SKRIPSI
FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI
DEPOK
JANUARI 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI
DEPOK
JANUARI 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
ii
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 21 Januari 2014
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Puji syukur kepada Allah Swt. karena berkat rahmat dan karunia-
Nya skripsi yang berjudul " Pengaruh Kualitas Akrual Terhadap Biaya Utang dan
Biaya Ekuitas: Studi Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2005-2011" dapat selesai dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan bimbingan, bantuan, dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Sylvia Veronica selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bantuan, kritik, dan saran dalam membimbing saya selama
proses penyusunan skripsi.
2. Ibu Aria Farahmita dan Bapak Yan Rahadian selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.
3. Papa dan mama tercinta, Hari Mukti Poernomo dan Ratri Adhiati yang
senantiasa menemani untuk segala urusan selama skripsi ini dan selalu
memberikan semangat dan doa yang tiada henti agar anak bungsunya segera
memperoleh gelar sarjana. Ratih Nadia Irawati dan Andri Dwianto Irawan
sebagai kakak yang selalu ada untuk tempat berkeluh kesah dan tentunya
memberikan semangat untuk adik tersayangnya ini. Yustisiani Indraningrum
dan baby Saffanah Rucita Salsabilla sebagai anggota keluarga yang baru yang
turut menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. The Barelinas: Natasya Ratu Morika dan Agnes Astrin. Entah mau terima
kasih apa lagi buat kalian. Sahabat sekosan selama tiga tahun yang selalu
berbagi suka duka.
5. Partner in fun: Eka Aulia Labibah dan Eka Pujiastuti. Huge thanks to both of
you! Partner kerja, belajar, teman bergosip, curhat, belanja, dan bertukar
pikiran. Terima kasih atas pengertiannya dan perhatiannya sebagai partner
sekaligus sahabat selama ini. Semangat tiga kepala proyek!
6. Keluarga Divisi Proyek B.O. Economica 2013/2014: Ita Alvionita, Dea
Amalina, Dinar Ratih Tanjungsari, Genio Bian, Aisyah Suci Kirana, Surya
iv
Aditama Mahardhika, Samuel Anugerah, Anna Christmast Irianto, Citra
Rufina Praditha, Dedi Fachreza, Fahrana Amelia, dan Ninda Martha untuk
semangat, canda tawa, suka duka, dan kerja samanya selama ini.
7. Steering committe B.O. Economica 2013/2014: Fajar Sulistyaningsih,
Muhammad Helmi, Gallant Pratama Stephan, Pandu Wicaksono, Marizza
Ovani Malau, dan Ester Meliani Griffne. Terima kasih atas kesediannya
berbagi suka duka selama mengurus proker divisi proyek.
8. Keluarga BOE 2010 tersayang: Sabrina Nurul Afiyani, Addina Mahardhika,
Melia Retno, Nadya Priscilya Hutajulu, Baskoro Pinandito, Bayu Tegar,
Himmawati Zahara, Rifa Rachmania, Nadya Restu, Mona Vindytia, Mutia
Prawitasari, Pungky Agusta, Ryan Hidayat Ali, Selda Sabrina, Bayu Wirawan,
Kanita Wirda, Yosua Nadapdap, Farisha, Muhammad Fahrinaldi Fajar, Rina,
dan seluruh keluarga besar Economican untuk segala pengalaman dan
kenangan manis selama di rumah Economica.
9. Ibu proyek: Theresa Adelina, Dian Oriana, Bunga Aulia Juhedi, dan Chrystine
Tampubolon atas segala bantuan, dukungan dan sarannya.
10. Marizza Ovani Malau yang telah berbaik hati mengenalkan penulis kepada
sang ahli stata, Kak Elsa Ryan Ramdhani. Terima kasih banyak Ovani dan
Kak Elsa atas segala bantuannya selama ini.
11. Muhamad Faizal Rahman Hakim. Thanks for everything.
12. Teman terbaik: Ery Irawan, Fajar Sulistyaningsih, Heru Prasetyo, dan Mutia
Prawitasari atas segala waktunya sebagai tempat berkeluh kesah dan bertukar
pikiran. Terima kasih atas dukungan dan semangatnya selama ini.
13. Teman sebimbingan berbagi kepenatan tugas akhir: Made Nadya, Lady
Laurencia, Dewa Agung, dan Aulia Rahmawati Zahara untuk segala bantuan
dan kerja samanya selama beberapa bulan ini
14. Sahabat sedari dulu: Yori Rachmia, Irene Novita, dan Nurul Chusna untuk
segala dukungan moril dan doa yang diberikan kepada penulis.
15. Segenap karyawan FEUI, baik di Departemen Akuntansi, Research and
Learning Center, maupun Biro Pendidikan, yang telah memberikan
kemudahan dan kelancaran dalam hal administrasi selama masa perkuliahan
di FEUI.
v
16. Serta seluruh dosen, asisten dosen, dan asisten laboratorium FEUI yang telah
bersedia untuk membagi ilmu pengetahuan, pengalaman, dan banyak inspirasi
berharga bagi kehidupan penulis.
Semoga Allah Swt. membalas segala kebaikan yang para pihak di atas berikan
kepada penulis. Jika terdapat pertanyaan dan hal-hal yang ingin didiskusikan
dengan penulis, dapat menghubungi penulis melalui email: irineayu@gmail.com.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan.
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Pengaruh Kualitas Akrual terhadap Biaya Utang dan Biaya Ekuitas: Studi pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2011
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 21 Januari 2014
Yang menyatakan
vii
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis mengenai pengaruh kualitas
akrual terhadap biaya utang dan biaya ekuitas. Pada penelitian ini juga dianalisis
perbedaan pengaruh antara kualitas akrual innate dan kualitas akrual diskresioner
terhadap biaya utang dan biaya ekuitas. Total observasi penelitian ini adalah 1.110
firm-years pada tahun 2005-2011. Kualitas akrual dalam penelitian ini diukur
dengan menggunakan model Francis et al. (2005). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kualitas akrual, baik kualitas akrual innate dan kualitas akrual diskresioner
hanya berpengaruh negatif dan signifikan terhadap biaya ekuitas. Hasil penelitian
lainnya yaitu kualitas akrual innate berpengaruh lebih besar dibandingkan kualitas
akrual diskresioner hanya terhadap biaya ekuitas. Hal ini mungkin dikarenakan
sebagian besar sumber modal berupa utang pada perusahaan berasal dari private
debt dibandingkan public debt.
Kata kunci :
Kualitas akrual, biaya utang, biaya ekuitas.
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the effect of accruals quality on cost of
debt and cost of equity. Accruals quality is divided into two component which are
innate accruals quality and discretionary accruals quality. This research also
distinguish the effect of both of accruals quality components on cost of debt and
cost of equity. Total observations in this research are 1.110 firm-years from 2005-
2011. Accruals quality is measured using accruals quality model from Francis et
al. (2005). The result show that the accruals quality which is not only innate
accruals quality, but also discretionary accruals quality, only impact to cost of
equity. The other result is the effect of innate accruals quality is higher than
discretionary accruals quality only on cost of equity. This finding maybe due to
firms have higher proportion of private debt than public debt.
Keyword;
Accruals quality, cost of debt, cost of equity
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS......................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...................................vii
ABSTRAK............................................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTARTABEL....................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................6
1.5 Sistematika Penelitian................................................................................7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................9
2.1 Teori Keagenan..........................................................................................9
2.2 Teori Penetapan Harga dari Risiko Informasi..........................................12
2.3 Kualitas Laba...........................................................................................13
2.4 Kualitas Akrual........................................................................................14
2.4.1 Kualitas Akrual Innate...................................................................17
2.4.2 Kualitas Akrual Diskresioner.........................................................18
2.5 Biaya Modal.............................................................................................20
2.5.1 Biaya Ekuitas.................................................................................21
2.5.2 Biaya Utang....................................................................................23
2.6 Penelitian Sebelumnya.............................................................................23
2.6.1 Risiko Informasi dan Biaya Modal................................................23
2.6.2 Kualitas Akrual dan Biaya Modal..................................................25
2.7 Pengembangan Hipotesis.........................................................................30
BAB 3 METODE PENELITIAN......................................................................34
3.1 Kerangka Pemikiran.................................................................................34
3.2 Model Penelitian......................................................................................37
3.2.1 Model 1A: Pengaruh Kualitas Akrual terhadap Biaya Utang........37
3.2.2 Model 1B: Pengaruh Kualitas Akrual terhadap Biaya Ekuitas......38
3.2.3 Model 2A: Pengaruh Kualitas Akrual Innate dan Kualitas
Akrual Diskresioner terhadap Biaya Utang....................................38
3.2.4 Model 2B : Pengaruh Kualitas Akrual Innate dan Kualitas
Akrual Diskresioner pada Biaya Ekuitas........................................39
3.3 Operasionalisasi Variabel.........................................................................40
3.3.1 Variabel Dependen.........................................................................40
3.3.2 Variabel Independen Model 1A dan IB: Pengaruh Kualitas
Akrual terhadap Biaya Utang dan Biaya Ekuitas...........................41
3.3.3 Variabel Independen Model 2A dan 2B: Pengaruh Kualitas
ix Universitas Indonesia
Akrual Innate dan Kualitas Akrual Diskresioner terhadap
Biaya Utang dan Biaya Ekuitas......................................................42
3.3.4 Variabel Kontrol.............................................................................43
3.3.4.1 Variabel Kontrol Model 1A dan 2A: Pengaruh Kualitas
Akrual, Kualitas Akrual Innate, dan Kualitas Akrual
Diskresioner terhadap Biaya Utang..................................43
3.3.4.2 Variabel Kontrol Model 1B dan 2B: Pengaruh Kualitas
Akrual, Kualitas Akrual Innate, dan Kualitas Akrual
Diskresioner terhadap Biaya Ekuitas...............................45
3.4 Data dan Sampel.....................................................................................47
3.5 Metode Analisis........................................................................................48
3.5.1 Pemilihan Model Regresi...............................................................48
3.5.2 Uji Outlier......................................................................................49
3.5.3 Uji Analisis Deskriptif...................................................................49
3.5.4 Uji Asumsi Klasik..........................................................................50
3.5.5 Analisis Hasil Regresi....................................................................51
BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN..............................................53
4.1 Pemilihan Sampel....................................................................................53
4.2 Model Regresi..........................................................................................53
4.2.1 Model 1A: Pengaruh kualitas akrual pada Biaya Utang................54
4.2.2 Model 1B: Pengaruh Kualitas Akrual terhadap Biaya Ekuitas......54
4.2.3 Model 2A: Pengaruh Kualitas Akrual Innate dan Kualitas
Akrual Diskresioner terhadap Biaya Utang....................................55
4.2.4 Model 2B: Pengaruh Kualitas Akrual Innate dan Kualitas
Akrual Diskresioner pada Biaya Ekuitas........................................55
4.3 Statistik Deskriptif..................................................................................56
4.3.1 Statistik Deskriptif Model 1A dan 2A: Pengaruh Kualitas
Akrual, Kualitas Akrual Innate, dan Kualitas Akrual
Diskresioner terhadap Biaya Utang................................................56
4.3.2 Statistik Deskriptif Model 1B dan 2B: Pengaruh Kualitas
Akrual, Kualitas Akrual Innate, dan Kualitas Akrual
Diskresioner terhadap Biaya Ekuitas..............................................59
4.4 Uji Asumsi Klasik....................................................................................61
4.4.1 Uji Multikolinearitas pada model 1A dan 2A: Pengaruh
Kualitas Akrual, Kualitas Akrual Innate, dan Kualitas Akrual
Diskresioner Terhadap Biaya Utang...............................................61
4.4.2 Uji Multikolinearitas pada model IB dan 2B: Pengaruh
Kualitas Akrual, Kualitas Akrual Innate, dan Kualitas Akrual
Diskresioner Terhadap Biaya Ekuitas.............................................62
4.4.3 Uji Heterokedastisitas....................................................................62
4.4.4 Uji Otokorelasi...............................................................................63
4.5 Analisis Hasil Regresi Model 1A dan 2A: Pengaruh Kualitas Akrual,
Kualitas Akrual Innate, dan Kualitas Akrual Diskresioner pada Biaya
Utang........................................................................................................64
4.5.1 Uji Signifikansi Global..................................................................64
4.5.2 Uji R2..............................................................................................64
4.5.3 Uji Hipotesis..................................................................................65
4.5.4 Uji Variabel Kontrol.......................................................................67
x Universitas Indonesia
4.6 Analisis Hasil Regresi Model 1B dan 2B: Pengaruh Kualitas Akrual,
Kualitas Akrual Innate, dan Kualitas Akrual Diskresioner terhadap
Biaya Ekuitas...........................................................................................68
4.6.1 Uji Signifikansi Global..................................................................68
4.6.2 Uji R2..............................................................................................69
4.6.3 Uji Hipotesis..................................................................................69
4.6.4 Uji Variabel Kontrol.......................................................................71
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................74
5.1 Kesimpulan..............................................................................................74
5.2 Keterbatasan Penelitian............................................................................75
5.3 Implikasi Penelitian..................................................................................76
DAFTAR REFERENSI..........................................................................................78
LAMPIRAN...........................................................................................................81
xi Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
1 Universitas Indonesia
2
Universitas Indonesia
3
Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
6
1. Apakah kualitas akrual memiliki pengaruh terhadap biaya utang dan biaya
ekuitas perusahaan?
