Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

LAB. EXIM DAN KEPABEANAN


“Prosedur Ekspor”

Dosen Pengampu:
Heti Nur Ani, SE.,M.AK

Disusun Oleh:
Permana Sufianto 1901030076
Temon Bagus H. 1901030081
Nur Layliya 1901030083

PROGRAM STUDI D3 PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS AHMAD DAHLAN
LAMONGAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan  kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nyalah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Lab. Exim
dan Kepabeanan yang membahas tentang “Prosedur Ekspor”
Dalam penyusunan makalah ini kami menemukan berbagai kendala
,hambatan, dan tantangan, tetapi dengan kerja keras dan ridho Tuhan Yang Maha
Esa, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, Oleh karena
itu, kami ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan
yang Maha Esa, semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan maupun kesalahan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
sekalian sangat penulis harapkan guna perbaikan kualitas dalam penyusunan
makalah selanjutnya. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
semua

Lamongan, 30 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
2.1 Pengertian Ekspor.................................................................................. 3
2.2 Tata Laksana Ekspor.............................................................................. 4
2.3 Flow Chart Kegiatan Kepabeanan Ekspor............................................. 7
2.4 Prosedur Kepabeanan Ekspor................................................................ 8
2.5 Pemeriksaan Fisik Barang Ekspor......................................................... 9
2.6 Pengertian PEB...................................................................................... 9
2.7 Pengecualian Kewajiban Pemberitahuan PEB....................................... 2
2.8 Sanksi..................................................................................................... 88
2.9 Barang Ekspor Yang Dikenakan BEA Keluar....................................... 12
2.10 Dokumen Utama.............................................................................. 00
2.11 Dokumen Tambahan........................................................................ 12
BAB III PENUTUP......................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu negara tidak luput dengan adanya ekonomi atau perekonomian, dan
perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha Bersama berdasarkan asas –
asas kekeluargaan. Pembangunan perekonomian nasional bertujuan untuk
mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia melalui pengelolaan
sumber daya ekonomi dalam suatu iklim pengembangan dan pemberdayaan
Koperasi yang memiliki peran strategis dalam tata ekonomi nasional
berdasarkan asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi dalam rangka
menciptakan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat
adil dan makmur yang merata, sesuai dengan perkembangan perekonomian.
Pemerataan dan pertumbuhan adalah unsur-unsur mutlak dari perkembangan
ekonomi dan harus merupakan sasaran kembar dari koperasi dalam
melaksanakan fungsi sosial-ekonominya apalagi sebagai sokoguru
perekonomian nasional. Dalam hal ini koperasi merupakan salah satu cara
yang tepat untuk mewujudkannya, di mana koperasi yang dalam hal ini adalah
KUD, merupakan bagian struktural dari sistem yang berlaku yang dalam
waktu relatif pendek mampu menggantikan dan menjadi pelopor dalam
berbagai kegiatan di masyarakat.
Dalam mewujudkan pembangunan nasional yang maksimal tentunya
pemerintah Indonesia perlu adanya kemampuan dalam hal sumber daya
manusia yang kompeten dan juga dana yang memadai dan salah satunya yaitu
melalui penerimaan negara yang harus terus dimaksimalkan baik dari segi
perpajakan maupun pendapatan dari BUMN, yang dalam hal ini adalah
termasuk dunia industry atau perusahaan – perusahaan yang ada di Indonesia.
Penting bagi bangsa Indonesia memperhatikan sector ekonomi karena sangat
berperan besar terhadap kebutuhan dan juga mempengaruhi tercapainya cita –
cita sebuah negara. Dengan melihat banyaknya perusahaan – perusahaan atau
dunia usaha yang ada di Indonesia baik BUMN maupun BUMS, dan untuk
memenuhi kebutuhan dalam dan luar negeri industry – industry atau dunia
usaha yang ada di Indonesia banyak sekali yang melakukan transaksi Ekspor.
Ekspor mengambil peranan penting dalam kestabilan perekonomian suatu
negara, karena secara langsung akan mempengaruhi jumlah devisa suatu
negara. Ekspor berhubungan erat dengan kepabeanan dari negara pengirim

