Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 TATA LAKSANA EKSPOR
1. Eksportir/ Kuasanya menyampaikan dokumen Pemberitahuan Ekspor
Barang (PEB) ke Kantor Bea Cukai tempat pemuatan.
2. Terhadap Barang Ekspor yang diberitahukan dalam PEB dilakukan
penelitian dokumen setelah dokumen pemberitahuan disampaikan.
3. Jika terhadap penelitian dokumen PEB menunjukkan pengisian atas data
PEB tidak lengkap dan/atau tidak sesuai, diterbitkan respon Nota
Pemberitahuan Penolakan (NPP).
4. Jika dalam penelitian larangan dan/atau pembatasan menunjukkan
dokumen persyaratan belum dipenuhi maka diterbitkan Nota
Pemberitahuan Persyaratan Dokumen (NPPD).
5. Dalam hal hasil penelitian Sistem Komputer Pelayanan menunjukan
lengkap dan sesuai, dan tidak termasuk barang yang dilarang atau dibatasi
ekspornya, atau termasuk barang yang dilarang atau dibatasi ekspornya
tetapi persyaratan ekspornya telah dipenuhi, serta barang tidak dilakukan
pemeriksaan fisik, PEB diberi nomor dan tanggal pendaftaran dan
diterbitkan respon NPE.
6. Dalam hal dilakukan pemeriksaan fisik, maka diterbitkan
Pemberitahuan Pemeriksaan Barang (PPB). Jika pemeriksaan fisik barang
ekspor menunjukkan:
a. Hasil sesuai, maka diterbitkan Nota Pelayanan Ekspor (NPE).
b. Hasil tidak sesuai, diteruskan kepada Unit Pengawasan untuk penelitian
lebih lanjut.
 
2.2 FLOW CHART KEGIATAN KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR
2.3 PROSEDUR KEPABEANAN EKSPOR
1.       Eksportir wajib memberitahukan barang yang akan diekspor ke
Kantor Bea dan Cukai tempat pemuatan dengan menggunakan PEB (BC
3.0).
2. PEB dibuat oleh Eksportir berdasarkan dokumen pelengkap pabean
berupa:
a.       Invoice;
b.      Packing List;
c.       Dokumen lain yang diwajibkan.
3. Eksportir wajib memenuhi ketentuan larangan dan/ atau pembatasan
ekspor yang ditetapkan oleh instansi teknis.
4.  Penghitungan besaran Bea Keluar dilakukan sendiri oleh Eksportir
secara Self Assessment.
5.  PEB disampaikan ke Kantor Bea Cukai pemuatan paling cepat 7
(tujuh) hari sebelum tanggal perkiraan ekspor dan paling lambat sebelum
barang ekspor masuk ke Kawasan Pabean tempat pemuatan.
6.  Atas Ekspor barang curah, eksportir atau PPJK dapat menyampaikan
PEB sebelum keberangkatan sarana pengangkut.
7.  Pengurusan PEB dapat dilakukan sendiri oleh eksportir atau
dikuasakan kepada Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK).
8. Pada Kantor Pabean yang sudah menerapkan sistem PDE (Pertukaran
Data Elektronik) kepabeanan, eksportir/PPJK wajib menyampaikan PEB
dengan menggunakan sistem PDE Kepabeanan
 
2.4 PEMERIKSAAN FISIK BARANG EKSPOR:
Bahwa terhadap barang Ekspor, dapat dilakukan pemeriksaan fisik yang
dilakukan secara selektif berdasarkan manajemen risiko, yaitu terhadap:
1. Barang Ekspor yang akan diimpor kembali;
2. Barang Ekspor yang pada saat impornya ditujukan untuk diekspor
kembali;
3. Barang Ekspor yang mendapat fasilitas pembebasan  dan/atau fasilitas
pengembalian;
4. Barang Ekspor yang dikenakan Bea Keluar;
5. Barang Ekspor yang berdasarkan informasi dari Direktorat Jenderal
Pajak menunjukkan adanya indikasi yang kuat akan terjadi pelanggaran
atau telah terjadi pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan di
bidang perpajakan; atau
6. Barang Ekspor yang berdasarkan hasil analisis atas informasi yang
diperoleh dari Unit Pengawasan menunjukkan adanya indikasi yang kuat
akan terjadi pelanggaran atau telah terjadi pelanggaran ketentuan
perundang-undangan.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan di:
1. Kawasan Pabean;
2. Gudang Eksportir; atau
3. Tempat lain yang digunakan Eksportir untuk menyimpan barang
Ekspor.

