserve, lazimnya langkah ini dilakukan oleh Negotiating
Bank karena Eksportir tidak bersedia atas Discrepancies tersebut dan harus meminta
persetujuannya terlebih dahulu (dengan kawat/telex) dari Issuing Bank dengan alasan
untuk menghindarkan adanya tambahan ongkos, karena yang bersangkutan yakin
bahwa Importir pasti mengaksep Discrepancies tersebut.

Sedangkan dilain pihak Negotiating Bank tidak bersedia melakukan Negosiasi bukan
atas dasar Letter Of Indemnity disebabkan Eksportir bukan nasabah atau karena alasan
lainnya. Sehingga akhirnya dengan persetujuan Eksportir, Negoisasi dilaksanakan, tetapi
nilai lawan wesel ekspornya di blokir sampai Proceed Ekspor bersangkutan dikreditkan
ke dalam rekening Kantor Pusat (KP) pada Depository Correspondent yang ditunjuk.

Pengiriman dokumen secara Collection, sebagaimana telah dijelaskan diatas, pengiriman


dokumen secara Collection/Inkaso merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan
oleh Negotiating Bank. Namun demikian jika dokumen masih mengandung
Discrepancies sebaiknya Cabang tidak langsung memutuskan untuk mengirim dokumen
tersebut secara Collection karena pada hakekatnya suatu transaksi Ekspor yang
dilaksanakan atas dasar Collection dapat mengakibatkan hilangnya makna dari L/C
sehingga dapat mempersulit kedudukan Negotiating Bank jika terjadi Dispute atas
transaksi tersebut.

Oleh karena itu, jika Eksportir menghendaki dokumen dikirim secara Collection dengan
alasan bahwa Importir pasti akan mengaksep Discrepancies tersebut, sebaiknya kepada
yang bersangkutan dijelaskan masalah yang mungkin timbul jika terjadi Dispute dengan
pihak Importir. Langkah ini hanya dilakukan oleh Negotiating Bank apabila Importir
menghendakinya harus ditegaskan oleh Issuing Bank sebagai jawaban atas telex/kawat

Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)


Page | 25
Negotiating Bank, atau dalam hal Issuing Bank/ Importir sama sekali menanggapi
telex/kawat Negotiating Bank tersebut.

6. PENYELESAIAN DELAY PAYMENT/UNPAID BILLS KARENA DISCREPANCIES

 Delay Payment :

Kelayakan waktu pembayaran oleh Koresponden atas Proceeds Ekspor yang normal
(tidak terdapat Discrepancies) dan dokumen telah dikirimkan dengan sarana tercepat
yang ada adalah sebagai berikut: Produk ekspor yang di reimburse kepada
koresponden permai (MT) baik atas dasar Presentation Document maupun Clean
Reimbursement, wakyu yang layak penerimaan Proceeds adalah 10 hari kerja setelah
tanggal Negoisasi dan koresponden per TT, waktu yang layak menerima Proceed
ekspor adalah 3 hari kerja setelah tanggal Negoisasi.

Untuk dapat mengetahui berapa lama suatu hasil Eksportir lambat/tertunda


pembayarannya oleh koresponden, diperlukan adanya data konkrit sebagai data
pembanding. Data dimaksud adalah: tanggal bukti tanda terima dokumen atau
Reimbursement Request oleh koresponden.

Tanggal tersebut tercantum pada copy Schedule Of Remittance Reimbursement


Request atau resi dari perusahaan Courier Service. Karenanya jika dalam waktu yang
wajar belum diterima tanda dokumen dari Koresponden Bank, harus segera
menghubungi Koresponden bersangkutan, tanggal Advice Of Payment dan tanggal
pengkreditan Issuing Bank Account’s oleh Depository Correspondent.

 Pelaksanaan Klaim Overdue Interest :

Klaim kepada Koresponden dilakukan sebagai berikut: berdasarkan penelitian data


yang bersangkutan akan diajukan klaim Overdue Interest kepada Koresponden
dilampiri data, antara lain:

- Jika klaim ditujukan kepada Issuing/Paying Bank: fotokopi lembar kedua S/R (tanda
terima)/fotokopi Advice Of Payment/kredit nota.
- Jika klaim ditujukan kepada Reimbursement Bank: fotokopi lembar kedua S/R
(tanda terima)/resi dari perusahaan Courier Service dan fotokopi Advice Of
Payment.
Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)
Page | 26
- Jika klaim ditujukan kepada Depository Correspondent: fotokopi Advice Of Payment
dari Issuing/ Reimbursement/ Remitting Bank dan foto kopi kredit nota Depository
Correspondent bersangkutan.

