Anda di halaman 1dari 15

PENGANTAR EKONOMI

INTERNASIONAL

“EKSPOR DAN IMPOR”


DOSEN PENGAMPU : Ni Kadek Eka

Jayanthi, S.E. M.SI

Oleh :

KELOMPOK 5
1. Hindi Mahardika Singgih (2207511166)
2. Putu Tegar Raditya Sukmawana (2207511170)
3. I Made Dwi Riadi (2207511209)
4. Ni Luh Putu Gita Savitri (2207511211)
5. Made Denis Kresna Dana (2207511219)

PROGRAM STUDI SARJANA EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA 2023

Ekonomi Makro I 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan
Karunia-Nya kami kelompok 5 dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan baik
dan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan Makalah ini yaitu untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Internasional dari Ibu Ni Kadek Eka Jayanthi,
S.E. M.SI. selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ekonomi Internasional.
Kami selaku penulis berharap tugas Makalah yang berjudul “Ekspor dan Impor”
yang kami buat ini dapat menambah pengetahuan, dan materi dari tugas ini dapat
bermanfaat bagi pembaca serta bagi kami selaku penulis Makalah ini.

Akhir kata kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kepada para pembaca, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran
untuk menyempurnakan Makalah ini.

Denpasar, 2 April 2023

Penulis

Ekonomi Makro I 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................ 1
BAB II ............................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ............................................................................................... 2
2.1 Definisi Ekspor dan Impor.................................................................. 2
2.2 Strategi Ekspor dan Impor .................................................................. 4
2.3 Strategi Perdagangan Luar Negeri ...................................................... 6
2.4 Studi Kasus……………………………………………………………8
BAB III ........................................................................................................... 11
PENUTUP ...................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

ii

Ekonomi Makro I 3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Di dalam ekonomi terbuka dua variabel perlu ditambahkan, yakni ekspor (X) serta
impor (M) barang dan jasa. Karena ekspor berasal dari produksi dalam negeri dijual/dipakai
oleh penduduk luar negeri, maka ekspor merupakan injeksi ke dalam aliran pendapatan
seperti halnya investasi. Sedangkan impor merupakan kebocoran dari pendapatan, karena
menimbulkan aliran modal ke luar negeri. Oleh karena itu pendapatan yang ditimbulkan
karena proses produksi dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa dalam negeri (C).
atau keluar dari aliran pendapatan sebagai tabungan (S) atau pembelian barang dari luar
negeri (M).

Ekspor bersih, yakni (X-M) adalah jembatan yang menghubungkan antara


pendapatan nasional dengan transaksi internasional. Ekspor bersih merupakan salah satu
komponen peermintaan agregat: GNP = C : I + G + (X-M).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami merumuskan beberapa masalah yang akan
kami bahas. Rumusan masalahnya antara lain : a. Apa itu Ekspor dan Impor?
b. Bagaimana strategi Ekspor dan Impor?
c. Bagaimana strategi perdagangan luar negeri?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, adapun tujuan dari penyusunan makalah
ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui dan memahami tentang Ekspor dan Impor.
b. Mengetahui dan memahami bagaimana strategi Ekspor dan Impor.
c. Mengetahui dan memahami bagaimana strategi perdagangan luar negeri
1

Ekonomi Makro I 4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Ekspor dan Impor

Salah satu aktivitas perdagangan internasional yang dilakukan antar negara adalah ekspor
impor. Aktivitas ini menjadi penting karena saling melengkapi kebutuhan ekonomi. Secara
sederhana, ekspor adalah aktivitas menjual produk (barang atau jasa) ke luar negeri.
Sedangkan impor adalah aktivitas membeli produk (barang atau jasa) dari luar negeri. Jika
mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2021, ekspor adalah aktivitas
mengeluarkan produk dari daerah pabean. Yang dimaksud dari daerah pabean adalah
daerah yang dimiliki Republik Indonesia terdiri dari udara, laut, dan darat serta wilayah
tertentu yang tercantum dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).
Seseorang atau lembaga yang melakukan aktivitas ekspor dinamakan dengan eksportir.
Aktivitas ekspor akan terjadi apabila suatu negara atau wilayah asal mengalami kelebihan
produk yang mana telah mampu memenuhi kebutuhan negara atau wilayah.
Negara atau wilayah yang melakukan ekspor akan mendapatkan pemasukan dari negara
lain. Pemasukan tersebut akan disebut dengan devisa.

