Anda di halaman 1dari 31

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 475 TAHUN 2023


TENTANG
PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan kerangka kerja


integritas, mencegah terjadinya situasi
benturan kepentingan, dan memberikan
acuan bagi pegawai dalam menangani situasi
benturan kepentingan, perlu disusun
pedoman penanganan benturan kepentingan
di lingkungan Kementerian Keuangan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu
menetapkan Keputusan Menteri Keuangan
tentang Pedoman Penanganan Benturan
Kepentingan di Lingkungan Kementerian
Keuangan;

Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021


tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 202, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6718);
2. Keputusan Presiden Nomor 113/P Tahun
2019;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
88/PMK.06/2015 tentang Penerapan Tata
Kelola Perusahaan yang Baik pada
Perusahaan Perseroan (Persero) di bawah
Pembinaan dan Pengawasan Menteri
Keuangan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 651);
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
190/PMK.01/2018 tentang Kode Etik dan
Kode Perilaku Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Kementerian Keuangan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 1835);
-2-

5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor


118/PMK.01/2021 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Keuangan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 1031) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 135 Tahun 2023 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 118/PMK.01/2021 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Keuangan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2023 Nomor 977);
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
227/PMK.09/2021 tentang Pengendalian
Gratifikasi di Lingkungan Kementerian
Keuangan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 1546);
7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor
85/KMK.01/2021 tentang Pedoman Etik dan
Perilaku bagi Perwakilan Kementerian
Keuangan yang Ditugaskan sebagai Anggota
Dewan Komisaris, Dewan Pengawas,
dan/atau Jabatan Lain yang Setara pada
Perusahaan Negara, Badan Layanan Umum,
dan/atau Badan Hukum Lainnya;
8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor
323/KMK.09/2021 tentang Kerangka Kerja
Integritas di Lingkungan Kementerian
Keuangan;

Memperhatikan : Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur


Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 37 Tahun
2012 tentang Pedoman Umum Penanganan
Benturan Kepentingan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 65);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG


PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN
KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
KEUANGAN.

KESATU : Menetapkan Pedoman Penanganan Benturan


Kepentingan di Lingkungan Kementerian
Keuangan, yang selanjutnya disebut Pedoman
Penanganan Benturan Kepentingan, sebagai
kerangka acuan untuk mencegah, mendeteksi,
merespon, memonitor, dan mengevaluasi
penanganan benturan kepentingan di lingkungan
Kementerian Keuangan.
KEDUA : Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU,
dilaksanakan untuk memberikan keseragaman
pemahaman dan tindakan bagi unit organisasi di
lingkungan Kementerian Keuangan dan pegawai
-3-

Kementerian Keuangan yang terdiri atas:


a. calon pegawai negeri sipil;
b. pegawai negeri sipil;
c. pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja;
dan
d. orang yang menerima gaji atau upah dari
keuangan negara berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan, yang
bekerja di lingkungan Kementerian
Keuangan,
yang selanjutnya disebut Pegawai, untuk
mencegah terjadinya kecurangan (fraud),
menegakkan integritas, dan menciptakan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
KETIGA : Benturan kepentingan sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KESATU, merupakan situasi
Pegawai memiliki atau patut diduga memiliki
kepentingan pribadi dan/atau kepentingan
kelompok untuk menguntungkan diri sendiri,
orang lain, dan/atau golongan dalam
menggunakan kewenangannya sehingga dapat
memengaruhi objektivitas dan kualitas:
a. keputusan yang dibuat atau tidak dibuat;
dan/atau
b. tindakan yang dilakukan atau tidak
dilakukan.
KEEMPAT : Prinsip dasar dalam penanganan benturan
kepentingan meliputi:
a. mengutamakan kepentingan publik tanpa
memikirkan keuntungan pribadi, orang lain,
dan/atau golongan;
b. mendorong tanggung jawab pribadi dan sikap
keteladanan untuk menghindari adanya
benturan kepentingan dengan berperan aktif
membuat deklarasi benturan kepentingan;
c. menciptakan dan membina budaya
organisasi yang dapat mencegah dan
mendeteksi adanya benturan kepentingan;
dan
d. menciptakan keterbukaan/transparansi
respon penanganan dan pengawasan
benturan kepentingan.
KELIMA : Untuk menghindari situasi benturan
kepentingan, setiap Pegawai dilarang:
a. menggunakan keahlian dalam tugas dan
fungsinya untuk mendirikan dan/atau
mengelola kegiatan usaha/badan usaha yang
berpotensi menimbulkan benturan
kepentingan dengan tugas dan fungsi Unit
Organisasi Eselon I di lingkungan
Kementerian Keuangan tempat Pegawai
bertugas;
b. memiliki, menguasai, dan/atau
mengendalikan kegiatan usaha yang
berpotensi menimbulkan benturan
kepentingan dengan tugas dan fungsi Unit
-4-

Organisasi Eselon I di lingkungan


Kementerian Keuangan tempat Pegawai
bertugas; dan/atau
c. melakukan perbuatan dan/atau ikut serta
dalam kegiatan yang berpotensi
menimbulkan benturan kepentingan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan atau ketentuan yang berlaku di
lingkungan Kementerian Keuangan.
KEENAM : Setiap Pegawai wajib membuat Deklarasi Data
Pegawai dan melakukan analisis potensi benturan
kepentingan pada sistem informasi sumber daya
manusia Kementerian Keuangan, yang terdiri
atas:
a. hubungan keluarga inti, yaitu pasangan,
anak, orang tua, mertua, dan saudara
kandung Pegawai yang memuat informasi di
antaranya nama, jenis hubungan,
pekerjaan/jabatan, tempat bekerja, bidang
usaha/pekerjaan, dan kepemilikan
usaha/saham/perusahaan;
b. penugasan paruh waktu/rangkap jabatan di
badan layanan umum, badan usaha milik
negara, badan usaha milik daerah, atau
badan hukum lain yang dikelola oleh
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah
Daerah;
c. kepemilikan usaha;
d. kepemilikan saham pada perusahaan
tertutup dan/atau kepemilikan saham lebih
dari 1% (satu persen) pada perusahaan
terbuka; dan/atau
e. rangkap jabatan di badan usaha swasta
dan/atau badan lainnya,
yang disusun sesuai dengan contoh format
pengisian sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I huruf A yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.
KETUJUH : Deklarasi Data Pegawai sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KEENAM, dibuat oleh:
a. Pegawai paling lambat pada tanggal 30 Juni
2024; dan
b. Pegawai baru sebelum ditempatkan pada
unit kerja.
KEDELAPAN : Dalam hal terjadi perubahan status Pegawai
dan/atau hubungan afiliasi dengan Pegawai,
yaitu:
a. pengangkatan dalam jabatan di antaranya
promosi atau mutasi;
b. penugasan dalam instansi pemerintah atau
di luar instansi pemerintah;
c. perubahan data keluarga, di antaranya
pernikahan dan perceraian;
d. perubahan kepemilikan usaha, pekerjaan
pasangan/anak, dan/atau rangkap jabatan;
-5-