Besarnya bunga Claim Overdue Interest adalah sebesar Prime Rate (pada waktu
terjadinya kelambatan). Jumlah hari bunga yang diperhitungkan adalah terhitung dari
tanggal penerimaan atau jika tidak terdapat tanggal penerimaan atau jika tidak
terdapat tanggal oleh Bank atau penerusnya oleh Courier Service tidak mengalami
kelambatan (wajar) dihitung dari tanggal pelaksanaan pembayaran oleh Koresponden
bersangkutan dikurangi Grace Period Ekspor, dilakukan oleh beberapa Bank juga
oleh Depository Correspondent. Pengajuan Claim Overdue Interest ditujukan kepada
Bank-bank bersangkutan secara proporsional, yaitu berdasarkan kelambatan waktu
pembayaran oleh pihak masing-masing.

 Penyelesaian Unpaid Bill :

Unpaid Bill dalam transaksi ekspor adalah tidak diperoleh pembayaran dari Luar
Negeri atas Dokumen Ekspor yang dikirim/dimintakan Reimbusement-nya/ di-Collect
oleh Bank kepada Koresponden.

Alasan penolakan pembayaran yang biasa dikemukakan oleh Koresponden adalah


Dokuments Are Not In Compliance With The Term And Conditions Of The L/C.

Dalam hal Bank menghadapi masalah Unpaid hendaknya dilakukan tindakan-


tindakan sebagai berikut:

- Meneliti alasan penolakan pembayaran bersangkutan apakah Reasonable atau


tidak.
- Memberitahukan berita penolakan tersebut secepatnya kepada Eksportir disertai
petunjuk-petunjuk seperlunya misalnya agar Eksportir menyiapkan revisi dokumen
dalam hal Discrepancies dimaksud masih dimungkinkan untuk diperbaiki.
- Setelah revisi dokumen, diteruskan kepada Koresponden, disertai desakan
pembayaran dengan mengemukakan alasan-alasan yang dapat diterima.
- Untuk menjaga kemungkinan lebih lanjut jika ternyata complain Bank atas
penolakan pembayaran tersebut tidak berhasil, Bank meminta kuasa kepada
nasabah agar Bank dapat melakukan tindakan-tindakan yang dianggap perlu
(untuk menutup kerugian yang mungkin timbul), misalnya menjual/melelang
barang-barang Ekspor bersangkutan di Luar Negeri.

Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)


Page | 27
- Jika berdasarkan penilaian Bank, alasan penolakan oleh Koresponden tersebut
sukar/tidak bisa disangkal kebenarannya dan sulit diatasi, serta complain yang
dilakukan Bank kepada Koresponden kecil kemungkinan berhasil, sesuai dengan
surat persetujuan/jaminan Ekspor, maka rekening giro nasabah di blokir sebesar
nilai wesel yang dinyatakan Unpaid.
- Jika usaha pendesakan pembayaran tidak mendatangkan hasil, barang
dijual/dilelang sesuai dengan surat kuasa Eksportir melalui badan tertentu atau
Koresponden di Luar Negeri yang dipercayakan untuk melaksanakan penjualan
dimaksud. Penjualan barang dimaksud dapat pula diurus langsung oleh Eksportir
jika mereka menghendakinya.
- Hasil penjualan bersih (setelah dikurangi ongkos) digunakan untuk menutup
kewajiban Eksportir pada Bank. Disparitas Unpaid yaitu selisih wesel Ekspor yang
dinyatakan Unpaid dengan hasil bersih penjualan dan bunga Unpaid dihitung sejak
tanggal negosiasi sampai dengan tanggal pelunasan pembayaran dikurangi hasil
bebas bunga dibebankan kepada Eksportir.
- Bank wajib memberikan laporan kepada Bank Indonesia urusan Luar Negeri
melalui Bank Indonesia setempat, dilampiri copy-copy dokumen, data-data L/C
dan alasan-alasan penolakan pembayaran.

