Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MAKALAH

KELOMPOK III

KEBERATAN DAN BANDING

Dosen Pembimbing Mata Kuliah Pengantar Kepabeanan dan Cukai:

Murti Puspita Rukmi

OLEH:

Annisa Lifiani S
Fatimah Ulfa
Putri Indah L
Rudiansyah
Tiza Amalia

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK


JURUSAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
D IV 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan tak lupa salawat beriring salam kita hanturkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
pada mata kuliah Pengantar Kepabeanan dan Cukai.

Makalah dengan judul “Keberatan dan Banding” ini disusun untuk memenuhi nilai
tugas mata kuliah Pengantar Kepabeanan dan Cukai yang telah diberikan oleh Ibu Murti
Puspita Rukmi

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Rukmi, selaku dosen mata
kuliah Pengantar Kepabenan dan Cukai serta pihak-pihak yang telah banyak membantu
dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, dengan kerendahan hati,kami memohon maaf. Semoga makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Pontianak , 19 Desember 2017

Penyusun

Daftar Isi
i
Kata Pengantar............................................................................................................i

Daftar Isi....................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan

1.1Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2Rumusan Masalah................................................................................................3

1.3Tujuan Masalah....................................................................................................3

Bab. II Pembahasan

2.1Kewenangan Administrasi Kepabeanan...............................................................4


2.2Surat Penetapan Pejabat Pabean ..........................................................................7
2.3Keberatan dan Banding......................................................................................11

Bab. III Penutup

3.1Kesimpulan.........................................................................................................22
3.2Pertanyaan dan Jawaban ....................................................................................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan UUD 45 yang menjunjung tinggi hak
dan kewajiban setiap orang. Pajak merupakan wujud dari peran serta masyarakat dalam
mendukung pembangunan maupun perekonomian di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan
kesadaran dan rasa tanggung jawab, Peran pajak bagi suatu Negara menjadi sangat dominan.
Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara, iuran tersebut berupa uang, bukan barang.
Namun sayang, dari adanya proses pemungutan pajak ini, sebagian besar dari masyarakat kita
yang tidak perduli terhadap pajaknya. Hingga pada suatu saat seorang fiskus mendatangi
wajib pajak untuk menagih hak negara untuk memungut pajak, wajib pajak bahkan menolak
untuk membayar pajak yang terutang. Dari sinilah muncul berbagai konflik internal antara
wajib pajak dengan fiskus pajak. Dari masalah tersebut, banyak masyarakat kita yang juga
tidak tahu banyak tentang pengajuan keberatan adanya penagihan dan/atau kesalahan yang
dilakukan serta tidak mengetahui proses dan tindak lanjut dari keberatan tersebut.

Salah satu upaya hukum yang dapat dilakukan oleh perusahaan atas penetapan di bidang
Kepabeanan dan Cukai adalah Keberatan dan Banding. Dengan mengajukan Keberatan maka
perusahaan dapat mengajukan alasan dan bukti – bukti atas penetapan tersebut. Apabila
Keberatan ditolak maka perusahaan dapat mengajukan banding ke Pengadilan Pajak. Proses
Keberatan dan Banding ini perlu diketahui oleh perusahaan untuk memperoleh keadilan dan
kejelasan atas penetapan yang timbul.

Di bidang Kepabeanan dikenal kegiatan pemeriksaan pabean yaitu kegiatan penelitian yang
dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai baik pemeriksaan dokumen maupun fisik barang.
Kegiatan pemeriksaan pabean meliputi penelitian dokumen maupun fisik barang yang
ditentukan berdasarkan system penjaluran sesuai dengan resiko tiap importir. Sebagaimana
kita ketahui pejabat bea cukai mengelompokan importir ke dalam katagori importir high risk,
medium risk dan low risk selain ada importir mitra utama. Penentuan katagori suatu importir

1
2

dalam pengelompokan resiko, sejauh ini sepenuhnya tergantung penilaian pejabat Bea dan
Cukai.

Sehubungan dengan adanya pengelompokan tersebut diatas salah satu resiko yang akan
dihadapi oleh suatu importir adalah timbulnya Surat Penerapan Tariff dan Nilai Pabean, yang
diterbitkan oleh Pejabat Bea dan Cukai. Hal ini disebabkanTarif dan atau Nilai Pabaean yang
diberitahukan oleh Importir dalam Pemberitahuan Impor Barang dianggap salah dan
menyebabkan adanya kekurangpembayaran bea masuk.

Ada hak yang dimiliki importir untuk menindaklanjuti keputusan pajabat Bea dan Cukai dan
hal ini masih banyak belum diketahui yaitu hak mengajukan keberatan dan banding. Banyak
yang beranggapan bahwa apabila SPTNP sudah dibayar tidak boleh mengajukan keberatan,
anggapan ini sama sekali tidak benar. SPTPNP sudah dilunasi tidak menghilangkan hak
mengajukan keberatan sepanjang hal-hal lain yang menyebabkan gugurnya hak pengajuan
keberatan tidak dipenuhi.Untuk memberikan pemahaman tentang pengajuan keberatan dan
banding di bidang kepabeanan, maka kami akan menyelenggarakan pelatihan dengan thema
“Memahami Cara Pengajuan Keberatan Dan Banding Di Bidang Kepabeanan“.

Seorang importir mengajukan dokumen pemberitahuan impor atas barang yang diimpornya.
Semua persyaratan impor telah dilengkapi dan importir mengisi dokumen pemberitahuan
impor barang (PIB) sesuai dengan data barang yang sebenarmya. Dalam proses penyelesaian
dokumen pejabat pabean melakukan koreksi atas pemberitahuan dimaksud dan menerbitkan
surat penetapan yang mengakibatkan adanya kurang bayar bea masuk dan pungutan impor
lainnya. Importir yang merasa pemberitahuan impor barang yang disampaikannya sudah
benar merasa kecewa atas adanya penetapan oleh pejabat pabean. Importir tidak mau
membayar kekurangan pungutan impor dan berencana mengajukan komplain atas penetapan
pabean. Bagaimana caranya? Apakah dapat diajukan ke pengadilan? Importir yang tidak
setuju atas penetapan tarif dan/atau nilai pabean oleh pihak pabean sehingga mengakibatkan
tambah bayar bea masuk dan pajak dalam rangka impor diberi kesempatan oleh undang-
undang untuk mengajukan keberatan. Komplain atas penetapan pejabat pabean dalam rangka
pemeriksaan pabean tidak dapat dilakukan kepada pihak manapun, kecuali hanya kepada
Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Hal ini diatur dengan jelas dalam Undang-undang
Kepabeanan.
3