e. pengangkatan sebagai Dewan Pengawas atau


Dewan Komisaris; dan/atau
f. kondisi lainnya yang belum diungkapkan di
Deklarasi Data Pegawai sebelumnya yang
mengakibatkan timbulnya potensi benturan
kepentingan,
Pegawai wajib melakukan pemutakhiran
Deklarasi Data Pegawai paling lama 1 (satu) bulan
sejak terjadi perubahan status Pegawai dan/atau
hubungan afiliasi dengan Pegawai.
KESEMBILAN : Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KEDELAPAN, khusus untuk Pegawai yang
ditugaskan dalam instansi pemerintah atau di
luar instansi pemerintah sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KEDELAPAN huruf b juga harus
memenuhi kewajiban pelaporan apabila memiliki
kondisi rangkap jabatan di badan layanan umum,
badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, atau badan hukum lain yang dikelola oleh
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah,
yang tidak melalui penugasan oleh Menteri
Keuangan.
KESEPULUH : Kewajiban pelaporan sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KESEMBILAN dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan
Kementerian Keuangan dan dikoordinasikan oleh
Sekretariat Jenderal c.q. Biro Sumber Daya
Manusia.
KESEBELAS : Deklarasi Data Pegawai sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KEENAM dan pemutakhiran
Deklarasi Data Pegawai sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KEDELAPAN, dilakukan validasi
oleh Inspektorat Jenderal melalui sistem
informasi sumber daya manusia Kementerian
Keuangan.
KEDUABELAS : Dalam hal berdasarkan hasil validasi
sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KESEBELAS terdapat kondisi:
a. pasangan dan/atau anak Pegawai memiliki,
mengelola, atau bekerja di bidang usaha yang
berpotensi memiliki benturan kepentingan;
b. Pegawai dan/atau pasangan Pegawai
memiliki saham pada perusahaan tertutup
dan/atau kepemilikan saham lebih dari 1%
(satu persen) pada perusahaan terbuka yang
berpotensi memiliki benturan kepentingan;
c. Pegawai memiliki kondisi rangkap jabatan,
menjadi pengurus, memiliki, menguasai,
dan/atau mengendalikan usaha yang
berpotensi menimbulkan benturan
kepentingan; dan/atau
d. Pegawai memiliki kondisi rangkap jabatan di
badan layanan umum, badan usaha milik
negara, badan usaha milik daerah, atau
badan hukum lain yang dikelola oleh
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah
-6-

Daerah, yang tidak melalui penugasan oleh


Menteri Keuangan, dan tidak melaporkan
penunjukan kepada Menteri Keuangan c.q.
Sekretaris Jenderal,
terhadap kondisi tersebut diklasifikasikan sebagai
potensi benturan kepentingan dengan risiko tinggi
yang selanjutnya dilakukan penanganan potensi
benturan kepentingan.
KETIGABELAS : Penanganan potensi benturan kepentingan
sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KEDUABELAS, dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. dalam hal Pegawai mengalami potensi
benturan kepentingan sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KEDUABELAS
huruf a, Pegawai wajib:
1. memastikan pasangan dan/atau anak
Pegawai menghentikan kegiatan
usahanya atau mengundurkan diri dari
pekerjaannya; dan
2. membuat serta menyampaikan Laporan
Penghentian Usaha/Pekerjaan yang
Berpotensi Benturan Kepentingan
kepada Pimpinan Unit Organisasi
Eselon I di lingkungan Kementerian
Keuangan dan ditembuskan kepada
Unit Kepatuhan Internal Tingkat Satu
pada Unit Organisasi Eselon I di
lingkungan Kementerian Keuangan,
yang disusun sesuai dengan contoh
format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I huruf B yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini;
b. dalam hal Pegawai mengalami potensi
benturan kepentingan sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KEDUABELAS
huruf b, Pegawai wajib:
1. melepaskan atau mengalihkan
kepemilikan saham kepada pihak yang
tidak mempunyai benturan
kepentingan, dan/atau memastikan
pasangan juga turut melepaskan atau
mengalihkan kepemilikan saham
kepada pihak yang tidak mempunyai
benturan kepentingan; dan
2. membuat serta menyampaikan Laporan
Pelepasan, Pengalihan Kepemilikan
Saham dan/atau Rangkap Jabatan,
Kepengurusan, Kepemilikan,
Penguasaan, dan Pengendalian
Kegiatan Usaha kepada Pimpinan Unit
Organisasi Eselon I di lingkungan
Kementerian Keuangan dan
ditembuskan kepada Unit Kepatuhan
Internal Tingkat Satu pada Unit
-7-

Organisasi Eselon I Kementerian


Keuangan, yang disusun sesuai dengan
contoh format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I huruf C yang
merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan Menteri ini;
c. dalam hal Pegawai mengalami potensi
benturan kepentingan sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KEDUABELAS
huruf c, Pegawai wajib:
1. melepas rangkap jabatan,
kepengurusan, kepemilikan,
penguasaan, pengendalian, atau
menghentikan usaha; dan
2. membuat serta menyampaikan Laporan
Pelepasan, Pengalihan Kepemilikan
Saham dan/atau Rangkap Jabatan,
Kepengurusan, Kepemilikan,
Penguasaan, dan Pengendalian
Kegiatan Usaha kepada Pimpinan Unit
Organisasi Eselon I di lingkungan
Kementerian Keuangan dan
ditembuskan kepada kepada Unit
Kepatuhan Internal Tingkat Satu pada
Unit Organisasi Eselon I Kementerian
Keuangan, yang disusun sesuai dengan
contoh format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I huruf C yang
merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan Menteri ini; dan
d. dalam hal Pegawai mengalami potensi
benturan kepentingan sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KEDUABELAS
huruf d, Pegawai harus memilih 1 (satu)
jabatan untuk dipertahankan.
KEEMPATBELAS : Dalam hal Pegawai sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KETIGABELAS huruf d memilih untuk:
a. mempertahankan jabatannya di
Kementerian Keuangan/mengundurkan diri
dari rangkap jabatan di badan layanan
umum, badan usaha milik negara, badan
usaha milik daerah, atau badan hukum lain
yang dikelola oleh Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah yang tidak
melalui penugasan oleh Menteri Keuangan,
Pegawai harus membuat dan menyampaikan
Laporan Pengunduran Diri dari Rangkap
Jabatan non Penugasan Menteri Keuangan,
yang disusun sesuai dengan contoh format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
huruf D yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan Menteri ini; atau
b. mengundurkan diri dari jabatannya di
Kementerian Keuangan, Pegawai harus
melakukan proses pengunduran diri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
-8-