1
maupun negara penerima, sehingga ekspor dan berguna untuk meningkatkan
kerja sama antar negara dalam perdagangan internasional dan membawa
pengaruh yang besar bagi perluasan pasar barang dan jasa suatu negara.
Melihat transaksi ekspor dalam negeri yang semakin tinggi maka penting bagi
kita untuk mengetahui bagaiman prosedur dalam ekspor, dalam makalah ini
akan dijelaskan bagaimana prosedur Ekspor.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian ekspor?
b. Bagaimana tata laksana ekspor?
c. Bagaimana flow chart kegiatan ekspor?
d. Bagaimana prosedur ekspor?
e. Bagaimana pemeriksaan fisik barang ekspor?
f. Apa pengertian PEB?
g. Apa saja pengecualian kewajiban pemberitahuan PEB?
h. Apa sanksi pelanggar?
i. Apa saja barang ekspor yang dikenakan BEA keluar?
j. Apa saja dokumen utama ekspor?
k. Apa saja dokumen tambahan ekspor?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui pengertian ekspor
b. Untuk mengetahui bagaimana tata laksana ekspor
c. Untuk mengetahui bagaimana flow chart kegiatan ekspor
d. Untuk mnegetahui bagaimana prosedur ekspor
e. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan fisik barang ekspor
f. Untuk mengetahui pengertian PEB
g. Untuk mengetahui apa saja pengecualian kewajiban pemberitahuan PEB
h. Untuk mengetahui apa sanksi pelanggarnya
i. Untuk mengetahui apa saja barang ekspor yang dikenakan BEA keluar
j. Untuk mengetahui apa saja dokumen utama ekspor
k. Untuk mengetahui apa saja dokumen tambahan ekspor

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekspor


Ekspor adalah kegitan mengeluarkan barang dari daerah pabean sesuai
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Undang-Undang
No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
2.2 Tata Laksana Ekspor
a. Eksportir/ Kuasanya menyampaikan dokumen Pemberitahuan Ekspor
Barang (PEB) ke Kantor Bea Cukai tempat pemuatan.
b. Terhadap Barang Ekspor yang diberitahukan dalam PEB dilakukan
penelitian dokumen setelah dokumen pemberitahuan disampaikan.
c. Jika terhadap penelitian dokumen PEB menunjukkan pengisian atas data
PEB tidak lengkap dan/atau tidak sesuai, diterbitkan respon Nota
Pemberitahuan Penolakan (NPP).
d. Jika dalam penelitian larangan dan/atau pembatasan menunjukkan
dokumen persyaratan belum dipenuhi maka diterbitkan Nota
Pemberitahuan Persyaratan Dokumen (NPPD).
e. Dalam hal hasil penelitian Sistem Komputer Pelayanan menunjukan
lengkap dan sesuai, dan tidak termasuk barang yang dilarang atau dibatasi
ekspornya, atau termasuk barang yang dilarang atau dibatasi ekspornya
tetapi persyaratan ekspornya telah dipenuhi, serta barang tidak dilakukan
pemeriksaan fisik, PEB diberi nomor dan tanggal pendaftaran dan
diterbitkan respon NPE.
f. Dalam hal dilakukan pemeriksaan fisik, maka diterbitkan Pemberitahuan
Pemeriksaan Barang (PPB). Jika pemeriksaan fisik barang ekspor
menunjukkan:
a. Hasil sesuai, maka diterbitkan Nota Pelayanan Ekspor (NPE).
b. Hasil tidak sesuai, diteruskan kepada Unit Pengawasan untuk
penelitian lebih lanjut.