Penetapan SPTNP (Surat Penetapan Tarif dan Nilai Pabean) merupakan koreksi yang
dilakukan oleh Pejabat Pabean atas pemberitahuan impor barang yang diajukan oleh importir.
Koreksi merupakan hasil dari pemeriksaan pabean termasuk penelitian kebenaran
pemberitahuan impor. Walaupun importir sudah merasa mengisi pemberitahuan impor
dengan data yang sebenar-benarnya bukan berarti pemberitahuannya sudah benar, khususnya
mengenai data harga barang dan penggolongan tarif barang impor. Untuk menghitung bea
masuk variabel yang digunakan adalah tarif dan harga barang. Penggolongan tarif barang
sudah jelas pedomannya dalam buku tarif (Buku Tarif Kepabeanan Indonesia). Perbedaan
tarif yang mungkin terjadi karena perbedaan persepsi penempatan barang dalam pos tarif.
Sedangkan harga barang untuk menghitung bea masuk (nilai pabean) harus memenuhi
persyaratan nilai pabean, sehingga walaupun data harga yang disampaikan dalam
pemberitahuan pabean merupakan data harga yang sebenarnya namun belum tentu harga
tersebut memenuhi persyaratan nilai transaksi. Dalam hal ini Pejabat Pabean akan menguji
apakah harga transaksi yang diajukan sudah memenuhi persyaratan nilai transaksi. Pengujian
harga ini dilakukan berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang Kepabeanan, dan
dilakukan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja kewenangan administratif Kepabeanan?

2. Apa saja isi dari Surat Penetapan Pajak Pabean

3. Apa saja isi dari Keberatan dan Banding?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa saja kewenangan administratif kepabeanan

2. Untuk mengetahui apa saja isi dari Surat Penetapan Pajak Pabean

3. Untuk mengetahui apa saja isi dari Keberatan dan Banding


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kewenangan Administratif Kepabeanan

Undang-undang memberikan kewenangan kepada kepabeanan untuk melaksanakan tugas-


tugas di bidang ini. Selain kewenangan administratif, kepabeanan diberikan kewenangan
untuk bertindak persuasif dan represif dalam hal-hal tertentu . Hal ini diberikan dengan
adanya sifat memaksa dalam perpajakan, agar ketentuan peraturan perundang-undang
dipatuhi dan dilaksanakan. Adapun kewenangan tersebut adalah kewenangan administratif
kepabeanan.

Kewenangan administratif dalam bidang ini, seperti meneliti kelengkapan dokumen impor
dan ekspor , menetapkan jalur merah, kuning dan prioritas serta menentukan klasifikasi
barang dan lainnya. Dalam Undang-undang Kepabeanan No 17 tahun 2006 terdapat pasal-
pasal yang mengatur kewenangan khusus DJBC (Direktorat Jendral Bea dan Cukai).
Misalnya membetulkan , menghapus, mengurangi dan menambah bea masuk yang harus
diabayar. kewenangan memeberikan pembebasan, keringanan,penanguhan dan penundaan
pemabayaran bea masuk , termasuk bidang administrasi . sedangkan fisik , dapat memeriksa
barang , pemeriksaan atas jabatan dan pemeriksaan banguan.

Undang-undang kepabeanan juga memeberikan kewenangan untuk penetapan kembali( post


clearance stage). Apabila terdapat kemungkinan bahwa fiskus mendapatkan data baru , atau
informasi dari pihak ketiga, sehingga menemukan perbedan-perbedaan antara yang
diberitahukan dengan hasil penelitian , perhitungan kembali akan dilakukan . terhadap hasil
perhitungan oleh petugas sebelumnya . atas perbedaan termaksud, kemungkinan
menyebabkan jumblah bea masuk/cukai dan pajak dalam rangka impor yang masih kurang
bayar harus diselesaikan oleh pengguna jasa kepabeanan. jika dipertimbangkan bahwa
kesalahan itu dianggap harus dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga , maka
kedua hal tersebut akan diberitahukan kepada pengguana jasa kepabeanan melalui

4
5

SPTKPBM (Surat Pemberitahuan Tagihan Kekurangan pembayaran Bea Masuk) yang


merupakan suatu surat keputusan di pejabat pabean.

Adapun kewenangan administartif kepabeanan yang dilakukan oleh DJBC selaku pejabat
pabean apabila tidak mematuhi peraturan yang berlaku, yaitu;

2.1.1 Kewenangan Untuk Memaksa

Sifat memaksa (imperatif dan coresive) merupakan karakteristik dari undang-undang yang
berada dalam lingkup hukum publik. yaitu hukum yang mengatur hubungan antara individu
(penduduk atau perusahaan) dengan negara. pemaksaan ini dapat dilakukan melalui sanksi-
sanksi yang dijatuhkan. dalam ilmu hukum yang dapat memaksakan sanksi terhadap
pelanggaran kaidah hukum adalah penguasa, disebabkan mereka diberikan kekuasaan dalam
penegakan hukum, seperti dikemukakan oleh Hans Kelsen dalam bukunya “Pure Theory Of
Law, Berkely Universal California Press, 1978 yang diterjemahkan oleh Risul Mutaqien.

Hukum dimaksud meliputi antara lain hukum administrasi yang mengatur mengenai prosedur
menajerial birokrasi yang administrasi nya oleh eksekutif , di mana unsur kekuasaan lebih
ditekankan dari pada yudikatifnya. Hal ini dapat ditemukan dalam pasal-pasal Undang-
undang perpajakan yang mengatur:

a. kewenangan fiskus untuk melaksanakan penagihan pajak terutang meskipun


keberatan atau banding masih dalam proses pemeriksaan dan keputusannya.

b. kewenangan yang penagihan dapat dipaksakan melalui pelaksanaan tagihan bea


masuk dengan surat paksa , penyitaan dan pelelangan beserta eksekusi dari keputusan yang
terkait dengan hal tersebut.fungsi yudikatif dilaksanakan oleh fiskus , meskipun biasanya
kewenangan tersebut diberikan oleh undang-undang kepada pengadilan/yudikatif . sebagain
contoh adalah yang diatur didalam Undnag-undang No 19 Tahun 1997 seebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang No 19 Tahun 2000 Tentang penagihan Bea masuk dengan
surat paksa, pada penjelasan pasal 3 Ayat (1) dan Ayat(2) disebutkan antar lain bahwa , Juru
sita bea cukai dalam melaksanakan tugasnya merupakan pelaksanaan/eksekusi dari keputusan
yang sama kedudukannya dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan tetap.

2.1.2 Kewenangan Untuk Menguji Kepatuhan


6

Pemeriksaan yang dilakukan terhadap surat pemberitahuan dalam rangka menguji kepatuhan
dengan meneliti kembali kebenaran dan kejelasan pengisian atau laporan yang disampaikan
oleh Wajib Pajak berdasarkan azas self assesment. Pelaksanan pengujian dengan cara :

1) Meneliti, memeriksa, menghitung kembali pemenuhan kewajiban perpajakan mulai


dari pengisian surat pemberitahuan.

2) Meneliti pembayaran pajak yang sehrusnya dibayar , memeriksa ulang dokumen


pelengkap dan hasil pemeriksaan yang telah selesai

3) Pemeriksaan ex offcio (karena jabatan) atas fisik barang impor atau ekspor
pemeriksaan audit penerapan perundang-perundang perpajakan dan lainnya.