undangan dan/atau ketentuan yang berlaku


di lingkungan Kementerian Keuangan.
KELIMABELAS : Penanganan potensi benturan kepentingan
sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KETIGABELAS dilaksanakan paling lama 1 (satu)
tahun terhitung sejak:
a. Deklarasi Data Pegawai sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KETUJUH dibuat;
atau
b. pemutakhiran Deklarasi Data Pegawai
sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KEDELAPAN dilakukan.
KEENAMBELAS : Dalam hal berdasarkan penanganan potensi
benturan kepentingan sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KETIGABELAS huruf a, pasangan
dan/atau anak Pegawai tidak menghentikan
kegiatan usahanya atau tidak mengundurkan diri
dari pekerjaannya dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KELIMABELAS, Biro Sumber Daya Manusia
melakukan proses mutasi kepada Pegawai yang
bersangkutan sesuai dengan ketentuan
manajemen kepegawaian di lingkungan
Kementerian Keuangan.
KETUJUHBELAS : Apabila berdasarkan penanganan potensi
benturan kepentingan sebagaimana dimaksud
dalam:
a. Diktum KETIGABELAS huruf b, Pegawai
dan/atau pasangan Pegawai tidak melepas
atau mengalihkan kepemilikan saham
kepada pihak yang tidak mempunyai
benturan kepentingan;
b. Diktum KETIGABELAS huruf c, Pegawai
tidak melepas rangkap jabatan,
kepengurusan, kepemilikan, penguasaan,
pengendalian, atau menghentikan usaha;
dan/atau
c. Diktum KETIGABELAS huruf d, Pegawai
tidak memilih 1 (satu) jabatan untuk
dipertahankan,
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KELIMABELAS, Pegawai dikenakan
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan/atau ketentuan
mengenai kode etik atau disiplin pegawai negeri
sipil di lingkungan Kementerian Keuangan.
KEDELAPANBELAS : Dalam hal Pegawai menghadapi situasi yang
berpotensi menimbulkan benturan kepentingan
pada saat menjalankan tugas dan
kewenangannya, Pegawai wajib:
a. menghindari situasi yang berpotensi
menimbulkan benturan kepentingan dan
membuat Laporan Penghindaran Potensi
Benturan Kepentingan, yang disusun sesuai
dengan contoh format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II huruf A yang
-9-

merupakan bagian tidak terpisahkan dari


Keputusan Menteri ini; atau
b. membuat Deklarasi Benturan Kepentingan,
apabila Pegawai tidak dapat menghindari
situasi yang berpotensi menimbulkan
benturan kepentingan, sesuai dengan contoh
format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II huruf B yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri
ini.
KESEMBILANBELAS : Contoh situasi yang berpotensi menimbulkan
benturan kepentingan sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KEDELAPANBELAS tercantum
dalam Lampiran II huruf C yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri
ini.
KEDUAPULUH : Laporan Penghindaran Potensi Benturan
Kepentingan sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KEDELAPANBELAS huruf a dan/atau
Deklarasi Benturan Kepentingan sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KEDELAPANBELAS
huruf b, disampaikan oleh Pegawai kepada atasan
langsung dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk Pegawai dengan jabatan Pelaksana
atau setara, melaporkan kepada Pejabat
Pengawas atau setara, namun dalam hal
Pejabat Pengawas atau setara memiliki
benturan kepentingan yang sama, Pegawai
melaporkan kepada Pejabat Administrator
atau setara;
b. untuk Pejabat Pengawas atau setara,
melaporkan kepada Pejabat Administrator
atau setara;
c. untuk Pejabat Administrator atau setara,
melaporkan kepada Pejabat Pimpinan Tinggi
Pratama atau setara;
d. untuk Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama atau
setara melaporkan kepada Pejabat Pimpinan
Tinggi Madya atau setara;
e. untuk Pejabat Pimpinan Tinggi Madya atau
setara melaporkan kepada Menteri
Keuangan; dan
f. untuk Pejabat Fungsional melaporkan
kepada atasan langsung sesuai ketentuan.
KEDUAPULUHSATU : Atas Deklarasi Benturan Kepentingan yang telah
disampaikan oleh Pegawai sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KEDUAPULUH,
dilakukan penanganan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Pejabat Pengawas atau setara sampai dengan
Menteri Keuangan melakukan penelaahan
dan menentukan penanganan atas Deklarasi
Benturan Kepentingan;
b. dalam hal penanganan atas Deklarasi
Benturan Kepentingan dilakukan oleh
Pejabat Pimpinan Tinggi Madya atau setara,
- 10 -

proses penelaahan dapat dilakukan dengan


meminta masukan dari Unit Kepatuhan
Internal pada Unit Organisasi Eselon I di
lingkungan Kementerian Keuangan; dan
c. dalam hal penanganan atas Deklarasi
Benturan Kepentingan dilakukan oleh
Menteri Keuangan, proses penelaahan dapat
dilakukan dengan meminta masukan dari
Inspektorat Jenderal.
KEDUAPULUHDUA : Penelaahan atas Deklarasi Benturan Kepentingan
sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KEDUAPULUHSATU huruf a, huruf b, dan huruf
c, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. penelaahan dilakukan dengan
mempertimbangkan:
1. jabatan Pegawai dalam unit dan/atau
tim;
2. dampak yang ditimbulkan dari
keputusan, kebijakan, dan/atau
tindakan Pegawai;
3. jenis hubungan afiliasi;
4. keuntungan pribadi atau golongan yang
akan diperoleh; dan/atau
5. intensitas waktu atau kedekatan
hubungan afiliasi;
b. hasil penelaahan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, berupa:
1. hasil penilaian risiko dan aksi
penanganannya;
2. informasi/pertimbangan lain; dan
3. kesimpulan yang berisi level risiko
benturan kepentingan dan langkah
penanganannya,
dituangkan dalam Hasil Telaahan dan
Penanganan atas Deklarasi Benturan
Kepentingan pada dokumen Deklarasi
Benturan Kepentingan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II huruf B yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini;
c. level risiko benturan kepentingan
sebagaimana dimaksud pada huruf b, terdiri
atas:
1. risiko tinggi;
2. risiko sedang; dan
3. risiko rendah;
d. Hasil Telaahan dan Penanganan atas
Deklarasi Benturan Kepentingan
sebagaimana dimaksud pada huruf b
disampaikan oleh Atasan Langsung/Pejabat
yang menelaah dan menentukan
penanganan atas Deklarasi Benturan
Kepentingan kepada Pegawai, dan
ditembuskan kepada Unit Kepatuhan
Internal pada Unit Organisasi Eselon I di
lingkungan Kementerian Keuangan paling
- 11 -