7. PERMINTAAN REIMBURSE NILAI LAWAN RUPIAH DAN REDISKONTO KEPADA


BANK INDONESIA.

 Bank yang berkedudukan di Jakarta :

Memuat debet nota kepada Bank Indonesia sebesar nilai lawan Rupiah Reimburse
dan dikirimkan kepada Bank Indonesia dilampiri: lembar ke 1 dan 2 DPDHE untuk
Bank Indonesia bagian pengelolaan Devisa Asing melalui bagian pembukuan
kota/Thamrin ditambah dengan tembusan nota perhitungan Devisa, lembar ke 4
DPDHE dikirimkan kepada Kantor Pusat (KP), lembar ke DPDHE dikirimkan kepada
bagian pengelolaan data Bank Indonesia dan pengiriman DPDHE ke Bank
Indonesia dilampiri dengan copy S/R.

 Bank yang sekota dengan Bank Indonesia :

Membuat debet nota kepada Bank Indonesia setempat sebesar nilai lawan Rupiah
Reimburse yang dikirimkan kepada Bank Indonesia setempat dengan dilampiri:
lembar ke 1 dan 2 DPDHE untuk Bank Indonesia setempat dan tembusan nota
pembelian Devisa, lembar ke 3 DPDHE untuk bagian pengelolaan Devisa Asing,
lembar ke 4 DPDHE dikirimkan kepada bagian pengelolaan data Bank Indonesia
dan pengiriman DPDHE ke Bank Indonesia dilampiri dengan copy S/R.
Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)
Page | 28
8. TATA CARA REIMBURSEMENT KEPADA BANK LUAR NEGERI

Setiap pelaksanaan negosiasi wesel/dokumen Ekspor oleh Bank, Cabangharus


segera melakukan Reimbursement sesuai dengan yang diisyaratkan dalam L/C
bersangkutan. Dalam hal syarat L/C menetapkan Clean Reimbursement dengan
mensyaratkan Beneficiary’s Draft, maka permintaan Reimburse Proceeds Ekspor
kepada Reimbursement Request yang dilampiri dengan Beneficiary’s Draft
bersangkutan.

9. PENGIRIMAN DOKUMEN EKSPOR KEPADA KORESPONDEN

Yang dimaksud dengan Dokumen Ekspor disini adalah dokumen yang diminta oleh
L/C dan dikirimkan sebagai lampiran draft dan dikirimkan kepada pihak yang
ditetapkan dalam L/C (biasanya Issuing Bank sendiri).

Pengiriman dokumen dalam satu tahap atau sekaligus, dapat diperkenalkan


sepanjang syarat L/C membolehkan dan pelaksanaan pengiriman dokumen dalam
satu tahap dilaksanakan dengan memasukkan ke dalam amplop tertutup dan
dialamatkan kepada Bank yang dituju.

Pengiriman dokumen dengan dua tahap. Apabila L/C dengan tegas mencantumkan
syarat pembayaran berdasarkan Full Set Documents dan meminta pengiriman
dokumen bersangkutan kepada Bank Koresponden diatur sebagai berikut:
- Apabila dokumen bersangkutan ditujukan kepada Bank Koresponden di New
York, pengiriman dokumen harus dikirimkan melalui Bank New York dan
pelaksananya yaitu First And Mail Documents, dimasukkan ke dalam amplop
sendiri-sendiri dengan dibubuhi alamat sebagaimana mestinya.
- Pengiriman dokumen ke Luar Negeri harus dilaksanakan pada tanggal/ hari yang
sama dengan tanggal negoisasi. Apabila pengiriman dokumen tersebut tidak
mungkin dilakukan pada tanggal atau hari yang sama dengan tanggal negoisasi
dapat dilakukan pengiriman selambat-lambatnya pada hari kerja berikutnya.
Bank seharusnya mengirimkan dokumen dengan menggunakan sarana
komunikasi tercepat yang ada yaitu Courier Service. Apabila terdapat beberapa
Courier Service atau perwakilannya, pengiriman dilaksanakan melalui salah satu
Courier Service yang menurut pertimbangan Bank cepat dan murah. Pengiriman
dokumen ke Luar Negeri melalui Private Channel (antara lain dibawa sendiri oleh
Eksportir) hanya dibenarkan sepanjang syarat L/C dengan tegas mengijinkan.