Hal tersebut dilakukan dengan menelusuri kebenaran pelaporan yang disampaikan oleh
penguna jasa kepabeanan berdasarkan data-data dan dokumen-dokumen pelengkap yang
disertakan. Apabila laporan tersebut tidak lengkap atau tidak jelas, atau tidak terdapat
kesalahan atau pelanggaran , pegawai pajak atau bea dan cukai dapat mencari data atau
informasi. Ukuran kepatuhan tidak hanya diukur dari kesediaan pengguna jasa/ pabrikan
memberitahukan atau melaporkan kewajiban dengan mengisi pemberitahuan saja tetapi dapat
diukur dari kebenaran , kejelasan dan keterbukaan dalam pengisian SPT atau pemberitahuan
pabean bea/cukai , selain melaksanakan kewajiban pemberitahuannya dalam waktu sebagai
mana telah ditetapkan dalam Undang-undang , juga tanggung jawab atas penyelesaian
kewajban atas pajak/bea masuk/cukai yang terutang.

2.1.3 Kewenangan Menjalankan Fungsi Yudikatif

Fungsi Yudikatif yang merupakan kewenangan untuk menjalankan fungsi kehakiman dengan
cara memeriksa dan memutuskan permohonan keberatan atas penerbitan surat ketetapan
tambah bayar dan sanksi administrasi berupa denda atas keputusan petugas fiskus , wajib
pajak dapat mengajukan ketidak setujuan atau penolakan yang dituangkan kedalam surat
pengajuan permohonan keberatan. substansi surat permohonan memuat alasan-alasan
mengenai ketidak setujuan atau penolakan terhadap keputusan fiskus. dengan diajukan
permohonan keberatan , maka tugas pejabat fiskus adalah untuk memeriksa dan memutuskan
yang berisi mengabulkan seluruhnya , mengbulkan sebagian atau menolak.

Perubahan Undang-undang kepabeanan melalui UU Nomor 17 Tahun 2006 pada pasal 93


ayat (4) junicio pasal 93A ayat(1) disebutkan bahwa DJBC memutuskan keberatan yang
7

diajukan oleh orang yang tiak setuju terhadap penetapan pejabat bea dan cukai . di sini tidak
dijelaskan mengenai kewenangan penyelesaiannya apakah akan akan dilakukan pemeriksaan
atas keberatan (pada tingkat pertama) atau dengan cara lainnya. selanjutnya pasal 95 hanya
menyatakan bahwa orang yang berkeberatan dapat mengajukan banding ke pengadilan pajak
dengan menentukan mengenai jangka waktunya saja. tetapi tidak dijelaskan apakah keberatan
yang diajukan oleh pengguan jasa kepabeanan tersebut merupakan kewenangan penyelesaian
pemeriksaan tingkat pertama atau keputusan oleh DJBC atau hanya merupakan aturan
pemenuhan penyelesaian keberatan yang secara prosedural harus melalui DJBC mengacu hal-
hal tersebut diatas, sebenarnya keputusan yang diterbitkan oleh DJBC merupakan keputusan
yang diterbitkan oleh DJBC merupakan keputusan administrasi dan bukan merupakan
keputusan yang bersifat yudikatif , tanpa dilakukan pemeriksaan pada tingkat pertama , tidak
dapat diajukan sebagai perkara yang dapat di ajukan banding.

2.1.4 Kewenangan Karena Jabatan (Ex Officio)

Pejabat bea dan cukai mempunyai kewenangan karena jabatan untuk pemeriksaan fisik
barang sebelum dan sesudah pemberitahuan pabean disampaikan. Selanjutnya berdasarkan
pasal 92A UU nomor 17 Tahun 2006, DJBC karena jabatan dapat membetulkan penetapan
tagihan kekurangan pembayaran bea masuk yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan
tulis , hitung dan kekeliruan penerapan ketentuan UU kepabeanan. Selanjutnya kewenangan
karena jabatan ini juga diberikan dalam hal mengurangi atau menghapus sanksi administrasi

2.2 Surat Penetapan Pejabat Pabean

Surat Penetapan atas penelitian dokumen impor oleh Pejabat Pabean adalah SPTNP. Dasar
hukum wewenang penetapan Pejabat Pabean ini diatur dalam pasal 16 Undang-undang
Kepabeanan. Dalam pasal tersebut ditetapkan bahwa Pejabat Pabean dapat menetapkan tarif
dan nilai pabean sebelum atau dalam waktu 30 hari sejak tanggal pemberitahuan pabean.
Dalam hal penetapan tersebut mengakibatkan kekurangan pembayaran bea masuk, kecuali
importir mengajukan keberatan, importir wajib melunasi bea masuk yang kurang dibayar
sesuai dengan penetapan.

SPTNP dapat merupakan tagihan atas kekurangan pembayaran hasil dari keputusan Pejabat
Pabean. Dilain pihak SPTNP juga dapat mengakibatkan timbulnya restitusi dalam hal adanya
kelebihan pembayaran bea masuk. Penetapan tarif dan nilai pabean harus dilakukan secara
profesional sesuai kaidah-kaidah penetapan tarif dan nilai pabean. Dalam pelaksanaannya
8

Pejabat Pabean mengacu pada SOP sebagaimana diatur dalam keputusan Menteri Keuangan
(PMK- 160/PMK.04/2010). Konsekuensi dari adanya penetapan yang mengakibatkan tambah
bayar bea masuk dan pajak dalam rangka impor adalah sanksi pelayanan maupun sanksi
administrasi berupa denda. Sedangkan atas penetapan yang mengakibatkan restitusi
dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku. Pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

2.2.1 Penagihan Bea Masuk

Pelunasan utang sebagaimana tersebut dalam Surat Penetapan harus dilakukan dalam jangka
waktu 60 (enam puluh) hari sejak tanggal yang tertera pada Surat Penetapan. Pelunasan utang
dimaksud dilakukan melalui Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi dengan menggunakan
SSPCP (Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak). Dalam prakteknya tanda bukti pelunasan
dikirimkan langsung kepada Pejabat Pabean yang segera memasukkan data tersebut ke
Sistem Komputer Pelayanan (SKP) Bea dan Cukai, dengan demikian proses penagihan
terhenti dan pengajuan dokumen pabean berikutnya tidak terblokir. Dalam hal tagihan Bea
Masuk, Cukai dan Denda Administrasi tidak dilunasi setelah tanggal jatuh tempo maka atas
tagihan Bea Masuk, Cukai dan Denda Administrasi tersebut dikenakan bunga sebesar 2%
(dua persen) dari jumlah tagihan setiap bulannya. Sanksi administrasi atau bunga dihitung
sejak tanggal jatuh tempo Surat Penetapan (tanggal yang tertera di Surat Penetapan) sampai
dengan tanggal dilunasinya tagihan dimaksud.. Pengenaan bunga dipungut untuk selama-
lamanya 24 (dua puluh empat) bulan, bagian bulan misalnya satu hari, satu minggu dan
seterusnya, dihitung satu bulan penuh (2%).

