BELAJAR EKSPOR
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
A. Beberapa Pengertian Dasar
B. Kategori Barang-Barang Ekspor
C. Sistem Pemasaran Ekspor
LAMPIRAN
1. Ketentuan Umum di Bidang Ekspor
2. Daftar Alamat PPMB & BPSMB
3. Daftar Alamat Kantor Perwakilan Dagang Indonesia (Atase Perindustrian dan
Perdagangan)
4. PENDAHULUAN
A. Beberapa Pengertian Dasar
1. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari Daerah Pabean.
2. Eksportir adalah setiap perusahaan atau perorangan yang
melakukan kegiatan ekspor.
3. Eksportir Terdaftar adalah perusahaan atau perorangan yang telah
mendapat pengakuan dari Menteri Perindustrian dan Perdagangan untuk
mengekspor barang tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Daerah Pabean adalah Wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah
darat, perairan dan ruang udara di atas, serta tempat tertentu di zona
ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku
Undangundang
Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
5. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) adalah dokumen pabean yang
digunakan untuk memberitahukan pelaksanaan ekspor barang.
6. Pemberitahuan Ekspor Barang Tertentu (PEBT) adalah dokumen pabean
yang digunakan untuk pemberitahuan pelaksanaan ekspor barang yang
tidak wajib menggunakan PEB.
7. PEB Berkala adalah Pemberitahuan Ekspor Barang yang diajukan atas
pelaksanaan ekspor barang dalam periode waktu tertentu.
8. Barang diangkut lanjut adalah barang yang diangkut dengan sarana
pengangkut melalui Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan
dilakukan pembongkaran terlebih dulu.
9. Daftar Rekapitulasi PEB dan/atau PEBT adalah daftar yang dibuat oleh
pengangkut yang berisi kumpulan PEB dan/atau diangkut lanjut ke tempat
lain dalam Daerah Pabean.
10.
Surveyor adalah orang yang melakukan pemeriksan barang ekspor di dalam
Daerah Pabean yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan .
11.
Tanda Pengenal Surveyor (TPS) adalah tanda pengaman yang diberikan
oleh Surveyor pada kemasan barang ekspor yang sudah diperiksa.
12.
Catatan Tanda Pengenal Surveyor (CTPS) adalah catatan tentang tanda
pengaman yang diberikan oleh Surveyor pada kemasan barang ekspor yang
sudah diperiksa.
13.
Laporan Pemeriksaan Surveyor Ekspor (LPSE) adalah laporan tentang
pemeriksaan barang ekspor yang dilakukan oleh Surveyor di Daerah
Pabean.
14.
Konsilidator barang ekspor adalah badan usaha yang melaksanakan
pengumpulan (konsolidasi) barang ekspor sebelum barang-barang ekspor
tersebut dimasukkan ke Kawasan Pabean untuk dimuat ke atas sarana
pengangkut.
B.
Kategori Barang-Barang Ekspor
Barang-barang ekspor dapat dikategorikan ke dalam 4 kelompok utama, yaitu:
a.
Barang Yang Diatur Ekspornya
Barang yang diatur ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dapat
dilakukan oleh Eskportir Terdaftar.
b.
Barang Yang Diawasi Ekspornya
Barang yang diawasi ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dapat
dilakukan dengan persetujuan Menteri Perindustrian dan Perdagangan atau
Pejabat yang ditunjuk.
Ketentuan pelaksanaan dari barang yang diawasi ekspornya adalah sebagai
berikut:
•
Ekspor komoditi yang diawasi hanya dapat dilakukan apabila terdapat
surplus produksi dan tidak mengganggu konsumsi di dalam negeri,
•
Pelaksanaan ekspor hanya dapat dilakukan oleh eksportir setelah
mendapat persetujuan dari Menteri Perindustrian dan Perdagangan atau
pejabat yang ditunjuk setelah terlebih dahulu mendapatkan rekomendasi
dari instansi atau departemen terkait.
c.
Barang Yang Dilarang Ekspornya
Barang yang dilarang ekspornya adalah barang yang tidak boleh diekspor.
d.
Barang Yang Bebas Ekspornya
Barang yang bebas ekspornya adalah barang yang tidak termasuk dalam
kategori a, b, dan c di atas.
3. Barter
Barter merupakan bentuk perdagangan "non currency" tertua didunia, yaitu
transaksi perdagangan yang merupakan pertukaran antara barang/jasa
dengan barang/jasa secara langsung dan simultan dengan nilai yang
dianggap sama atau kira-kira sebanding tanpa menggunakan alat
pembayaran seperti uang.. Hal ini dilaksanakan dalam rangka pengendalian
pertukaran guna mencegah perusahaan dari praktek pentransferan
penghasilan. Barter dalam bentuk awalnya hanya dilakukan dengan
perjanjian tunggal tanpa melibatkan pihak ketiga. Dengan demikian, dalam
barter kedua belah pihak mempunyai kedudukan yang sama yaitu
masingmasing
sebagai penjual dan pembeli. Sistem perdagangan dengan
menggunakan barter ini dapat dikelompokkan kedalam beberapa jenis,
yaitu:
a.
Barter Sederhana
Barter sederhana adalah pertukaran barang atau jasa secara langsung
antara dua pihak tanpa menggunakan uang. Walaupun tidak
menggunakan uang dalam transaksi perdagangan, kedua belah pihak
melakukan pendekatan harga bayangan untuk produk yang masuk ke
masing-masing negara. Biasanya kontrak untuk sistem perdagangan ini
b.
Barter dengan Pengaturan Pasti (Closed-End Barter)
Sistem ini merupakan modifikasi dari barter sederhana, yaitu pembeli
dari barang yang akan dibarterkan tersebut dicari terlebih dahulu
sebelum kontrak ditandatangani oleh kedua pihak yang berdagang.
c.
Barter Clearing Account
Sistem ini disebut juga clearing agreements atau clearing
arrangements, atau bilateral clearing accounts, atau bilateral clearing.
Untuk barter semacam ini, semua pihak setuju dalam satu kontrak untuk
membeli barang atau pengadaan jasa dan biasanya mempunyai nilai
yang sama. Nilai kontrak dinyatakan dalam unit clearing account yang
tidak dapat diubah, dan secara efektif mewakili lini kredit dalam bank
sentral dari negara tersebut. Unit clearing account diterima secara
universal dalam akuntansi perdagangan antarnegara dan pihak yang
mempunyai hubungan komersial didasarkan atas persetujuan bilateral.
Dalam kontrak dicantumkan jenis barang yang dipertukarkan, rasio
pertukaran, dan kurun waktu dalam menyelesaikan transaksi.
d.
Switch Barter
Switch Barter (barter alih) adalah salah satu jenis barter dimana salah
satu pihak tidak mungkin memanfaatkan sendiri barang yang
diterimanya dari pertukaran tersebut, maka negara pengimpor itu dapat
mengalihkan (switching) barang tersebut kenegara ketiga yang
membutuhkan.
e.
Buyback Barter (Barter Beli Kembali)
Yaitu suatu sistem penerapan alih teknologi dari suatu negara maju
kepada negara berkembang dengan cara membantu menciptakan
kapasitas produksi di negara berkembang , yang nantinya hasil produksi
tersebut diekspor ke negara maju yang memberikan bantuan tersebut.
4.
Imbal Beli (Counterpurchase)
Imbal beli merupakan skema perdagangan yang mengaitkan pengadaan
impor barang/jasa oleh pemerintah dengan ekspor diluar minyak dan gas
bumi (non migas).
Dengan demikian, sistem imbal beli ini berbeda dengan sistem barter,
karena sistem ini menggunakan uang atau kredit dalam setiap transaksi.
Disamping itu biasanya sistem ini mengikutsertakan penjual dari negara
maju dan pembeli dari negara berkembang.
5.
Konsinyasi
Konsinyasi (Consigment) adalah pengiriman barang ekspor kepada importir
di luar negeri dengan prinsip bahwa barang/produk dikirim oleh eksportir
sebagai titipan untuk dijualkan oleh importir. Dengan demikian importir
tersebut akan bertindak sebagai agen dari eksportir, sedangkan harga
ditetapkan oleh eksportir yang bersangkutan.
bank asing. Penjualan kemudian dapat diatur dengan agen penjualan dan
barang konsinyasi dapat dikeluarkan sedikit demi sedikit dengan
pembayaran biasa. Barang dagangan tersebut tidak dimintakan izin
melewati pabean sampai penjualan selesai.
6.
Menjual Lisensi
Suatu perusahaan dapat melakukan terobosan ke pasar ekspor dengan
menjual lisensi kepada perusahaan asing tanpa harus melakukan investasi
di negara tujuan ekspor. Menjual atau memberikan lisensi merupakan
alternatif strategi akses pasar (memasuki suatu negara) dan perluasan
dengan daya tarik yang cukup besar.
7.
Joint Venture (Usaha Patungan dengan mitra lokal )
Joint venture adalah salah satu bentuk partisipasi yang lebih ekstensif di
pasar asing daripada mengekspor atau memberikan lisensi.
•
Barang dan atau kendaraan bermotor yang diekspor kembali dengan
menggunakan dokumen yang diatur dalam ketentuan Kepabeanan
Internasional.
6.
PEB untuk barang yang terutang pungutan negara dalam rangka ekspor
terlebih dulu diajukan ke Bank Devisa untuk pelunasannya. Apabila di luar
hari dan jam kerja Bank Devisa, pelunasan pungutan negara dalam rangka
ekspor dapat dilakukan di kantor Ditjen Bea dan Cukai.
7.
Pelunasan PEBT untuk barang yang terutang pungutan negara dalam
rangka ekspor dilakukan di Kantor Bea dan Cukai.
8.
Barang yang PEB dan PEBT-nya telah didaftarkan dan akan dimuat atau
telah dimuat di sarana pengangkutan untuk dikeluarkan dari Daerah Pabean
dianggap telah diekspor dan diberlakukan sebagai barang ekspor.