2. Apakah ada perbedaan pengaruh antara kualitas akrual innate dengan
kualitas akrual diskresioner terhadap biaya utang dan biaya ekuitas
perusahaan?
Universitas Indonesia
7
Universitas Indonesia
8
Bab 4: Pembahasan
Dalam bab ini akan dilakukan analisis terhadap pengolahan data yang
dilakukan seperti dalam model penelitian pada bab sebelumnya. Pembahasan
analisis data yang pertama kali dilakukan yaitu analisis pemilihan model regresi
data panel. Selanjutnya akan dibahas mengenai analisis pengujian deskriptif,
analisis pengujian asumsi klasik serta analisis regresi dari model yang digunakan
untuk menguji hipotesis penelitian. Interpretasi hasil penelitian ini akan
memberikan jawaban atas rumusan masalah dari penelitian ini.
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
9 Universitas Indonesia
10
jabatan atau pun kenaikan gaji dan bonus. Berkaitan dengan perilaku oportunis, Scott
(2012) menyatakan bahwa salah satu faktor penting dalam menjelaskan laba yaitu
fleksibiltas manajer untuk memilih kebijakan akuntansi yang diterapkan perusahaan.
Ketika adanya fleksibilitas tersebut, kemungkinan terjadi perilaku oportunis
meningkat. Manajer akan memilih kebijakan akuntansi yang akan memaksimalkan
utilitas mereka. Motivasi signalling terjadi saat manajer melakukan manajemen laba
sebagai sinyal untuk stakeholder, terutama investor, agar keadaan perusahaan tetap
terlihat sedang dalam kondisi baik, value perusahaan meningkat, dan pada akhirnya
sinyal ini akan berdampak baik pada harga saham. Selain kedua motivasi tersebut,
Beaver (2002) menyatakan bahwa ada motivasi lainnya dalam praktik manajemen
laba yaitu compensation contract, capital market pricing, penghindaran pajak, dan
perilaku regulator atau pembuat kebijakan. Sedangkan menurut Scott (2012) motivasi
manajer dalam praktik manajemen laba yaitu:
Bonus hypothesis
Dalam bonus hypothesis ini, manajer mengatur sedemikian rupa untuk
memaksimalkan laba yang dilaporkan karena kompensasi manajer bergantung
pada besarnya laba perusahaan. Healy (1985) dan Guidry et al. (1999)
menambahkan bahwa untuk memaksimalkan kompensasinya, manajer akan
melakukan discretionary accruals decision, misalnya dalam bentuk
manipulasi peningkatan laba dalam laporan keuangan. Selanjutnya manajer
akan melakukan penurunan laba (income-decreasing discretionary accruals)
ketika manajer telah mencapai tingkat maksimal kompensasi yang
diharapkannya.
Debt covenant hypothesis
Manajer akan berusaha untuk mengatur laba yang dilaporkan agar tidak
melanggar perjanjian kredit (debt covenant violation). Hal ini sama dengan
fakta yang ditemukan oleh Dichev dan Skinner (2002) bahwa manajer akan
melakukan tindakan akrual diskresioner, misalnya melakukan manajemen
laba, untuk mengelola covenant ratio yang ditetapkan dalam perjanjian.
Alasannya yaitu jika melakukan debt covenant violation, perusahaan akan
mengeluarkan biaya pelanggaran kontrak yang besar dan efek jangka
panjangnya yaitu pencemaran nama baik perusahaan.
Ekspektasi investor dan analis
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
menyatakan bahwa penentu dari risiko informasi yang akan mempengaruhi biaya
modal adalah presisi informasi. Dalam penelitian tersebut, presisi informasi
diasumsikan sebagai rata-rata kualitas informasi yang didapatkan dari ekspektasi
investor terhadap arus kas perusahaan. Asimetri informasi merupakan perbedaan
presisi informasi diantara seluruh investor. Berbeda dengan Easley dan O'Hara
(2004), kesimpulan yang diberikan oleh Lambert, Leuz, dan Verrecchia (2007)
yaitu penentu dari hubungan antara informasi dan biaya modal bukan pada
distribusi informasi antara informed investors dan uninformed investors,
melainkan pada tingkat ketepatan atau presisi dari informasi. Namun ada
persamaan di antara kedua penelitian tersebut yaitu risiko informasi adalah non-
diversifiable risk dan perusahaan dengan risiko informasi yang semakin tinggi,
biaya modal pun akan meningkat.
Universitas Indonesia
14
Kualitas laba dapat dikatakan baik jika laba yang dilaporkan di laporan keuangan
memang mencerminkan keadaan yang sebenarnya dan dapat digunakan oleh
pengguna laporan keuangan untuk membuat suatu keputusan yang terbaik.
Dechow and Schrand (2010) pada penelitian lainnya, menyatakan bahwa tingkat
kualitas laba tidak dapat diukur secara langsung, namun bisa dengan beberapa
pendekatan yang terbagi menjadi tiga kategori yaitu:
Properties of earnings yang terdiri dari persistensi laba, kualitas akrual,
earnings smoothness, asymmetric timeliness and loss recognition, dan target
beating.
Investor responsiveness to earnings yang diukur dengan earnings response
coefficient
External indicators of earnings misstatements yang terdiri dari accounting
and auditing enforcement releases, restatements, dan internal control
weaknesses
Keseluruhan pendekatan tersebut menghasilkan hal yang sama dalam
penelitian Dechow dan Schrand (2010) yaitu kualitas laba perusahaan yang lebih
baik, dapat menyediakan informasi yang lebih baik pula mengenai kinerja
keuangan perusahaan yang akan relevan untuk digunakan dalam membuat
keputusan terkait perusahaan. Hal tersebut sesuai dengan tujuan investor ketika
melihat aspek kualitas laba dalam membuat suatu keputusan ekonomi yaitu untuk
melihat kinerja aktual, memprediksi laba dan arus kas perusahaan di masa depan.
Universitas Indonesia
15
Universitas Indonesia
16
Model Dechow dan Dichev (2002) ini dibuat berdasarkan teori bahwa
terlepas dari campur tangan manajemen, kualitas akrual dipengaruhi oleh berbagai
error dalam pengukuran akrual, baik berupa intentional error ataupun
unintentional error. Intentional error muncul misalnya karena ada insentif
manajer untuk melakukan praktik manajemen laba, sedangkan unintentional error
muncul misalnya karena ada kesalahan manajer yang tidak disengaja dan faktor
ketidakpastian lingkungan. Pada model Dechow dan Dichev (2002) dilakukan
regresi antara working capital accruals dengan arus kas operasi dari periode tahun
berjalan, periode sebelum, dan periode setelah tahun berjalan. Kualitas akrual
menurut model Dechow dan Dichev (2002) yaitu nilai residual dari hasil regresi
working capital tersebut. Pada penelitian model Dechow dan Dichev (2002) dapat
menjelaskan lebih baik tentang variasi akrual, yaitu R2 jauh meningkat menjadi
47% untuk tingkat perusahaan dan 34% untuk tingkat industri.