Di samping pengenaan bunga sebagaimana tersebut di atas, terhadap importir yang


bersangkutan dapat dikenai sanksi pelayanan pabean. Sanksi tersebut antara lain berupa:
pemblokiran pelayanan PIB pada pengajuan berikutnya: tidak diberikan fasilitas
penangguhan bea masuk, pelayanan segera, dan sebagainya. Oleh karena itu bagi importir
yang tidak setuju atau tidak sependapat dengan keputusan Pejabat Pabean atas penetapan tarif
Bea Masuk, Nilai Pabean, pengenaan denda administrasi, maka proses penagihan harus
dihentikan terlebih dahulu. Pihak importer harus mengajukan keberatan sebelum lewat jangka
waktu 60 hari (jatuh tempo pelunasannya), dengan memenuhi persyaratan pengajuan
keberatan. Persyaratan tersebut antara lain keberatan ditujukan kepada Direktur Jenderal Bea
dan Cukai melalui Kepala Kantor Bea dan Cukai setempat, dengan mempertaruhkan jaminan
sebesar tagihan. Setelah lewat jangka waktu 60 (enam puluh) hari dan di tambah 7 (tujuh)
hari sejak diterbitkan Surat Penetapan, penanggung hutang (dalam hal ini importir) belum 5
9

juga melunasi kewajibannya, maka Kepala Kantor Bea dan Cukai akan menerbitkan Surat
Teguran.

Surat Teguran diterbitkan dan disampaikan si penanggung hutang dalam hal tagihan belum
dilunasi atau tidak diajukan keberatan. Surat Teguran menunjuk Surat Penetapan yang
bersangkutan serta uraian jenis tagihan dan jumlah tagihan. Dalam Surat Teguran
dicantumkan atensi (“Perhatian”) dengan mendasarkan pada pasal 8 Undang-undang Nomor
19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Pasal 8 Undang-undang Nomor
19 tersebut menetapkan bahwa Surat Paksa diterbitkan apabila penanggung pajak tidak
melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran dan kepadanya telah
diterbitkan surat teguran. Atensi dalam Surat Teguran berbunyi: “Tagihan Bea Cukai harus
dilunasi dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari setelah tanggal Surat Teguran ini. Sesudah
batas waktu itu tindakan penagihan Bea Cukai akan dilanjutkan dengan penerbitan Surat
Paksa.” Apabila dalam jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak dikeluarkannya Surat
Teguran yang bersangkutan belum juga melunasi hutangnya, maka kepala Kantor Bea dan
Cukai akan menerbitkan Surat Paksa untuk penagihan Bea Masuk, Cukai dalam rangka
Impor, denda administrasi dan bunga, kepada Penanggung hutang. Sedangkan untuk piutang
pajak dalam rangka impor (PPN, PPnBM, PPh pasal 22 impor), diterbitkan Surat
Pemberitahuan Pajak Dalam Rangka Impor (SPPDRI) oleh Kepala Kantor Bea dan Cukai.
Surat Pemberitahuan tersebut disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak dan Kepala
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di wilayah penanggung hutang berdomisili, untuk diproses
lebih lanjut sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku. Surat pemberitahuan piutang pajak
menunjuk Surat Penetapan yang bersangkutan, dan mencantumkan nama penanggung hutang,
NPWP, alamat dan bidang usahanya (bisa importir, pengangkutan/agen pelayaran, Pengusaha
TPS, Pengusaha TPB atau PPJK), dengan mencantumkan jenis dan jumlah tagihan (PPN,
PPnBM, PPh pasal 22). Disamping itu turut dilampirkan perincian dan bukti terkait.

Dengan demikian setelah lewat jangka waktu 88 (delapan puluh delapan) hari sejak
penerbitan Surat Penetapan, untuk Bea Masuk, Cukai, Denda Administrasi dan bunga
dilakukan penagihan dengan surat paksa, sedangkan untuk pajak-pajak impor diserahkan
penagihannya kepada KPP setempat (tempat domisili si penanggung hutang). Atas
pemberitahuan piutang pajak kepada KPP dilakukan pencatatan dalam buku catatan khusus
Surat Penetapan. Terhadap piutang pajak yang telah diberitahukan kepada KPP tidak
dilakukan monitoring oleh pihak pabean dan dianggap telah selesai. Terhadap PPh Pasal 22
10

(Pajak Penghasilan dalam rangka importasi barang) yang tidak dibayar atau kurang dibayar
setelah lewat tahun takwim tidak dilakukan penagihan. Kepala Kantor Bea dan Cukai
memberitahukan kekurangan PPh pasal 22 tersebut (lewat tahun takwim) kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak di wilayah penanggung utang berdomisili.

2.2.2 Pengembalian Bea Masuk, Denda Administrasi dan Bunga

Pengembalian Bea Masuk atau yang lebih dikenal dengan istilah restitusi diberikan apabila
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Pengembalian Bea Masuk antara lain timbul
sebagai akibat kelebihan pembayaran. Hal tersebut diketahui antara lain dari hasil penelitian
dokumen oleh Pejabat Pemeriksa Dokumen. Kelebihan bayar tersebut dituangkan dalam
SPTNP. Surat Penetapan ini dikirimkan kepada Pejabat yang mengelola
Penagihan/Pengembalian (dalam hal ini Bendaharawan Bea dan Cukai) untuk proses lebih
lanjut.

Pengembalian dapat diberikan terhadap seluruh atau sebagian Bea Masuk yang telah dibayar
atas:

1) Kelebihan Pembayaran Bea Masuk karena penetapan tarif Bea Masuk dan/atau Nilai
Pabean oleh Pejabat Pabean;

2) Kelebihan pembayaran Bea Masuk karena penetapan kembali Bea Masuk dan/atau
Nilai Pabean oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai;

3) Kelebihan pembayaran Bea Masuk karena kesalahan tata usaha;

4) Impor barang yang mendapat pembebasan atau keringanan Bea Masuk;

5) Impor barang yang oleh sebab tertentu harus diekspor kembali atau dimusnahkan di
bawah pengawasan Pejabat Pabean

6) Impor barang yang sebelum diberikan persetujuan impor untuk dipakai kedapatan
jumlah yang sebenarnya lebih kecil daripada yang telah dibayar Bea Masuknya, cacat, bukan
barang yang dipesan, atau berkualitas lebih rendah;

7) Impor barang dalam keadaan curah yang diberikan persetujuan impor tanpa
pemeriksaan fisik (jalur hijau), kedapatan jumlah fisik barang kurang sehingga menimbulkan
11

kelebihan pembayaran Bea Masuk. Pemberian restitusi ini hanya dapat dipertimbangkan
setelah ada rekomendasi hasil audit.