9.
PEB atau PEBT barang ekspor yang menggunakan fasilitas pembebasan
Bea Masuk, penangguhan pembayaran PPN/PPn BM dan pengembalian
Bea Masuk serta pembayaran pendahuluan PPN/PPn BM dalam rangka
ekspor wajib dilengkapi dengan LPS-E (Laporan Pemeriksaan Surveyor
Ekspor).
10.
Eksportir dapat memberitahukan ekspor barang yang dilaksanakan dalam
periode waktu yang ditetapkan, dengan menggunakan PEB Berkala.
Penggunaan PEB Berkala tersebut dilakukan setelah mendapat persetujuan
dari Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya, dan diberikan dalam
hal eksportir mempunyai reputasi yang baik serta mempunyai kriteria
sebagai berikut:
•
Frekuensi ekspornya tinggi,
•
Jadual sarana pengangkut barang ekspor tersebut tidak menentu,
•
Lokasi pemuatan barang ekspor tersebut jauh dari Kantor Ditjen Bea
dan Cukai dan/atau Bank Devisa,
•
Barang yang bersangkutan diekspor melalui saluran pipa atau jaringan
transmisi, atau
•
Berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal atau Pejabat yang
ditunjuk, pengeksporan barang perlu menggunakan PEB Berkala.
C.
Tata Laksana Ekspor
Berdasarkan Inpres No.3 Tahun 1991, tata laksana ekspor adalah sebagai
berikut:
1.
Kewenangan pemeriksaan barang-barang ekspor Indonesia berada pada
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
2.
Untuk memperlancar ekspor, terhadap barang-barang ekspor tidak
dilakukan pemeriksaan, kecuali dalam hal:
a.
Barang ekspor tersebut adalah barang yang diatur ekspornya,
b.
Barang tersebut adalah barang yang terkena Pajak Ekspor (PE) dan
Pajak Ekspor Tambahan (PET),
c.
Barang ekspor tersebut adalah barang yang mendapat fasilitas
pembebasan atau pengendalian bea masuk dan pungutan impor lainnya
atas impor bahan baku dari barang ekspor tersebut,
d.
Adanya kecurigaan bahwa barang-barang ekspor tersebut termasuk
golongan huruf a, b, atau c tetapi tidak tercantum dalam dokumen
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), PE/PET-nya tidak dibayar sesuai
dengan sebenarnya, atau yang termasuk larangan ekspor.
3.
Pemeriksaan atas barang-barang sebagaimana dimaksud dalam butir 2
huruf a, b, atau c dilakukan oleh surveyor yang ditetapkan oleh pemerintah.
Berdasarkan pemeriksaan tersebut, surveyor menerbitkan Laporan
Pemeriksaan Surveyor -Ekspor (LPS-E) yang dipergunakan oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam rangka pemeriksaan yang bersifat
final.
4.
Pemeriksaan atas barang-barang sebagaimana dimaksud dalam butir 2
huruf d dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan bersifat
final.
5.
Dalam hal ada Pajak Ekspor (PE) dan Pajak Ekspor Tambahan (PET),
maka pembayaran pajak tersebut dilakukan oleh eksportir kepada bank
devisa pada waktu penyerahan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).
D.
Tahapan Pelaksanaan Ekspor
Tahapan-tahapan yang harus ditempuh dalam pelaksanaan kegiatan ekspor,
sebagai berikut:
1.
Mencari pelanggan atau importir (buyers) baik melalui kontak dagang di
luar negeri maupun perwakilan importir (buying agent) yang ada di dalam
negeri.
2.
Persiapan ekspor
Tahapan-tahapan yang harus dilakukan eksportir setelah menerima surat
pesanan, kontrak penjualan (sales contract), dan letter of credit (jika
pembayaran melalui L/C) dari importir adalah sebagai berikut:
•
Memproduksi (bagi eksportir produsen) atau mengadakan barang
(memesan barang pada produsen atau membeli barang di pasar umum)
sesuai dengan spesifikasi yang tertera dalam surat pesanan dan L/C.
•
Mengepak barang-barang untuk diekspor sesuai ketentuan yang
ditetapkan.
•
Menyiapkan pengapalan barang dan memberikan shipping marks sesuai
surat pesanan atau kebiasaan yang berlaku secara internasional.
•
Menunjuk perusahaan ekspedisi (freight-forwarder) yang akan
mengurus dan memesan (booking) ruang kapal ( shipping space).
•
Menunjuk surveyor yang akan melakukan pemeriksaan mengenai jenis
barang, jumlah barang, spesifikasi teknis, klasifikasi barang, jenis
kemasan, merek kemasan, harga satuan dan harga total, dan pemenuhan
ketentuan di bidang ekspor guna menerbitkan survey report atau clean
report of finding. Hasil pemeriksaan (survey report) ini digunakan
sebagai dasar pembuatan dokumen bill of lading, commercial invoice,
dan packing list serta measurement list oleh eksportir.
3.
Menyiapkan dokumen-dokumen ekspor sesuai ketentuan yang berlaku
dalam perdagangan internasional (lihat dokumen ekspor pada huruf E di
bawah ini)
4.
Transportasi
Pengiriman barang yang telah siap diekspor dapat dilakukan melalui laut
atau udara sesuai ketentuan yang telah disepakati.
•
Transportasi Laut
Pengiriman barang melalui transportasi laut adalah cara yang lazim
digunakan eksportir mengingat biaya yang relatif murah dibandingkan
dengan transportasi udara. Pengurusan pengiriman/pengapalan barang
dapat dilakukan melalui jasa agen pelayaran (forwarding agent) apabila
anda belum berpengalaman atau tidak cukup waktu untuk mengurusnya.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan oleh eksportir atau agen
pelayaran sebelum barang dikapalkan adalah sebagai berikut:
•
mengumpulan data dan informasi mengenai biaya pengiriman,
•
menentukan perusahaan pelayaran serta kapal pengangkut,
•
memesan ruang kapal (shipping space),
•
mendaftarkan kargo pada shipping note dan mengirimkannya ke
perusahaan pelayaran,
•
mengisi formulir customs entries dan mengirimkannya ke pabean,
•
mengirim barang ke pelabuhan dengan consignment note,
•
menerima bill of lading dari perusahaan pelayaran,
•
membayar biaya pengiriman,
•
mengesahkan bill of lading serta mengirimkan copy-nya ke
perusahaan pelayaran dan importir, atau bank perantara yang
disepakati.
•
Transportasi Udara
Kebanyakan barang yang diekspor melalui transportasi udara adalah
barang-barang yang mempunyai nilai tinggi atau barang-barang yang
tidak tahan lama untuk menghindari resiko atau kerugian yang lebih
besar.
Pengiriman melalui transportasi udara relatif lebih sederhana
prosedurnya dibandingkan dengan transportasi laut. Namun, bagi
eksportir yang belum berpengalaman atau tidak mempunyai cukup
waktu dapat menggunakan jasa agen kargo udara (air cargo agent).
5.
Pembayaran barang ekspor melalui L/C (Negosiasi Dokumen)
Apabila barang sudah dikapalkan/dikirim ke negara tujuan dan eksportir
menerima bill of lading atau air waybill dari maskapai pelayaran/
penerbangan, maka eksportir dapat mengurus pembayaran barang yang
diekspor tersebut ke advising bank (bank di dalam negeri) yang diberi
kuasa oleh importir untuk membayarkan shipping document. Adapun
dokumen-dokumen yang tercakup dalam shipping document ini antara lain
adalah:
•
Bill of exchange (draft dan wesel)
•
Salah satu dari bill of lading (clean-ocean on board bill of lading;
combined transport bill of lading; air waybill of lading; atau post-office
report),
•
Commercial invoice
•
Insurance policy (polis asuransi)
•
Consular invoice
•
Packing list, weight note, dan measurement list
•
Inspection certificate atau surveyor report
•
Manufacturer’s certificate
•
Certificate of origin.
Apabila semua dokumen yang dipersyaratkan dalam L/C telah dipenuhi
oleh eksportir, maka advising bank akan membeli/membayar wesel yang
diajukan eksportir tersebut sesuai dengan jumlah yang tercantum dalam
L/C. Advising bank dapat melakukan pembayaran dalam bentuk:
•
At sight, yaitu bank langsung melunasi pada saat dokumen pengapalan
diperlihatkan,
•
Defered payment, yaitu bank akan melunasi pembiayaan di kemudian
hari sesuai dengan waktu yang disepakati,
•
Bank mengaksep wesel yang ditarik dan melunasinya pada saat jatuh
tempo.
Advising bank atau negotiating bank bersedia membayar eksportir dengan
kompensasi dokumen pengapalan adalah karena bank tersebut telah diberi
wewenang oleh importir untuk membayarkan L/C sesuai ketentuan yang
telah disepakati, serta adanya bill of lading yang memberikan hak
kepemilikan atas barang yang tercantum dalam dokumen tersebut.
DEFG
5
7 6 9 11
8
C 10 H
4 12 13
3
2
DALAM NEGERI
LUAR NEGERI 1
14
B
I
2
16
15
Keterangan:
1. Eksportir menerima pesanan (order) dari pembeli (buyers) di luar negeri (B
A).
PRODUSEN/
LEVERANSIR
EKSPORTIR
SELLER
BANK DALAM
NEGERI
(Advising Bank)
BUYER
IMPORTIR
BANK LUAR NEGERI
atau
Bank Pembuka L/C
(Issuing atau Opening
Bank)
A
PELAYARAN
INSTANSI
EKSPOR
ASURANSI
KEDUTAAN
ASING
2.
Bank menginformasikan bahwa L/C telah dibuka untuk dan atas nama eksportir
(H - A).
3.
Eksportir mengadakan pesanan kepada produsen atau leveransir/pemilik
barang
(A - C).