Model kualitas akrual selanjutnya yaitu model Francis et al. (2005). Dalam
membuat model untuk menghitung kualitas akrual, Francis et al. (2005)
mengembangkannya dari model Dechow dan Dichev (2002) dengan
menambahkan variabel dalam model regresi, yaitu perubahan pendapatan
(revenue) dan PPE (Plant, Property, and Equipment). Jadi pada model ini terdapat
dua komponen yaitu komponen working capital accruals yang merefleksikan
estimasi manajerial dalam arus kas dan komponen working capital accruals yang
tidak mempengaruhi arus kas (pendapatan dan aset tetap). Kualitas akrual pada
model ini dihitung dari standar deviasi nilai residual periode t hingga t-4. Dengan
menggunakan model tersebut, hasilnya ternyata dapat meningkatkan explanatory
power secara signifikan yaitu menjadi 50%, sehingga dapat mengurangi error
dalam regresi pada model penelitian sebelumnya. Selain itu, Francis et al. (2005)
membedakan kualitas akrual diskresioner dan kualitas akrual innate pada model
penelitiannya. Kualitas akrual innate dihitung dari predicted value sedangkan
kualitas akrual diskresioner dihitung dengan nilai error atau residual dalam
modelnya. Dechow dan Schrand (2010) merangkum perbandingan model kualitas
akrual Jones (1991), model modifikasi Jones oleh Dechow et al. (1995), model
Dechow dan Dichev (2002), model Kothari et al. (2005), dan model Francis et al.
(2005). Pada tabel 2.1 disajikan ringkasan perbandingannya.
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
Universitas Indonesia
19
dan estimasi tertentu yang lebih menguntungkan dan dapat meningkatkan laba.
Guay et al. (1996) menyatakan bahwa kualitas akrual diskresioner dapat
digunakan sebagai ukuran dari tingkat manajemen laba. Menurut Guay et al.
(1996) terdapat tiga komponen dalam kualitas akrual diskresioner yaitu:
Performance component
Performance component merupakan komponen yang merefleksikan
kemampuan manajer untuk melaporkan laba sesuai dengan kinerja aktual
perusahaan. Komponen ini akan mengurangi risiko informasi.
Opportunism
Komponen ini merupakan komponen yang merefleksikan adanya perilaku
oportunis dan insentif dari berbagai pihak untuk membuat laporan keuangan tidak
sesuai dengan kinerja perusahaan. Komponen ini akan meningkatkan risiko
informasi.
Pure noise
Pure noise adalah komponen error yang tidak dapat dijelaskan dalam menilai
kualitas akrual diskresioner. Komponen ini akan meningkatkan risiko informasi.
Beberapa penelitian yang menggunakan kualitas akrual diskresioner dalam
model penelitiannya yaitu Healy (1985), De Angelo (1986), Jones (1991), Kothari
(2005) dan Francis et al. (2005). Model penelitian Healy (1985) merupakan model
yang pertama dan paling sederhana dalam menghitung kualitas akrual diskresioner
yaitu dengan cara kualitas akrual dibagi dengan total aset. Selanjutnya De Angelo
(1986) mengembangkan model dari Healy (1985) dengan menggunakan kualitas
akrual periode t dan periode t-1 dibagi dengan total aset dalam menghitung
kualitas akrual diskresionernya.
Jones (1991) menggunakan nilai residual model regresi kualitas akrual
sebagai proksi kualitas akrual diskresioner. Selanjutnya, Kothari et al. (2005)
mengembangkan model penelitian Jones (1991). Model akrual diskresioner
Kothari (2005) dikenal dengan model performance matched. Kothari et al. (2005)
menyatakan bahwa model Jones (1991) kurang bisa diterapkan untuk sampel yang
bersifat non-random. Oleh karena itu untuk mengukur akrual diskresioner
perusahaan sebaiknya disesuaikan juga dengan kinerja akrual perusahaan lainnya
yang masih dalam satu industri. Kothari et al. (2005) dalam penelitiannya untuk
Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
21
perusahaan, jumlah total yang harus mereka bayar untuk seluruh modal yang
mereka dapatkan disebut biaya modal.
Biaya modal terbagi menjadi dua, yaitu biaya utang dan biaya ekuitas.
Biaya utang adalah tingkat pengembalian yang perusahaan bayarkan kepada
kreditur atas utang yang dipinjamnya, sedangkan biaya ekuitas adalah tingkat
pengembalian yang perusahaan bayarkan kepada pemegang saham.
COE : Biaya ekuitas yaitu estimasi tingkat pengembalian yang diharapkan dari
saham.
Rf : Tingkat pengembalian aset risk-free yang diharapkan dari pasar.
βs : Sensitivitas dari risiko pasar terhadap sekuritas atau risiko sistematis dari
ekuitas
RM : Pengembalian historis dari pasar saham keseluruhan
Universitas Indonesia
22
Universitas Indonesia
23
Selain dengan menggunakan rumus tersebut, ada cara lain yang lebih
mudah yang dapat digunakan sebagai perhitungan biaya utang yaitu rasio beban
bunga dengan rata-rata total utang, seperti yang dilakukan dalam penelitian Gray,
Koh, dan Tong (2009). Pada penelitian ini akan digunakan rasio tersebut untuk
mnghitung nilai biaya utang.
Universitas Indonesia
24
Universitas Indonesia
25
Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
27
Universitas Indonesia
28
akrual, baik kualitas akrual diskresioner maupun innate. Namun pada penelitian
Gray, Koh, dan Tong (2009) biaya utang hanya dipengaruhi oleh kualitas akrual
innate.
Gray, Koh, dan Tong (2009) menduga bahwa perbedaan tersebut
dikarenakan adanya perbedaan dalam kondisi permodalan antara negara Australia
dan Amerika Serikat. Sumber modal perusahaan di Amerika Serikat
terdiversifikasi secara merata antara utang dan ekuitas, baik yang dimiliki pihak
private maupun public. Sedangkan di Australia sebagian besar sumber modalnya
berasal dari private debt dibandingkan public debt. Tingkat asimetri informasi di
Australia lebih rendah dibandingkan di Amerika Serikat karena private lenders
lebih memiliki keistimewaan dalam akses terhadap sumber daya dan informasi
finansial perusahaan dibandingkan public lenders. Private lenders juga cenderung
memiliki hak lebih untuk melakukan pengawasan kepada borrowing firm
sehingga mengurangi kemungkinan adanya manajemen laba dalam pelaporan
laporan keuangan. Kedua hal tersebut menyebabkan risiko informasi dalam
pelaporan laporan keuangan berkurang sehingga mengurangi efek kualitas akrual
diskresioner pada biaya utang. Dengan demikian pada hasil penelitian Gray, Koh,
dan Tong (2009) biaya utang hanya dipengaruhi oleh kualitas akrual innate.
Selanjutnya Yunior (2010) menggunakan model penelitian Dechow dan
Dichev (2002), Francis et al. (2005), dan Gray, Koh, dan Tong (2009) untuk
menguji pengaruh antara kualitas akrual dengan biaya modal. Terdapat beberapa
perbedaan antara penelitian Yunior (2010) dengan penelitian Dechow dan Dichev
(2002), Francis et al. (2005), dan Gray, Koh, dan Tong (2009) yaitu Yunior (2010)
membedakan komponen kualitas akrual menjadi diskresioner dan nondiskresioner,
sedangkan Francis et al. (2005) membedakan komponen kualitas akrual menjadi
diskresioner dan innate. Francis et al. (2005) mendefinisikan akrual diskresioner
sebagai komponen kualitas akrual yang merefleksikan pilihan dan intervensi
manajemen, sedangkan akrual innate merupakan komponen kualitas akrual yang
merefleksikan kondisi perusahaan yang dipengaruhi oleh fundamental ekonomi,
operating environment, dan model bisnis perusahaan. Yunior (2010)
mendefinisikan diskresioner dan nondiskresioner akrual yaitu dalam akrual
diskresioner terdapat kontrol manajemen untuk menunda atau mengeliminasi
Universitas Indonesia
29
Universitas Indonesia
30
untuk biaya ekuitas dan biaya utang. Selain itu sampel yang digunakan oleh
Siswardhika (2012) hanya terbatas pada satu industri saja yaitu industri
manufaktur. Hasil penelitiannya yaitu perusahaan dengan kualitas laba yang
dihitung dengan pendekatan kualitas akrual, earnings variability, dan common
factor of earnings quality memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
biaya ekuitas.
Universitas Indonesia
31
dan O'Hara, 2004 dan Lambert, Leuz, dan Verrecchia, 2007), memiliki hasil yang
sama yaitu risiko informasi merupakan risiko yang tidak terdiversifikasi dan
perusahaan akan memiliki biaya modal yang lebih besar jika memiliki risiko
informasi yang besar.
Selanjutnya Francis et al. (2005) dan Gray, Koh, dan Tong (2009)
menyatakan bahwa investor menilai saham perusahaan berdasarkan penilaian dan
analisis mengenai future cash flow, sehingga kedua penelitian tersebut
menggunakan ukuran yang dapat mengukur ketidakpastian informasi dalam arus
kas, yaitu komponen kualitas akrual. Alasan penggunan kualitas akrual dalam
model kedua penelitian tersebut adalah adanya informasi komponen akrual dalam
laba yang dilaporkan di laporan keuangan. Terdapat dua komponen dari laba,
yaitu komponen akrual dan komponen arus kas. Laba dari komponen akrual yaitu
laba yang dihasilkan dari kebijakan akuntansi untuk mengakui sebuah transaksi
ekonomi, baik pendapatan maupun beban, sebagai laba, tanpa adanya arus kas.
Laba dari komponen arus kas yaitu laba yang diakui secara akuntansi dan terdapat
arus kas secara fisik. Komponen akrual memiliki ketidakpastian yang lebih besar
daripada komponen arus kas karena akrual adalah hasil dari penilaian, perkiraan,
dan alokasi dari manajemen, sedangkan komponen arus kas adalah pendapatan
yang sudah terealisasi. Sehingga menurut Francis et al. (2005) dan Gray, Koh, dan
Tong (2009) kualitas akrual dapat dijadikan pendekatan untuk mengukur risiko
informasi yang terdapat pada perusahaan. Besarnya risiko informasi akan
berpengaruh terhadap biaya modal. Semakin tinggi risiko, maka akan semakin
tinggi pula return yang didapatkan investor. Return yang diberikan oleh
perusahaan kepada investor merupakan biaya modal perusahan.
Pada akhirnya, penelitian Francis et al. (2005) dan Gray, Koh, dan Tong (2009)
memberikan bukti empiris bahwa perusahaan dengan kualitas akrual yang buruk
akan memiliki biaya modal yang lebih tinggi. Dengan demikian hipotesis
penelitian ini dibentuk berdasarkan pada kedua penelitian tersebut:
H1A: Kualitas akrual berpengaruh negatif terhadap biaya utang.
H1B: Kualitas akrual berpengaruh negatif terhadap biaya ekuitas.