2.5 PENGERTIAN PEB


 Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) adalah pemberitahuan pabean yang
digunakan untuk memberitahukan ekspor barang dalam bentuk tulisan di
atas formulir atau data elektronik. Bentuk dan isi pemberitahuan pabean
ekspor ditetapkan dalam Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai. PEB
dibuat oleh Eksportir berdasarkan dokumen pelengkap pabean berupa:
a. Invoice;
b. Packing List;
c.  Dokumen lain yang diwajibkan.
Secara garis besar, prosedur pengurusan dokumen PEB adalah sebagai
berikut:

1) Barang yang akan diekspor diberitahukan ke kantor Bea Cukai


dengan mengisi PEB. informasi-informasi yang perlu diisi dalam
PEB ini diantaranya nama & alamat eksportir, nama & alamat
importir, nilai invoice, HS Code produk, pelabuhan asal, dan
pelabuhan tujuan.
2) Melakukan pendaftaran PEB paling cepat 7 (tujuh) hari sebelum
tanggal perkiraan pengiriman ekspor dan paling lambat sebelum
barang ekspor masuk Kawasan Pabean. Pendaftaran ini disertai
dengan Nomor Induk Perusahaan (NIPER) dan dilengkapi dokumen
pelengkap diantaranya Invoice, Packing List, Bukti Bayar PNBP
(Pendapatan Negara Bukan Pajak), Bukti Bayar Bea Keluar (untuk
barang ekspor dikenai Bea Keluar), dan dokumen lainnya dari
instansi teknis terkait (untuk barang ekspor terkena ketentuan
larangan atau pembatasan).

3) Membayar pelunasan pajak ekspor jika barang ekspor dikenai pajak


ekspor.

Petugas Bea dan Cukai menjadikan PEB ini sebagai dasar untuk
memeriksa kesesuaian barang yang diekspor, sehingga bisa diberikan
persetujuan dan pemuatan barang ke sarana transportasi. Kesalahan
dalam pengisian PEB ini dapat dianggap dengan penyimpangan secara
sengaja, sehingga sahabat UKM perlu untuk hati-hati dan teliti dalam
mengisinya.

2.6 PENGECUALIAN KEWAJIBAN MEMBERITAHUKAN PEB


1. Barang pribadi penumpang;
2. Barang awak sarana pengangkut;
3. Barang pelintas batas; atau
4. Barang kiriman melalui pos dengan berat tidak melebihi 100 (seratus)
kilogram.
 
2.7 SANKSI
1. Mengekspor tanpa menyerahkan pemberitahuan pabean dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000 (lima
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 5.000.000.000 (lima miliar
rupiah).
2. Menyerahkan pemberitahuan pabean dan/atau dokumen pelengkap
pabean yang palsu atau dipalsukan dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 2 (dua) tahun paling lama 8 (delapan) tahun dan/ atau
pidana denda paling sedikit seratus juta rupiah dan paling banyak lima
miliar rupiah.
3. Tidak melaporkan pembatalan ekspor kepada Pejabat Bea dan Cukai di
Kantor Bea Cukai Pemuatan atau melaporkan pembatalan eksponya
namun melewati jangka waktu, dikenai sanksi administrasi berupa denda
sebesar Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
4. Salah memberitahukan jenis dan/atau jumlah barang dikenai sanksi
administrasi berupa denda paling sedikit 100% (seratus persen) dari
pungutan negara di bidang ekspor yang kurang dibayar dan paling
banyak 1.000% (seribu persen) dari pungutan negara di bidang ekspor
yang kurang dibayar.
 
2.8 BARANG EKSPOR YANG DIKENAKAN BEA KELUAR
1. Bahwa terhadap barang Ekspor dapat dikenakan Bea Keluar.
2. Barang ekspor yang dikenakan Bea Keluar, yaitu sebagai berikut:
a. Kulit dan Kayu;
b. Biji kakao;
c. Kelapa sawit, Crude Palm Oil (CPO), dan produk turunannya;
d. Produk hasil pengolahan mineral logam; dan
e. Produk mineral logam dengan kriteria tertentu.
3. Perhitungan Bea Keluar adalah sebagai berikut:
a. Dalam hal TarifBea Keluar ditetapkan berdasarkan persentase dari
Harga Ekspor (advalorum), Bea Keluar dihitung berdasarkan rumus
sebagai berikut:
Tarif Bea Keluar x Jumlah Satuan Barang x Harga Ekspor per
Satuan Barang x Nilai Tukar Mata Uang

b. Dalam hal Tarif Bea Keluar ditetapkan secara spesifik, Bea Keluar
dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
Tarif Bea Keluar Per Satuan Barang Dalam Satuan Mata Uang
Tertentu x Jumlah Satuan Barang x Nilai Tukar Mata Uang

2.9 DOKUMEN UTAMA


Dokumen utama adalah dokumen yang wajib sifatnya untuk dibuat dalam
setiap transaksi ekspor. Berikut jenis-jenis dokumen utama pada ekspor.