10. TATA CARA PENDEPONIRAN PROCEEDS EKSPOR

Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)


Page | 29
Penunjukan Depository Correspondent yaitu apabila Bank Luar Negeri pembuka
L/C (Issuing Bank) adalah juga sebagai Depository Correspondent Bank, maka
Proceeds Ekspor bersangkutan dideponir ke dalam Account Issuing pada Bank
bersangkutan.

Kolom Disposal Instruction pada S/R berbunyi : For The Proceeds Amounting To
….. Please Credit Our Account No …. With You Under Advice To Use. Apabila
L/C mencantumkan syarat Clean Reimbursement dengan menunjuk
Reimbursement Bank di negara ke tiga dan Reimbursement Bank tersebut
merupakan Depository Correspondent maka Proceeds Ekspor bersangkutan di
deponir pada Reimbursement Bank tersebut. Apabila Issuing Bank atau
Reimbursement Bank bukan Depository Correspondent tetapi hanya sebagai
Koresponden biasa, maka Proceeds Ekspor bersangkutan di deponir pada
Depository Correspondent yang ditetapkan sesuai dengan valuta L/C
bersangkutan.

11. EKSPOR ON COLLECTION BASIS

Penelitian dan penanda sah nya PEB. Sebelum Eksportir


mengirimkan/mengapalkan barang, terlebih dahulu harus mengisi formulir PEB
untuk diajukan dan disahkan oleh Bank. Pemeriksaan PEB oleh Cabang, Realisasi
Ekspor yaitu Bea dan Cukai memberikan persetujuan muat barang, Eksportir akan
mangapalkan barang-barang Ekspor bersangkutan dan menerima fasilitas kredit
Ekspor dari Bank, Bank akan mensyaratkan B/L yang harus dibuat atas Order
Bank. Demikian juga draft yang akan ditarik oleh Eksportir harus mencantumkan
Bank sebagai Payee dari draft tersebut.

Eksportir akan melengkapi B/L tersebut dengan Commercial Invoice dan draft (At
Sight/Time) serta dokumen-dokumen lainnya untuk dikirimkan kepada
Importir/pembeli di Luar Negeri secara Collection melalui Bank. Bank
mengumpulkan dokumen tersebut kepada Importir di Luar Negeri melalui Bank
Korespondennya. Penyelesaian pembayaran Collection Ekspor, dengan syarat
pembayaran D/P yaitu diterimanya pemberitahuan dari Koresponden bahwa
Collection bersangkutan telah dibayar, maka pembayaran kepada Eksportir dapat
dilakukan. Mengkredit rekening giro Valuta Asing nasabah setelah dikurangi devisa
ex giro Valuta Asing oleh nasabah berlaku ketentuan tarif transaksi jasa-jasa.

Mengkredit rekening giro Valuta Asing nasabah pada Bank lain setelah dikurangi
provisi Collection sebesar ketentuan yang berlaku. Pembayaran kepada Bank lain
dikenakan Out Going Transfer sesuai ketentuan yang berlaku. Pembayaran dalam
Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)
Page | 30
Rupiah atas dasar kurs beli BI/BVA setelah dikurangi provisi Collection, sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, dan jika Eksportir bersangkutan memperoleh
fasilitas Ekspor dari Bank, maka hasil Ekspor harus dipergunakan untuk melunasi
kredit Ekspor.

Syarat dengan pembayaran D/A yaitu jika nasabah ingin mengdiskontokan


Acceptance Draft yang telah diaksep dan diaval/Guaranteed oleh Prime Bank atau
dijamin oleh ASEI, Bank dapat mendiskontokan wesel Ekspor berjangka tersebut.
Pembayaran kepada Eksportir hanya dalam Rupiah atas dasar kurs beli BI/BVA.
WEB yang telah didiskontokan kepada Bank Indonesia setempat dan jika tidak
didiskontokan dan menjelang jatuh tempo ingin meng-Collect melalui Bank,
pelaksanaan dan penyelesaian mengikuti ketentuan dan tarif Collection Draft
transaksi
jasa-jasa.