Definisi Ekspor dan Impor menurut para ahli :


A. Pengertian Ekspor
Para ahli memiliki definisi masing-masing terkait pengertian ekspor, karena setiap para ahli
memiliki sudut pandang yang berbeda-beda. Berikut adalah pengertian ekspor menurut
para ahli dan undang-undang:

1. Menurut H. Banu Santoso (2003)


Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah
pabean Indonesia dengan berdasarkan ketentuan yang berlaku.

2. Menurut Astuti Purnawati (2013) dan Sri Fatmawati (2013)


Ekspor adalah kegiatan menjual barang/jasa dari daerah pabean sesuai peraturan dan
undang-undang yang berlaku. Daerah pabean yang dimaksud ialah seluruh wilayah
nasional dari suatu negara, dimana dipungut bea masuk dan bea keluar untuk semua
barang-barang yang melewati wilayah tersebut.

3. Menurut Amir (2004)


Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditas yang kita miliki kepada bangsa lain
atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan
komoditi dengan memakai bahasa asing.

Ekonomi Makro I 5
4. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009
Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean, yang dimaksud dengan
daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan
dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan
landas kontinen dengan memenuhi ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Ekspor juga proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain.
Proses ini seringkali digunakan oleh perusahaan dengan skala bisnis kecil sampai
menengah sebagai strategi utama untuk bersaing di tingkat internasional. Strategi ekspor
digunakan karena risiko lebih rendah, modal lebih kecil dan lebih mudah bila dibandingkan
dengan strategi lainnya.

B. Pengertian Impor
Para ahli memiliki definisi masing-masing terkait pengertian impor, karena setiap para ahli
memiliki sudut pandang yang berbeda-beda. Berikut adalah pengertian impor menurut para
ahli dan undang-undang:

1. Menurut Andi Susilo, (2008:135)


Impor bisa diartikan sebagai kegiatan memasukkan barang dari suatu negara (luar negeri)
ke dalam wilayah pabean negara lain. Hal ini berarti melibatkan 2 negara dalam hal ini bisa
diwakilkan oleh kepentingan 2 perusahaan antar dua negara tersebut yang berbeda dan
pastinya juga peraturan serta perundang- undangan yang berbeda pula. Negara yang satu
bertindak sebagai eksportir (supplier) dan yang lainnya bertindak sebagai negara
penerima/importer.

2. Menurut Ali Purwita dan Indriana (2015:7)


Impor diartikan memasukkan barang, juga atau modal yang berasal dari luar darah pabean
ke dalam daerah pabean, dengan tujuan untuk dipakai, dimiliki, dialihkan atau dijual
dengan mendapatkan manfaat atau keuntungan atas barang, jasa atau modal.

3. Menurut Jimmy Benny (2013:1406-1415)


Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas diri suatu negara ke negara lain
secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor umumnya adalah tindakan
memasukkan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negri. Impor barang secara
besar.

4. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2006


Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Negara- negara
kemungkinan besar mengimpor barang atau jasa yang tidak dapat diproduksi oleh industri
dalam negeri mereka seefisien atau semurah negara pengekspor. Negara juga dapat
mengimpor bahan baku atau komoditas yang tidak tersedia dalam perbatasan mereka.
Misalnya, banyak negara mengimpor minyak karena tidak dapat memproduksinya di dalam
negeri atau tidak dapat memproduksi cukup untuk memenuhi permintaan.