lama 5 (lima) hari kerja sejak Pegawai


menyampaikan Deklarasi Benturan
Kepentingan; dan
e. Unit Kepatuhan Internal sebagaimana
dimaksud pada huruf d melakukan
pemantauan terhadap tindak lanjut Hasil
Telaahan dan Penanganan atas Deklarasi
Benturan Kepentingan.
KEDUAPULUHTIGA : Penanganan benturan kepentingan risiko tinggi
sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KEDUAPULUHDUA huruf c angka 1, meliputi:
a. penarikan Pegawai dari penugasan yang
menyebabkan benturan kepentingan;
b. pengalihan tugas dan tanggung jawab
Pegawai yang bersangkutan;
c. pengusulan mutasi Pegawai ke unit dan/atau
jabatan lain yang tidak memiliki benturan
kepentingan dengan Pegawai yang
bersangkutan; dan/atau
d. pembatasan kewenangan Pegawai untuk
tidak membuat, menerbitkan, dan/atau
menetapkan keputusan/kebijakan/
tindakan.
KEDUAPULUHEMPAT : Dalam hal kewenangan sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KEDUAPULUHTIGA huruf d tidak
dapat digantikan oleh Pegawai lain, kepada
Pegawai yang bersangkutan diperkenankan untuk
menjalankan kewenangan tersebut dengan
pemantauan oleh atasan langsung.
KEDUAPULUHLIMA : Penanganan benturan kepentingan risiko sedang
sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KEDUAPULUHDUA huruf c angka 2, meliputi:
a. pembatasan kewenangan Pegawai dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya,
antara lain Pegawai tidak diizinkan untuk
ikut serta dalam pengambilan keputusan;
dan/atau
b. pembatasan akses Pegawai terhadap
informasi dan akses lainnya yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan.
KEDUAPULUHENAM : Penanganan benturan kepentingan atas risiko
rendah sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KEDUAPULUHDUA huruf c angka 3, yaitu
pemberian izin Pegawai untuk menjalankan tugas
dan tanggung jawab dengan pengawasan atasan
langsung.
KEDUAPULUHTUJUH : Atasan langsung, Unit Kepatuhan Internal, dan
Inspektorat Jenderal melakukan pemantauan
atas kepatuhan Pegawai dalam membuat
Deklarasi Data Pegawai dan Deklarasi Benturan
Kepentingan, serta tindak lanjut penanganannya,
apabila terdapat potensi adanya benturan
kepentingan.
- 12 -

KEDUAPULUHDELAPAN : Penanganan benturan kepentingan menerapkan


model tiga lini, sebagai berikut:
a. Lini Pertama, yang dilaksanakan oleh
manajemen dan seluruh Pegawai unit kerja
yang bersangkutan;
b. Lini Kedua, yang dilaksanakan oleh Unit
Kepatuhan Internal atau unit kerja yang
melaksanakan fungsi kepatuhan internal
pada suatu unit kerja; dan
c. Lini Ketiga, yang dijalankan oleh Inspektorat
Jenderal atau Satuan Pengawas Intern.
KEDUAPULUHSEMBILAN : Tugas masing-masing lini dalam penanganan
benturan kepentingan sebagai berikut:
a. Lini Pertama bertugas:
1. mengidentifikasi benturan kepentingan
dengan efektif;
2. memberikan teladan dalam menghindari
benturan kepentingan;
3. melakukan sosialisasi benturan
kepentingan kepada jajaran
pejabat/pegawai di unitnya;
4. mencegah terjadinya benturan
kepentingan;
5. menangani benturan kepentingan yang
terjadi sesuai ketentuan yang berlaku;
6. melaporkan penanganan benturan
kepentingan yang terjadi kepada Lini
Kedua; dan
7. memanfaatkan dokumen Deklarasi
Benturan Kepentingan dalam
pengendalian internal dan tindakan
manajerial.
b. Lini Kedua bertugas:
1. mendukung Lini Pertama dalam hal
mengidentifikasi benturan kepentingan;
2. melakukan pemantauan atas
penanganan benturan kepentingan oleh
Lini Pertama secara periodik sekurang-
kurangnya setiap semester; dan
3. membantu memberikan masukan
dalam hal terdapat permintaan
pendapat dari Lini Pertama atas
penanganan benturan kepentingan.
c. Lini Ketiga bertugas:
1. melakukan analisis, evaluasi,
pemantauan, reviu atas penanganan
benturan kepentingan sekurang-
kurangnya satu kali dalam satu tahun;
2. mengembangkan berbagai instrumen
dalam rangka meningkatkan efektivitas
penanganan benturan kepentingan;
3. membantu memberikan masukan
dalam hal terdapat permintaan
pendapat dari Menteri Keuangan atas
penanganan benturan kepentingan; dan
- 13 -

4. melakukan pemanfaatan atas data


benturan kepentingan.
KETIGAPULUH : Penyusunan dan pengelolaan dokumen dalam
rangka Penanganan Benturan Kepentingan
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Penyusunan dan pengelolaan dokumen atas
Penanganan Benturan Kepentingan di
antaranya berupa:
1. Deklarasi Data Pegawai sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KEENAM;
2. Laporan atas Penanganan Benturan
Kepentingan sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KETIGABELAS dan
Diktum KEEMPATBELAS yang terdiri
atas:
a) Laporan Penghentian
Usaha/Pekerjaan yang Berpotensi
Benturan Kepentingan;
b) Laporan Pelepasan, Pengalihan
Kepemilikan Saham dan/atau
Rangkap Jabatan, Kepengurusan,
Kepemilikan, Penguasaan, dan
Pengendalian Kegiatan Usaha; dan
c) Laporan Pengunduran Diri dari
Rangkap Jabatan non Penugasan
Menteri Keuangan;
3. Laporan Penghindaran Potensi
Benturan Kepentingan sebagaimana
dimaksud dalam Diktum
KEDELAPANBELAS huruf a; dan
4. Deklarasi Benturan Kepentingan serta
Hasil Telaahan dan Penanganan atas
Deklarasi Benturan Kepentingan
sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KEDELAPANBELAS huruf a dan Diktum
KEDUAPULUHDUA huruf b,
dilakukan secara elektronik melalui sistem
informasi sumber daya manusia di
lingkungan Kementerian Keuangan.
b. Dokumen sebagaimana dimaksud pada
huruf a digunakan sebagai data dukung
serta bahan pertimbangan dalam
manajemen kepegawaian dan kegiatan
pengawasan.
KETIGAPULUHSATU : Pelanggaran terhadap larangan atas benturan
kepentingan di lingkungan Kementerian
Keuangan antara lain sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.
KETIGAPULUHDUA : Setiap Pegawai yang:
a. melakukan pelanggaran atas situasi
benturan kepentingan sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KELIMA;
b. tidak membuat Deklarasi Data Pegawai
dan/atau tidak melakukan analisis potensi
benturan kepentingan sebagaimana
- 14 -