4.
Produsen/leveransir menyerahkan barang kepada eksportir dan eksportir
melakukan pengemasan/pengepakan barang untuk diekspor (A).
5.
Eksportir memesan ruang kapal (booking) dan mengeluarkan shipping order
pada maskapai pelayaran (A - D).
6.
Eksportir mengurus semua formulir ekspor dengan semua instansi ekspor yang
terkait (A - E).
7.
Eksportir memuat barang ke atas kapal, dengan atau tanpa mempergunakan
perusahaan ekspedisi (A - D).
8.
Eksportir mengurus Bill of Lading dengan maskapai pelayaran (A - D).
9.
Eksportir menutup asuransi dengan maskapai asuransi (A - F).
10.
Eksportir menyiapkan faktur/invoice dan dokumen-dokumen pengapalan
lainnya
(A)
11.
Eksportir mengurus consular invoice dengan trade councelor kedutaan negara
importir (A - G)
12.
Eksportir menarik wesel kepada importir dan menerima hasilnya dari
negotiation
bank (A - H)
13.
Negotiating bank mengirimkan shipping documents kepada opening bank atau
principals-nya di negara importir (H - I)
14.
Eksportir mengirimkan shipping advice dan copy shipping documents kepada
importir (A - B).
15.
Opening bank akan meminta importir untuk menebusnya dan mengambil
dokumen pengapalan.
16.
Maskapai Pelayaran menyerahkan barang ekspor kepada importir.
E. Dokumen Ekspor
Di samping dokumen-dokumen ekspor yang berlaku secara internasional, juga
terdapat dokumen pendukung lain yang diberlakukan di Indonesia sebagaimana
telah diuraikan di atas, yaitu dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang atau
Pemberitahuan Ekspor Barang Tertentu.
Lampiran
BC.3.1
Halaman 1 dari ...............
No Tanggal Kantor
No.
Urut
- Pos Tarif
- Uraian Barang
Jumlah dan
Jenis Satuan
Barang
Jumlah dan
Jenis
Kemasan
Nilai Barang
(dalam ribuan
Rp)
Berat
Kotor
(Kg)
(10) (11) (12) (13) (14) (15)
Dengan ini saya menyatakan bertanggung jawab atas kebenaran hal-hal yang
diberitahukan
Perlu dicatat bahwa penggunaan PEBT kemungkinan dalam waktu dekat akan
dihapus, dan
yang akan tetap diberlakukan adalah PEB.
1. Proforma Invoice
Proforma invoice adalah dokumen penawaran dari penjual kepada pembeli
potensial. Dokumen ini biasanya berisikan syarat-syarat jual beli dan harga
barang. Apabila si pembeli setuju maka akan diadakan kontrak jual beli
sesuai dengan ketetapan dalam dokumen tersebut..
2. Commercial Invoice
Commercial Invoice (faktur) merupakan dokumen utama dari setiap
transaksi dan dokumen ini harus disiapkan oleh eksportir untuk diserahkan
kepada importir. Dalam dokumen ini harus tercakup informasi selengkap
mungkin dan mudah dimengerti baik oleh orang yang mempunyai
pengetahuan terbatas sekalipun terhadap bahasa yang digunakan. Dokumen
ini dikirimkan oleh eksportir kepada importir dengan nama dan alamat
sesuai dengan yang tercantum dalam letter of credit (L/C).
Dokumen ini berisikan informasi mengenai uraian jenis barang sesuai dengan
L/C dan dijadikan sebagai dasar transaksi, pernyataan harga yang disepakati
antara kedua belah pihak, total nilai, kurun waktu dan mata uang yang
dipergunakan dalam transaksi.
Fungsi utama dari commercial invoice ini adalah sebagai alat pemeriksaan oleh
pabean, baik di dermaga pelabuhan ekspor maupun oleh pabean di pelabuhan
impor; pemeriksaan oleh pembeli pada saat barang diterima, dan pembayaran
oleh pembeli terhadap barang-barang ekspor. Faktur ini dibuat dalam bahasa
Inggris, namun kadang kala sebagian negara menggunakan bahasa mereka
sendiri.
.
Nama dan alamat pembeli (importir) dan penjual (eksportir),
.
Nomor dan tanggal L/C serta nama bank pembuka L/C, (jika sistem
pembayaran menggunakan L/C)
Invoice to:
VAT Registration No.
Consign to:
Customer’s Order No.
Quantity Description Unit price Total value
Shipped by :
on (tanggal):
Signed (tanda tangan: _____________
Date (tanggal) :
4)
Ikuti instruksi-instruksi pelanggan/pembeli secara cermat dan tepat,
5)
Alamat ke mana barang anda kirimkan/kapalkan kemungkinan tidak sama
dengan alamat kemana anda mengirimkan faktur/invoice.
8)
Jumlah barang yang tercakup dalam invoice harus dinyatakan dengan jelas.
12)
Total nilai FOB (freigth on board) dari faktur harus terpisah untuk
memudahkan pihak terkait dalam menggunakan metode lain untuk
menghitung bea masuk dan pajak impor.
13) Jika eksportir bertanggung jawab dalam membayar ongkos angkut, harus
ditulis (lihat contoh pengisian faktur di bawah ini)
14) Jika eksportir bertanggung jawab dalam pengurusan asuransi, biayanya
harus ditulis seperti dalam contoh di bawah ini.
15) Jika eksportir mengurus pengapalan, dalam faktur tersebut harus
ditunjukkan bagaimana barang-barang tersebut dikapalkan.
16) Masing faktur dan copy-nya harus ditandatangani satu per satu.
Untuk lebih jelasnya cara pengisian faktur ini dapat dilihat pada contoh di
bawah
ini.
Invoice to: 4)
Kaufstadt AG
Central Purchasing
1293 Am Werhaam
Dosseldorf 4000
Germany
VAT Registration No. 11223344 6)
Consign to: 5)
Kaulstadt AG
Central Warehouse
Reference MG/17963
Karlsruhe
Germany
Customer’s Order No. MG/17963 7)
Quantity Description Unit price Total value
8) IRISHCRAFT POTTERY 9)
TARIFF REFERENCE 6912.00.500.00
US$ 10) US$ 11)
100 pieces teacups valley green 7.00 700.00
100 pieces teacups stone grey 7.00 700.00
160 pieces saucers peat brown 5.00 80.00
160 piecessaucers valley green 5.00 80.00
80 piecesplates 19 cm vally green 10.00 800.00
80 pieces plates 26 cm stone grey
TOTAL VALUE EX WORKS
CARRIEGE TO WATERFORD PORT & LOADING
TOTAL VALUE FOB WATERFORD 12)
FREIGHT CHARGES WATERFORD/KARLSRUHE 13)
INSURANCE ASHNEW/KARLSRUHE 14)
TOTAL VALUE CIF KARLSRUHE
Shipped by :Bell Lines via Hamburg 15)
on) 2 January 19..
Signed : ____________________ 16)
Date : 1 January 19..
10.00 800.00
3,160.00
25.00
3,185.00
250.00
43.00
3,478.00
======
2)
Jika nomor sarana komunikasi (telephone, fax, atau telex) tidak lengkap,
keterlambatan mungkin terjadi.
4)
Alamat yang tidak jelas/lengkap dapat memperlambat sampainya dokumen,
5)
Jika alamat pengiriman barang tidak tercantum atau kurang jelas,
penyampaian barang akan tertunda.
6)
Jika nomor registrasi pajak atau informasi penting lain yang dimintakan
oleh si pembeli tidak tercantum, keterlambatan dan penambahan ongkos
mungkin terjadi.
7)
Apabila nomor pesanan pembeli tidak tercantum, pembayaran sering
tertunda,
8)
Jika jumlah barang yang tercakup dalam faktur tidak jelas, kemungkinan
sulit bagi pejabat pabean atau si pembeli untuk memeriksa barang.
9)
Jika uraian barang tidak lengkap, kemungkinan sulit untuk
mengidentifikasi barang ekspor secara individu atau satu persatu.
10)
Jika mata uang yang digunakan dalam faktur tidak dinyatakan, kesalahpahaman
mungkin terjadi dan akibatnya menambah biaya bagi eksportir.
11)
Jika nilai dari masing-masing item yang tercantum dalam faktur tidak
ditulis, kemungkinan sulit untuk memeriksa faktur tersebut.
12)
Jika nilai FOB tidak tercantum secara terpisah, kemungkinan importir akan
membayar pajak lebih besar dari yang seharusnya.
13)
Jika eksportir tidak menyatakan biaya-biaya pengangkutan apa saja yang
tercakup, maka kesalah-pahaman mungkin terjadi, yang mengakibatkan
bertambahnya ongkos bagi importir.
15)
Jika perusahaan pengangkut dan tanggal pengapalan tidak dicantumkan, ini
akan lebih menyulitkan mencari atau menelusuri pengiriman barang.
16)
Jika masing-masing faktur yang asli dan copy-an tidak ditandatangani,
kemungkinan faktur tidak dapat diterima oleh pihak pabean di pelabuhan
impor.
3.
Consular invoice
Dokumen atau faktur ini dikeluarkan oleh kedutaan atau konsulat negara
pengimpor. Faktur ini berisikan informasi mengenai rincian uraian barang
ekspor, jumlah, berat, nilai dan asal barang, serta pernyataan mengenai
akurasi informasi yang diberikan.
4.
Customs invoice
Dokumen ini merupakan commercial invoice yang dibuat pada formulir
khusus yang disiapkan oleh pejabat pabean negara pengimpor. Kebanyakan
dokumen ini diberlakukan di beberapa negara-negara Persemakmuran.
Dokumen ini berisikan informasi mengenai harga di pasar negara eksportir
dan harga jual eksportir guna menghindari tunduhan dumping serta
mencegah terjadinya penggelapan bea masuk.
5.