Universitas Indonesia
32
Universitas Indonesia
33
risiko informasi dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap biaya modal. Namun
ternyata hasil penelitian Francis et al. (2005) dan Gray, Koh, dan Tong (2009)
berbeda tentang hal tersebut. Pada hasil penelitian Francis et al. (2005) biaya
modal yang terdiri dari biaya ekuitas dan biaya utang dipengaruhi oleh kedua
komponen kualitas akrual, baik diskresioner maupun innate. Kualitas akrual
diskresioner memiliki pengaruh yang lebih kecil dibandingkan kualitas akrual
innate pada hasil penelitian Francis et al. (2005). Namun pada penelitian Gray,
Koh, dan Tong (2009) biaya utang hanya dipengaruhi oleh kualitas akrual innate.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan lingkungan bisnis pada perusahaan
Amerika Serikat (penelitian Francis et al., 2005) dengan perusahaan Australia
(penelitian Gray, Koh, dan Tong, 2009). Private debt lebih mendominasi sumber
modal perusahaan di Australia dibanding public debt. Private lenders lebih
memiliki keistimewaan dalam akses terhadap informasi perusahaan dibandingkan
public lenders, sehingga tingkat asimetri informasi di Australia lebih rendah
dibandingkan di Amerika Serikat. Risiko informasi pada utang perusahaan akan
berkurang dan selanjutnya mengurangi efek kualitas akrual diskresioner pada
biaya utang. Sehingga pada penelitian Gray, Koh, dan Tong (2009) biaya utang
hanya dipengaruhi oleh kualitas akrual innate.
Berdasarkan pada perbedaan kedua penelitian tersebut, penelitian ini akan
menguji apakah ada perbedaan pengaruh antara kualitas akrual innate dengan
kualitas akrual diskresioner, terhadap biaya modal perusahaan:
H2A: Kualitas akrual innate berpengaruh lebih besar dibandingkan kualitas
akrual diskresioner terhadap biaya utang perusahaan.
H2B: Kualitas akrual innate berpengaruh lebih besar dibandingkan kualitas
akrual diskresioner terhadap biaya ekuitas perusahaan.
Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN
Variabel Independen:
Kualitas Akrual
Variabel Dependen:
Variabel Kontrol:
Biaya utang
Ukuran perusahaan (size)
Leverage
Standar deviasi laba bersih sebelum
pos luar biasa (NIBE)
ROA
Rasio pendapatan operasi dengan
beban bunga (IntCov)
34
35
Francis et al. (2005) dan Gray, Koh, dan Tong (2009) menyatakan bahwa
investor menilai saham perusahaan berdasarkan penilaian dan analisis mengenai
future cash flow, sehingga kedua penelitian tersebut menggunakan ukuran yang
dapat mengukur ketidakpastian informasi dalam arus kas, yaitu komponen
kualitas akrual. Komponen akrual memiliki risiko ketidakpastian karena akrual
adalah hasil dari penilaian, perkiraan, dan alokasi dari manajemen. Menurut
Francis et al. (2005) dan Gray, Koh, dan Tong (2009) kualitas akrual dapat
dijadikan pendekatan untuk mengukur risiko informasi yang terdapat pada
perusahaan. Besarnya risiko informasi akan berpengaruh terhadap biaya ekuitas.
Semakin tinggi risiko, maka akan semakin tinggi pula required of return investor
dan meningkatkan biaya ekuitas. Berikut ini adalah skema yang menjelaskan
pengaruh kualitas akrual terhadap biaya ekuitas. Skema ini merupakan skema
model penelitian 1B yang bertujuan untuk menguji hipotesis 1B yaitu adanya
pengaruh negatif antara kualitas akrual terhadap biaya ekuitas.
Variabel Independen:
Kualitas akrual
Variabel Dependen:
Variabel Kontrol: Biaya ekuitas
Ukuran perusahaan (size)
Beta
Growth
Leverage
dan kualitas akrual diskresioner terhadap biaya utang. Berikut ini adalah skema
yang menjelaskan pengaruh antara kualitas akrual innate dan kualitas akrual
diskresioner dengan biaya utang. Skema ini merupakan skema model penelitian
2A yang bertujuan untuk menguji hipotesis 2A yaitu adanya pengaruh kualitas
akrual innate yang lebih besar dibanding kualitas akrual diskresioner terhadap
biaya utang.
Variabel Independen:
Kualitas akrual innate
Kualitas akrual diskresioner
Variabel Dependen:
Variabel Kontrol:
Biaya utang
Ukuran perusahaan (size)
Leverage
Standar deviasi laba bersih
sebelum pos luar biasa (NIBE)
ROA
Rasio pendapatan operasi
dengan beban bunga (IntCov)
Variabel Independen:
Kualitas akrual innate
Kualitas akrual diskresioner
Variabel Dependen:
Biaya ekuitas
Variabel Kontrol:
Ukuran perusahaan (size)
Beta
Growth
Leverage
3.2.3 Model 2A: Pengaruh Kualitas Akrual Innate dan Kualitas Akrual
Diskresioner terhadap Biaya Utang
39
3.2.4 Model 2B: Pengaruh Kualitas Akrual Innate dan Kualitas Akrual
Diskresioner terhadap Biaya Ekuitas
Untuk pengujian hipotesis 2B yaitu perbedaan pengaruh kualitas akrual
innate dan kualitas akrual diskresioner terhadap biaya ekuitas, digunakan model
berikut ini.
COE j,t = β0 + β1 InnAQrank j,t + β2 DisAQrank j,t + β3 Leverage j,t + β4 Beta j,t
+ β5 Size j,t + β6 Growth j,t + μ j,t (3.4)
Ekspektasi tanda: β1 < 0, β2 < 0, β1 < β2 (H2B), β3 > 0, β4 > 0, β5 < 0, β6 < 0
COE : Biaya ekuitas yang dihitung dengan pendekatan industry-adjusted
earnings-to-price ratio.
InnAQrank : Nilai decile rank kualitas akrual innate.
DisAQrank : Nilai decile rank kualitas akrual diskresioner.
40
ini merupakan rumus untuk mendapatkan nilai kualitas akrual innate dan kualitas
akrual diskresioner. Predicted value dari rumus tersebut merupakan pendekatan
untuk nilai kualitas akrual innate, sedangkan nilai residual dari rumus tersebut
merupakan pendekatan untuk nilai kualitas akrual diskresioner.
Pada variabel kualitas akrual innate dan kualitas akrual diskresioner juga
digunakan nilai decile rank untuk mengurangi adanya kemungkinan outlier.
Perhitungan decile rank digunakan dengan melakukan pemeringkatan nilai raw
accruals quality, baik innate maupun diskresioner, per tahun dari nilai tertinggi
hingga terendah, setelah itu dibagi menjadi sepuluh kelompok dan diberi nilai
yang sama (satu hingga sepuluh) untuk di setiap kelompoknya. Kelompok dengan
nilai raw accruals quality tertinggi diberi nilai decile rank 1 dan kelompok
dengan nilai accruals quality terendah diberi nilai decile rank 10.
AQ j,t = β0 + β1 Size j,t + β2 σCFO j,t + β3 σSales j,t + β4 OpCycle j,t + β5 NegEarn
j,t + μ j,t (3.7)
Size : Ukuran perusahaan yang dihitung dari natural log total aset.
σ CFO : Standar deviasi dari arus kas operasi yang dihitung dari data lima
tahun terakhir.
σ Sales : Standar deviasi dari penjualan yang dihitung dari data lima tahun
terakhir.
OpCycle : Siklus operasi yang dihitung dari log penjumlahan days of account
receivables dan days of inventory.
NegEarn : Jumlah tahun dengan pendapatan yang negatif (NIBE < 0) pada data
lima tahun terakhir.
Variabel ukuran perusahaan dihitung dengan natural log dari total aset.
Menurut Siswardhika (2012) ukuran perusahaan yang lebih kecil akan
menimbulkan persepsi berupa peningkatan risiko kesulitan keuangan. Hal ini
berdampak pada peningkatan risiko kemungkinan adanya default credit/debt pada
perusahaan yang lebih kecil dan debitur akan menuntut pengembalian berupa
bunga yang lebih tinggi. Bunga yang dibayarkan kepada debitur merupakan biaya
utang bagi perusahaan sehingga biaya utang akan lebih tinggi jika beban bunga
meningkat. Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini diekspektasikan ukuran
perusahaan memiliki pengaruh negatif dengan biaya utang.
Standar deviasi laba bersih sebelum pos luar biasa (NIBE).
Standar deviasi dari laba bersih sebelum pos luar biasa dihitung dengan
skala rata-rata aset 5 tahun terakhir. Beaver (2002) mengatakan ada beberapa
motivasi tertentu manajemen melakukan income smoothing, salah satunya yaitu
signaling. Motivasi signaling terjadi saat manajer melakukan manajemen laba
sebagai sinyal untuk stakeholder, terutama investor, baik pemegang saham
maupun debitur, agar keadaan perusahaan tetap terlihat dalam kondisi baik, value
perusahaan meningkat, dan pada akhirnya sinyal ini akan berdampak baik pada
harga saham dan market value of debt. Hal ini sejalan dengan penelitian Francis et
al. (2005) yang menyatakan bahwa pada perusahaan yang memiliki volalitas yang
tinggi pada pendapatan, manajemen perusahaan tersebut akan memiliki insentif
lebih tinggi untuk menjadikan pendapatan agar terlihat lebih stabil. Dengan
demikian risiko informasi akan lebih tinggi pada perusahaan tersebut dan akan
berdampak pada peningkatan biaya modal (biaya utang dan biaya ekuitas). Oleh
karena itu standar deviasi laba bersih sebelum pos luar biasa diprediksi
berpengaruh positif terhadap biaya utang.
ROA (return on asset)
Profitabilitas diukur melalui ROA (return on asset) yang dihitung dengan
laba bersih dibagi dengan total aset. Perusahaan akan cenderung melakukan
manajemen laba ketika mengalami profitabilitas yang rendah (Jiraporn, 2006;
Rath dan Sun, 2008 dalam Gultom, 2013). Ketika perusahaan mengalami
profitabilitas yang rendah, perusahaan akan termotivasi untuk melakukan
overstatement laba dalam rangka menutupi kondisi perusahaan tersebut agar
45
terlihat lebih baik dan akan berdampak pada tingginya risiko informasi serta
debitur akan meminta pengembalian yang lebih tinggi. Dengan demikian prediksi
pengaruh ROA terhadap biaya utang adalah negatif.