dimaksud dalam Diktum KEENAM, tidak


melakukan pemutakhiran Deklarasi Data
Pegawai sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KEDELAPAN, tidak membuat
Deklarasi Benturan Kepentingan
sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KEDELAPANBELAS huruf b, dan/atau tidak
menyampaikan Deklarasi Benturan
Kepentingan kepada atasan langsung
sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KEDUAPULUH; dan/atau
c. menyampaikan Deklarasi Data Pegawai
dan/atau melakukan analisis potensi
benturan kepentingan sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KEENAM,
melakukan pemutakhiran Deklarasi Data
Pegawai sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KEDELAPAN, dan/atau membuat
Deklarasi Benturan Kepentingan
sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KEDELAPANBELAS huruf b, dengan tidak
benar, tidak lengkap, dan/atau tidak dapat
dipertanggungjawabkan,
dikenakan sanksi kode etik atau disiplin pegawai
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan/atau ketentuan yang berlaku di
lingkungan Kementerian Keuangan.
KETIGAPULUHTIGA : Proses pemeriksaan atas dugaan pelanggaran
kode etik atau disiplin Pegawai yang berkaitan
dengan adanya benturan kepentingan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan/atau ketentuan
mengenai kode etik atau disiplin pegawai negeri
sipil di lingkungan Kementerian Keuangan.
KETIGAPULUHEMPAT : Penyelesaian atas kebijakan, keputusan,
dan/atau tindakan yang dilakukan oleh Pegawai
yang dilatarbelakangi adanya benturan
kepentingan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
KETIGAPULUHLIMA : Setiap Pimpinan Unit Organisasi Eselon I di
lingkungan Kementerian Keuangan wajib
memberikan teladan dalam menghindari
benturan kepentingan dan melakukan
penanganan potensi benturan kepentingan secara
berkesinambungan pada masing-masing Unit
Organisasi Eselon I.
KETIGAPULUHENAM : Ketentuan mengenai Penanganan Benturan
Kepentingan sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KESATU sampai dengan Diktum
KETIGAPULUHLIMA berlaku secara mutatis
mutandis terhadap ketentuan mengenai Pedoman
Penanganan Benturan Kepentingan pada Unit
Organisasi non Eselon.
- 15 -

KETIGAPULUHTUJUH : Pada saat Keputusan Menteri ini mulai berlaku:


a. setiap Pimpinan Unit Organisasi Eselon I dan
Pimpinan Unit Organisasi non Eselon di
lingkungan Kementerian Keuangan
melakukan penyesuaian terhadap ketentuan
dan standar operasional prosedur mengenai
penanganan benturan kepentingan pada
masing-masing Unit Organisasi Eselon I dan
Unit Organisasi non Eselon di lingkungan
Kementerian Keuangan;
b. setiap Pimpinan Unit Organisasi Eselon I dan
Pimpinan Unit Organisasi non Eselon di
lingkungan Kementerian Keuangan
menyusun situasi benturan kepentingan
yang lebih rinci sesuai dengan proses bisnis
pada masing-masing Unit Organisasi Eselon
I dan Unit Organisasi non Eselon di
lingkungan Kementerian Keuangan; dan
c. Pimpinan badan usaha milik negara dan
Pimpinan lembaga non badan usaha milik
negara (sui generis) di bawah pembinaan dan
pengawasan Kementerian Keuangan
menetapkan ketentuan mengenai
penanganan benturan kepentingan pada
masing-masing badan usaha milik negara
dan lembaga non badan usaha milik negara
(sui generis) di bawah pembinaan dan
pengawasan Kementerian Keuangan,
dengan berpedoman pada Keputusan Menteri ini.
KETIGAPULUHDELAPAN : Pada saat Keputusan Menteri ini mulai berlaku,
ketentuan yang mengatur mengenai penanganan
benturan kepentingan di lingkungan Kementerian
Keuangan, dinyatakan sah dan tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan Keputusan
Menteri ini.
KETIGAPULUHSEMBILAN : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
1 April 2024.

Keputusan Menteri ini disampaikan kepada:


1. Wakil Menteri Keuangan;
2. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, para
Direktur Jenderal, dan para Kepala Badan di
lingkungan Kementerian Keuangan;
3. Para Staf Ahli di lingkungan Kementerian
Keuangan;
4. Kepala Lembaga National Single Window;
5. Para Sekretaris Direktorat Jenderal,
Sekretaris Inspektorat Jenderal, dan para
Sekretaris Badan di lingkungan Kementerian
Keuangan;
- 16 -

6. Sekretaris Lembaga National Single Window;


7. Kepala Biro Umum, Sekretariat Jenderal; dan
8. Kepala Biro Hukum, Sekretariat Jenderal.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Desember 2023

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Ditandatangani secara elektronik


SRI MULYANI INDRAWATI
- 17 -

LAMPIRAN I
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 475 TAHUN 2023
TENTANG
PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

A. CONTOH FORMULIR DEKLARASI DATA PEGAWAI

DEKLARASI DATA PEGAWAI

Merujuk pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 475 Tahun 2023 tentang Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di
Lingkungan Kementerian Keuangan, kami yang bertanda tangan di bawah ini menyampaikan Deklarasi Data Pegawai secara
benar sebagai bentuk transparansi dan mitigasi potensi benturan kepentingan untuk dapat ditelaah risiko dan penanganannya
sebagai berikut:
1. Nama/NIP :
2. Jabatan :
3. Unit Kerja :

I. Memiliki hubungan keluarga inti (pasangan, anak), orang tua, mertua dan saudara kandung dengan:

Pekerjaan / Benturan
Bidang Nama
Nama Jenis Jabatan / Jenis Instansi/ Kepentingan Keterangan
No. NIP Profesi/ Kantor/
Lengkap Hubungan Kepemilikan Organisasi*) dengan Tugas
Usaha Usaha
Saham dan Fungsi
1. Contoh: 19881223 Suami PNS / Kepala Pemerintah Pemerintah Dinas Tidak Ada -
Rudy 200901 1 Dinas Pendidikan Daerah Provinsi Pendidikan
Wicaksono 002 Provinsi BCD
2. Rudy 19881223 Suami Kepemilikan Badan Usaha Jasa PT ABC Ada Memiliki
Wicaksono 200901 1 Saham Swasta Importasi saham
002 sebesar
50%
- 18 -

3. Dinda Lestari - Anak Karyawan / Badan Usaha Konsultan PT EFG Tidak ada
Kandung Akuntan Swasta Pendidikan
Pertama
4. Hera Sienna - Ibu Kandung Karyawan / Badan Hukum Nirlaba Yayasan HIJ Tidak ada
Bendahara
5. Dst..