Bill of lading
Bill of Lading (B/L) merupakan dokumen pengapalan yang sangat penting
peranannya. Dokumen B/L menunjukkan hak kepemilikan atas barang,
sehingga tanpa B/L tersebut seseorang tidak dapat menerima barang yang
disebutkan dalam B/L.
•
Bukti tanda penerimaan barang, yaitu barang yang diterima oleh
pengangkut (carrier) dari pengirim barang atau eksportir (shipper) ke
suatu tempat tujuan dan selanjutnya menyerahkan barang-barang
tersebut kepada pihak penerima/ importir.
•
Bukti kontrak pengangkutan dan penyerahan barang-barang antara
pihak pengangkut dengan pengirim.
•
Bukti kepemilikan atau dokumen kepemilikan barang (document of
title), yang menyatakan bahwa orang yang memegang B/L merupakan
pemilik barang yang tercantum dalam B/L.
6.
Air Ways Bill (AWB)
Air Ways Bill merupakan dokumen standar yang berlaku secara
internasional. Pada umumnya dokumen ini terdiri dari tiga set formulir asli,
yang masing-masing harus diserahkan kepada perusahaan penerbangan,
penerima barang, dan pengirim barang.
•
Tanda terima dari perusahaan penerbangan yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut telah menerima barang dari pengirim,
•
Perjanjiaan antara pengirim dengan perusahaan penerbangan untuk
memindahkan barang dari bandara asal ke bandara penerima,
•
Pernyataan pabean,
•
Tagihan biaya pengiriman barang, dan
•
Sertifikat asuransi.
7.
Packing List
Packing list berkaitan erat dengan invoice dan biasanya selalu disertakan
dalam setiap faktur. Dokumen ini sangat penting bagi si pembawa barang
dan pabean dalam pemeriksaan barang dan bagi pelanggan dalam
mengidentifikasi muatan kapal.
PACKING LIST
This packing list refers to invoice no.: dated:
Quantity Numbers Contents each Measure each GR WT each
Method of packing:
Marks and numbers:
Total no. of packages:
Total measure:
Total net weight:
Total gross weight:
PACKING LIST
This packing list refers to invoice no.1321 dated 4 January 199.
Quantity Numbers Contents each Measure each GR WT each
5 1 - 5 20 teacups green 45 x 40 x 10 cm 4.8 kg
5 6 - 10 20 teacups grey 45 x 40 x 10 cm 4.8 kg
5 11 - 15 20 teacups brown 45 x 40 x 10 cm 4.8 kg
5 16 - 20 20 saucers green 30 x 15 x 15 cm 4.4 kg
5 21 - 25 20 saucers brown 30 x 15 x 15 cm 4.4 kg
5 26 - 30 20 saucers grey 30 x 15 x 15 cm 4.4 kg
8 31 - 38 20 plates 19 green 42 x 21 x 15cm 8 0 kg
8 39 - 46 20 plates 19 brown 42 x 21 x 15cm 8 0 kg
8 47 - 54 20 plates 19 grey 42 x 21 x 15cm 8.0 kg
8 55 - 62 10 plates 26 green 30 x 30 x 20 cm 8.0 kg
8 63 - 70 10 plates 26 brown 30 x 30 x 20 cm 8.0 kg
8 71 - 78 10 plates 26 grey 30 x 30 x 20 cm 8.0 kg
FRAGILE, HANDLE WITH CARE - KEEP UPRIGTH
Method of packing: CARDBOARD CARTONS
Marks and numbers: FULLY ADDRESSED, NUMBERED 1 - 78
Total no. of packages: 78
Total measure: 1.12 CUBIC METERS
Total net weight: 451.5 KG
Total gross weight: 522 KG
4)
Isi dari masing-masing karton,
5)
Ukuran luar karton,
6)
Berat kotor dari masing-masing karton,
7)
Cara pengepakan barang. Jika barang merupakan palet, hal ini harus
8)
Cara karton tersebut dikirim dan jumlah karton yang digunakan,
9)
Total paket dalam pengiriman,
10)
Total volume yang dikirimkan dalam meter cubic,
11)
Berat bersih pengiriman (diluar pengepakan/bungkusan) ,
12)
Berat kotor pengiriman yang dikapalkan.
1)
Jika keterangan dalam faktur diabaikan, hal ini menyulitkan dalam
penyesuaian dokumen seandainya dipisahkan.
2)
Jika kuantitas karton yang berisikan jenis barang yang sama tidak
dinyatakan, sulit bagi perusahaan pengangkut untuk memeriksanya.
3)
Jika karton tidak diberi nomor, atau penomoran yang salah, hal ini
dapat membingungkan pejabat pabean dan pembeli.
4)
Jika isinya tidak diterangkan dengan benar, maka sulit untuk
mengiden-tifikasinya secara individu.
5)
Jika ukuran dan unit pengukuran diabaikan, beberapa pertanyaan
mungkin akan muncul,
6)
Jika berat atau satuan berat diabaikan, keterlambatan mungkin terjadi,
7)
Jika jenis/type pembungkusan yang digunakan diabaikan,
keterlambatan mungkin akan terjadi,
8)
Jika informasi mengenai cara pengiriman tidak ditulis atau alamatnya
diabaikan, keterlambatan mungkin akan terjadi,
9)
Jika jumlah paket dihilangkan, pejabat pabean atau pembeli sering
terlambat memeriksanya,
10)
Jika jumlah volume pengiriman tidak ditulis, kemungkinan
keterlambatan akan terjadi.
11)
Jika berat bersih tidak ditulis, atau membingungkan dengan jumlah
berat kotor, kesalah-pahaman dan biaya tambahan akan muncul.
12)
Jika berat kotor tidak ditulis atau membingungkan dengan jumlah
berat bersih, kesalahpahaman dan biaya tambahan akan muncul.
Untuk jelasnya pengisian packing list berdasarkan masalah yang sering
ditemukan sebagaimana diuraikan di atas dapat dilihat pada contoh di bawah
ini.
PACKING LIST
1) This packing list refers to invoice no.:1321 dated 4 January 19..
Quantity
2)
Numbers
3)
Contents each
4)
Measure each
5)
GR WT each
6)
5 1 - 5 20 teacups green 45 x 40 x 10 cm 4.8 kg
5 6 - 10 20 teacups grey 45 x 40 x 10 cm 4.8 kg
5 11 - 15 20 teacups brown 45 x 40 x 10 cm 4.8 kg
5 16 - 20 20 saucers green 30 x 15 x 15 cm 4.4 kg
5 21 - 25 20 saucers brown 30 x 15 x 15 cm 4.4 kg
5 26 - 30 20 saucers grey 30 x 15 x 15 cm 4.4 kg
8 31 - 38 20 plates 19 green 42 x 21 x 15cm 8 0 kg
8 39 - 46 20 plates 19 brown 42 x 21 x 15cm 8 0 kg
8 47 - 54 20 plates 19 grey 42 x 21 x 15cm 8.0 kg
8 55 - 62 10 plates 26 green 30 x 30 x 20 cm 8.0 kg
8 63 - 70 10 plates 26 brown 30 x 30 x 20 cm 8.0 kg
8 71 - 78 10 plates 26 grey 30 x 30 x 20 cm 8.0 kg
FRAGILE, HANDLE WITH CARE - KEEP UPRIGTH
Method of packing: CARDBOARD CARTONS 7)
Marks and numbers: FULLY ADDRESSED, NUMBERED 1 - 78 8)
Total no. of packages: 78 9)
Total measure: 1.12 CUBIC METERS 10)
Total net weight: 451.5 KG 11)
Total gross weight: 522 KG 12)
Panduan bagi eksportir dalam membuat dokumentasi packing list
berdasarkan contoh pengisian tersebut di atas:
1) Pastikan bahwa nomor dan tanggal faktur dari packing list tertera
dengan jelas.
2) Tuliskan jumlah karton yang dikapalkan untuk masing-masing barang
yang tercantum dalam packing list.
3) Pastikan bahwa masing-masing karton (atau type lain dari pengepakan
yang digunakan) diberi nomor dengan jelas dan bahwa tidak nomor
yang dihilangkan menurut sekuensi atau urutannya. Pilihan
penomoran yang digunakan merupakan kesepakatan antara eksportir
dengan pembelinya, namun disarankan membuat sistem sesederhana
dan seringkas mungkin untuk menghindari terjadinya kesalahan.
4) Pastikan bahwa uraian dari masing-masing barang ekspor dalam
packing list sama dengan yang digunakan dalam faktur untuk
menghindari kesalahpahaman dan ketidakpastian.
5) Cantumkan ukuran luar dari masing-masing paket dan satuan
pengukuran yang digunakan.
6) Cantumkan jumlah berat kotor dari masing-masing paket dan satuan
timbangan yang digunakan.
7) Nyatakan dengan jelas jenis pengepakan yang digunakan. Jika bagian
dalam digunakan bungkusan/pengepakan, jenisnya harus dinyatakan.
Beberapa negara mempunyai batasan atau ketentuan mengenai jenis
pengepakan seperti jerami atau kayu. Jika barang ekspor dalam bentuk
palet, hal ini harus dinyatakan, kalau tidak sarana penanganan yang
sesuai untuk jenis barang tersebut tidak diadakan. Jika dibutuhkan
penanganan khusus, harus dinyatakan dalam packing list tersebut.
8) “Tanda nomor” merupakan istilah pengapalan yang harus sesuai
dengan cara pengiriman. Dewasa ini. lazim digunakan label untuk
masing-masing paket dengan mencantumkan nama dan alamat
lengkap si penerima. Sistem penomoran yang digunakan harus
dinyatakan dengan jelas dan benar.
9)
Cantumkan jumlah paket pengiriman. Jika pengiriman bercampur
baur, seperti dengan karton dan peti kayu, jumlah dari masingmasingnya
harus dicantumkan.
10)
Total volume pengiriman ditetapkan dengan menghitung volume dari
masing-masing paket dan kemudian dikalikan antara volume dengan
jumlah paket.