3
2.3 Flow Chart Kegiatan Ekspor

2.4 Prosedur Kepabeanan Ekspor


1. Eksportir wajib memberitahukan barang yang akan diekspor ke Kantor
Bea dan Cukai tempat pemuatan dengan menggunakan PEB (BC 3.0).
2. PEB dibuat oleh Eksportir berdasarkan dokumen pelengkap pabean
berupa:

4
a.       Invoice;
b.      Packing List;
c.       Dokumen lain yang diwajibkan.
2. Eksportir wajib memenuhi ketentuan larangan dan/ atau pembatasan
ekspor yang ditetapkan oleh instansi teknis.
3. Penghitungan besaran Bea Keluar dilakukan sendiri oleh Eksportir
secara Self Assessment.
4. PEB disampaikan ke Kantor Bea Cukai pemuatan paling cepat 7 (tujuh)
hari sebelum tanggal perkiraan ekspor dan paling lambat sebelum barang
ekspor masuk ke Kawasan Pabean tempat pemuatan.
5. Atas Ekspor barang curah, eksportir atau PPJK dapat menyampaikan PEB
sebelum keberangkatan sarana pengangkut.
6. Pengurusan PEB dapat dilakukan sendiri oleh eksportir atau dikuasakan
kepada Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK).
7. Pada Kantor Pabean yang sudah menerapkan sistem PDE (Pertukaran Data
Elektronik) kepabeanan, eksportir/PPJK wajib menyampaikan PEB
dengan menggunakan sistem PDE Kepabeanan.
2.5 Pemeriksaan Fisik Barang Ekspor
Bahwa terhadap barang Ekspor, dapat dilakukan pemeriksaan fisik yang
dilakukan secara selektif berdasarkan manajemen risiko, yaitu terhadap:
1. Barang Ekspor yang akan diimpor kembali;
2. Barang Ekspor yang pada saat impornya ditujukan untuk diekspor
kembali;
3. Barang Ekspor yang mendapat fasilitas pembebasan  dan/atau fasilitas
pengembalian;
4. Barang Ekspor yang dikenakan Bea Keluar;
5. Barang Ekspor yang berdasarkan informasi dari Direktorat Jenderal
Pajak menunjukkan adanya indikasi yang kuat akan terjadi pelanggaran
atau telah terjadi pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan
di bidang perpajakan; atau

5
6. Barang Ekspor yang berdasarkan hasil analisis atas informasi yang
diperoleh dari Unit Pengawasan menunjukkan adanya indikasi yang kuat
akan terjadi pelanggaran atau telah terjadi pelanggaran ketentuan
perundang-undangan.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan di:
1. Kawasan Pabean;
2. Gudang Eksportir; atau
3. Tempat lain yang digunakan Eksportir untuk menyimpan barang
Ekspor.
2.6 Pengertian PEB
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) adalah pemberitahuan pabean yang
digunakan untuk memberitahukan ekspor barang dalam bentuk tulisan di atas
formulir atau data elektronik. Bentuk dan isi pemberitahuan pabean ekspor
ditetapkan dalam Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai. PEB dibuat oleh
Eksportir berdasarkan dokumen pelengkap pabean berupa:
a. Invoice;
b. Packing List;
c.  Dokumen lain yang diwajibkan.
Secara garis besar, prosedur pengurusan dokumen PEB adalah sebagai
berikut:

1) Barang yang akan diekspor diberitahukan ke kantor Bea Cukai dengan


mengisi PEB. informasi-informasi yang perlu diisi dalam PEB ini
diantaranya nama & alamat eksportir, nama & alamat importir, nilai
invoice, HS Code produk, pelabuhan asal, dan pelabuhan tujuan.
2) Melakukan pendaftaran PEB paling cepat 7 (tujuh) hari sebelum tanggal
perkiraan pengiriman ekspor dan paling lambat sebelum barang ekspor
masuk Kawasan Pabean. Pendaftaran ini disertai dengan Nomor Induk
Perusahaan (NIPER) dan dilengkapi dokumen pelengkap diantaranya
Invoice, Packing List, Bukti Bayar PNBP (Pendapatan Negara Bukan
Pajak), Bukti Bayar Bea Keluar (untuk barang ekspor dikenai Bea Keluar),

6
dan dokumen lainnya dari instansi teknis terkait (untuk barang ekspor
terkena ketentuan larangan atau pembatasan).
3) Membayar pelunasan pajak ekspor jika barang ekspor dikenai pajak
ekspor.