Leverage
Leverage dihitung dari rasio total utang dengan total aset. Menurut Chava
dan Roberts (2008), rasio keuangan perusahaan, dalam hal ini leverage ratio, akan
berpengaruh terhadap debt covenant. Debt covenant digunakan oleh debitur untuk
melindungi nilai utangnya dan meminimalisir risiko. Semakin tinggi leverage
ratio mengindikasikan bahwa semakin banyak aset perusahaan yang dibiayai
dengan utang. Semakin tinggi tingkat utang, semakin tinggi pula risiko
kemungkinan adanya default credit/debt. Jika risiko semakin tinggi, debitur dapat
mengintervensi manajemen perusahaan untuk melakukan berbagai tindakan
seperti meningkatkan kesehatan keuangan perusahaan, menambahkan pasal dalam
perjanjian (debt covenant), mempercepat tenor utang, dan menaikan suku bunga.
Peningkatan suku bunga yang dibayarkan kepada debitur berarti peningkatan
biaya utang bagi perusahaan. Dengan demikian pada penelitian ini
diekspektasikan variabel leverage berpengaruh positif dengan biaya utang.
Interest coverage
Variabel ini dihitung dengan melalui rasio pendapatan operasi dan beban
bunga. Lando (2004) menyatakan bahwa interest coverage ratio digunakan untuk
melihat kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga dari outstanding
debt dengan menggunakan pendapatannya. Semakin rendah interest coverage
ratio mengindikasikan perusahaan dalam kondisi finansial yang kurang baik dan
perusahaan semakin sulit untuk membayar beban bunga. Risiko seperti inilah
yang akan membuat debitur untuk meminta suku bunga yang lebih tinggi
sehingga biaya utang perusahaan akan meningkat. Jadi interest coverage ratio
diekspektasikan berpengaruh negatif terhadap biaya utang.
Semakin tinggi tingkat leverage perusahaan, akan meningkatkan equity's risk dan
investor akan menuntut pengembalian berupa required rate of return saham yang
lebih tinggi. Required rate of return saham yang dibayarkan kepada investor
merupakan biaya ekuitas bagi perusahaan sehingga biaya ekuitas akan lebih tinggi
jika required rate of return meningkat. Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian
ini diprediksi variabel leverage memiliki pengaruh positif terhadap biaya ekuitas.
Beta
Variabel beta ini dihitung dengan regresi return mingguan saham
perusahaan dengan return mingguan saham pasar (IHSG). Menurut Ferson dan
Locke (1998) salah satu penyebab kesalahan dalam mengestimasi biaya ekuitas
adalah kesalahan menggunakan nilai beta dalam perhitungan. Nilai beta
merupakan ukuran relatif risiko yaitu risiko saham individual relatif terhadap
risiko pasar. Kesalahan dalam memasukkan nilai beta akan mengakibatkan
estimasi biaya ekuitas menjadi kurang tepat. Selain itu, Ferson dan Locke (1998)
menyatakan bahwa semakin tinggi nilai beta yang mencerminkan semakin
tingginya risiko, akan menyebabkan semakin tingginya biaya ekuitas. Jadi pada
penelitian ini variabel beta diprediksi berpengaruh positif terhadap biaya ekuitas.
1. Perusahaan publik tercatat di BEI pada tahun 2005 hingga 2011 dengan
data keuangan yang lengkap selama 7 tahun.
2. Tidak termasuk perusahaan dalam jasa keuangan dan investasi karena
industri tersebut memiliki regulasi yang cukup ketat. Perusahaan yang
memiliki regulasi yang cukup ketat tidak dimasukan sebagai sampel dalam
penelitian ini karena perusahaan tersebut memiliki karakteristik yang khas
sehingga tidak dapat dibandingkan dengan jenis perusahaan lainnya.
3. Nilai ekuitas perusahaan tidak negatif. Perusahaan dengan nilai ekuitas
negatif adalah perusahaan yang total hutangnya melebihi total aset
perusahaan yang mencerminkan perusahaan sedang mengalami financial
distress sehingga tidak dapat dibandingkan dengan perusahaan lain yang
beroperasi secara normal.
Data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari thomson
reuters knowledge (data stream dan eikon). Selain itu pengambilan data pada
penelitian ini juga bersumber dari website Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu
www.idx.co.id dan website perusahaan yang dijadikan sampel penelitian.
Jika probabilitas F-stat < α, maka tolak H0 dan jika probabilitas F-stat > α,
maka terima H0. Probabilitas yang digunakan yaitu probabilitas F-stat yang berada
di bagian bawah pada tabel ouput hasil regresi dengan metode Fixed Effect (FE).
2. Uji Multikoliniaritas
Asumsi selanjutnya agar estimator tepat adalah tidak adanya kolinearitas
sempurna diantara variabel bebas. Istilah ini dikenalkan oleh Ragnar Frisch
(1934) sebagai multikolinearitas yang berarti hubungan linier yang sempurna
diantara variabel bebas. Adanya hubungan diantara variabel bebas adalah hal yang
51
tak terelakkan dan memang diperlukan agar regresi yang diperoleh dapat bersifat
valid. Namun demikian hubungan yang bersifat linier hendaknya dihindarkan
karena akan membawa konsekuensi gagal estimasi (multikolinearitas sempurna)
atau kesulitan dalam inferensi (multikolinearitas tidak sempurna). Menurut
Nachrowi (2006) multikolinearitas tidak mengubah sifat parameter OLS sebagai
Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Parameter yang diperoleh adalah valid
untuk mencerminkan kondisi populasi dan ia adalah yang terbaik (dalam artian
memiliki varians yang minimum) diantara estimator linier. Namun demikian
keberadaaan multikolinearitas bukannya tidak berdampak negatif. Dapat
ditunjukkan bahwa keberadaan mulkolinearitas akan menyebabkan varians
parameter yang diestimasi akan menjadi lebih besar dari yang seharusnya, dengan
demikian tingkat presisi dari estimasi akan menurun. Konsekuensi lanjutnya
adalah rendahnya power of test yaitu kemampuan menolak null hypothesis.
Pada penelitian ini cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya
multikolinieritas dalam model yaitu dengan menggunakan Variance Inflation
Factor (VIF). Multikolinieritas diduga ada apabila correlation matrix melebihi
0.75 atau 0.8 dan Variance Inflation Factor (VIF) lebih besar dari 10 (Gujarati,
2004).
3. Uji Otokolerasi
Keberadaan adanya otokorelasi menunjukkan sifat residual atau error
yang tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Menurut Nachrowi dan
Usman (2006) pengujian ini bertujuan untuk menghindari hubungan antar error
yang relevan untuk data berseri. Fenomena ini umum ditemukan pada regresi
dengan data yang bersifat time series, tetapi kadang juga ditemukan pada data
cross section maupun panel. Jika model regresi mengalami otokorelasi, estimator
OLS yang diperoleh adalah tetap tidak bias, konsisten dan secara asimtotik akan
terdistribusi dengan normal (Gujarati, 2004). Namun demikian model menjadi
tidak BLUE karena varians residual regresi adalah tidak minimum pada estimator
kelas linier atau tidak memiliki sifat best pada syarat parameter BLUE.
Uji statistik yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tiga hal, yaitu:
1. Uji Signifikansi Global (Uji F)
Pengujian F statistik ini dilakukan untuk mengetahui apakah seluruh
variabel independen secara bersama-sama memberikan pengaruh terhadap
variabel dependen secara signifikan atau tidak. Suatu model dianggap
menghasilkan pengaruh yang signifikan jika nilai probabilitas F (F-stat) lebih
kecil daripada alpha (α). Untuk menguji adanya pengaruh yang signifikan dari
variabel independen terhadap variabel dependen perlu dirumuskan terlebih dahulu
hipotesis sebagai berikut:
H0: Variabel independen secara bersamaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
H1: Variabel independen secara bersamaan berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Jika probabilitas F-stat < α, maka tolak H0 dan jika probabilitas F-stat > α,
maka terima H0.
Jumlah sampel perusahaan yang digunakan pada model penelitian ini yaitu
237 perusahaan dan jumlah observasi yang digunakan yaitu 1.110 firm-years
observations. Jumlah observasi pada peneltian ini jauh berbeda dengan penelitian
Francis et al. (2005) yaitu 76.196 firm-years untuk model biaya utang dan 55.092
firm-year observations untuk model biaya ekuitas. Perbedaan tersebut karena
periode pada penelitian Francis et al. (2005) lebih panjang yaitu 32 tahun (1970-
2001) dan jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Amerika yang jauh
lebih banyak. Pada penelitian ini tidak dapat menggunakan periode waktu yang
sepanjang pada penelitian Francis et al. (2005) karena keterbatasan data. Daftar
perusahaan yang dijadikan sampel pada penelitian ini terdapat di lampiran 1.
53 Universitas Indonesia
54
Universitas Indonesia
55
4.2.3 Model 2A: Pengaruh Kualitas Akrual Innate dan Kualitas Akrual
Diskresioner terhadap Biaya Utang
Pada model 2A model regresi yang digunakan berdasarkan hasil pengujian
yaitu model Fixed Effect (FE). Tabel berikut ini merupakan ringkasan hasil dari
pengujian model regresi. Seluruh hasil output stata yang digunakan pada
pengujian model regresi panel ini berada di lampiran 8, 9, dan 10.
Tabel 4.4 Pengujian Model Regresi Panel pada Model 2A
Pengujian Hipotesis Kriteria Hasil Pengujian
Chow test H0 : PLS Tolak H0 jika Prob = 0,00000
H1 : FE probabilitas < α Tolak H0
Model = FE
LM test H0 : PLS Tolak H0 jika Prob = 0,00010
H1 : RE probabilitas < α Tolak H0
Model = RE
Hausman H0 : RE Tolak H0 jika Prob = 0,01050
test H1 : FE probabilitas < α Tolak H0
Model = FE
Universitas Indonesia
56
Universitas Indonesia
57
Perusahaan yang memiliki nilai biaya utang paling besar yaitu PT. Centrin
online pada tahun 2012 sebesar 49,03447. Hal ini mungkin disebabkan karena
pada tahun 2011 dan 2012 perusahaan mengalami kerugian yaitu sebesar Rp
7.312.310.000 (2012) dan Rp 11.734.000 (2011), sehingga kepercayaan debitur
berkurang pada perusahaan. Hal tersebut mungkin mengakibatkan debitur
menaikkan tingkat bunga pada perusahaan yang mengalami kerugian tersebut
karena risiko yang semakin tinggi.