11)
Berat bersih adalah berat yang telah dikurangi dengan jumlah berat
pengepakan. Hal ini perlu dicantumkan dengan akurat karena
beberapa negara akan memperhitungkan pajak impor secara
keseluruhan atau dikenakan per kilogram berat bersih.
12)
Berat kotor harus dicantumkan dengan benar karena biaya angkut
akan dikalkulasikan berdasarkan berat kotor tersebut.
8.
Measurement List
Hasil pengukuran atau penakaran yang berisikan informasi mengenai
ukuran panjang, tebal, garis tengah, dan volume barang. Ukuran dalam
dokumen harus sesuai dengan persyaratan yang tertera dalam L/C.
Dokumen ini dipergunakan untuk mengkalkulasikan biaya angkut dan
persiapan penerimaan barang bagi importir.
9.
Certificate of Origin (Surat Keterangan Asal - SKA)
Certificate of Origin ini merupakan pernyataan yang ditandatangani untuk
membuktikan asal barang-barang yang diekspor. Surat keterangan asal
barang ini menerangkan barang bahwa barang-barang tersebut betul-betul
hasil atau produk dari negara eksportir.
•
Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan Perdagangan di
Propinsi/Daerah Tingkat I. Yang berwenang dan bertanggung jawab
dalam mengeluarkan SKA di Kanwil adalah Kepala Kantor, Kepala
Bidang Perdagangan Internasional (sebagai Pejabat Pengganti I), dan
Kepala Bagian Tata Usaha (sebagai Pejabat Pengganti II)
•
Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan di
kabupaten/kotamadya, termasuk Dinas Perdagangan di 26 Dati II
Percontohan (sepanjang di wilayah kerjanya terdapat Bank Devisa dan
atau pelabuhan ekspor). Yang berwenang dan bertanggung jawab dalam
hal ini adalah Kepala Kantor, Kepala Seksi Usaha Perdagangan (sebagai
Pejabat Pengganti I), Kepala Sub Bagian Tata Usaha (sebagai Pejabat
Pengganti II),
•
PT (Persero) Kawasan Berikat Nusantara. Yang berwenang dan
bertanggung jawab adalh Direktur Utama, Direktur Operasi, Direktur
Operasi (sebagai Pejabat Pengganti I), Direktur Administrasi dan
Keuangan (sebagai Pejabat Pengganti II),
•
Pada Kantor Cabang PT (Persero) Kawasan Berikat Nusantara. Yang
berwenang dan bertanggung jawab adalah Kepala Kantor, dan Kepala
Divisi Operasi (sebagai Pejabat Pengganti),
•
Satuan Pelaksana Otorita Pengembangan Daerah: Kepala Satuan
Pelaksana, Kepala Sub Direktorat Perdagangan (sebagai Pejabat
Pengganti I), dan Kepala Seksi Bina Usaha Perdagangan (sebagai
Pejabat Pengganti II),
•
Industri (Satuan Pelaksana Otorita Pengembangan Daerah Industri SPOPDI)
Pulau Batam,
•
Kantor Cabang Lembaga Tembakau (khusus untuk tembakau “
Certificate of Authenticity”), Kepala Kantor, Kepala Seksi Pengujian
(sebagai Pejabat Pengganti)
•
Instansi lain yang akan ditetapkan kemudian oleh Menteri Perindustrian
dan Perdagangan.
•
Eksportir atau pihak yang memerlukan SKA dapat mengajukan
permohonan penerbitan SKA kepada instansi penerbit dengan
melampirkan dokumen pendukung.
•
Dokumen pendukung untuk pengeluaran barang ke luar negeri yang
wajib memenuhi ketentuan umum di bidang ekspor adalah: PEB lembar
keempat yang telah diberi persetujuan muat oleh Pejabat Hanggar Bea
dan Cukai di pelabuhan ekspor atau copy PEB tersebut yang sudah
dilegalisir oleh Bank Devisa yang menerbitkan, dan Bill of Lading (B/L)
atau Air Ways Bill on Board.
•
Dokumen pendukung untuk pengeluaran barang ke luar negeri yang
tidak wajib memenuhi ketentuan umum di bidang ekspor, seperti
dokumen permohonan ekspor tanpa PEB (PETP) yang ditanda-sahkan
oleh Pejabat Bea dan Cukai di pelabuhan ekspor atau pengiriman
barang; kuitansi pembelian barang yang dimintakan SKA-nya; photo
copy KTP bagi WNI atau paspor bagi WNA, serta surat kuasa dari
pemilik barang yang menggunakan Perusahaan Jasa Titipan.
•
Khusus untuk penerbitan SKA Form A, eksportir atau pihak lain yang
memerlukannya selain melengkapi dokumen-dokumen tersebut diatas,
juga wajib melengkapinya dengan:
•
Surat Pernyataan dan struktur biaya per unit,
•
Untuk permohonan SKA berikutnya apabila:
.
Proses produksi atau persentasi kandungan impor/lokal, atau
.
Produsen asal bahan baku atau barang tidak mengalami
perubahan, maka eksportir atau pihak lain yang memerlukan
SKA cukup melengkapi dengan Surat Penegasan.
•
Permohonan SKA dapat diproses oleh Instansi Penerbit apabila diisi
dalam bahasa Inggris. Dokumen ini diisi secara jelas, lengkap dan
benar, serta dilengkapi dengan dokumen pendukung.
•
Eksportir atau pihak lain yang memerlukan SKA dapat memilih salah
satu instansi penerbit yang termasuk dalam wilayah kerjanya untuk
penerbitan SKA, terutama untuk pengeluaran barang ke luar negeri yang
wajib memenuhi ketentuan umum di bidang ekspor:
•
Instansi penerbit yang wilayah kerjanya mencakup tempat barang di
produksi, atau,
•
Instansi penerbit yang wilayah kerjanya mencakup tempat PEB
didaftarkan pada bank devisa, atau
•
Instansi penerbit yang wilayah kerjanya mencakup tempat PEB
mendapat persetujuan muat dari Pejabat Hanggar Bea dan Cukai di
pelabuhan ekspor, atau
•
Instansi penerbit yang terdekat.
•
Eksportir atau pihak lain yang memerlukan SKA, yang berdomisili di
daerah Otonomi Tingkat II Percontohan, dapat memilih salah satu
instansi penerbit yang terdekat, atau instansi penerbit lain dengan
pertimbangan lebih efisien.
•
Bagi barang yang diatur ekspornya dan/atau terkena pembatasan ekspor
dalam bentuk kuota berdasarkan perjanjian internasional, SKA-nya
hanya dapat diterbitkan oleh Kantor Wilayah Departemen Perindustrian
dan Perdagangan di Propinsi/Daerah Tingkat I atau PT (Persero)
Kawasan Berikat Nusantara dan Kantor Cabangnya atau Satuan
Pelaksana Otorita Pengembangan Daerah Industri (SPOPDI) Pulau
Batam sesuai wilayah kerjasama dimana barang dikapalkan (pelabuhan
ekspor) atau kuota ekspor dialokasikan/ dimutasikan.
•
Barang yang diatur ekspornya dan/atau terkena pembatasan ekspor
dalam bentuk kuota adalah:
•
Yang diatur ekspornya, yaitu kopi;
•
Yang terkena pembatasan ekspor dalam bentuk kuota, yaitu Maniok
(khusus tujuan Uni Eropa) dan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT).
Khusus untuk kuota ekspor TPT yang dialokasi melalui Kantor Wilayah
Departemen Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Tengah, SKAnya
dapat juga diterbitkan oleh Kantor Departemen Perindustrian dan
Perdagangan Kotamadya Surakarta.
Date of shipment:
FORM B
Reference No:
10. Certification.
It is hereby certified, on the basis control carried out, that the goods stated
above were
produced in Indonesia
11. Competent authority (name, full address)
..........................................................
(Signature) (Stamp)
1)
Biasanya nama perusahaan yang mengeluarkan faktur atau yang
mengirimkan barang ekspor.
2)
Alamat si penerima barang harus dicantum dengan jelas dan harus
sama dengan yang tertera dalam faktur.
3)
Jika anda diberikan nama agen yang ditunjuk oleh pembeli untuk
menangani barang ekspor tersebut, namanya agen tersebut harus
dicantumkan dalam kolom tersebut dengan benar.
4)
Tempat dimana si pengangkut/pembawa menyerahkan tanggung
jawabnya atas barang-barang ekspor tersebut.
5)
Nama perusahaan pengapalan yang akan membawa barang.
6)
Nama/tempat pelabuhan muat.
7)
Nama pelabuhan dimana barang-barang tersebut dibongkar.
8)
Tempat tujuan akhir harus dicantumkan di sini.
9)
Jika terjadi pergantian sarana angkutan, namanya harus dicantumkan
di sini.
10)
Nama pelabuhan tempat terjadinya pergantian sarana angkutan dari
pengapalan pertama ke pengapalan berikutnya harus dicantumkan di
sini.
11)
Nama pelabuhan bongkar dari pengapalan yang ke dua.
12)
Tujuan akhir barang-barang ekspor jika terjadi pergantian kapal.
13)
Jika eksportir menggunakan agen pelayaran, nama dan alamatnya
14)
Tanda dan penomoran yang digunakan.
15)
Jumlah tempat/ruang/kursi (jika dimuat dengan peti kemas)
16)
Uraian umum mengenai pengiriman dan pengepakan. Jika barangbarang
yang dikirim dalam bentuk pellet harus dinyatakan termasuk
cara atau sarana penanganan yang dibutuhkannya.
17) Jumlah berat kotor dari seluruh barang yang akan dikirimkan.
18) Jumlah volume dari seluruh barang yang akan dikirimkan.
19) Nomor tarif dari negara pengimpor.
20) Nilai FOB.
21) Dimension of packages.