Invoice atau Faktur

Invoice, atau bisa disebut sebagai faktur atau nota, merupakan dokumen yang
berfungsi sebagai suatu bukti transaksi atau penagihan, dibuat oleh eksportir
untuk importir. Invoice harus mencantumkan elemen-elemen berikut: nomor &
tanggal invoice, nama barang, harga per unit barang & total harga, nama &
alamat eksportir, nama & alamat importir, serta keterangan rekening
pembayaran jika diperlukan. Penting juga agar invoice dibuat menggunakan
kop surat perusahaan eksportir.

Invoice dalam ekspor dapat berupa tiga jenis:

 Proforma Invoice: Suatu penawaran dari eksportir kepada importir yang


potensial. Jadi ini dibuat untuk menempatkan pesanan yang sering
mendapatkan permintaan dari importir sehingga eksportir bisa mendapatkan
izin impor dari negara tujuan. Faktur ini biasanya menyatakan syarat-syarat
jual beli dan harga barang. Setelah importir menyetujui pesanan tersebut, maka
akan ada kontrak antara eksportir dan importir sesuai yang ditetapkan pada
Proforma Invoice.
 Commercial Invoice: Surat permintaan pembayaran kepada importir
ketika eksportir selesai menyiapkan atau memproduksi barang pesanan. Nama
dan alamatnya harus sesuai dengan yang tercantum pada Letter of Credit (L/C).
Lalu, invoice yang asli diberikan kepada bank sebagai bukti pembayaran untuk
diteruskan kepada importir.

 Consular Invoice: Faktur yang dikeluarkan oleh kedutaan atau konsulat.


Ini bertujuan untuk memeriksa harga jual dibandingkan dengan harga pasar
yang berlaku sehingga memastikan tidak terjadi dumping. Invoice ini
ditandatangani oleh konsulat negara importir. Bisa juga ini dibuat dan
ditandatangani oleh konsulat negara sahabat dari negara importir.

Packing List
Packing list adalah dokumen yang berisikan rincian spesifikasi barang ekspor
sesuai dengan invoice. Ini dibuat oleh eksportir atau perusahaan yang
melakukan pengemasan langsung terhadap barang tersebut. Fungsi Packing
List  adalah untuk memudahkan mengetahui isi barang dalam kontainer apabila
ada pemeriksaan. Dokumen ini hampir mirip dengan ‘surat jalan’ yang dipakai
ketika melakukan pengiriman barang di dalam Indonesia. Di Packing
List dimuat setidaknya memuat informasi-informasi berikut:
a) nama barang, nomor dan tanggal packing list;
b) jumlah kemasan, dalam satuan seperti pack, pieces, ikat, kaleng, karton,
karung, dll;
c) berat bersih;
d) berat kotor.

Bill of Lading (B/L) atau Air Waybill

Bill of Lading (B/L) merupakan bukti pengiriman barang atau tanda terima


yang dibuat oleh Shipping Company untuk eksportir. B/L dikeluarkan setelah
kapal berangkat dari Indonesia. Dokumen ini juga dapat digunakan sebagai
kepemilikan barang, dengan eksportir yang memegang B/L adalah pemilik
barang yang disebutkan di dalam dokumen tersebut. Sehingga, B/L adalah
surat berharga yang perlu disimpan baik-baik oleh eksportir.

Polis Asuransi

Polis asuransi dibutuhkan sebagai surat bukti penanggungan yang dikeluarkan


perusahaan asuransi untuk menjamin keselamatan atas barang ekspor yang
dikirim, atas permintaan eksportir ataupun importir. Dokumen ini menyatakan
jenis-jenis risiko yang diasuransikan serta pihak mana yang meminta asuransi
dan kepada siapa klaim dibayarkan. Dengan adanya polis asuransi dalam
ekspor, akan meminimalisir kerugian bagi kedua pihak eksportir maupun
importir. Setiap asuransi harus dibayarkan dengan mata uang yang sama tertera
di L/C (kecuali ada syarat lain).

Shipping Instruction (SI)


SI adalah dokumen yang dibuat dan diberikan oleh eksportir
kepada forwarder atau shipping company untuk melakukan booking pada
container dan ruang di kapal/pesawat. Dokumen ini biasanya bisa dikirim
melalui e-mail

2.10 DOKUMEN TAMBAHAN

Selain dokumen utama, terdapat dokumen ekspor tambahan lainnya untuk dibuat
yang bersifat wajib maupun pendukung terhadap barang ekspor. Dokumen ini
hanya perlu dibuat dan disertakan ketika diminta oleh pembeli/importir.
Biasanya juga dokumen tambahan ini diperlukan oleh regulasi negara tujuan.
Lalu, ini juga dapat diperlukan oleh regulasi Indonesia yang mensyaratkan
adanya dokumen ini pada beberapa produk tertentu. Meskipun dokumen utama
adalah yang diprioritaskan untuk dibuat, dokumen-dokumen tambahan ini tidak
kalah pentingnya untuk kelancaran transaksi ekspor. Berikut jenis-jenis
dokumen tambahan pada ekspor.