*)Kolom Jenis Instansi/Organisasi diisi salah satu dari: Internal Kemenkeu, BLU/BUMN di bawah Kemenkeu, Kementerian/Lembaga/Daerah, BUMN/BLU di
luar Kemenkeu, Badan Usaha/ Badan Hukum), Perseorangan

II. Deklarasi Penugasan Paruh Waktu/Rangkap Jabatan di Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah

Nama
Jenis Instansi/ Dasar Penugasan (SK/ Benturan Kepentingan dengan Tugas
No. Jabatan**) Kantor/Usaha/ Keterangan
Organisasi ***) ST/ Dokumen lainnya) dan Fungsi
Organisasi
1. Komisaris BUMN PT. DEF SK Menteri No. Menjabat sejak bulan Ada (termasuk objek pengawasan unit
123/2023 Juli 2017 saat ini)
2. Dewan BLU Rumah Sakit SK Menteri No.456 Menjabat sejak Tidak ada (di luar objek pengawasan)
Pengawas Umum tanggal 3 Januari
Pemerintah 2022
3. Komite Audit BUMN PT. GHI ST-678/MK/2023 Ditugaskan sejak Tidak ada (di luar objek pengawasan)
tanggal 21 Maret
2023
- 19 -

III. Rangkap Jabatan atau Pengurus di Badan Usaha Swasta dan/atau Badan Hukum Lain dan/atau Kepemilikan Usaha/Saham

Saya menyatakan bahwa saat ini saya menjabat sebagai, dan/atau memiliki kepemilikan saham atau kepemilikan usaha
pada:

Nama
Jenis Instansi/ Benturan Kepentingan dengan Tugas dan
No. Jabatan**) Kantor/Usaha/ Keterangan
Organisasi***) Fungsi
Organisasi
1. Komisaris Perusahaan Swasta PT. JKL Menjabat sejak bulan Juli 2017 Ada (bidang usaha berkaitan dengan probis
yang diawasi unit)
2. Kepemilikan Perusahaan Swasta PT. MNO Memiliki saham di atas 60% Tidak ada
Saham
3. Sekretaris Organisasi Nirlaba Yayasan PQR Menjabat sejak tanggal 3 Mei 202 Tidak ada

**)Kolom Jabatan diisi salah satu dari: Komisaris/Direktur/Komite Audit/Kepemilikan Saham/Kepemilikan Saham Pengendali pada Badan Hukum perusahaan
tertutup dan/atau kepemilikan saham >1% perusahaan terbuka
***)Kolom Jenis Instansi/Organisasi diisi salah satu dari: BUMN/D, BLU, Badan Usaha/Badan Hukum

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

Saya menyatakan bahwa data yang saya sampaikan di deklarasi adalah benar dan apabila di kemudian hari ditemukan
ketidakbenaran saya bersedia dikenai sanksi.

(tempat), (tanggal) (bulan) (tahun)

Yang mendeklarasikan,

ttd

(Nama)
(NIP)
- 20 -

B. CONTOH LAPORAN PENGHENTIAN USAHA/PEKERJAAN YANG


BERPOTENSI BENTURAN KEPENTINGAN

LAPORAN PENGHENTIAN USAHA / PEKERJAAN


YANG BERPOTENSI BENTURAN KEPENTINGAN

Yth. (Pimpinan Unit Organisasi Eselon I/Pimpinan Unit Organisasi non Eselon)

di Tempat

Sehubungan dengan tindak lanjut atas himbauan terkait penanganan kondisi


berpotensi adanya benturan kepentingan dalam Deklarasi Data Pegawai dan/atau
pemutakhiran Deklarasi Data Pegawai, bersama ini saya sampaikan bahwa
pasangan dan/atau anak saya telah menghentikan usaha/mengundurkan diri*
dari pekerjaan yang berpotensi adanya benturan kepentingan.

Demikian laporan ini beserta lampiran dokumen pendukung saya sampaikan


dengan sebenarnya dan dapat dipertanggungjawabkan, untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.

(tempat), (tanggal) (bulan) (tahun)

(Nama Pejabat/Pegawai)

Tembusan:
Unit Kepatuhan Internal Tingkat Satu

*coret yang tidak perlu

Keterangan:
- 21 -

C. CONTOH LAPORAN PELEPASAN, PENGALIHAN KEPEMILIKAN SAHAM


DAN/ATAU RANGKAP JABATAN, KEPENGURUSAN, KEPEMILIKAN,
PENGUASAAN, DAN PENGENDALIAN KEGIATAN USAHA

LAPORAN PELEPASAN, PENGALIHAN KEPEMILIKAN SAHAM DAN/ATAU


RANGKAP JABATAN, KEPENGURUSAN, KEPEMILIKAN, PENGUASAAN, DAN
PENGENDALIAN KEGIATAN USAHA

Yth. (Pimpinan Unit Organisasi Eselon I/Pimpinan Unit Organisasi non Eselon)
di Tempat

Sehubungan dengan tindak lanjut atas himbauan terkait penanganan kondisi


berpotensi adanya benturan kepentingan dalam Deklarasi Data Pegawai dan/atau
pemutakhiran Deklarasi Data Pegawai, bersama ini saya sampaikan bahwa saya telah
melepas atau mengalihkan kepemilikan saham dan/atau rangkap jabatan,
kepengurusan, kepemilikan, penguasaan, pengendalian kegiatan usaha* yang
berpotensi adanya benturan kepentingan.

Demikian laporan ini beserta lampiran dokumen pendukung saya sampaikan


dengan sebenarnya dan dapat dipertanggungjawabkan, untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.

(tempat), (tanggal) (bulan) (tahun)

(Nama Pejabat/Pegawai)

Tembusan:
Unit Kepatuhan Internal Tingkat Satu

*coret yang tidak perlu

Keterangan:
- 22 -

D. CONTOH LAPORAN PENGUNDURAN DIRI DARI RANGKAP JABATAN NON


PENUGASAN MENTERI KEUANGAN

LAPORAN PENGUNDURAN DIRI DARI RANGKAP JABATAN


NON PENUGASAN MENTERI KEUANGAN

Yth. (Pimpinan Unit Organisasi Eselon I/Pimpinan Unit Organisasi non Eselon)

di Tempat

Sehubungan dengan tindak lanjut atas benturan kepentingan terkait rangkap


jabatan non penugasan melalui Menteri Keuangan di Badan Layanan Umum di
bawah Kementerian Keuangan, Badan Usaha Milik Negara/Badan Layanan Umum
di luar Kementerian Keuangan, dan/atau Badan Usaha dan Badan Hukum lainnya
yang saya sampaikan dalam Deklarasi Data Pegawai dan/atau pemutakhiran
Deklarasi Data Pegawai, bersama ini saya sampaikan bahwa saya telah
mengundurkan diri dari rangkap jabatan non penugasan Menteri Keuangan yang
berpotensi adanya benturan kepentingan.

Demikian laporan ini beserta lampiran dokumen pendukung saya sampaikan


dengan sebenarnya dan dapat dipertanggungjawabkan, untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.