22) Total pengepakan dari masing-masing dimensi atau jenis.
23) Ukuran panjang dari masing-masing pengepakan.
24) Ukuran luas dari masing-masing pengepakan dan satuan/ukuran yang
digunakan.
25) Lebar (atau tinggi) dari masing-masing pengepakan dan satuan yang
digunakan.
yang copy-an.
33) Jumlah dan jenis bill of lading yang dibutuhkan oleh si pengirim
(eksportir).
34) Jumlah dan jenis bill of lading yang dikirimkan bersamaan dengan
pengiriman barang.
3)
Jika pembeli/pelanggan anda mempunyai agen yang akan menangani
barangnya dan tidak dicantumkan, kemungkinan akan terjadi
keterlambatan dalam penyampaian barang.
4)
Jika tempat dimana barang tersebut diserahkan oleh si pengangkut
tidak dicantumkan atau tempatnya tidak benar, biaya tambahan yang
seharusnya tidak terjadi akan menjadi beban anda.
7)
Jika pelabuhan dimana barang diserahkan tidak dicantumkan dengan
benar, barang kiriman tersebut mungkin dibongkar di tempat yang
salah.
8)
Jika tempat/tujuan akhir salah menyatakannya, kemungkinan
penyampaian barang akan terlambat atau hilang.
13)
Jika si pengirim/eksportir menggunakan jasa agen pelayaran dan ini
tidak dicantumkan, kemungkinan keterlambatan pengiriman sampai
pada titik yang telah ditentukan akan terjadi.
15)
Dalam hal pemuatan dalam peti kemas, jika nomor tempat/ruang/kursi
dari peti kemas tidak dicantumkan, atau salah menyatakannya,
keterlambatan mungkin akan terjadi.
17)
Jika berat kotor salah menyatakannya, biaya/ongkos tambahan
mungkin akan muncul.
18)
Jika ukurannya yang dicantumkan (atau volume) salah, biaya yang
seharusnya tidak ada akan muncul.
19)
Jika nomor tarifnya salah, kesalahan dalam perhitungan bea masuk
mungkin akan terjadi.
20)
Jika nilai FOB-nya salah, kemungkinan akan terjadi biaya tambahan
yang harus dipikul oleh importir.
21)
Jika dimensinya tidak benar atau salah menghitungnya, kemungkinan
biaya tambahan akan muncul dan menimbulkan permasalahan dalam
penyimpanan barang atau pergudangan.
28)
Jika persyaratan bill of lading tidak tepat/lengkap, anda tidak akan
memperoleh dokumen yang anda butuhkan untuk memenuhi
permintaan pembeli/pelanggan.
29)
Jika anda tidak menyatakan siapa yang akan bertanggung jawab
mengenai biaya/ongkos angkutan dan biaya-biaya lainnya, barangkali
anda akan membayar lebih banyak dari yang seharusnya.
30)
Jika anda tidak menyatakan/melampirkan dokumen-dokumen yang
seharusnya dilampirkan, sangatlah tidak memungkinkan bagi yang
terkait untuk memeriksanya.
32)
Jika instruksinya tidak benar, dokumen-dokumen yang dibutuhkan
tidak akan disediakan/diberikan.
37)
Jika dokumen tidak ditandatangani oleh eksportir, kemungkinan si
pembawa barang akan menolak membawa barang anda.
1.
Check/periksa apakah pelanggan/pembeli anda akan menggunakan
jasa tertentu untuk mengimpor barang dan, jika benar, pastikan bahwa
nama dan alamatnya tercantum dalam dokumen ini.
2.
Sepakati dengan si pembawa/pengangkut tempat/titik pengumpulan
dan penyerahan barang dan ongkos serta biaya lainnya. Pastikan
bahwa dokumen-dokumen yang harus diikutsertakan selama dalam
perjalanan telah diserahkan.
3.
Jika anda menggunakan agen pelayaran, pastikan bahwa informasi ini
tercantum dalam dokumen.
4.
Jika anda mengirimkan dengan isi peti kemas yang penuh, anda harus
menyegel peti kemas tersebut setelah dimuat dan nomor
ruang/tempat/kursinya harus dinyatakan dengan benar dalam dokumen
ini. Jika pengiriman dengan peti kemas tidak penuh, kemungkinan
pengapalan barang dalam peti kemas bersamaan dengan barangbarang
yang lain dan kemudian yang bertanggung jawab dalam
penyegelan peti kemas adalah perusahaan pelayaran.
5.
Pastikan bahwa jumlah berat kotor tercantum dengan benar, yaitu total
berat pengiriman termasuk berat pengepakannya, pallet secara
integral, dan lain-lain.
6.
Pastikan bahwa volumennya dihitung dengan benar. Tergantung
hubungan antara berat dan volume/isi dari barang yang dikirimkan,
perbedaan ongkos angkut mungkin akan terjadi. Oleh karena itu,
sangatlah penting memberikan informasi yang akurat.
7.
Cari nomor tarif yang dipergunakan oleh negara pengimpor dan
pastikan bahwa hal itu tercantum dengan benar dalam dokumen ini.
8.
Nilai FOB barangkali digunakan dengan tujuan yang berbeda; sebagai
contoh, oleh si pengangkut untuk menentukan ongkos angkut atau
oleh pejabat pabean di negara tujuan untuk menentukan tarif bea
masuk. Oleh karena itu, sangatlah penting menyatakannya dengan
benar.
9.
Pastikan bahwa dimensinya dicantumkan dengan benar dan
penghitungan volumenya yang akurat.
10.
Jika pembayaran dengan L/C, dokumen ini sangat dibutuhkan sebelum
pembayaran dapat dilakukan. Jika bill of lading merupakan salah satu
dokumen yang diperlukan dalam transaksi, maka sangatlah penting
bahwa jumlah lembaran yang asli dan copy-an dinyatakan dengan
benar karena hal ini dapat menyulitkan dan barangkali tidak mungkin
untuk membetulkannya di kemudian hari.
11.
Harus yakin siapa yang akan bertanggung jawab terhadap segala biaya
yang terjadi dalam pemindahan barang-barang ekspor dan masukkan
informasi sesuai kesepakatan dengan pembeli.
12.
Daftar dari dokumen-dokumen yang anda serahkan ke si
pembawa/pengangkut. Disarankan untuk menyediakan paling kurang
dua lembar copy-an dari setiap dokumen yang dibutuhkan oleh pabean
di pelabuhan tujuan, namun untuk L/C perlu lebih banyak.
Irrevocable
Number 2)
documentary
credit
Applicant 4)
Beneficiary 5)
Advising bank 6)
Amount 7)
Partial
shipments 9)
Transshipment 10)
Credit available 8)
( ) by sight payment
( ) by acceptance
Allowed (
Not allowed (
)
)
Allowed (
Not allowed (
)
)
against the documents detailed herein
on
We hereby issue the documentary credit in your favour. It is subject to the ICC
Uniform Customs and
Practice for Documentary Credits (1993 Revision, International Chamber of
Commerce, Paris, France,
Publication No. 500) and engages us in accordance with the terms thereof. The
number and the date of the
credit and the name of our bank must be quoted on drafts required. If the credit
is available by negotiation,
each presentation must be noted on the reverse of this advice by the bank
where the credit is available.
This document consists of 15) signed page (s) The A.B.C. Bank
6.
Sekali lagi, apabila kesepakatan masa/waktu berlakunya LC dengan
pembeli disetujui, sangatlah penting bagi eksportir untuk
memastikannya bahwa dalam L/C dinyatakan tempat/titik pengiriman
dan tanggal pengiriman sehingga eksportir dalam memenuhinya.
7.
Eksportir harus dapat menyiiapkan dokumen-dokumen apa saja yang
dibutuhkan oleh si pembeli selama negosiasi berlangsung. Hal ini
tergantung dari apa yang dimintanya, kemungkinan akan adanya biaya
tambahan atau keterlambatan dalam menyiapkan barang-barang yang
akan dikapalkan.
8.
Apabila L/C telah dibuka, eksportir harus memeriksa dengan hati-hati
dan secara rinci untuk memastikan bahwa dia mampu memenuhi
semuanya. Eksportir juga harus memeriksa waktu yang diberikan
dalam penyerahan dokumen dan kemudian memastikan bahwa
semuanya diserahkan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
17.
Bill of Exchange (Wesel)
Bill of exchange (B/E) atau Draft adalah dokumen yang dipersiapkan dan
ditandatangani oleh eksportir dan dialamatkan kepada importir untuk
meminta importir membayar pesanannya atau untuk dibayarkan
dikemudian hari terhadap barang yang dipesan (sesuai dengan jumlah nilai
barang yang diekspor) kepada eksportir atau orang yang ditunjuknya.
BILL OF EXCHANGE
Amount
Place and date
At sight pay this Bill of Exchange to the order of
of
received for shipment of
the sum
: value
TO
Berikut ini adalah contoh cara pengisian berikut uraiannya serta permasalahan
yang lazim
diketemukan:
BILL OF EXCHANGE
At sight pay this Bill of Exchange to the order of United Bank of Ireland 3) the
sum of 4)
United States dollars thirteen thousand one hundred and fifty only, value
received for
shipment of 5) 78 cartons of pottery tableware
Secretary 7)
TO 8)
A.B.C. Bank
P.O. Box 446
Frankfurt
Germany
Keterangan:
1.
Jumlah atau nilai uang yang harus dibayarkan dalam bill of echange ditulis
dalam angka,
2.
Tempat dan tanggal dikeluarkannya bill of exchange,
3.
Nama bank perantara (advising/negotiating bank), biasanya adalah bank-nya
eksportir,
4.
Jumlah/nilai uang yang akan dibayarkan dalam bill of exchange harus ditulis
dalam huruf,
5.
Uraian umum mengenai barang ekspor yang akan dibayarkan/ditagihkan,
6.