Certificate of Origin (COO) atau Surat Keterangan Asal (SKA)

COO atau SKA adalah dokumen yang menerangkan bahwa barang yang
diekspor berasal dari Indonesia. Dokumen ini dibuat dan dikeluarkan oleh Dinas
Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten/Kota/Provinsi.

Dokumen ini dapat berfungsi bagi importir untuk memperoleh keringanan bea
masuk di negaranya, bahkan sampai 0% tergantung dengan kebijakan untuk
produknya. Namun, manfaat ini dapat diaplikasikan dengan negara yang telah
menjalin kesepakatan kerjasama perdagangan dengan Indonesia dalam FTA
(Free Trade Agreement). Diperlukan pemahaman yang komprehensif dari
sahabat UKM untuk mengetahui apa saja produk yang mendapatkan keringanan
bea masuk dari masing-masing perjanjian FTA. Baca artikel-artikel tentang FTA
untuk mengetahui ini lebih lanjut.

Biaya pembuatan dokumen COO atau SKA hanya berkisar antara Rp 15,000 -
Rp 20,000 per dokumen sebagai PNBP (penerimaan negara bukan pajak). Biaya
ini hanya berlaku jika diurus sendiri di Disperindag. Pelaku UKM tidak perlu
repot lagi untuk mengurusnya karena pengurusan COO atau SKA juga dapat
dilakukan secara online yang disebut sebagai E-SKA melalui website https://e-
ska.kemendag.go.id. Namun, pelaku UKM tetap diharuskan untuk datang ke
kantor Disperindag untuk mengambil cetakan dokumen asli SKA ini.

Selain pengurusan dilakukan sendiri, pengurusan COO atau SKA juga dapat
diwakilkan oleh perusahaan forwarder, dengan biaya tambahan yang dikenakan
pada jasa forwarder.

Certificate of Analysis (COA)

COA adalah dokumen yang berisi hasil analisis dari produk yang diekspor.
Analisis yang tercakup dalam COA ini disesuaikan dengan permintaan importir.
Umumnya, ini sesuai oleh standar wajib dari regulasi pemerintah negara tujuan
atau standar umum yang berlaku. Dokumen COA dapat diminta dari pihak
produsen atau diurus langsung sendiri oleh eksportir melalui laboratorium
independen yang sudah terakreditasi. Dokumen COA kebanyakan diperlukan
untuk produk-produk hasil industri kimia atau hasil pertanian.

Phytosanitary Certificate (Sertifikat Fitosanitari)

Phytosanitary certificate merupakan dokumen yang biasa diperlukan pada


produk pertanian seperti buah segar, rempah-rempah, dan lainnya. Dokumen ini
menjamin bahwa produk yang diekspor terbebas dari kuman penyakit berupa
jamur atau bakteri. Ini diurus dan dikeluarkan oleh kantor Balai Karantina
Pertanian yang terdapat di setiap pelabuhan ekspor atau bisa di kantor
perwakilannya di beberapa kota. Selain produk pertanian, dokumen ini juga
diperlukan pada produk dari hewan dan ikan.

Fumigation Certificate (Sertifikat Fumigasi)

Fumigation Certificate dikeluarkan oleh perusahaan fumigasi untuk menjelaskan


bahwa barang ekspor yang bersangkutan telah difumigasi sesuai dengan standar
yang ditetapkan. Proses fumigasi berfungsi untuk mengamankan barang yang
akan diekspor ke negara tujuan dari serangan hama atau rayap selama masa
pengiriman.

Veterinary Certificate (Sertifikat Veteriner)

Sertifikat untuk pemberian jaminan keamanan pangan untuk produk ekspor


pangan dan non-pangan asal hewan. Ini dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian.

Weight Note (Keterangan Timbangan)

Dokumen yang berisikan rincian berat dari tiap kemasan barang sesuai yang
tercantum dalam invoice. Keterangan berat di dokumen pengapalan ini haruslah
sama dengan yang tercantum pada L/C. Disamping untuk memeriksa berat
barang ekspor, ini juga diperlukan untuk mempersiapkan alat-alat pengangkut
barang pada saat pemeriksaan.

Measurement List (Daftar Ukuran)

Dokumen yang berisikan rincian ukuran dan takaran dari tiap kemasan barang
seperti panjang, tebal, diameter, serta volume barang. Ukuran ini haruslah sama
seperti yang tercantum pada L/C. Ini diperlukan untuk menghitung biaya
pengiriman.

Anda mungkin juga menyukai