(tempat), (tanggal) (bulan) (tahun)

(Nama Pejabat/Pegawai)

Tembusan:
Unit Kepatuhan Internal Tingkat Satu

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Ditandatangani secara elektronik


SRI MULYANI INDRAWATI
- 23 -

LAMPIRAN II
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 475 TAHUN 2023
TENTANG
PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

A. CONTOH FORMULIR LAPORAN PENGHINDARAN POTENSI BENTURAN


KEPENTINGAN

LAPORAN PENGHINDARAN POTENSI BENTURAN KEPENTINGAN

Yth. (Jabatan Atasan Langsung)


di Tempat

Merujuk pada Keputusan Menteri Keuangan 475 Tahun 2023 tentang Pedoman
Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Keuangan, berikut saya
sampaikan bahwa saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama/NIP :
Jabatan :
Unit Kerja :

telah menghindari adanya Potensi Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Keuangan


sebagai berikut:

Nama kegiatan/event atau :


kebijakan, keputusan, penetapan,
dan/atau tindakan
Periode Tanggal Pelaksanaan :
Penjelasan :

Saya menyatakan bahwa informasi yang saya sampaikan adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan.

Atas perhatian dan arahan Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.

(tempat), (tanggal/bulan/tahun)

(Nama Pejabat/Pegawai)

Tembusan:
(Unit Kepatuhan Internal)
- 24 -

B. CONTOH FORMULIR DEKLARASI BENTURAN KEPENTINGAN

DEKLARASI BENTURAN KEPENTINGAN

Yth. (Jabatan Atasan Langsung)


di Tempat

Merujuk pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 475 Tahun 2023 tentang Pedoman
Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Keuangan, berikut saya
sampaikan potensi benturan kepentingan untuk dimintakan telaah potensi, penyebab, dan
penanganannya sebagai berikut:

Nama/NIP :
Jabatan :
Unit Kerja :
Nama/NIP Atasan Langsung :
Unit Kerja Atasan Langsung :
Jabatan Atasan Langsung :
Nama kegiatan/event atau :
kebijakan, keputusan, penetapan,
dan/atau tindakan yang dihadapi
Periode Tanggal Pelaksanaan :
Uraian potensi benturan :
kepentingan yang mungkin terjadi
terkait dengan peran, tugas dan
tanggung jawab dalam kegiatan,
penerbitan kebijakan, keputusan,
penetapan, dan/atau tindakan
terkait
Usulan Penanganan :
(diisi oleh pegawai)

Saya menyatakan bahwa informasi yang saya sampaikan adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan. Demikian saya sampaikan untuk dapat dilakukan penelaahan dan
langkah – langkah penanganan lebih lanjut.

Atas perhatian dan arahan Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.

(tempat), (tanggal) (bulan) (tahun)

(Nama Pejabat/Pegawai)

Tembusan:
(Unit Kepatuhan Internal)
- 25 -

Hasil Telaahan dan Penanganan atas Deklarasi Benturan Kepentingan


(diisi oleh Atasan Langsung):

1. Hasil Penilaian Risiko dan Aksi Penanganannya:

2. Informasi/pertimbangan lain (apabila ada):

3. Kesimpulan:

Bersama ini disertakan lembar penilaian atas Deklarasi Benturan Kepentingan Insidental
pegawai yang bersangkutan.

(tempat), (tanggal) (bulan) (tahun)


Atasan Langsung

(Nama Atasan Langsung)


- 26 -

Lembar Penilaian

Variabel dan Kriteria Nilai Penilaian Penilaian


Pegawai Atasan
Langsung
(1)* (2)* (3)* (4)*
Level Jabatan dalam instansi/unit/tim
Risiko

Tinggi Saya adalah pejabat administrator atau 25 ……… ……...


setara atau lebih tinggi dalam unit
terkait atau pengendali teknis atau
supervisor atau setara dalam tim terkait.
Sedang Saya adalah pejabat pengawas atau 17 ……… ……...
setara dalam unit terkait atau ketua tim
dalam tim.
Rendah Saya adalah pelaksana unit terkait atau 9 ……… ……...
anggota tim dalam tim.

Level Dampak keputusan/kebijakan yang


Risiko ditimbulkan
Tinggi - tidak tercapainya kinerja/target 25 ……… ……...
Kementerian Keuangan Wide, apabila
mempengaruhi pencapaian target
secara nasional;
- menimbulkan potensi hilangnya
pendapatan Negara, potensi
pemborosan pengeluaran Negara,
dan/atau potensi kerugian Negara;
- menurunkan citra Kementerian yang
terungkap melalui media massa;
dan/atau
- membahayakan keamanan Negara
Sedang - tidak tercapainya kinerja/target 17 ……… ……...
Instansi, apabila target menyangkut
Instansi namun tidak mempengaruhi
pencapaian target secara nasional;
dan/atau
- menimbulkan persepsi negatif dari
masyarakat terkait citra Instansi/unit
kerja.
Rendah - menurunnya semangat/motivasi kerja; 9 ……… ……...
dan/atau
- menimbulkan persepsi negatif dari
individu yang terdampak
keputusan/kebijakan walau
pelaksanaan telah sesuai ketentuan.
Level Jenis hubungan afiliasi
Risiko
Tinggi - memiliki hubungan sedarah (anak, 20 ……… ……...
orangtua, kakak adik kandung, kakek
nenek kandung) dengan pihak yang
dilayani/dinilai/diawasi atau dengan
peserta pemborongan, pengadaan,
atau persewaan;
- menjadi bagian atau pernah menjadi
bagian dari pihak yang
dilayani/dinilai/diawasi;
- menjadi bawahan atau pernah menjadi
bawahan dari pihak yang
dilayani/dinilai/diawasi atau dengan
peserta pemborongan, pengadaan,
atau persewaan; dan/atau
- 27 -

- memiliki hubungan bisnis dengan


pihak yang dilayani/dinilai/diawasi
atau dengan peserta pemborongan,
pengadaan, atau persewaan.
Sedang memiliki hubungan semenda dengan 13 ……… ……...
pihak yang dilayani/dinilai/diawasi atau
dengan peserta pemborongan,
pengadaan, atau persewaan
Rendah memiliki hubungan alumni, komunitas, 7 ……… ……...
profesi dengan pihak yang
dilayani/dinilai/diawasi atau dengan
peserta pemborongan, pengadaan, atau
persewaan, sepanjang tidak terdapat
potensi pemberian gratifikasi

Level Keuntungan yang diperoleh


Risiko
Tinggi kebijakan/keputusan/tindakan yang 15 ……… ……...
diambil berdampak langsung secara
finansial atau jabatan pada diri sendiri
dan/atau keluarga inti
Sedang kebijakan/keputusan/tindakan yang 13 ……… ……...
diambil berdampak tidak langsung
secara finansial atau jabatan pada diri
sendiri dan/atau keluarga inti/afiliasi
Rendah tidak ada keuntungan yang diperoleh 5 ……… ……...