8) Kelebihan pembayaran Bea Masuk sebagai akibat putusan lembaga banding


(Pengadilan Pajak). Jika persyaratan dipenuhi, disamping pengembalian bea masuk dapat
juga diberikan pengembalian terhadap seluruh atau sebagian denda administrasi dan/atau
bunga yang telah dibayar

2.3 Keberatan & Banding

Di dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang kepabeanan Bab XIII berjudul
“Keberatan dan Lembaga Banding” Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006,mengubah judul
menjadi ; Bab XIII “Keberatan dan Banding” tanpa menyebutkan bagian pertama dan
langsung ke pasal 93 , ketentuan pasal 93 ayat (1),ayat(2) ,ayat(3), ayat(4) dan ayat (5) di
ubah, dan diantara nya ayat(1) dan ayat (2) disisipkan satu (1) ayat yaitu ayat (1a) , serta
ditambah 1( satu) ayat , yaitu ayat (6).

Pengajuan keberatan dan banding merupakan hak dari importir sebagaimana diatur dalam
Undang-undang kepabeanan. tidak ada cara lain bagi importir yang tidak setuju aras
penetapan pejabat pabean selain mengajukan keberatan kepada DJBC, selanjutnya dalam hal
keberatanya ditolak importir dapat menagjukan banding kepengadilan pajak. Undang-undang
kepabeanan dengan jelas telah mengatur mekanisme keberatan dan banding dalam pasal 93
sampai 95, dengan demekian juga penegasan mengenai penerapan Undang-undang
kepabeanan atas segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelesaian kewajiban pabean atas
barang impor/ekspor, termasuk pengajuan keberatan dalam importir tidak setuju atas
penetapan pejabat pabean, sebagaimana diatur dalam pasal 6 Undang-undang kepabeanan.

Instrumen keberatan dan banding sudah banyak dipergunakan oleh importir dalam rangka
mencari keadilan atas keputusan yang mengakibatkan tambahan bayar pungutan impor.
sebagai gambaran pada kantor pelayanan utama bea dan cukai tajung periok (KPU-BC) rata-
rata penagjuan keberatan per tahun dalam 3 tahun (priode 2009-2011) berjumlah 6.991
berkas, atau 26 berkas per hari (Sebulan 22 hari kerja). Sedangkan rata-rata pengajuan
banding pertahun dalam 3 tahun berjumlah 1.412 berkas, atau 5 berkas per hatri. Jika rata-
rata pengajuan dokumen PIB berjumlah 1800 dokumen, maka pengajuan keberatan mencapai
1,5% dari jumlah PIB.
12

Untuk mendukung tugas-tugas tersebut dan pelayanan kepada masyarakat usaha, mekanisme
pengajuan keberatan harus dibuat sederhana, transparan dan cepat. keputusan atas keberatan
harus diproses secara jelas dan sesuai ketentuan perundang-undang yang berlaku . keputusan
didasarkan pada data dan fakta yang disampaikan , dan dilakukan secara profesional sesuai
aturan yang ditetapkan.

Berikut ini disampaikan Flowchart pengajuan Keberatan dan Banding :

“Penetapan Pejabat Pabean yang merupakan pejabat Tata Usaha Negara (TUN) mempunyai
kekuatan hukum yang wajib dilaksanakan oleh orang /badan hukum untuk penyelesaiannya.
dalam hal terjadi sengketa atas penetapan pejabat pabean tersebut prosedur yang dapat
ditempuh oleh seseorang atau badan hukum apabila ia tidak puas terhadap penetapan tersebut
adalah Pengajuan Keberatan. Selanjutnya apabila keberatan ditolak , orang atau badan hukum
dimaksud masih dapat mengajukan banding atas penetapan tersebut , dengan demikian
sengketa atas penetapan pejabat pabean semata-mata hanya dapat selesaikan dengan
menagjukan keberatan dan banding”

2.3.1 Keberatan

1. Menurut Undang-undang:

Pada dasarnya keberatan merupakan sengeketa kepabeanan, sebagai akibat ketidaksetujuan


atau penolakan penguna jasa kepabeanan atas keputusan tertulis yang diterbitkan oleh pejabat
bea dan cukai dibidang klasifikasi barang dan nilai pabean serta berkaitan dengan fasilitas
dan sanki administrasi. dalam lembaga ini penguna jasa dijamin perlindungan atas hak-
haknya atau dipulihkan jika keputusan pejabat dianggap kliru , tidak benar atau tidak pada
tempatnya diatur dalam pasal 93 Undnag-undang kepabeanan.

Ayat (1) satu substansi sama dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1995, Namun terdapat
perbedaan, yaitu:

1) Dalam penjeasan Pasal 93 disebutkan bahwa keberatan diajukan terhadap penetapan


pejabat Bea dan Cukai , mengenai tarif dan/ atau nilai pabean untuk penghitungan Bea Masuk
dapat mengajukan keberatan secara tertulis hanya kepada DJBC.

2) Ketentuan-ketentuan tersebut untuk menjamin adanya kepastian hukum,keadilan dan


pemulihan hak bagi pengguna jasa kepabeanan.
13

3) Jangka waktu keberatan yang dahulu hanya diberikan waktu 30(tiga puluh hari) ,
diperpanjang menjadi 60(enam puluh hari) sejak tanggal ditetapkan SKTPBM; dalam praktik
jangka 30 hari terlalu pendek , dibandingkan dengan bidang pajak diberikan waktu hingga 3
bulan. Namun jangka waktu 60 hari cukup relevan ditinjau dari proses pengajuan keberatan,
jawaban atas keberatan dan kemungkinan pengajuan banding. Adanya penambahan ayat (1a)
yang mengatur bahwa jaminan yang disediakan tidak diserahkan dalam hal barang impor
belum dikeluarkan dari kawasan pabean. maksud dari ayat ini adalah barang impor masih
berada dalam kawasan pabean. pihak yang mengajukan kebertan bertanggung jawab terhadap
barang impor yang bersangkutan dan segala biaya yang mungkin timbul, misalnya biaya
sewa gedung akibat demorrage atau terlewatinya batas waktu seperti telah ditentukan dalam
delivery order yang biasanya hanya diberikan batas waktu 3 sampai 4 haru saja. tetapi tidak
menutup kemunginan bahwa atas barang yang diimpornya masih dalam proses keberatan dan
diajukan permohonan untuk disimpan ditempat penimbunan dalam kawasan pabean lainnya
yang disertai:

a. Bukti penyerahan jaminan sebesar tagihan yang harus dibayar atau bukti pelunasan
tagihan,

b. fotokopi surat penetapan pejabat bea dan cukai

c. dapat dilampiri data dan/atau buktin yang mendukung alaan pengajuan keberatan.

d. bukti penyerahan jaminan

e. bukti pelunasan tagihan pabean, cukai dan pajak dalam rangka impor ((vide PMK
Nomor 146/MK.04/2007)

4) Tagihan atas bea masuk dan pajak dalam rangka impor harus dilunasi atau apabila
pengguna jasa kepabeanan menaruh jaminan, jaminan termaksud harus dicairkan apabila
keberatan ditolak, keberatan sebaiknya harus dikembalikan apabila kebertan diterima.

5) Keberatan diajukan kepada DJBC melalui kepala KPPBC untuk mendapatkan


keputusannya. namun untuk KPPU BC permohonan dan keputusan atas keberatan yang
diajukan diputuskan oleh Kepala KPPU BC atas pendelegasian kewenangan DJBC.