Ekonomi Makro I 6
Perjanjian perdagangan bebas dan jadwal tarif sering kali menentukan barang dan bahan
mana yang lebih murah untuk diimpor. Nilai impor tergantung dari nilai tingkat pendapatan
nasional negara tersebut, semakin tinggi pendapatan nasional, semakin rendah produksi
barang dalam negeri, semakin tinggi impor sebagai akibat dari banyaknya kebocoran
pendapatan nasional.

• Faktor yang mempengaruhi aktivitas ekspor :


- Kebutuhan pasar yang belum tercukupi di luar negeri sehingga perlu
melakukan ekspor.
- Eksportir memahami situasi dan kondisi pasar luar negeri. Sebagai contoh,
kondisi pasar membutuhkan barang berupa mobil maka eksportir akan
mendistribusikan ke wilayah tersebut.
- Iklim bisnis yang mampu diciptakan oleh pemerintah.
- Adanya kerja sama dan perjanjian internasional yang membuat aktivitas
ekspor impor dapat terjadi.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2021, impor adalah aktivitas memasukkan
barang ke dalam daerah pabean. Adapun barang yang dimasukkan terdiri dari berbagai
macam mulai dari kendaraan transportasi hingga tenaga manusia.
Adapun produk impor merupakan produk yang tidak dapat diproduksi dalam negeri. Orang
atau lembaga yang melakukan aktivitas impor disebut juga importir. Keuntungannya
didapatkan dari harga produk tersebut yang mana biasanya lebih murah daripada produksi
dalam negeri.
Untuk mengawasi produk ekspor dan impor maka hadirlah bea cukai. Setiap produk yang
impor pasti akan dikenakan pajak sesuai dengan jenisnya.
• Faktor yang mempengaruhi aktivitas impor :
- Tidak bisa memproduksi barang atau kehabisan bahan baku sehingga perlu
melakukan impor dari wilayah lain.
- Sudah mampu menghasilkan produk, tetapi tetap tidak bisa memenuhi
kebutuhan dalam negeri.
- Biaya produksi lebih mahal sehingga untuk menekan dan menguranginya
maka lebih memilih impor dari wilayah lain.

2.2. Strategi Ekspor dan Impor

• Strategi peningkatan ekspor

- Menggiatkan Ekspor Jasa


Ekspor jasa bisa menjadi senjata dan bukan sekadar alternatif saja untuk
meningkatkan nilai perdagangan.
Salah satunya adalah sistem Franchise atau membuka gerai/outlet tertentu
di luar negeri. Tidak harus sistem Franchise, namun pada intinya adalah