Petugas Bea dan Cukai menjadikan PEB ini sebagai dasar untuk
memeriksa kesesuaian barang yang diekspor, sehingga bisa diberikan
persetujuan dan pemuatan barang ke sarana transportasi. Kesalahan dalam
pengisian PEB ini dapat dianggap dengan penyimpangan secara sengaja,
sehingga sahabat UKM perlu untuk hati-hati dan teliti dalam mengisinya.

2.7 Pengecualian Kewajiban Pemberitahuan PEB


1. Barang pribadi penumpang;
2. Barang awak sarana pengangkut;
3. Barang pelintas batas; atau
4. Barang kiriman melalui pos dengan berat tidak melebihi 100 (seratus)
kilogram.

2.8 Sanksi Pelanggar


1. Mengekspor tanpa menyerahkan pemberitahuan pabean dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp 5.000.000.000 (lima miliar rupiah).
2. Menyerahkan pemberitahuan pabean dan/atau dokumen pelengkap pabean
yang palsu atau dipalsukan dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun paling lama 8 (delapan) tahun dan/ atau pidana denda paling
sedikit seratus juta rupiah dan paling banyak lima miliar rupiah.
3. Tidak melaporkan pembatalan ekspor kepada Pejabat Bea dan Cukai di
Kantor Bea Cukai Pemuatan atau melaporkan pembatalan eksponya namun
melewati jangka waktu, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar
Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah).

7
4. Salah memberitahukan jenis dan/atau jumlah barang dikenai sanksi
administrasi berupa denda paling sedikit 100% (seratus persen) dari
pungutan negara di bidang ekspor yang kurang dibayar dan paling banyak
1.000% (seribu persen) dari pungutan negara di bidang ekspor yang kurang
dibayar.
2.9 Barang Ekspor yang Dikenakan BEA Keluar
1. Bahwa terhadap barang Ekspor dapat dikenakan Bea Keluar.
2. Barang ekspor yang dikenakan Bea Keluar, yaitu sebagai berikut:
a. Kulit dan Kayu;
b. Biji kakao;
c. Kelapa sawit, Crude Palm Oil (CPO), dan produk turunannya;
d. Produk hasil pengolahan mineral logam; dan
e. Produk mineral logam dengan kriteria tertentu.
3. Perhitungan Bea Keluar adalah sebagai berikut:
a. Dalam hal TarifBea Keluar ditetapkan berdasarkan persentase dari Harga
Ekspor (advalorum), Bea Keluar dihitung berdasarkan rumus sebagai
berikut:
Tarif Bea Keluar x Jumlah Satuan Barang x Harga Ekspor per Satuan
Barang x Nilai Tukar Mata Uang

b. Dalam hal Tarif Bea Keluar ditetapkan secara spesifik, Bea Keluar
dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
Tarif Bea Keluar Per Satuan Barang Dalam Satuan Mata Uang Tertentu x
Jumlah Satuan Barang x Nilai Tukar Mata Uang
2.10 Dokumen Utama Ekspor
Dokumen utama adalah dokumen yang wajib sifatnya untuk dibuat dalam
setiap transaksi ekspor. Berikut jenis-jenis dokumen utama pada ekspor.

a. Invoice atau Faktur

Invoice, atau bisa disebut sebagai faktur atau nota, merupakan dokumen
yang berfungsi sebagai suatu bukti transaksi atau penagihan, dibuat

8
oleh eksportir untuk importir. Invoice harus mencantumkan elemen-
elemen berikut: nomor & tanggal invoice, nama barang, harga per unit
barang & total harga, nama & alamat eksportir, nama & alamat
importir, serta keterangan rekening pembayaran jika diperlukan.
Penting juga agar invoice dibuat menggunakan kop surat perusahaan
eksportir. Invoice dalam ekspor dapat berupa tiga jenis:

1) Proforma Invoice: Suatu penawaran dari eksportir kepada importir


yang potensial. Jadi ini dibuat untuk menempatkan pesanan yang
sering mendapatkan permintaan dari importir sehingga eksportir bisa
mendapatkan izin impor dari negara tujuan. Faktur ini biasanya
menyatakan syarat-syarat jual beli dan harga barang. Setelah importir
menyetujui pesanan tersebut, maka akan ada kontrak antara eksportir
dan importir sesuai yang ditetapkan pada Proforma Invoice.
2) Commercial Invoice: Surat permintaan pembayaran kepada
importir ketika eksportir selesai menyiapkan atau memproduksi
barang pesanan. Nama dan alamatnya harus sesuai dengan yang
tercantum pada Letter of Credit (L/C). Lalu, invoice yang asli
diberikan kepada bank sebagai bukti pembayaran untuk diteruskan
kepada importir.
3) Consular Invoice: Faktur yang dikeluarkan oleh kedutaan atau
konsulat. Ini bertujuan untuk memeriksa harga jual dibandingkan
dengan harga pasar yang berlaku sehingga memastikan tidak
terjadi dumping. Invoice ini ditandatangani oleh konsulat negara
importir. Bisa juga ini dibuat dan ditandatangani oleh konsulat negara
sahabat dari negara importir.

b. Packing List

Packing list adalah dokumen yang berisikan rincian spesifikasi barang


ekspor sesuai dengan invoice. Ini dibuat oleh eksportir atau perusahaan
yang melakukan pengemasan langsung terhadap barang tersebut.

9
Fungsi Packing List adalah untuk memudahkan mengetahui isi barang
dalam kontainer apabila ada pemeriksaan. Dokumen ini hampir mirip
dengan ‘surat jalan’ yang dipakai ketika melakukan pengiriman barang
di dalam Indonesia. Di Packing List dimuat setidaknya memuat
informasi-informasi berikut:
a) nama barang, nomor dan tanggal packing list;
b) jumlah kemasan, dalam satuan seperti pack, pieces, ikat, kaleng,
karton, karung, dll;
c) berat bersih;
d) berat kotor.

c. Bill of Lading (B/L) atau Air Waybill

Bill of Lading (B/L) merupakan bukti pengiriman barang atau tanda


terima yang dibuat oleh Shipping Company untuk eksportir. B/L
dikeluarkan setelah kapal berangkat dari Indonesia. Dokumen ini juga
dapat digunakan sebagai kepemilikan barang, dengan eksportir yang
memegang B/L adalah pemilik barang yang disebutkan di dalam
dokumen tersebut. Sehingga, B/L adalah surat berharga yang perlu
disimpan baik-baik oleh eksportir.

d. Polis Asuransi

Polis asuransi dibutuhkan sebagai surat bukti penanggungan yang


dikeluarkan perusahaan asuransi untuk menjamin keselamatan atas
barang ekspor yang dikirim, atas permintaan eksportir ataupun importir.
Dokumen ini menyatakan jenis-jenis risiko yang diasuransikan serta
pihak mana yang meminta asuransi dan kepada siapa klaim dibayarkan.
Dengan adanya polis asuransi dalam ekspor, akan meminimalisir
kerugian bagi kedua pihak eksportir maupun importir. Setiap asuransi
harus dibayarkan dengan mata uang yang sama tertera di L/C (kecuali
ada syarat lain).