Bill of exchange yang dikeluarkan oleh eksportir, tanda tangannya harus sama
dengan check,
7.
Pada umumnya bank-nya importir yang akan menerima bill of exchange
tersebut.
Masalah yang sering diketemukan:
1)
Jika jumlah/nilai uang tidak ditulis dengan benar, makan pembayaran sering
tertunda,
4)
Jika penulisan hurufnya salah, atau berbeda dengan angka yang tertera, maka
pembayarannya mungkin ditunda atau ditolak,
7)
Jika bill of exchange tidak ditandatangani oleh eksportir atau yang mewakilinya
sebelum diserahkan, maka pembayarannya dapat ditolak.
1.
Apabila mengisi bill of exchange, pastikan bahwa perincian yang disepakati
dengan perincian yang ada dalam dokumen lainnya untuk pengiriman/
pengapalan terutama dokumen ekspor yang dimintakan/dipersyaratkan oleh
L/C
harus sama.
2.
Pastikan bahwa bill of exchange ditandatangani sebelum dikirimkan dan tanda
tangannya harus sama dengan check.
Dimensi Fisik
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam dimensi fisik dari produk antara lain
adalah:
.
Adaptasi produk diperlukan untuk melayani kebutuhan dan keinginan
konsumen di pasar sasaran dengan memperhatikan selera, tingkat daya beli,
peraturan pemerintah, dan lain-lain.
.
Kemasan sebagai bagian dari produk yang befungsi untuk melindungi produk
dari pengaruh iklim yang berbeda, transportasi, handling (cara penanganan
barang), dan lain-lain perlu disesuaikan dengan kondisi iklim setempat;
sedangkan kemasan (packaging) sebagai alat promosi perlu disesuaikan
dengan kebutuhan pasar setempat (selera konsumen). Dalam hal labeling
yang perlu diperhatikan adalah masalah bahasa, ketentuan/peraturan
perdagangan negara tujuan ekspor.
Dimensi Non-Fisik
Dimensi non-fisik yang penting dari produk (yang menjadi dasar kontrak
jualbeli)
adalah ketetapan harga produk. Pada dasarnya harga adalah biaya ditambah
laba pada berbagai tingkat kegiatan produktif. Dalam pemasaran ekspor
biasanya
dipakai penetapan harga “cost-plus atau mark-up” biaya produksi/pengadaan
ditambah laba yang diinginkan, karena pemasaran ekspor awal lebih bersifat
reaktif daripada pro-aktif, yang didasarkan pada eskalasi (struktur) harga yang
dibuat:
.
Struktur biaya produksi/pengadaan harus mencerminkan biaya tetap dan
biaya tidak tetap (variable) agar dapat diketahui pengaruhnya terhadap
penyesuaian yang diperlukan atas harga yang diminta pembeli.
.
Struktur biaya pemasaran harus mencerminkan balas-jasa atas segala
kegiatan pemasaran yang dilakukan dan atas balas jasa dan biaya pada
saluran distribusi/pemasaran yang dipergunakan.
Begitu juga tanpa mengenal perilaku konsumen suatu negara akan sulit bagi
eksportir untuk menyusun program atau rencana pemasaran. Oleh karena itu,
sebelum melakukan pemasaran ekspor terlebih dulu perlu diketahui kesamaan
dan perbedaan antarbudaya guna menentukan perilaku konsumen. Di lain
pihak
perilaku konsumen juga terkait dengan segmentasi pasar sasaran yang terdiri
dari
negara yang berpenghasilan rendah (dunia ketiga), negara berpenghasilan
menengah ke bawah (negara bekembang), negara berpenghasilan menengah
ke
atas (negara industri baru), dan negara berpenghasilan tinggi (negara maju).
Secara umum segmentasi pasar dapat dibagi dalam dua utama, yaitu
segmentasi
demografis (jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendapatan/income, pendidikan,
dan lain-lain), dan segmentasi psikografis (proses pengelompokkan orang
dalam
arti sikap, nilai-nilai yang dianut dan gaya hidupnya).
Untuk mengetahui jadual dan kegiatan pameran, baik yang diadakan di luar
negeri maupun di dalam negeri, yang dilakukan oleh Badan Pengembangan
Ekspor Nasional, dapat menghubunginya dengan alamat:
Badan Pengembangan Ekspor Nasional
3. Misi Dagang
Kegiatan misi dagang ini biasanya secara rutin dilakukan oleh Departemen
Perindustrian dan Perdagangan ke suatu negara tujuan ekspor yang
potensial baik yang dipimpin langsung oleh Menteri Perindustrian dan
Perdagangan maupun oleh pejabat eselon satu yang ditunjuk. Kegiatan misi
dagang ini dapat diikuti oleh para pelaku ekspor (pengusaha, eksportir dan
produsen) yang mempunyai tujuan ekspor ke negara tersebut. Kegiatan ini
biasanya lebih memberikan prospek yang bagus mengingat para pelaku
bisnis dapat secara langsung bertatap muka dengan para pembeli/pelanggan
sehingga lebih realistis, walaupun memerlukan biaya yang cukup besar.
4. Melalui Internet
Strategi pemasaran dapat juga dilakukan secara mudah dan praktis yaitu
dengan cara menempatkan informasi yang lengkap tentang produk yang
ingin dipasarkan ke luar negeri melalui internet yang dapat diakses global
oleh para pemakai/pembeli potensial di luar negeri. Dengan demikian
informasi tersebut harus disediakan secara menyeluruh baik yang
menyangkut produk, harga, kualitas, kemasan, pengiriman, cara
pembayaran, alamat dan nama perusahaan maupun contact person yang
dapat dihubungi sewaktu-waktu apabila diperlukan. Pemasaran melalui
internet ini, bisa dilakukan secara gratis, seperti melalui home page WARSI
(Warung Sistem Informasi) Industri Kecil, dengan menghubungi Direktorat
Jenderal Industri Kecil dan Pedagang Kecil Kantor Pusat Depperindag Jl.
Gatot Subroto Kav 52-53 Jakarta, United Nation Global Trade Point
Network dengan situs http: //www.unicc.org/untpdc dan banyak situs
internet yang menyediakan fasilitas offer to sell/buy yang bisa diisi
langsung oleh para pengusaha.
.
Negara-negara mana yang mempunyai potensi terbaik untuk produk-produk
yang akan dipasarkan;
.
Jenis/type produk yang digemari;
.
Berapa banyak produk yang dapat dipasarkan atau berapa besar potensi pasar
di pasar negara tujuan, serta prospek di masa mendatang;
.
Pola konsumsi konsumen di negara tujuan ekspor;
.
Perbaikan-perbaikan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan
penjualan;
.
Penetapan harga produk yang akan dipasarkan di negara tujuan;
.
Biaya untuk mencapai target penjualan (transportasi, bea masuk, dan lain-
lain);
.
Pesaing-pesaing (siapa, berapa harga jualnya);
.
Strategi apa yang harus ditempuh dalam memasarkan produk;
.
Peraturan-peraturan perdagangan di negara bersangkutan;
.
Prospek;
.
Dan lain-lain.
1. Kegunaan Riset Pasar Ekspor
Kegunaan riset pasar adalah untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang
mungkin terjadi dalam pemasaran produk, sehingga dengan informasi
tersebut, penjualan atau pemasaran produk dapat berjalan sesuai dengan apa
yang diharapkan.
•
Riset untuk mengetahui potensi suatu pasar, yaitu seberapa besar
potensi permintaan pasar terhadap suatu produk tertentu di negara
sasaran. Disamping mengetahui besarnya permintaan, hal-hal lain yang
•
Riset khusus mengenai produk, yaitu menentukan kriteria atau elemen
dari produk ekspor, seperti alasan pemakaian produk, budaya, kondisi
produk terhadap perubahan iklim (seandainya diekspor ke negara yang
mempunyai empat musim), warna, mutu/strandar, ukuran, rasa, bahan,
disain, spesifikasi teknis, cara menggunakan/memakai produk, kemasan,
dan lain-lain.
•
Riset mengenai praktek pemasaran ekspor, yaitu untuk mengetahui
bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi). Dalam hal
ini yang perlu dikaji adalah:
•
Biaya dan resiko transportasi, kecepatan pengiriman, keandalan
sistem pengiriman, persyaratan pengepakan.
•
Harga ekspor produk pesaing dan keistimewaan produknya serta
jaminan pasokannya.
•
Distributor, waktu penyerahan produk, potongan harga dari setiap
penyalur, fasilitas yang diberikan kepada distributor.
•
Layanan purna jual: masa garansi, suku cadang, tenaga operator.
•
Promosi: sarana yang digunakan, anggaran yang dibutuhkan,
cara/sistem penyampaian informasi/iklan.
A. Letter of Credit
Letter of Credit (L/C) merupakan metode pembayaran yang paling sering
dipergunakan dalam perdagangan internasional. Disamping pembayaran di
muka, letter of credit menawarkan jaminan terbaik bagi eksportir bahwa
barang
yang dijual secara internasional akan dibayar. Jaminan itu muncul dari
kenyataan
bahwa kewajiban membayar dengan L/C terletak di tangan bank pembeli bukan
di tangan pembeli. Letter of credit pada hakikatnya adalah sebuah “surat” yang
mengalihkan kelayakan menerima kredit pembeli kepada sebuah bank. Sebuah
L/C dapat dianggap sebagai jaminan berkondisi yang dikeluarkan oleh bank atas
nama pembeli ditujukan kepada penjual untuk memastikan pembayaran bila
penjual memenuhi semua syarat yang tercantum dalamnya. Namun bagi
importir, surat tersebut lebih mahal harganya karena ada dana yang
didepositokan dalam bank mereka untuk menjamin lini kredit. Bila sehelai L/C
merupakan metode pembayaran, eksportir biasanya menerima pembayaran
pada
saat dokumen pengiriman ditunjukkan kepada bank yang melakukan negosiasi
L/C (advising bank) di negara penjual.