Ekonomi Makro I 7
membuka usaha di luar negeri yang sebelumnya sudah terbukti
menghasilkan profit di Indonesia dan atau memiliki manajemen usaha
yang sudah sangat baik. Membuka cabang di luar negeri akan mendorong
pertumbuhan bisnis dengan cepat. Selain itu, Pemilik usaha langsung atau
franchisor dituntut untuk meningkatkan semua aspek bisnis untuk
memenuhi standar di negara tujuan.
Penulis mengambil contoh brand Kopi Kenangan (meski bukan sistem
franchise), Founder nya memiliki visi “”one day, export Indonesian
commodity as a brand”, salah satu tujuannya adalah Ekspansi ke luar
negeri dengan komoditi kopi yang memiliki nilai tambah baik berupa
produk maupun nilai secara bisnis dengan brand image!
- Mengikuti Program Misi Dagang dan Pameran
Indonesia melalui Kementerian Perdagangan memiliki program Misi
Dagang ke berbagai Negara Tujuan Ekspor (NTE) Potensial, saat misi
dagang ke negara tertentu yang tugas Pemerintah adalah mempertemukan
pengusaha Indonesia dengan pengusaha di negara tempat kegiatan
berlangsung sesuai dengan produk yang dimiliki oleh eksportir dan produk
yang dicari importir. Untuk kegiatan Pameran dagang atau Expo biasanya
salah satu rangkaian terdapat pula business matching yang
mempertemukan antara pembeli dan penjual dalam satu ruangan khusus
dan waktu yang telah ditentukan penyelenggara.
- Refocusing Produk dari Bahan Mentah ke Produk Olahan Setengah Jadi
dan Produk Jadi
Mayoritas produk Indonesia adalah komoditas seperti CPO, karet, batu
bara, coklat, dan sebagainya serta masih terkonsentrasi di negara tujuan ekspor
tradisional seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Eropa, dan lainnya.
Kelemahannya adalah industri manufaktur sebagai lini yang mampu memberi
nilai tambah terhadap suatu produk, belum cukup kuat, hal ini terindikasi
dengan ciri-ciri yaitu, sebaran industry belum merata di daerah, produksi
domestic belum mampu memenuhi kebutuhan atau permintaan bahan baku
domestic, kandungan impor yang tinggi pada produk manufaktur
menyebabkan kinerja ekspor non-migas menjadi fluktuatif dan kandungan
impor yang tinggi menyulitkan perencanaan dan pengendalian biaya produksi
untuk mewujudkan perusahaan yang efisien serta produktif. - Mengoptimalkan
Free Trade Agreement (Perjanjian Perdagangan Bebas) FTA merupakan suatu
perjanjian perdagangan bebas yang dilakukan antara suatu negara dengan
negara lainnya. Umumnya benefit dari FTA untuk pelakunya adalah soal tarif
bea masuk yang bisa didapat hingga nol persen untuk produk yang disepakati
dalam perjanjian perdagangan internasional (PPI). Pelaku usaha atau eksportir
dapat memanfaatkan FTA yaitu dengan, Menggunakan formulir Surat
Keterangan Asal (SKA) tertentu dalam kegiatan ekspor/impor. Dan Mengikuti
ketentuan SKA.

Ekonomi Makro I 8
Kedua Informasi tersebut bisa didapatkan dengan memanfaatkan layanan
FTA Center (Free Trade Agreement) yang merupakan lembaga
nonstruktural di bawah Kementerian Perdagangan RI.
• Strategi peningkatan impor
Pemerintah perlu meningkatkan sosialisasi peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan pengaturan produk nasional dalam hubungannya dengan kegiatan
eksporimpor Indonesia di tengah bergejolaknya perdagangan bebas, sebagai
konsekuesi keanggotaan Indonesia dalam WTO. Pemerintah dalam membuat
kebijakan usaha haruslah yang pro rakyat dalam rangka meningkatkan produk
nasional, sehingga dapat meningkatkan daya saing produk nasional di era
perdagangan bebas. Perlu dilakukan peningkatan koordinasi antar lembaga
pemerintah dan lembaga non pemerintah yang terkait dengan peningkatan kuantitas
dan kualitas produknasional (Kadarukmi, 2013). Beberapa implikasi kebijakan
ekonomi dan pertanyaan penelitian masa depan muncul dari temuan kami. Pertama,
proses pertumbuhan ekonomi memperoleh manfaat dari impor modal barang.
Kemudian, analisis tentang dampak penghapusan pembatasan

impor modal barang harus dibawa. Kedua, agar ekspor berdampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi, perlu dikembangkan industri barang setengah jadi dalam
negeri memperluas efek spillover potensial di bagian ekonomi lainnya. Dalam hal
ini, kehadiran aktif dari kebijakan industri yang memungkinkan transisi menuju
peningkatan dalam produksi barang antara dalam negeri melalui mekanisme selain
pembatasan perdagangan diperlukan (Carrasco & Tovar-García, 2020) analisis
bersama tentang efek struktur sektor eksternal terhadap pertumbuhan ekonomi di
negara berkembang. Namun demikian, masa depan penelitian memerlukan
perluasan kajian dalam beberapa cara:
- Dengan memeriksa kemungkinan hubungan nonlinier antara komposisi
ekspor/diversifikasi dan pertumbuhan ekonomi.
- Dengan menilai hubungan perdagangan-pertumbuhan ekonomi dalam
kasus negara maju.
- Dengan menyelidiki jenis kebijakan industri yang akan dilakukan
berpotensi memungkinkan pengembangan industri barang setengah jadi
dalam negeri tanpa membatasi perdagangan.