2. Menurut Peraturan Pelaksanaan Kepabeanan


14

Pelaksanaan Undang-undang kepabeanan untuk keberatan diatur dengan Peraturan Menteri


Keuangan RI Nomor 146/04/2007 Tentang “Tata Cara Pengajuan Keberatan Kepabeanan”.
keberatan atas tarifn , nilai pabean , dan/atau sanksi administrasi , orang yang berkeberatan
dapat mengajukan keberatan secara tertulis hanya kepada DJBC atas penetapan yang
dilakukan oleh pejabat bea dan cukai mengenai:

a. Tarif dan/atau nilai pabean untuk penghitungan bea masuk yang mengakibatkan
kekurangan pemayaran bea masuk, cukai dan pajak dalam rangka impor.

b. Pengenaan sanksi administrasi berupa denda

Keberatan selain atas Tarif dan/atau nilai pabean dapat mengajukan keberatan secara tertulis
hanya kepada DJBC atas penetapan yang dilakukan oleh pejabat bea dan cukai mengenai:

a. kekurangan pembayaran bea masuk, cukai dan pajak dalam rangka impor selain
karena tarif dan nilai pabean dan;

b. penetapan pabean lainnya yang tidak mengakibatkan kekurangan pembayaran.

3. Persyaratan Pengajuan Keberatan

Dalam proses awal pengajuan keberatan penelitian keberatan meneiti pemenuhan persyaratan
pengajuan keberatan dan penelitian mengenai :

1. kronologis penetapan

2. alasan yang menguatkan penetapan

3. metode yang digunakan untuk melakukan penetapan

4. dasar penetapan

5. perhitungan jumlah tagihan

6. pemenuhan terhadap ketentuan lain yang berlaku

7. alasan keberatanpemohon dan;

8. penjelasan bukti, dan/atau data pendukung pengajuan keberatan.

“Oleh karena itu setiap keberatan atas SPTNP harus dilampiri risalah penetapan yang dibuat
oleh pejabat pabean yang menerbitkan surat penetapan . keputusan atas keberatan dapat
15

dijadikan bahan untuk : (1) penyusunan database nilai pabean oleh pejabat pabean yang
menyusun database nilai pabean, (2) bahan pertimbangan pengambilan keputusan oleh
pejabat pabean, dalam hal keputusan selain nilai pabean”

4. Tata Cara Pengajuan Keberatan

1) Keberatan diajukan kepada DJBC dengan menggunakan contoh format sebagaimana


ditetapkan dalam lampiran peraturan ini, dengan di lampiri.

a) Bukti penyerahan jaminan sebesar tagihan yang harus dibayar atau bukti pelunasan
tagihan

b) Fotokopi surat penetapan pejabat bea dan cukai

2) Pengajuan keberatan dilampiri data dan/atau bukti yang mendukung alasan pengajuan
keberatan

3) Bukti penyerahan jaminan tidak diperlukan dalam hal:

a) Barang impor belum dikeluarkan dari kawasan pabean sampai pengajuan keberatan
mendapat keputusan, sepanjang terhadap importasi barang tersebut belum diterbitkan
persetujuan pengeluaran oleh pejabat bea dan cukai:

b) Tagihan telah dilunasi

c) Penetapan pejabat bea dan cukai tidak menimbulkan kekurangan pembayaran.

4) Keberatan dapat diajukan dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari sejak
surat penerapan.

5) Apabila sampai dengan jangka waktu 60 hari sejak tanggal surat penetapan, keberatan
tidak diajukan atau persyaratan tidak dipenuhi, hak untuk mengajukan keberatan menjadi
gugur dan penetapan pejabat bea dan cukai dianggap diterima.

6) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan satu surat keberatan
untuk setiap penetapan.

Direktur jendral memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan dalam jangka waktu
paling lama 60 (enam puluh) hari sejak berkas keberatan diterima secara lengkap. DJBC
dapat menerima alasan , penjelasan , atau bukti dan /atau data pendukung tambahan lain
16

secara tertulis dari orang yang mengajukan keberatan , sepanjang belum ditetapkan keputusan
atas keberatan. Untuk memutuskan keberatan, DJBC dapat meminta bukti dan/atau data lain
yang diperlukan kepada orang yang mengajukan keberatan atau pihak lain yang terkait.

5. Jaminan

Pengertian jaminan adalah sejumlah uang tunai atau dalam bentuk lain yang dapat dianggap
sebagai uang yang ditaruh atau dititipkan kepada bendaharawan kantor pabean pelabuhan
pemasukan, sebagai pernyataan untuk membayar bea masuk pajak,sanksi administrasi berupa
denda yang terutang ,sebagai akibat dari diterbitkannya STKPBM dan dapat berbentuk
jaminan bank, customs bond atau jaminan tunai.

Berikut adalah penjelasan mengenai ketentuan Pasal 93 yang diubah dan


ditambah/disisipkan:

a) Ayat (1) pengajuan keberatan disertai jaminan sebesar bea masuk pajak dalam rangka
impor dan denda administrsi terutang;

b) Ayat (1a) jaminan tidak perlu diserahkan dalam hal barang impor belum dikeluarkan
dari kawasan pabean. Maksud dari ayat ini adalah barang impor masih berada dalam kawasan
pabean. Pihak yang mengajukan keberatan bertanggung jawab atas barang impor yang
bersangkutan dan segala biaya yang mungkin muncul. Misalnya biaya sewa gudang akibat
demurrage atau terlewatinya batas waktu seperti telah ditentukan dalam delivery order yang
biasanya hanya diberikan batas waktu 3 sampai 4 hari saja. Tetapi tidak menutup
kemungkinan bahwa atas barang yang diimpornya masih dalam proses keberatan dapat
diajukan permohonan untuk disimpan di tempat penimbunan dalam kawasan pabean lainnya.

c) Pengembalian jaminan dilakukan

d) Ayat (2) DJBC memutuskan keberatan dalam jangka waktu 60(enam puluh) hari sejak
tanggal diterimanya pengajuan keberatan;

e) Ayat (3) apabila keberatan ditolak DJBC, (bearti ketetapan pejabat bea dan cukai
sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap), jaminan di cairkan untuk membayar bea
masuk dan/atau sanksi administrasi berupa denda yang ditetapkan, dan apabila keberatan
dikabulkan jaminan dikembalikan. Penolakan dapat berarti ditolak sebagian atau ditetapkan
lain , misalnya menambah jumlah bea masuk dan pajak dalam rangka impor serta denda. Jika
17

dalam waktu tersebut di atas Direktorat Jendral tidak memberikan keputusan, keberatan
dianggap dikabulkan.

f) Pengembalian jaminan dilakukan setelah 30 (tiga puluh) hari sejak keberatan


dikabulkan pemerintah memberikan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulannya, paling
lama 24(dua puluh empat ) bulan (Pasal 93).

g) Ayat (3) pasal 93 A, Jaminan tidak perlu diserahkan dalam hal barang inpor belm
dikeluarkan dari kawasan pabean.

h) Dalam hal tagihan dilunasi, keberatan tetap dapat diajukan tanpa menyerahkan
jaminan. Ketentuan ini merupakan jawaban atas kepentingan surat bukti penerimaan
jaminan , yang dalam praktiknya keberatan selalu diwajibkan oleh pihak bea dan cukai untuk
menyerahkan surat bukti jaminan , meskipun seluruh kewajiban pembeayaran bea masuk

, sanksi administrasi berupa denda pajak telah dilunasi. Dengan Undang-undang Nomor 17
Tahun 2006 , Apabila pengguna jasa kepabeanan akan mengajukan banding, bea masuk dan
PDRI harus dibayar seluruhnya atau jaminan dicairkan.