10
e. Shipping Instruction (SI)
SI adalah dokumen yang dibuat dan diberikan oleh eksportir
kepada forwarder atau shippingcompany untukmelakukan booking pad
a container dan ruang di kapal/pesawat. Dokumen ini biasanya bisa
dikirim melalui e-mail

2.11 Dokumen Tambahan Ekspor


Selain dokumen utama, terdapat dokumen ekspor tambahan lainnya untuk
dibuat yang bersifat wajib maupun pendukung terhadap barang ekspor.
Dokumen ini hanya perlu dibuat dan disertakan ketika diminta oleh
pembeli/importir. Biasanya juga dokumen tambahan ini diperlukan oleh
regulasi negara tujuan. Lalu, ini juga dapat diperlukan oleh regulasi
Indonesia yang mensyaratkan adanya dokumen ini pada beberapa produk
tertentu. Meskipun dokumen utama adalah yang diprioritaskan untuk
dibuat, dokumen-dokumen tambahan ini tidak kalah pentingnya untuk
kelancaran transaksi ekspor. Berikut jenis-jenis dokumen tambahan pada
ekspor :

a. Certificate of Origin (COO) atau Surat Keterangan Asal (SKA)


COO atau SKA adalah dokumen yang menerangkan bahwa barang
yang diekspor berasal dari Indonesia. Dokumen ini dibuat dan
dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)
Kabupaten/Kota/Provinsi.

b. Certificate of Analysis (COA)

COA adalah dokumen yang berisi hasil analisis dari produk yang
diekspor. Analisis yang tercakup dalam COA ini disesuaikan dengan
permintaan importir. Umumnya, ini sesuai oleh standar wajib dari
regulasi pemerintah negara tujuan atau standar umum yang berlaku.
Dokumen COA dapat diminta dari pihak produsen atau diurus
langsung sendiri oleh eksportir melalui laboratorium independen yang

11
sudah terakreditasi. Dokumen COA kebanyakan diperlukan untuk
produk-produk hasil industri kimia atau hasil pertanian.

c. Phytosanitary Certificate (Sertifikat Fitosanitari)

Phytosanitary certificate merupakan dokumen yang biasa diperlukan


pada produk pertanian seperti buah segar, rempah-rempah, dan
lainnya. Dokumen ini menjamin bahwa produk yang diekspor
terbebas dari kuman penyakit berupa jamur atau bakteri. Ini diurus
dan dikeluarkan oleh kantor Balai Karantina Pertanian yang terdapat
di setiap pelabuhan ekspor atau bisa di kantor perwakilannya di
beberapa kota. Selain produk pertanian, dokumen ini juga diperlukan
pada produk dari hewan dan ikan.

d. Fumigation Certificate (Sertifikat Fumigasi)


Fumigation Certificate dikeluarkan oleh perusahaan fumigasi untuk
menjelaskan bahwa barang ekspor yang bersangkutan telah difumigasi
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Proses fumigasi berfungsi
untuk mengamankan barang yang akan diekspor ke negara tujuan dari
serangan hama atau rayap selama masa pengiriman.

e. Veterinary Certificate (Sertifikat Veteriner)


Sertifikat untuk pemberian jaminan keamanan pangan untuk produk
ekspor pangan dan non-pangan asal hewan. Ini dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH)
Kementerian Pertanian.

f. Weight Note (Keterangan Timbangan)


Dokumen yang berisikan rincian berat dari tiap kemasan barang sesuai
yang tercantum dalam invoice. Keterangan berat di dokumen
pengapalan ini haruslah sama dengan yang tercantum pada L/C.
Disamping untuk memeriksa berat barang ekspor, ini juga diperlukan

12
untuk mempersiapkan alat-alat pengangkut barang pada saat
pemeriksaan.

g. Measurement List (Daftar Ukuran)


Dokumen yang berisikan rincian ukuran dan takaran dari tiap kemasan
barang seperti panjang, tebal, diameter, serta volume barang. Ukuran ini
haruslah sama seperti yang tercantum pada L/C. Ini diperlukan untuk
menghitung biaya pengiriman.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

14
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian keuangan DJBC. 2015. “ Ekspor- Bea Cukai”
https://www.beacukai.go.id/arsip/pab/ekspor.html, diakses pada 30 Oktober
2021 pukul 16.00

15

Anda mungkin juga menyukai