Nilai biaya utang yang terkecil sebesar 0 dialami oleh beberapa
perusahaan. Pada tahun 2006 perusahaan yang memiliki nilai biaya utang 0 yaitu
Hotel Sahid Jaya, Plaza Indonesia Realty, PT Kedaung Indah Can, dan PT Delta
Dunia Makmur Pada tahun 2007 perusahaan yang memiliki nilai biaya utang 0
yaitu PT Agis dan PT Mulia Industrindo. Pada tahun 2010 perusahaan yang
memiliki nilai biaya utang 0 yaitu PT Ristia Bintang Mahkota sejati, PT Tanah
Laut, dan PT Ciputra Property. Perusahaan yang memiliki nilai biaya utang 0
tersebut dikarenakan pada tahun tersebut perusahaan tidak memiliki utang.
Pada penelitian ini, nilai kualitas akrual, kualitas akrual innate, dan kualitas
akrual diskresioner menggunakan decile rank. Dalam nilai aslinya, variabel
kualitas akrual memiliki variasi yang besar yaitu dengan nilai rata-rata sebesar
0,13986, nilai minimum sebesar 0,00546 yang dimiliki oleh PT Wahana
Universitas Indonesia
58
Pronatural pada tahun 2007, dan nilai maksimum sebesar 1,88745 yang dimiliki
oleh PT Prasidha Aneka Niaga pada tahun 2007.
Variasi yang besar juga terjadi pada kualitas akrual innate dan diskresioner.
Variabel kualitas akrual innate memiliki nilai rata-rata sebesar 0,14144, nilai
minimum sebesar 0,04782 yang dimiliki oleh Plaza Indonesia Realty pada tahun
2005, dan nilai maksimum sebesar 0,51626 yang dimiliki oleh PT Permata Prima
Sakti pada tahun 2006. Pada variabel kualitas akrual diskresioner memiliki variasi
yang besar yaitu dengan nilai rata-rata sebesar -0,00158, nilai minimum sebesar
-0,34817 yang dimiliki oleh PT Pan Brothers pada tahun 2005, dan nilai
maksimum sebesar 1,63000 yang dimiliki oleh PT Prasidha Aneka Niaga. Variasi
yang besar tersebut menunjukkan adanya perbedaan cukup besar kualitas akrual
antar perusahaan di Indonesia.
Nilai variabel size dalam jutaan rupiah berkisar dari Rp 103 miliar rupiah
yang dimiliki oleh PT Astra Internasional Tbk di tahun 2011 hingga Rp 154 triliun
rupiah yang dimiliki oleh PT Indo Kordsa di tahun 2009. Nilai tersebut
menunjukkan sampel penelitian ini bervariasi mencakup perusahaan besar dan
perusahaan kecil.
Nilai ROA yang paling besar yaitu dialami oleh PT Vale Indonesia pada
tahun 2007. Pada sampel penelitian ini terdapat beberapa perusahaan yang
memiliki ROA (Return on Asset) negatif. Nilai ROA yang paling kecil (-0,78556)
di sampel penelitian ini yaitu PT Rimo Catur Lestari pada tahun 2006. Nilai ROA
negatif pada tahun tersebut disebabkan karena perusahaan mengalami kerugian
yang cukup besar yaitu Rp -52.265.781.000. PT Rimo Catur Lestari pada tahun
2006, 2009, 2010, 2011 memiliki ROA negatif karena pada periode tersebut
mengalami kerugian usaha. ROA merupakan indikator produktivitas perusahaan
yaitu seberapa besar sumber daya atau aset perusahaan dapat menghasilkan laba.
Perusahaan yang memiliki nilai ROA yang negatif dapat dikatakan bahwa
perusahaan tersebut tidak memaksimalkan sumber daya atau aset yang
dimilikinya.
Nilai negatif juga terdapat pada interest coverage ratio. Nilai interest
coverage ratio yang paling kecil (-302,65900) yaitu PT Intan Wijaya Internasional
pada tahun 2010. Perusahaan memiliki interest coverage ratio yang negatif sejak
Universitas Indonesia
59
tahun 2008 sampai 2010 karena pada periode tersebut laba operasinya negatif.
Interest coverage ratio digunakan sebagai ukuran solvabilitas yang
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga dari
outstanding debt dengan menggunakan laba yang diperolehnya. Dengan demikian
dengan melihat nilai interest coverage ratio yang negatif, dapat dikatakan PT
Intan wijaya Internasional memiliki tingkat solvabilitas yang rendah pada tahun
2008 hingga 2010.
Rasio utang lainnya yaitu leverage ratio yang dihitung dari total utang
dibagi dengan total aset. Perusahaan yang memiliki leverage ratio yang paling
kecil sebesar 0 ada 16 perusahaan, beberapa diantaranya yaitu PT Astra Graphia, PT
Sepatu Bata, dan PT Centrin Online. Perusahaan yang memiliki leverage ratio yang
paling besar (1,76690) yaitu PT Matahari Department Store pada tahun 2010.
Leverage ratio digunakan sebagai ukuran untuk melihat seberapa besar jumlah
aset perusahaan yang dibiayai dengan utang. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa pada tahun 2010 PT Matahari Department Store merupakan perusahaan
sampel dengan aset yang dibiayai dari utang yang paling besar.
Pada variabel NIBE nilai minimum sebesar 0,00089 dimiliki oleh PT
Suryamas Dutamakmur pada tahun 2010, dan nilai maksimum sebesar 0,86634
yang dimiliki oleh PT Akasha Wira International pada tahun 2010. Perusahaan-
perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki nilai NIBE yang
sangat bervariasi. Hal ini dapat dilihat melalui standar deviasinya sebesar 0,07034
dan nilai rata-rata sebesar 0,05320.
Universitas Indonesia
60
Nilai biaya ekuitas yang paling rendah (-0,03063) pada sampel penelitian
ini yaitu PT Polychem Indonesia pada tahun 2009 sehingga dapat dikatakan PT
Polychem Indonesia pada tahun 2009 merupakan perusahaan yang mengeluarkan
biaya yang paling rendah untuk mendapatkan modalnya berupa saham. Sedangkan
nilai biaya ekuitas yang paling tinggi (1,56811) yaitu PT Gowa Makassar Tourism
Universitas Indonesia
61
Universitas Indonesia
62
3,28 dan 5,37. Hal ini dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan model 1A dan
2A tidak ada masalah multikolinearitas.
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas Model 1A dan 2A
Model 1A Model 2A
Variabel VIF Variabel VIF
AQ Rank 5,32 Inn Rank 6,56
Size 6,63 Dis Rank 5,68
Leverage 2,70 Size 15,47
NIBE 1,95 Leverage 3,96
ROA 1,72 NIBE 2,26
Int Cov 1,37 ROA 2,17
Int Cov 1,46
Rerata 3,28 Rerata 5,37
Model IB Model 2B
Variabel VIF Variabel VIF
AQ Rank 4,77 Inn Rank 5,42
Size 7,63 Dis Rank 4,91
Leverage 3,32 Size 13,19
Beta 2,40 Leverage 3,42
Growth 1,21 Beta 2,45
Growth 1,10
Rerata 3,86 Rerata 5,08
Universitas Indonesia
63
dari model regresi menjadi bias. Pada t-test maupun F-test tergantung pada
standard error yang benar untuk menentukan apakah hipotesis ditolak atau tidak.
Dengan demikian masalah heterokedastisitas akan menyebabkan pengambilan
kesimpulan berdasarkan rejection rule yang ada akan menjadi tidak valid.
Pada pengujian ini jika nilai probabilitas lebih kecil dari nilai α yaitu 0,05
berarti terdapat heterokedastisitas. Pada tabel 4.12 dapat dilihat bahwa
keseluruhan model terdapat masalah heterokedastisitas. Heterokedastisitas ini
diatasi dengan menggunakan Generalized Least Square (GLS). Hasil regresi
dengan menggunakan GLS untuk keseluruhan model terdapat di lampiran 14-17.
Tabel 4.12 Hasil Uji Heterokedastisitas
Modified Model 1A Model 1B Model 2A Model 2B
Wald Test
Prob. Chi2 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Model 1A: Pengaruh kualitas akrual pada biaya utang
Model 1B: Pengaruh kualitas akrual pada biaya ekuitas
Model 2A: Pengaruh kualitas akrual innate dan diskresioner pada biaya utang
Model 2B: Pengaruh kualitas akrual innate dan diskresioner pada biaya ekuitas
Universitas Indonesia
64
4.5 Analisis Hasil Regresi Model 1A dan 2A: Pengaruh Kualitas Akrual,
Kualitas Akrual Innate, dan Kualitas Akrual Diskresioner terhadap
Biaya Utang
Setelah model penelitian memenuhi kriteria uji asumsi klasik, yaitu BLUE
(Best, Linear, Unbiased, Estimator), maka tahap selanjutnya yaitu melihat apakah
model penelitian ini telah sesuai dengan kriteria model ekonometrika yang baik
yaitu dengan pengujian signifikansi global (F-stat), signifikansi parsial (t-stat),
dan R2. Ringkasan hasil regresi untuk model 1A dan 2A dapat dilihat pada tabel
4.14 dan 4.15. Hasil lengkap regresi model ini terdapat di bagian lampiran 14 dan
16. Probabilitas pada hasil output stata untuk keseluruhan penelitian ini dibagi dua
karena hipotesis penelitian bersifat one-tailed.
4.5.2 Uji R2
Pengujian R2 dilakukan untuk mengetahui seberapa besar perubahan
variabel independen dapat menjelaskan perubahan variabel dependen dalam suatu
model. Nilai R2 yang digunakan pada penelitian ini yaitu R 2 between pada output
regresi Fix Effect (FE). Pada model 1A dan 2A, nilai R2 tidak terlalu besar yaitu
hanya bernilai 0,01490 untuk model 1A dan 0,01530 untuk model 2A. Dapat
diartikan bahwa perubahan variabel independen pada model 1A (kualitas akrual)
dan variabel independen pada model 2A (kualitas akrual innate dan kualitas akrual
diskresioner) dapat menjelaskan perubahan variabel dependen (biaya utang)
sebesar 1,49% dan 1,53%.
Universitas Indonesia
65
Universitas Indonesia
66
Hasil penelitian ini juga konsisten dengan Yunior (2010) yaitu kualitas
akrual, kualitas akrual innate, dan kualitas akrual diskresioner tidak berpengaruh
terhadap biaya utang. Selain itu hasil penelitiannya juga tidak dapat membuktikan
adanya perbedaan pengaruh kualitas akrual innate dan kualitas akrual diskresioner
terhadap biaya utang. Yunior (2010) yang hanya menggunakan satu periode
sebagai sampel penelitiannya, menyatakan bahwa hasil tersebut kemungkinan
dikarenakan di Indonesia pada periode tersebut terjadi mispricing abnormal
accrual. Menurut Toha dan Harahap (2010) mispricing abnormal accrual yaitu
Universitas Indonesia
67
pasar tidak mengantisipasi dengan baik informasi yang terkait dengan akrual
sehingga kualitas akrual tidak berpengaruh terhadap biaya utang.