Pasal-pasal yang berkaitan dengan keberatan agak berbeda daripada yang diatur dalam hal
keberatan pada Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang KUP sebagaimana telah diubah
dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 , yang diatur dalam Pasal 26
pejelasan yang menyatakan bahwa “ Terhadap Surat Keberatan yang diajukan oleh WP
kewenangan penyelsaian dalam tingkat pertam diberikan kepada Direktur Jendral Pajak .....
Dengan kalimata “tingkat pertama”, berarti keabsahan pengadilan banding yang menjadi
kewenangan pengadilan pajak diakui. Dalam sistem peradilan pengadilan banding merupakan
pengadilan “tingkat kedua” setelah peradilan tingkat pertama memeriksa dan memutuskan
perkara, sehingga seharusnya dimulai dari pengadilan tingkat pertama. Hal ini terjadi saat
Undang- undang KUP diubah pada Tahun 2000 , lembaga peradilan pajak belum terbentuk
sehingga untuk menegakkan keadilan , pada tingkat pertama pemeriksaan dan keputusan
dilakukan oleh DJP , sebgai pemegang otorita perpajakan. Untuk keberatan dibidang pabean ,
tidak mengenal pemeriksaan tingkat pertama , karena Undang-undang pengadilan Pajak
sendiri dalam Pasal 2 juncto Pasal 33 ayat 1 juncto Pasal 77 ayat (1) menyebutkan :

a. “Pengadilan pajak adalah peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi

wajib pajak atau penanggung pajak yang mencari keadilan bagi sengkta pajak “ dan
18

b. “Pegadilan Pajak merupakan pengadilan tingkat Pertama dalam memeriksa dan


memutuskan sengketa pajak “ dan selanjutnya ;\

c. “Putusan pengadilan pajak merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum
tetap”.

6. Keberatan Terhadap Penetapan Selain Tarif dan Nilai Pabean

Perubahan di sini berupa penambahan 1 (satu) pasal yang disisipkan. Mengatur tentang:

a. Keberatan terhadap penetapan berupa pencabutan fasilitas; misalnya mengenai


pencabutan fasilitas pembebasan atau keringan bea masuk yang belum jatuh tempo, fasilitas
gudang berikat dan fasilitas kepabeanan lainnya.

b. Penetapan sebagai hasil dari salah penafsiran peraturan, sebenarnya hal ini berkaitan
dengan segi formal atau yuridis kepabeanan dan dapat dimasukan dalam gugatan dan dapat
langsung diajukan ke pengadilan pajak tanpa melalui keberatan terlebih dahulu.

7. Keberatan atau Sanksi Administrasi Berupa Denda

Terhadap sanksi administrasi berupa denda, apabila pengguna jasa tidak menyetujui
pengenaan maupun jumlahnya, dapat diajukan keberatan kepada DJBC, pasal ini diubah
ditambah 1 (satu) ayat 6, yaitu mengatur mengenai tata cara pengajuan keberatan akan diatur
dengan peraturan menteri. Hal ini akan memperjelas mengenai pengajuan keberatan, terutama
mengenai jaminan dan pencairan jaminan saat keberatan dan pengajuan banding. Kedua hal
tersebut diajukan dengan kewajiban membayar bea masuk, pajak dan atau sanksi administrasi
berupa denda atau bunga. Keberatan atas sanksi administrasi berupa denda, administrasi
dapat diajukan dengan mendasari atas pasal 92A UU nomor 17 Tahun 2006 ayat (1) huruf b,
yang menyatakan dalam penjelasan pasal tersebut bahwa Direktur Jendral Bea dan Cukai
dapat mengurangi atau menghapus sanksi adminitrasi berupa denda. Penghapusan itu dengan
syarat bahwa orang yang dikenai sanksi ternyata hanya melakukan kekhilafan bukan
kesalahan yang disengaja atau kesalahan dimaksud terjadi akibat perbuatan orang lain yang
tidak mempunyai hubungan usaha dengannya serta tanpa sepengetahuan dan persetujuannya.
19

Apabila keberatan ditolak Direktur Jenderal, (berarti ketetapan pejabat bead an cukai sudah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap), jaminan dicairkan untuk membayar bea masuk
dan/atau sanksi administrasi berupa denda yang ditetapkan, dan apabila keberatan dikabulkan
jaminan dikembalikan. Penolakan dapat berarti ditolak sebagian atau seluruhnya atau
ditetapkan lain, misalnya menambah jumlah bea masuk dan masuk pajak dalam rangka impor
serta denda. Jika dalam waktu tersebut diatas Direktur Jenderal tidak memberikan keputusan,
keberatan dianggap dikabulkan. Pengembalian jaminan dilakukan setelah 30 (tiga puluh hari).

2.3.2 Banding

Berdasarkan Pasal 1 angka 6 Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2002 tentang pengadilan


pajak menjelaskan apa yang dimaksud dengan banding. Banding adalah upaya hukum yang
dapat dilakukan oleh wajib pajak atau pengguna pajak terhadap suatu keputusan yang dapat
di ajukan Banding, berdasarkan peraturan perundang-undang perpajakan yang berlaku.

Obyek banding adalah Surat Keputusan Keberatan, atau kelanjutan dari proses keberatan.
Atas pengajuan keberatan yang ditolak, jaminan yang dipertaruhkan di Kantor Pabean
dicairkan. Jika importir tidak setuju atas keputusan keberatan, importir dapat mengajukan
banding ke Pengadilan Pajak, dan menyampaikan tanda pelunasan utang sebagai salah satu
persyaratan banding. Direktur PPKC atau Kepala KPU Bea dan Cukai Tanjung Priok dapat
menugaskan pejabat dari unit yang menangani keberatan dan banding, atau unit lain yang
terkait untuk menugaskan pejabat menghadiri sidang banding di Pengadilan Pajak.

1. Tata Cara Pengajuan Permohonan Banding

Ketentuan Pasal 95 Undang-undang Kepabeanan mengatur mengenai pengajuan banding


kepada badan peradilan pajak, diubah sebagai berikut:

“Orang yang kebearatan terhadap penetapan Direktur Jenderal atas tariff dan nilai pabean
sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (2), keputusan Direktur Jenderal sebagaimana
dimaksud dalam pasal 93 ayat (2), pasal 93 A ayat (4), atau pasal 94 ayat (2) dapat
mengajukan permohonan banding kepada pengadilan pajak dalam jangka waktu 60 (enam
puluh) hari sejak tanggal penetapan atau tanggal keputusan, setelah pungutan yang terutang
dilunasi”.