2.3. Strategi Perdagangan Luar Negeri


Pengertian Perdagangan Internasional Perdagangan didefinisikan sebagai pertukaran
barang dan jasa atau uang yang saling menguntungkan atau memberikan manfaat dan
didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Sedangkan perdagangan
internasional dapat didefinisikan sebagai transaksi bisnis antara pihak-pihak dari lebih
daripada satu negara.

Ekonomi Makro I 9
Transaksi bisnis ini contohnya adalah ekspor produk dari suatu negara ke negara lain,
investasi pembangunan pabrik di negara asing, pembelian bahan baku dari luar negeri,
memproduksi salah satu bagian produk di luar negeri dan merakitnya di dalam negeri, dan
peminjaman dana dari bank di suatu negara untuk membiayai operasi bisnis di negara lain.
Negara sebetulnya tidak berdagang atau berbisnis dengan negara lain. Yang melakukan
perdagangan atau bisnis adalah penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain.
Penduduk bisa seorang warga negara biasa, sebuah perusahaan, sebuah lembaga
pemerintah, atau sebuah organisasi nirlaba.
strategi di bidang perdagangan internasional, yaitu menetapkan perjanjian perdagangan
dengan mitra dagang utama, memperluas ekspor ke pasar nontradisional, mengintensifkan
promosi perdagangan melalui pameran perdagangan dan penjajakan kesepakatan dagang
(business matching), meningkatkan pelayanan ekspor, serta mengembangkan iklim
perdagangan yang kondusif contohnya, Indonesia akan meningkatkan kerja sama
multilateral, seperti ASEAN-RCEP yaitu, Tahun ini Indonesia menargetkan pertumbuhan
ekspor nonmigas sebesar 8 persen atau meningkat dari USD 162,8 miliar pada 2018

menjadi USD 175,8 miliar pada 2019. Untuk itu, pemerintah terus berupaya mendorong
ekspor enam sektor utama, yaitu furnitur dan produk kayu, makanan dan minuman, tekstil
dan produk tekstil, produk otomotif, produk elektronik, serta produk kimia dengan tetap
mempromosikan seluruh industri di Indonesia.

Ekonomi Makro I 10
2.4 Studi Kasus

KERJASAMA INDONESIA-JEPANG DALAM SEKTOR AGRIBISNIS (STUDI


KASUS: EKSPOR KAKAO INDONESIA KE JEPANG)