Tabel 4.15 Hasil Regresi Model 2A
COD j,t+1 = β0 + β1 InnAQrank j,t + β2 DisAQrank + β3 ROA j,t + β4 IntCov j,t + β5 σ(NIBE) j,t + β6 Leverage j,t + β7 Size j,t + μ j,t
Universitas Indonesia
68
tersebut tidak dibebankan dengan beban bunga yang tinggi. Dengan demikian
semakin tinggi leverage ratio akan berpengaruh pada penurunan biaya utang.
Variabel kontrol lainnya yaitu ROA dan interest coverage tidak
berpengaruh signifikan terhadap biaya utang. Hal serupa ditemukan Gray, Koh,
dan Tong (2009). Sumber utang perusahaan di Indonesia lebih banyak dari private
debt dibanding public debt. Private lenders lebih memiliki keistimewaan dalam
akses terhadap informasi bisnis dan finansial perusahaan dibandingkan public
lenders. Selain itu, private lenders juga cenderung memiliki hak lebih untuk
melakukan pengawasan kepada borrowing firm. Oleh karena kedua hal tersebut
tingkat kepercayaan private lender kepada perusahaan meningkat sehingga
private lender tidak lagi melihat dan mempertimbangkan ukuran kinerja
perusahaan lainnya yaitu ROA dan interest coverage. Private lender cenderung
melihat laba perusahaan dan tingkat utang perusahaan. Semakin tinggi laba dan
utang perusahaan, maka dapat menjadi sinyal bahwa kreditor lainnya telah
memercayai perusahaan tersebut untuk peminjaman uang.
4.6 Analisis Hasil Regresi Model 1B dan 2B: Pengaruh Kualitas Akrual,
Kualitas Akrual Innate, dan Kualitas Akrual Diskresioner terhadap
Biaya Ekuitas
Setelah model penelitian 1B dan 2B telah dilakukan treatment dengan
menggunakan model regresi General Least Square (GLS), maka kedua model ini
telah memenuhi kriteria uji asumsi klasik, yaitu BLUE (Best, Linear, Unbiased,
Estimator). Selanjutnya model penelitian ini akan diuji apakah telah sesuai dengan
kriteria model ekonometrika yang baik yaitu dengan pengujian signifikansi global
(F-stat), signifikansi parsial (t-stat), dan R 2. Hasil regresi terdapat di bagian
lampiran 15 dan 17. Ringkasan hasil regresi untuk model 1B dan 2B dapat dilihat
pada tabel 4.16 dan 4.17.
Universitas Indonesia
69
signifikansi lebih kecil atau sama dengan 0,025 maka model penelitian signifikan.
Pada model IB dan 2B p-value F-stat bernilai 0,00000 sehingga dapat dikatakan
seluruh variabel independen dalam model secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependennya yaitu biaya ekuitas.
4.6.2 Uji R2
Pengujian R2 dilakukan untuk mengetahui seberapa besar perubahan
variabel independen dapat menjelaskan perubahan variabel dependen dalam suatu
model. Nilai R2 yang digunakan pada penelitian ini yaitu R2 between pada output
regresi Fixed Effect (FE). Pada model 1A dan 2A (biaya utang), nilai R 2 tidak
terlalu besar yaitu hanya sekitar 1% sedangkan pada model IB dan 2B (biaya
ekuitas) ini nilai R2 jauh lebih tinggi. Nilai R2 pada model 1B yaitu 16,84% dan
pada model 2B yaitu 23,45%. Dengan demikian dapat diartikan bahwa perubahan
variabel independen pada model 1B yaitu kualitas akrual dan variabel independen
pada model 2B yaitu kualitas akrual innate dan kualitas akrual diskresioner, dapat
menjelaskan perubahan variabel dependen yaitu biaya ekuitas sebesar 16,84% dan
23,45%.
Universitas Indonesia
70
Universitas Indonesia
71
effect. Guay et al. (1996) membagi komponen akrual diskresioner menjadi tiga,
yaitu performance component, opportunism, dan pure noise. Performance
component merefleksikan kemampuan manajemen untuk meningkatkan earnings
sesuai dengan kinerja aktual perusahaan. Komponen opportunism merupakan
komponen yang merefleksikan adanya perilaku oportunis dan insentif dari
berbagai pihak untuk membuat laporan keuangan tidak sesuai dengan kinerja
perusahaan. Komponen selanjutnya yaitu pure noise merupakan komponen error
yang tidak dapat dijelaskan dalam menilai kualitas akrual diskresioner.
Francis et al. (2005) menyatakan bahwa offset effect adalah ketika
manajemen suatu perusahaan akan berusaha untuk membuat laporan keuangan
sesuai dengan keadaan aktual perusahaan (performance component), namun ada
manajemen perusahaan lainnya yang berusaha untuk memanipulasi laporan
keuangan karena ada motivasi dan kepentingan tertentu (opportunistic
component), sehingga ketika diobservasi kedua komponen akrual diskresioner
tersebut saling menyeimbangkan (offset) pengaruh terhadap risiko informasi. Oleh
karena offset effect tersebut, Francis et al. (2005) mengatakan bahwa kualitas
akrual diskresioner akan memiliki pengaruh yang lebih kecil dibandingkan
kualitas akrual innate terhadap risiko informasi dan selanjutnya akan berpengaruh
terhadap biaya ekuitas.
Universitas Indonesia
72
Universitas Indonesia
73
growth terhadap biaya ekuitas. Hal ini sesuai dengan penelitian Zorn (2007) yang
menyatakan bahwa hubungan antara tingkat pertumbuhan perusahaan dengan
biaya ekuitas dapat bernilai positif karena perusahaan cenderung untuk
menstabilkan atau menaikkan nilai pertumbuhan perusahaannya agar memberikan
sinyal kepada stakeholder bahwa perusahaan sedang dalam kondisi baik. Dengan
adanya tindakan tersebut maka risiko informasi pada pelaporan laporan keuangan
meningkat dan biaya ekuitas pun meningkat. Dengan demikian pertumbuhan
perusahaan berpengaruh positif terhadap biaya ekuitas.
Variabel size memiliki pengaruh signifikan terhadap biaya ekuitas dan
koefisien hasil regresi pada variabel size sesuai dengan prediksi yaitu bernilai
negatif. Menurut Lee dan Choi (2002) ukuran perusahaan dapat dijadikan variabel
untuk menjelaskan variasi biaya modal karena pada perusahaan yang lebih kecil
mempunyai kecenderungan dan insentif lebih besar untuk memanipulasi laba
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih besar. Hal ini disebabkan perusahaan
besar cenderung menjadi pengamatan analisis keuangan, investor, atau pihak
lainnya, sehingga lebih kecil kemungkinan untuk memanipulasi laba. Semakin
kecil ukuran perusahaan maka semakin besar risiko informasi dan investor
menuntut return yang lebih besar pula sehingga semakin besar biaya ekuitasnya.
Dengan demikian ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap biaya ekuitas.
Variabel kontrol yang tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya ekuitas
yaitu beta dengan nilai p-value sebesar 0,43100 pada model IB dan 0,41650 pada
model 2B. Koefisien hasil regresi pada variabel beta sesuai dengan prediksi yaitu
bernilai positif. Nilai beta merupakan ukuran relatif risiko yaitu risiko saham
individual relatif terhadap risiko pasar. Ferson dan Locke (1998) menyatakan
bahwa semakin tinggi nilai beta yang mencerminkan semakin tingginya risiko,
akan menyebabkan semakin tingginya biaya ekuitas.
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kualitas akrual memiliki
pengaruh terhadap biaya utang dan biaya ekuitas perusahaan dan untuk
mengetahui apakah ada perbedaan pengaruh antara kualitas akrual innate dengan
kualitas akrual diskresioner terhadap biaya utang dan biaya ekuitas. Model
kualitas akrual yang digunakan dalam penelitian mereplikasi model penelitian
Francis et al. (2005). Dari hasil pengujian pada sampel sebanyak 237 perusahaan
dengan total observasi 1.110 pada periode 2005-2011 dapat diperoleh kesimpulan
yaitu:
Kualitas akrual, kualitas akrual innate, dan kualitas akrual diskresioner
tidak berpengaruh terhadap biaya utang. Juga ditemukan bahwa tidak ada
perbedaan pengaruh antara kualitas akrual innate dan kualitas akrual
diskresioner terhadap biaya utang. Hasil penelitian ini berbeda dengan
Francis et al. (2005) namun konsisten dengan Gray, Koh, dan Tong (2009).
Perbedaan hasil penelitian tersebut menurut Gray, Koh, dan Tong (2009)
dapat dikarenakan sebagian besar sumber modal perusahaan yang berasal
dari private debt dibandingkan public debt. Private lenders lebih memiliki
keistimewaan dalam akses terhadap informasi bisnis dan finansial
perusahaan dibandingkan public lenders sehingga tingkat informasi
asimetris menjadi lebih rendah. Selain itu, private lenders juga cenderung
memiliki hak lebih untuk melakukan pengawasan kepada borrowing firm
sehingga menyebabkan risiko informasi yang terkait dengan kebijakan
pelaporan manajerial berkurang dan mengurangi efek kualitas akrual
terhadap biaya utang. Selain itu kemungkinan penyebab lainnya yaitu pasar
utang di Indonesia tidak sebesar pasar modal. Persentase jumlah
perusahaan publik yang mengeluarkan obligasi hanya sebesar 24,74% dari
total seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Oleh
karena itu pasar utang di Indonesia kurang merespon akan adanya
informasi, termasuk informasi akrual, dibandingkan pasar modal.
74 Universitas Indonesia
75
Universitas Indonesia
76
yield of bond dikurang dengan yield treasury security yang durasi maturitas
terdekat (Elyas, Jia, dan Mao, 2007).
Pada penelitian ini dalam menghitung biaya ekuitas menggunakan
pendekatan industry-adjusted earnings-to-price ratio. Diharapkan pada
penelitian selanjutnya dapat menggunakan pendekatan biaya ekuitas
lainnya, misalnya dengan menggunakan pendekatan Capital Asset Pricing
Model (CAPM).
Generalisasi hasil penelitian ini tidak berlaku untuk industri jasa keuangan
dan investasi karena industri tersebut memiliki regulasi yang ketat sehingga
memiliki karakteristik yang khas dan tidak dapat dibandingkan dengan
jenis industri lainnya.