B. Advanced Payment
Ada kemungkinan membuat pengekspor meminta pembayaran tunai untuk
seluruh transaksi atau memberikan sebagian pembayaran di muka, dengan
berbagai pertimbangan, seperti tingginya resiko kredit di luar negeri, kondisi
yang memungkinkan terjadinya pembatasan penukaran mata uang di negara
tujuan, yang akan menyebabkan penundaan pembayaran, atau ketika dengan
alasan apa pun, pengekspor tidak bersedia menjual dengan kredit.
C. Open Account
Open account (sistem rekening terbuka) biasanya terjadi pada pemasaran
ekspor
dengan kantor cabang atau perwakilan di luar negeri atau dengan mitra dagang
yang sudah dipercaya. Sistem ini merupakan kebalikan dari sistem pembayaran
dimuka dengan arti kata bahwa pembayaran tidak akan diserahkan sebelum
barang/produk dikapalkan atau diserahkan atau waktu jatuh tempo
pembayaran
yang disepakati. Setelah pengapalan barang, eksportir akan mengirimkan faktur
kepada importir dengan mencatum tanggal dan waktu kapan importir harus
melakukan pembayaran dan bahkan kadang-kadang eksportir memberikan
potongan harga bagi pembayaran yang dilakukan sebelum jatuh tempo.
F. Consigment
Pembayaran dilakukan oleh importir setelah barang-barang tersebut terjual,
namun apabila barang-barang tersebut tidak terjual, maka barang dikembalikan
ke eksportir. Oleh karena itu, dengan sistem consigment ini segala resiko
berada
di pihak eksportir apabila terjadi masalah.
Lampiran 1
NO.
NOMOR
JENIS BARANG
POS TARIF
I.
BARANG YANG DIATUR EKSPORNYA
1.
Maniok, khusus ekspor tujuan negara Uni Eropa
0714.10.100
4.
4408
4412
5.
Barang Hasil Industri dan Kerajinan dari Kayu Cendana
II.
BARANG YANG DIAWASI EKSPORNYA
1.
0102
0102.10.000
0102.90.110 &
0102.90.190
Ex 0102.90.900
2.
Ex 0301.10.000
Ex 0301.10.910
Ex 0301.91.100
Ex 0301.10.100
Ex 0301.10.920
3.
1101.00.000
4.
1102.30.000
5.
1102.90.000
6.
1201
7.
1208.10.000
8. Ex 1207.10.000
9.
1701
-Bibit sapi
-Sapi bukan bibit
-Kerbau
Ikan dalam keadaan hidup:
Tepung beras
Gula tebu atau bit dan sukrosa murni kimiawi, dalam bentuk
padat
16.
7204.10.000
7204.29.000
7204.30.000
7204.41.000
7204.49.000
17
7204.21.000
7404.00.000
Ex 7407.21.000
7602.00.000
Limbah dan skrap fero, ingot hasil peleburan skrap besi atau
baja (khusus yang berasal dari wilayah Pulau Batam):
-Baja stainless
-Tembaga
-Kuningan
-Aluminium
III
1.
Ex 0301.10.000
&
Ex 0301.10.920
Ex 0301.92.100
Ex 0301.10.920
Ex 0306.29.190
Ex 0306.29.190
2.
1006.10.000
1006.20.000
1006.30.000
1006.40.000
-
Anak ikan arowana (sclerophages formosus dan
sclerophages leichardti)
-
Ikan arowana (sclerophages formosus dan sclerophages
leichardti)
-Benih ikan sidat (Anguilla spp) di bawah ukuran 5 mm
-Ikan hias air tawar jenis Botia macracanthus ukuran 15 cm
ke atas.
-Udang galah (udang air tawar) di bawah ukuran 8 cm
-Udang penaeidae (induk dan calon induk)
Beras:
Lampiran 2
1. Medan
Jl. STM No. 17
Kotak Pos 407
Medan, 20145
Telp. : 061-7862040
Fax. : 061-7862040
2. Padang
Jl. Belibis Air Tawar
Kotak Pos 65
Padang 25131
Telp. : 0751-53484, 54202
Fax. : 0751-53484
3. Pekanbaru
Jl. Dr. Sutomo 108
Kotak Pos 1127
Pekanbaru, 28011
Telp. : 0761-21325, 22173
Fax. : 0761-22173
4. Jambi
Jl. Letjen Suprapto
Kotak Pos 115
Jambi 36122
Telp. : 0741-60822, 60740
Fax. : 0741-60740
5. Palembang
Jl. Demang Leber Daun No.2/90
Palembang, 30139
Telp. : 0711-441646
Fax. : 0711-441646
6. Pangkal Pinang
Jl. Mentok Raya Km. 3
Kotak Pos 63
Pangkal Pinang 33134
Telp. : 0717-422162
Fax. : 0717-422162
7. Tanjungkarang
Jl. Cut Mutiah No. 36
Bandar Lampung 35214
Telp. : 0721-480410, 482712
Fax. : 0721-482712
8. Pontianak
Jl. Abdurachman Saleh No. 31
Kotak Pos 19
Pontianak 28124
Telp. : 0561-34929
Fax. : 0561-34629
9. Banjar Baru
Jl. Panglima Batur
Banjar Baru 20200
Telp. : 0511-92237
Fax. : 0511-92237
10. Samarinda
Jl. M.T. Haryono No.45
Samarinda 75326
Telp. : 0541-33731
Fax. : 0541-33731
11. Singaraja
Jl. A. Yani 171B
Kotak Pos 47
Singaraja 81101
Telp. : 0362-21889, 22984
Fax. : 0362-22989
12. Surakarta
Jl. Pajang Kartosuro Km.8
Kotak Pos 19
Surakarta 57101
Telp. : 0221-743959
Fax. : 0221-743959
13. Surabaya
Jl. Gayungkebonsari Dalam 12a
Surabaya 606235
Telp. : 031-8280262, 8283753
Fax. : 031-8294291
14. Jember
Jl. Kalimantan No.286
Kotak Pos 31
Jember 68121
Telp. : 0331-338396, 334825
Fax. : 0331-334825
16. Lhokseumawe
Jl. Rajawali Bukit Ratu
Lhokseumawe
Telp. : 0645-40693
Fax. : 0645-40693
17. Bengkulu
Jl. Mangga V, Lingkar Timur
Bengkulu 38229
Telp. : 0736-20189
Fax. : 0736-24002
18. Palangkaraya
Jl. RTA Milono Km 5,5
Palangkaraya 73112
Telp. : 0536-21551
Fax. : 0536-21551
19. Ternate
Jl. Bane Ubo-ubo
Ternate 92717
Telp. : 0921-22193
Fax. : 0921-22757
20. Manado
Jl. Pumerow
Manado 95125
Telp. : 0431-862447
Fax. : 0431867447
Lampiran 3
1.
BANGKOK Indonesian Embassy
600-602 Petchbury Road
Phone : (0066-2) 2553135-40, 2523175, 2523177-8, 2523180
Fax. : (0066-2) 2551267, 2521264, 2558199 (direct)
Drs. Tri Marjoko, MA
E-mail: trimark@mozart.inet.co.th
2.
BEIJING Indonesian Embassy
Sanlitun Diplomatic Office Building B
Phone : (00861) 5325484-89
Fax. : (00861) 5325368
Dra. Neneng R. Tarigan, MA
E-mail
3.
BONN Indonesian Embassy
Bernkastelerstr 53175
Phone : (0049-228) 3829934, 3829971-2
Fax. : (0049-228) 311393, 2558199 (direct)
Titi Hendrawati, SH
E-mail: titi.hendrawati@bonn.netsurf.de
4.
BRUSSELS Mission of the Republic of Indonesia to the European
Communities
Boulevard De la Woluwe 38B- 1200
Phone : (02) 7728208, 7790915, 7728120 (direct)
Fax. : (0032-2) 7728210, 7728190, 7712291 (KBRI)
Herry Soetanto
Homepage: www.geocities.com/wallstreet/floor/7955/brussels.html
REFERENSI
1.
Direktorat Jenderal Perdagangan Internasional, Departemen Perindustrian:
Pokok-
Pokok Peraturan di Bidang Perdagangan Internasional, Jakarta, 1998.
2.
Gerald Albaum, Jesper Strandskov, Edwin Dwerr, Laurence Dowd,
“International
Marketing and Export Management”, Addison-Wesley Publishing Company,
1994.
3.
International Trade Centre UNCTAD/GATT: Human Resource
Development“Training
Handbook on Export Documentation, Geneve, 1994.
4.
Keegan J Warren, Manajemen Pemasaran Global, Edisi Bahasa Indonesi, Jilid I,
PT
Prenhalindo, Jakarta, 1996.
5.
Krugman R Paul dan Maurice Obstfeld, Ekonomi Internasional: “Teori dan
Kebijakan”, Edisi kedua, PAU-FE UI dan Harper Collins Publishers, Jakarta,
1996.
6.
Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, Manajemen Pemasaran
Ekspor:
“Strategi Penetapan Pasar dan Prosedur Ekspor”, Jakarta.
CrEaTIvE bY : aris sugita natawidjaja di 09.15
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: ARIS SUGITA
3 komentar:
With Respect,
We are from PT.GOLDEN INDAH PRATAMA, introduce it self as a company Exspedisi cargo air craft
(EMKU) & Exspedisi Cargo Ships (EMKL)Int'l Freight Forwarding and Customs Clearance, who lives in
maribaya Emre,Lt.3 Room 141 Jl.Raya Otista no.141 Jakarta Timur 13330 Indonesia , we are ready to
cooperate with your party.
Singapore to Indonesia
China to Indonesia
Taiwan to Indonesia
Malaysia to Indonesia
Europe to Indonesia
System Service:
Port Sevice:
HELMIZI (Mr)
E-mail ; helmiziimport@gmail.com
Balas