Dalam rangka meningkatkan mutu kakao bubuk dan juga menciptakan iklim persaingan usaha
yang sehat dan memberikan perlindungan kepada konsumen di tanah air, pemerintah Republik
Indonesia melalui Menteri Perindustrian memberlakukan ketentuan Standar Nasional
Indonesia (SNI) secara wajib terhadap produk kakao bubuk terhitung mulai tanggal 4
November 2009. Kebijakan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor
45/MIND/PER/5/2009 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kakao Bubuk
Secara Wajib yang ditandatangani oleh Menteri Perindustrian Fahmi Idris pada tanggal 4 Mei
2009 lalu dan berlaku efektif enam bulan sejak tanggal ditetapkan. Berdasarkan Permenperin
Nomor 45/2009 itu disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kakao bubuk adalah produk
kakao berbentuk bubuk yang diperoleh dari kakao massa setelah dihilangkan sebagian
lemaknya dengan atau tanpa perlakuan alkalisasi. Alkalisasi adalah proses penambahan suatu
bahan alkalis yang sesuai dengan biji kakao dengan tujuan untuk mengatur keasaman agar
mencapai tingkat yang diinginkan. SNI yang diwajibkan untuk bubuk kakao adalah SNI
013747-1995 dan revisinya dengan nomor pos tarif HS. 1805.00.00.00. 9 Apabila SNI
dimaksud direvisi maka SNI yang berlaku secara wajib adalah SNI revisi terakhir. SNI wajib
tersebut berlaku bagi kakao bubuk dalam kemasan maupun kakao bubuk curah. Perusahaan
yang memproduksi atau mengimpor kakao bubuk wajib menerapkan SNI dan memiliki
Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT-SNI) kakao bubuk sesuai dengan ketentuan
SNI kakao bubuk. Perusahaan yang bersangkutan juga berkewajiban untuk membubuhkan
tanda SNI kakao bubuk pada setiap kemasan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pembubuhan tanda SNI terhadap kakao bubuk dalam bentuk curah dilakukan dengan
melampirkan dokumen SPPT-SNI. Setiap perusahaan industri di tanah air yang dalam kegiatan
produksinya menggunakan kakao bubuk, maka perusahaan diwajibkan menggunakan kakao
bubuk yang telah memenuhi ketentuan SNI wajib bubuk kakao. Penerbitan SPPT-SNI kakao
bubuk dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) yang telah diakreditasi oleh Komite
Akreditasi Nasional (KAN) dengan ruang lingkup akreditasi yang sesuai. Jika jumlah LSPro
yang diakreditasi oleh KAN belum memadai, maka Menteri Perindustrian dapat menunjuk
LSPro yang memiliki kompetensi di bidang sertifikasi SNI kakao bubuk. Sementara itu, untuk
kakao bubuk asal impor dengan melakukan penilaian terhadap dokumen CoA (Certificate of
Analysis) yang sekurang-kurangnya mencantumkan nama dan alamat perusahaan, nama
laboratorium penguji, tanggal pengujian, dan hasil pengujian yang telah memenuhi parameter
SNI oleh laboratorium penguji yang telah melakukan MoU dengan LSPro di Indonesia, serta
Berita Acara Pengambilan Contoh yang disampaikan. Terhadap kakao bubuk asal impor juga
dapat dilakukan pengambilan contoh dan pengujian sesuai parameter SNI oleh laboratorium
penguji yang ditunjuk oleh LSPro.

Ekonomi Makro I 11
Kegiatan pengujian keseseuaian mutu produk sesuai SNI atau revisinya dapat disubkontrakkan
kepada laboratorium penguji di dalam negeri yang telah mendapatkan akreditasi KAN atau
laboratorium uji yang ditunjuk oleh Menteri Perindustrian; atau laboratorium luar negeri yang
telah mendapatkan akreditasi KAN atau Badan Akreditasi negara lain yang telah
menandatangani Mutual Recognition Arrangement (MRA) dengan KAN dan diverifikasi oleh
LSPro. Kakao bubuk yang berasal dari impor yang tidak memenuhi ketentuan dilarang masuk
ke daerah Pabean Indonesia dan harus diekspor kembali atau dimusnahkan. Kakao bubuk yang
berasal dari produksi dalam negeri dan atau impor yang tidak memenuhi ketentuan SNI kakao
bubuk atau revisinya dilarang untuk diedarkan. Tata cara pemusnahan, pengiriman kembali ke
negara asal dan penarikan produk dari industri pengguna di dalam negeri dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan penerapan kewajiban SNI kakao bubuk di pabrik dilakukan oleh Direktur
Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian. Dalam melakukan pengawasan,
Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian menugaskan Petugas
Pengawas Standar di Pabrik (PPSP). Dalam melaksanakan tugasnya, PPSP berkoordinasi
dengan Kepala Dinas Provinsi dan atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota. Direktur Jenderal
Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian juga bertugas menetapkan Petunjuk Teknis
pelaksanaan Peraturan Menteri Perindustrian tersebut. Sementara itu, Kepala BPPI
melaksanakan pembinaan terhadap Lembaga Penilaian Kesesuaian dalam rangka penerapan
SNI kakao bubuk secara wajib. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
dalam Peraturan Menteri Perindustrian mengenai pemberlakuan SNI kakao bubuk secara wajib
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya, Indonesia juga melakukan upaya peningkatan akses promosi produk.
Sebagaimana telah banyak diketahui, pasar Jepang merupakan pasar yang besar dan sangat
potensial untuk pengembangan komoditi ekspor Indonesia Namun mengingat karakteristik
konsumen yang sangat ekslusif dan demanding, para eksportir harus mampu menyesuaikan
produknya dengan selera mereka disamping memenuhi aturan-aturan pemerintah Jepang yang
sangat melindungi kesehatan dan keselamatan warga dan lingkungannya. Para pesaing
Indonesia seperti China, Vietnam, Thailand, Malaysia dan beberapa negara lainnya aktif
mempromosikan produkproduknya dengan mengirim langsung katalog dan contoh produk
kepada para importir di Jepang disamping itu mereka aktif pula mengikuti pameranpameran
dagang di Jepang. Oleh sebab itu Indonesia juga seharusnya melakukan hal yang sama yaitu
ikut berpartisipasi dalam mempromosikan produk kakao ke Jepang. Bantuan dari pemerintah
untuk para pengusaha produk kakao sangat dibutuhkan untuk melakukan peningkatan promosi
produk kakao di Jepang. Para pengusaha produk kakao di Indonesia perlu didorong dan
difasilitasi untuk terus ikut dalam pameran dagang di Jepang. Bagi pengusaha Indonesia sistem
ini belum banyak dilakukan. Untuk itu beberapa hal yang perlu dilakukan berkaitan dengan
kegiatan promosi antara lain adalah para pengusaha Indonesia khususnya pengusaha UKM agar
menghubungi BPEN Depperindag dan Kantor Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan di
daerah. Beberapa kegiatan pameran di luar negeri biasanya mendapatkan subsidi dari dana
daerah walaupun tidak besar namun dapat meringankan beban pengusaha di sektor UKM.