C. Pertanyaan dan /atau Kasus

1. Apa pengertian letter of credit?


2. Dalam sebuah L/C biasanya terdapat tiga macam kontrak/perjanjian (documentary credit)
yang saling berkaitan satu sama lain. Sebutkan dan jelaskan masing-masing.
3. Apakah manfaat sebuah L/C? Berikan beberapa definisi L/C yang saudara ketahui.
4. Jelaskan mekanisme penerbitan atau pembukaan letter of credit (L/C) yang dilakukan oleh
bank importir (L/C Issuing Bank) atas perintah dan tanggung jawab importir (Applicant of
the L/C) untuk kepentingan eksportir (Beneficiary of the L/C), dimana letter of credit
tersebut dikirim ke bank koresponden (Nominated Bank) di tempat eksportir berdomisili.
5. Sebutkan pihak-pihak yang terlibat dalam L/C dan bagaimana perananannya?
6. Sebutkan dokumen-dokumen utama yang dipersyaratkan dalam pembukaan suatu letter of
credit. Jelaskan masing-masing.
7. Sebutkan satu dokumen paling penting dalam pembuatan L/C. Kenapa?
8. Jelaskan prosedur transaksi ekspor menggunakan letter of credit. Jelaskan pihak-pihak
yang melakukan transaksi ini.
9. Sebelum eksportir memuat barangnya keatas kapal harus mendaftarkan Pengajuan
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) rangkap 8 kepada bank devisa. Kenapa?
10. Sebelum Advising/Negotiating Bank mendapat hak atau mandat penuh dari Issuing Bank
untuk melaksanakan pembayaran atas dokumen yang sudah sesuai dengan persyaratan
yang tercantum dalam L/C bersangkutan , maka sudah selayaknya Negotiating Bank
melaksanakan tugasnya atau kewajibannya dengan sebaik-baiknya dengan disertai pula
rasa penuh tanggung jawab, yaitu memeriksa dokumen ekspor bersangkutan dengan
cermat, sehingga benar-benar sesuai dengan persyaratan yang tercantum di dalam L/C.
Sebutkan tahapan-tahapan dalam pemeriksaan dokumen ekspor tersebut dan jelaskan.

Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)


Page | 31
11. Setelah pemeriksaan atas dokumen ekspor dilakukan dengan cermat oleh Bank, baik
mengenai kelengkapannya, kebenarannya maupun mengenai konsistennya antara
dokumen yang satu dengan dokumen lainnya, maka bisa terdapat dua kemungkinan
hasilnya. Jelaskan masing-masing.
12. Berikan contoh-contoh dokumen apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan tersebut
diatas.
13. Jelaskan cara mengatasi penyimpangan dokumen tersebut.

Referensi :

ANDERS GRATH, 2008. The handbook of international trade and finance : the complete guide to risk
management, bonds and guarantees, credit insurance and trade finance. Great Britain and United
States : Kogan Page Limited.

Ryan Baird, ( 2009) "The Importance of Country Risk in Determining Trade Flows: The Preference for a
Sure Thing”
http://www.allacademic.com/meta/p_mla_apa_research_citation/1/6/7/9/6/p167964_index.html

BRIEF SPECIMEN CONTRACT FORM FOR SALE PURCHASE


TRANSACTIONShttp://www.indiandata.com/trade_policy/export_procedures.html#7

INCOTERMS, Source: FEDAI Handbook on “ Documentary Credits & Standby Credits”.

Exim Bank of India: Source: http://www.eximbankindia.com/objective.asp

Balassa, Bela. 1989. Comparative Advantage, Trade Policy And Economic Development. New York :
New York University Press.

Hutabarat, Roselyne.1992. Transaksi Ekspor Impor. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Tanjung, Marolop.2011. Aspek dan Prosedur Ekspor-Impor. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Rax, Raflus. 1996. Treasury Management Foreign Exchange Transaction: Teori, Teknis, Aplikatif.
Treasury Management Banking and Corporate.

Modul: Keuangan Perdagangan Luar Negeri (Trade Finance)


Page | 32

Anda mungkin juga menyukai