Universitas Indonesia
77
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Adrison, Vid. (2013). Asumsi pada Regresi Ordinary Least Square (OLS). Bahan
Kuliah Ekonometrika 1. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Armstrong, C., Banerjee, S., & Corona, C. (2009). Information Quality,
Systematic Risk and the Cost of Capital. Working paper, University of
Pennsylvania.
Beaver, William. (2002). Perspective on Recent Capital Market Research. The
Accounting Review, 77, 453-474.
Botosan, C. A. (1997). Disclosure Level and The Cost of Equity Capital. The
Accounting Review, 72, 323-349.
Chava, Sudheer & Roberts, Michael R. (2008). How Does Financing Impact
Investment? The Role of Debt Covenants. The Journal of Finance, 63, 2085-
2121.
Clark, T.S. & Linzer, D. (2013). Should I Use Fixed or Random Effects? Working
Paper.
Dechow, P., & Schrand, C. (2004). Earnings Quality. The Research Foundation of
CFA Institute.
Dechow, Patricia & Schrand, Catherine. (2010). Understanding Earnings Quality:
A Review of the Proxies, Their Determinants and Their Consequences.
Journal of Accounting and Economics, 50, 344-401.
Dichev, I. & D. Skinner (2002). Large Sample Evidence on Debt Covenant
Hypothesis. Journal of Accounting Research, 40(4), 1091-1123.
Doyle, J., Ge, W., McVay, S. (2007). Accruals Quality and Internal Control over
Financial Reporting. Working Paper, Utah State University dan University of
Washington.
Easley, D. & M. O'Hara. (2004). Information and Cost of Capital. Journal of
Finance, 59 (4), 1553-83.
Edison Electric Institute. (2005). The Effect of Debt on Cost of Equity in
Regulatory Setting. Edison Electric Institute (EEI). www.eei.org.
Ferson, Wayne E. & Locke, Dennis H. (1998). Estimating the Cost of Capital
Through Time : An Analysis of the Sources of Error. Journal of Management
Science, 44 (4), 485-500.
Francis, J., Lafond, R., Olsson, P., & Schipper, K. (2005). The Market Pricing of
Accruals Quality. Journal of Accounting and Economics, 39, 295-327.
Gray, P., Koh Ping-Sheng, & Tong Yen H. (2009). The Accruals Quality,
Information Risk, and Cost of Capital : Evidence from Australia. Journal of
Business Finance and Accounting, 36 (1) & (2), 51-72.
Guay, W., Kothari, S.P., & R. Watts. (1996). A Market-Based Evaluation of
Discretionary Accruals Models. Journal of Accounting Research, 34
(supplement), 83–105.
Healy, P., (1996). Discussion of a market-based evaluation of discretionary
accrual models. Journal of Accounting Research, 34 (supplement), 107–115.
Hill, Charle W.L. & Jones, Thomas M. (1992). Stakeholder-Agency Theory.
Journal of Management Studies, 29 (2), 0022-2380.
Hovakimian, A., Opler, T., & Sheridan, T. (2001). The Debt-Equity Choice.
Journal of Financial and Quantitative Analysis, 36 (1), 1-24.
78 Universitas Indonesia
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). (2009). Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.
International Accounting Standard Board. (2012). International Accounting
Standards.
Jensen, M. C., & Meckling, W.H. (1976). Theory of Firm : Managerial Behaviour,
Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3,
305-360.
John, H., Liu, J., & Liu, J. (2006). Information Asymmetry, Diversivication, and
Cost of Capital. Working Paper, UCLA Anderson School.
Kent, P., Routledge, J., Stewart, J. (2010). Innate and Discretionary Accruals
Quality and Corporate Governance. Journal of Accounting and Finance, 50,
171-195.
Kothari, S.P., Leone, A., Wasley, C.E. (2005). Performance Matched Discretionary
Accrual Measures. Journal of Accounting and Economics, 39, 163-197.
Lando, David. (2004). Credit Risk Modeling: Theory and Applications. Princeton,
NJ: Princeton University Press.
Lambert, R.A., Leuz, C., & Verrecia, R. (2007). Information Asymmetry,
Information Precision, and The Cost of Capital. Working Paper, University of
Pennsylvania dan University of Chicago.
Leuz, C., & Verrcchia, R. (2004). Firms Capital Allocation Choices, Information
Quality, and The Cost of Capital. Working Paper, University of Pennsylvania.
Leuz, C., Nanda, D., & Wysocki, P.D. (2003). Earnings Management and Investor
Protection: an International Comparation. Journal of Financial Economics,
69, 505-527.
Liu, J., Nissim, D., & Thomas, J., (2002). Equity Valuation Using Multiples.
Journal of Accounting Research, 40, 135–172.
Mokhtari, B., & Kangarlouei, S. J. (2012). The Investigation of the Relationship
between Accruals Quality and Corporate Cash Holdings in Firms Listed in
Tehran Stock Exchange (TSE). Journal of Management Research, 4 (3), 120-
132.
Mukti, A.H., & Wardhani, R. (2012). Corporate Governance Mechanism, Audit
Quality, and Accrual Quality: Indonesia Manufacturing Company Evidence.
IAMURE International Journal of Business and Management, 3, 168-189.
Nachrowi, D. N., & Usman, H. (2006). Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi
dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Pincus, M., Rajgopal, S., & Venkatachalam, M. (2003). The Accrual Anomaly:
International Evidence. The Accounting Review, 82,169-203.
Pratt, J.W. & Zeckhauser, R.J. (1985). Principals and Agents: The Structure of
Business. Harvard Business School Press: Boston.
Riedl, Edward & Serafeim, George. (2009). Information Risk and Fair Value : An
Examination of Equity Betas and Bid Ask Spread. Working Paper, Harvard
Business School.
Saam, Nicole J. (2007). Asymmetry in information versus asymmetry in power:
Implicit assumptions of agency theory. Journal of Socio-Economics, 36 (6),
825-984.
Sehgal, Sanjay & Pandey, Asheesh. (2010). Equity Valuation Using Price
Multiples: A Comparative Study for BRICKS. Asain Journal of Finance &
Accounting ISSN 1946-052X 2010, 2 (1), 68-91.
78 Universitas Indonesia
Sloan, R. G. (1996). Do Stock Prices Fully Reflect Information in Accruals and
Cash Flows About Future Earnings?. The Accounting Review, 71, 289-315.
Scott, William. (2009).Financial Accounting Theory (5th Edition). Prentice Hall.
Siregar, Sylvia V., & Utama, Sidharta. (2008). Type of Earnings Management and
The Effect of Ownership Structure, Firms Size, and Corporate Governance
Practice : Evidence from Indonesia. The International Journal of Accounting,
43, 1-27.
Spohr, Jonas. (2005). Essays of Earnings Management. Working paper, Swedish
School of Economics and Business Administration.
Subramanyam, K.R. (1996). The Pricing of Discretionary Accruals. Journal of
Accounting and Economics, 22, 249–281.
Susanto, Siswardika. (2012). Corporate Governance, Kualitas Laba, dan Biaya
Ekuitas : Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Indonesia
Tahun 2009. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Tampubolon, Maria S.H. (2012). Pengaruh Kualitas Akrual terhadap Premi
Risiko. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Teoh, S. H., & Wong, T. J. (2002). Why New Issues and High-Accrual Firms
Underperform: The Role of Analyst' Creduity. The Review of Financial
Studies, 15, 869-900.
Toha, E. C,. & Harahap, Nurwahyuningsih. (2010). Anomali Akrual di Indonesia.
Working Paper, Universitas Indonesia.
Utami, Wiwik. (2005). Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas.
Simposium Nasional Akuntansi 8, Solo.
Yunior, William S. (2010). Pengaruh Kualitas Informasi sebagai Risiko Informasi
terhadap Biaya Modal. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
78 Universitas Indonesia
81
Lampiran 1
Daftar Perusahaan
78 Universitas Indonesia
82
78 Universitas Indonesia
83
78 Universitas Indonesia
84
78 Universitas Indonesia
85
78 Universitas Indonesia
86
78 Universitas Indonesia
87
78 Universitas Indonesia
88
Lampiran 2
Pengujian Data Panel Model 1A : Chow Test
Sumber : Stata
Lampiran 3
Pengujian Data Panel Model 1A : Lagrange Multiplier Test
78 Universitas Indonesia
89
Sumber : Stata
Lampiran 4
Pengujian Data Panel 1A : Hausman Test
Sumber : Stata
Lampiran 5
Pengujian Data Panel Model 1B : Chow Test
Sumber : Stata
Lampiran 6
Pengujian Data Panel Model 1B : Lagrange Multiplier Test
78 Universitas Indonesia
90
Sumber : Stata
Lampiran 7
Pengujian Data Panel Model 1B : Hausman Test
Sumber : Stata
Lampiran 8
Pengujian Data Panel Model 2A : Chow Test
Sumber : Stata
Lampiran 9
Pengujian Data Panel Model 2A : Lagrange Multiplier Test
78 Universitas Indonesia
91
Sumber : Stata
Lampiran 10
Pengujian Data Panel Model 2A : Hausman Test
Sumber : Stata
Lampiran 11
Pengujian Data Panel Model 2B : Chow Test
Sumber : Stata
Lampiran 12
Pengujian Data Panel Model 2B : Lagrange Multiplier Test
78 Universitas Indonesia
92
Sumber : Stata
Lampiran 13
Pengujian Data Panel Model 2B : Hausman Test
Sumber : Stata
Lampiran 14
Hasil Regresi Generalized Least Square (GLS) Model 1A
Sumber : Stata
Lampiran 15
Hasil Regresi Generalized Least Square (GLS) Model 1B
78 Universitas Indonesia
93
Sumber : Stata
Lampiran 16
Hasil Regresi Generalized Least Square (GLS) Model 2A
Sumber : Stata
Lampiran 17
Hasil Regresi Generalized Least Square (GLS) Model 2B
78 Universitas Indonesia
94
Sumber : Stata
Lampiran 18
Hasil Uji Beda Koefisien Model 2A
Sumber : Stata
Lampiran 19
Hasil Uji Beda Rata-Rata Model 2A
Sumber : Stata
Lampiran 20
78 Universitas Indonesia
95
Sumber : Stata
Lampiran 21
Hasil Uji Beda Rata-Rata Model 2B
Sumber : Stata
Lampiran 22
Debt Market di Indonesia
Jumlah Perusahaan yang Jumlah Perusahaan Persentase
Menerbitkan Obligasi Publik (%)
78 Universitas Indonesia