Ekonomi Makro I 12
Yang kedua para pengusaha Indonesia harus berani mengeluarkan biaya untuk membuat
sekaligus mengirim katalog dan contoh produk kepada para importir terkait di Jepang.
Informasi mengenai para importir dan informasi yang diperlukan lainnya dapat menghubungi
KBRI Tokyo Bidang Perindustrian dan Perdagangan.
Selanjutnya Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan hubungan kerjasama dengan
Jepang. Peran Jepang dalam perekonomian Indonesia dapat ditinjau dari tiga aspek, meliputi
sektor perdagangan, investasi, dan kerjasama ekonomi. Di bidang perdagangan internasional
(ekspor-impor), Jepang adalah mitra dagang terbesar Indonesia. Begitu pula halnya dengan
bidang investasi, investor-investor Jepang memainkan peran terbesar dalam penanaman modal
langsung (foreign direct investment) dengan membangun industri-industri otomotif melalui
perusahaan multinasional. Yang paling terbaru adalah kunjungan kenegaraan Perdana Menteri
(PM) Jepang Shinzo Abe di Indonesia pada Januari 2017 lalu yang menjadi momentum era
baru mempererat kerjasama bilateral antara Indonesia dengan Jepang. Dalam jalinan kerjasama
kedua negara yang sudah berlangsung hampir 60 tahun ini telah memberikan nilai tambah lebih
bagi kedua negara, di bidang ekonomi, sosial budaya dan politik. Kedua negara nampaknya
akan memanfaatkan lebih optimal lagi momentum ini, khususnya bagi Indonesia, mengingat
kebutuhan pembangunan ekonomi dan masyarakat dituntut untuk meningkatkan kemakmuran
serta kekuatan daya saing global. Indonesia sendiri diharapkan bisa mendapatkan lebih banyak
nilai-nilai positif melalui jalinan kerja sama strategis dengan Jepang di masa mendatang.
Kunjungan PM Abe ke Indonesia juga menghadirkan puluhan CEO dari perusahaan terkemuka
di Jepang untuk menjajaki berbagai potensi yang bisa disinergikan. Berbagai perusahaan
tersebut di bidang perbankan, industri pertanian, properti, energi, manfaktur, infrastruktur dan
industri baja. Banyak kelebihan bisa diperoleh Indonesia, karena dalam pengembangan
ekonominya perusahaan Jepang mengutamakan faktor ramah lingkungan (environmental
friendly) demi menjaga kesinambungan dan keseimbangan antara kemajuan teknologi dengan
alam serta kehidupan manusia.