Pasal-pasal yang dihapus adalah sebagai berikut:


20

 Pasal 96: Keputusan tentang lembaga banding sebagai pengganti BPSP;

 Pasal 97, tentang lembaga banding;

 Pasal 98, Tentang kedua lembaga banding bea dan cukai;

 Pasal 99, tentang persidangan majelis yang bersifat tertutup;

 Pasal 100, tentang anggota majelis;

 Pasal 101, tentang susunan organisasi lembaga peradilan

 Ketentuan Bab XIII Bagian Kedua tentang lembaga Banding Dihapus.

2. Pengajuan Banding Tanpa Melalui Keberatan

Untuk hal-hal tertentu, pengajuan banding tidak memerlukan melalui lembaga keberatan dan
keputusan keberatan yang diterbitkan oleh DJBC. Undang-undang kepabeanan mengatur
secara summier mengenai hal tersebut. Majelis hukum pengadilan pajak mengambil suatu
kesimpulan bahwa untuk perkara sangketa kepabeanan yang berkaitan dengan penetapan
kembali (Pasal 17 UU Kepabeanan) atau hasil audit kepabeanan dapat langsung diajukan
banding.

3. Gugatan

Berdasarkan Pasal 1 angkta 7 Undang-undang No.14 Tahun 2002 tentang Pengadilan pajak,
definisi gugatan adalah sebagai berikut “Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan
oleh wajib pajak atau pengguna pajak terhadap pelaksanann penagihan pajak atau terhadap
keputusan yang dapat diajukan Gugatan berdasarkan peraturan perundang-undang perpajakan
yang berlaku”

Gugatan tidak diatur dalam undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 sebagaimana diubah
dengan Undanng-undang Nomor 17 Tahun 2002. Namun, untuk pelaksanaan tagihan pajak,
yang diatur dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana diubah dengan
Undang- undang Nomor 19 Tahun 2000 juncto keputusan Menteri Keuangan Nomor 234
Tahun 1996 sebagaimana diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
483/KMK.02/2002, diatur mengenai penagihan bea masuk. Dalam pertimbangannya Menteri
keuangan menyatakan bahwa untuk menyesuaikan penagihan pajak termasuk penagihan bea
masuk diubah dengan undang- undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana diubah dengan
21

undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan pajak dengan surat paksa. Dengan
demikian atas pelaksanaan penagihan bea masuk dan cukai, dapat diajukan gugatan. Dengan
tidak diaturnya masalah pelaksanaan penagihan yang dapat diajukan gugatan berlaku undang-
undang Nomor 19 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Nomor 19
Tahun 2000.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kewenangan administratif dalam bidang ini, seperti meneliti kelengkapan dokumen


impor dan ekspor , menetapkan jalur merah, kuning dan prioritas serta menentukan klasifikasi
barang dan lainnya. Adapun kewenangan administartif kepabeanan yang dilakukan oleh
DJBC selaku pejabat pabean apabila tidak mematuhi peraturan yang berlaku, yaitu:
Kewenangan Untuk Memaksa, Kewenangan Untuk Menguji Kepatuhan, Kewenangan
Menjalankan Fungsi Yudikatif, Kewenangan Karena Jabatan (Ex officio). Surat Penetapan
atas penelitian dokumen impor oleh Pejabat Pabean adalah SPTNP. SPTNP dapat merupakan
tagihan atas kekurangan pembayaran hasil dari keputusan Pejabat Pabean. Dalam
pelaksanaannya Pejabat Pabean mengacu pada SOP sebagaimana diatur dalam keputusan
Menteri Keuangan (PMK- 160/PMK.04/2010). Konsekuensi dari adanya penetapan yang
mengakibatkan tambah bayar bea masuk dan pajak dalam rangka impor adalah sanksi
pelayanan maupun sanksi administrasi berupa denda. Sedangkan atas penetapan yang
mengakibatkan restitusi dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku. Pelaksanaannya adalah
sebagai berikut : Penagihan Bea Masuk dan Pengembalian Bea Masuk, Denda Administrasi
dan Bunga. Pengajuan keberatan dan banding merupakan hak dari importir sebagaimana
diatur dalam Undang-undang kepabeanan.

22
23

3.2 PERTANYAAN DAN JAWABAN

NO NAMA / PERTANYAAN JAWABAN


KELOMPOK

Terhadap keberatan ysng diajukan atas


barang impor yang belum dikeluarkan
1 JOANENNA Syarat-syarat khusus bagi barang yang dari kawasan pabean berlaku ketentuan:
a. Masih berada di kawasan pabena
HAYYUNA / 1 belum keluar dari kawasan pabean?
b. Belum diterbitkan persetujuan
pengeluaran barang oleh Pejabat bea
dan cukai
c. hanya digunakan untuk pengajuan
keberatan atas penetapan Pejabat bea
dan cukai terhadap importasi barang
tersebut
d. bukan merupakan barang yyang
bersifat peka waktu , tidak tahan lama,
merusak dan/atau berbahaya.

Pembayaran akan dikenakan denda


sebesar 100% dari jumlah pajak
2 HELEN Wajib pajak melakukan banding dan
berdasarkan Putusan Banding dikurangi
DAYANTI / 1 ditolak. Pembayaran ditambah
pembayran pajak yg telah dibayar
denda/tidak?
sebelum mengajukan keberatan

3 SURYANI / Apa yang menyebabkan sanksi Kewenangan pejabat bead an cukai


administrasi dapat dikurangkan / karena jabatan yaitu dapat mengurangi
dihapuskan? atau menghapus sanksi administrasi
berupa denda dalam hal sanksi tersebut
dikenakan pada orang yang dikenai
sanksi karena kekhilafan atau bukan
karena kesalahannya

Pengajuan banding tanpa melalui


keberatan dapat dilakukan banding atas
4 MUSTAIN / Dalam hal apa saja dapat melakukan
surat penetapan kembali tariff dan/atau
24

banding tanpa keberatan? nilai pabean atau SPKTNP dan untuk


perkara sengketa kepabeanan yang
berkaitan dengan penetapan kembali
atau hasil audit kepabeanan

A. Tidak memenuhi ketentuan


persyaratan pengajuan
5 AHMAD Dalam hal apa saja pengajuan permohonan keberatan
SYAHRONI / permohonan keberatan ditolak oleh B. Setelah dilakukan penelitian dan
konfirmasi jaminan oleh Pejabat
pejabat Bea dan Cukai?
bea dan cukai kedapatan tidak
benar
C. Barang impor tidak dapat
dibuktikan masih berada
dikawasan pabean

Karena masih ada ketidak


puasandengan hasil keberatan maka
6 M. KARTA Alasan apa yang menjadi pengajuan
dapat diajukan banding.
WIJAYA / banding?

Anda mungkin juga menyukai