Kesimpulan :

Kerjasama ekspor kakao Indonesia ke Jepang setelah diberlakukannya Indonesia-Japan


Economic Partnership Agreement (IJEPA) berpengaruh terhadap neraca perdagangan ekspor
kakao Indonesia ke Jepang. Neraca perdagangan ekspor kakao Indonesia ke Jepang setelah
diberlakukannya Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) pada tahun 2008
mengalami fluktuatif. Hal tersebut terjadi karena masih terdapatnya hambatan dalam
perdagangan ekspor kakao Indonesia ke Jepang. Jepang memberlakukan serangkaian kebijakan
terhadap komoditi-komoditi yang akan masuk ke negaranya temasuk kakao. Kebijakan yang
diberlakukan Jepang adalah Plant Protection Act dan Food Sanitation Act Kerjasama yang
terjalin diantara kedua negara tentunya bertujuan untuk saling menguntungkan. Kerjasama
yang terjalin antara Indonesia denga Jepang dalam hal perdagangan ekspor kakao selama ini
belum berjalan secara optimal. Walaupun Indonesia dan Jepang telah sepakat bekerjasama
dalam bingkai kesepakatan yang bernama Indonesia-Japan Economic Partnership Agreemennt
(IJEPA) pada tahun 2007, ternyata tetap tidak menguntungkan bagi Indonesia sepenuhnya.

10

Ekonomi Makro I 13
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Salah satu aktivitas perdagangan internasional yang dilakukan antar negara adalah
ekspor impor. Aktivitas ini menjadi penting karena saling melengkapi kebutuhan
ekonomi. Secara sederhana, ekspor adalah aktivitas menjual produk (barang atau
jasa) ke luar negeri. Sedangkan impor adalah aktivitas membeli produk (barang atau
jasa) dari luar negeri.
2. strategi untuk peningkatan ekspor dan impor
- ekspor : menggiatkan ekspor, mengikuti program misi dagang dan
pameran, refocusing produk dari bahan mentah ke produk olahan setengah
jadi dan produk jadi, mengoptimalkan free trade agreement (Perjanjian
Perdagangan Bebas)
- impor : Pemerintah perlu meningkatkan sosialisasi peraturan
perundangundangan yang terkait dengan pengaturan produk nasional
dalam hubungannya dengan kegiatan eksporimpor Indonesia di tengah
bergejolaknya perdagangan bebas, sebagai konsekuesi keanggotaan
Indonesia dalam WTO. Pemerintah dalam membuat kebijakan usaha
haruslah yang pro rakyat dalam rangka meningkatkan produk nasional,
sehingga dapat meningkatkan daya saing produk nasional di era
perdagangan bebas.
3. Strategi Perdagangan Internasional yaitu menetapkan perjanjian perdagangan
dengan mitra dagang utama, memperluas ekspor ke pasar nontradisional,
mengintensifkan promosi perdagangan melalui pameran perdagangan dan
penjajakan kesepakatan dagang (business matching), meningkatkan pelayanan
ekspor, serta mengembangkan iklim perdagangan yang kondusif.

11

Ekonomi Makro I 14
DAFTAR PUSTAKA
Nopirin,(1997) Ekonomi Internasional (3 ed). BPFE Yogyakarta

Repository unimar-amni Pengertian Ekspor Impor Para ahli

Tempo.co(2023) Strategi Perdagangan Impor

Ngatikoh Siti (2020) Kebijakan Ekspor Impor. FEB IAINU Kebumen.

Makmun Syadullah, Dampak Kebijakan Bea Keluar Terhadap Ekspor dan Industri
Pengolahan Kakao, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 6 No. 1, Juli 2012

12

Ekonomi Makro I 15

Anda mungkin juga menyukai