Level Intensitas waktu atau kedekatan


Risiko hubungan afiliasi
Tinggi - tatap muka lebih dari 2x setahun 15 ……… ……...
terakhir
- komunikasi tidak langsung > 12 kali
setahun terakhir
Sedang - tatap muka 1-2 kali dalam setahun 10 ……… ……...
terakhir
- komunikasi tidak langsung s.d. 12 kali
dalam setahun terakhir
Rendah tidak pernah terlibat komunikasi 5 ……… ……...
langsung maupun tidak langsung
Jumlah (5)* …………. ……………

Hasil Penilaian Risiko: .................(6)*, yaitu:

*Petunjuk Pengisian:
(1) Klaster Risiko sebagai panduan penentuan risiko
(2) Nilai Risiko yang dipilih
(3) Diisi oleh Pegawai yang melaporkan potensi Benturan Kepentingan, sebagai penilaian
pribadi. Bubuhkan dengan tanda (V) pada pilihan yang paling sesuai.
(4) Diisi oleh Atasan Langsung Pegawai, bubuhkan dengan tanda (V) pada pilihan yang paling
sesuai
(5) Total semua nilai dijumlahkan, nilai yang digunakan adalah total nilai dari kolom Atasan
Langsung.
(6) Hasil Penilaian Risiko didasarkan pada jumlah nilai atas hasil penelaahan yang dipilih,
dengan kriteria sebagai berikut:
(a) Nilai akhir kurang dari 50 = Risiko Rendah
(b) Nilai akhir 51 s.d. 75 = Risiko Sedang
(c) Nilai akhir 76 s.d. 100 = Risiko Tinggi
- 28 -

C. CONTOH SITUASI YANG BERPOTENSI MENIMBULKAN BENTURAN


KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

NO. CONTOH SITUASI


1. Pegawai memiliki hubungan khusus/istimewa dengan Pegawai lain baik
atasan/ bawahan/ kolega yang berpotensi menyebabkan hubungan kerja
yang tidak profesional.
2. Pegawai memiliki hubungan afiliasi/ keluarga sedarah dan/atau semenda
sampai dengan derajat ketiga dengan Pejabat/pegawai Kementerian
Keuangan, Badan Layanan Umum di bawah Kementerian Keuangan,
Pejabat Negara, Pejabat Daerah, dan Pejabat pada
Kementerian/Lembaga/Daerah, Badan Usaha Milik Negara/Badan
Layanan Umum di luar Kementerian Keuangan, Badan Usaha/Badan
Hukum yang berhubungan dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja
sehingga berpotensi menyebabkan hubungan kerja yang tidak profesional.
3. Pegawai merangkap jabatan di Kementerian Keuangan atau unit kerja yang
memiliki hubungan langsung atau tidak langsung dengan tugas dan
fungsinya sehingga dapat menyebabkan pemanfaatan suatu jabatan untuk
kepentingan jabatan lainnya.
4. Pegawai menjadi bagian dari pihak yang diawasi sehingga berpotensi
menyebabkan hubungan kerja yang tidak profesional.
5. Pegawai memiliki hubungan keluarga/afiliasi dengan pengguna layanan
yang menimbulkan potensi pemberian fasilitas khusus menggunakan aset
atau Barang Milik Negara di luar ketentuan dan aturan yang sah akibat
adanya hubungan tersebut.
6. Pegawai memiliki kepentingan berupa keuntungan finansial dan non
finansial yang akan diterima selama menjabat jabatan tertentu dan/atau
setelah selesai menjabat yang berpotensi menimbulkan penggunaan
informasi rahasia jabatan yang dipengaruhi adanya kepentingan tersebut.
7. Pegawai memiliki hubungan keluarga/afiliasi dengan pihak yang
diawasi/dilayani yang berpotensi menimbulkan intervensi atas
pengawasan/pelayanan yang dilakukan baik secara psikologi maupun
teknis pelaksanaannya.
8. Pegawai memiliki hubungan keluarga/afiliasi dengan fasilitator /
narasumber yang berpotensi adanya penggunaan narasumber / fasilitator
atas dasar hubungan keluarga/afiliasi tersebut.
9. Pegawai memiliki hubungan keluarga/afiliasi dengan pihak eksternal
tertentu sehingga berpotensi adanya preferensi dalam undangan kegiatan
dalam/luar negeri yang diberikan oleh pihak eksternal tersebut.
10. Pegawai diundang mengikuti seminar di dalam negeri maupun di luar negeri
yang dibiayai oleh rekanan, peserta lelang atau pihak lain yang
berhubungan dengan pengadaan barang dan jasa yang berpotensi
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam proses pengadaan barang
dan jasa atau pelaksanaan tugas dan fungsi jabatan.
11. Pegawai memiliki hubungan keluarga atau hubungan afiliasi lainnya
dengan penyedia barang/jasa yang berpotensi menimbulkan
kecenderungan melakukan pembelian langsung/penunjukan langsung atas
barang atau jasa penyedia tersebut.
12. Pegawai memiliki hubungan keluarga atau hubungan afiliasi lainnya
dengan penyedia barang/jasa yang memungkinkan pemberian informasi
terkait proses pengadaan sehingga dapat memenangkan penyedia tersebut
- 29 -

NO. CONTOH SITUASI


dan/atau memberikan manfaat lainnya yang dapat mengganggu
independensi dalam pengadaan barang/jasa.
13. Pegawai memiliki hubungan keluarga/afiliasi dengan penyedia barang dan
jasa tertentu yang berpotensi menimbulkan kecenderungan untuk
menyusun Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang mengakomodir penyedia
barang dan jasa tersebut.
14. Pegawai memiliki hubungan keluarga/afiliasi dengan penyedia barang dan
jasa tertentu yang berpotensi memungkinkan untuk mengarahkan
pemenang dalam pengadaan barang dan jasa kepada penyedia tersebut.
15. Pegawai memiliki kepentingan berupa keuntungan finansial terkait utang
piutang atau aset/kepemilikan pada entitas yang menjadi objek
pelaksanaan tugas sehingga berpotensi mempengaruhi pembuatan
keputusan.
16. Pegawai memiliki kepentingan lainnya berupa ketidaksukaan atau
persaingan dengan pihak yang diawasi/dilayani yang berpotensi
mempengaruhi pelaksanaan tugas dan hasilnya.
17. Pegawai memiliki hubungan keluarga dengan pihak yang diperiksa/diawasi
yang berpotensi mengganggu independensi pemeriksaan/pengawasan.
18. Pegawai memiliki hubungan keluarga/afiliasi dengan penyedia barang/jasa
yang dapat menimbulkan preferensi dalam persewaan transportasi dan
pembelian tiket/akomodasi/peralatan kepada penyedia barang/jasa
tersebut.
19. Pegawai memiliki kepentingan berupa keuntungan finansial dalam
pemilihan penyedia barang dan jasa terkait penugasan.
20. Pegawai memiliki kepentingan pribadi untuk mendapatkan keuntungan
finansial berupa hadiah atau tiket dari adanya cash back, diskon, voucher,
member atau poin atas pemesanan tiket pesawat dan hotel dalam rangka
perjalanan dinas.
21. Pegawai yang bertugas melakukan penjualan/pelepasan/lelang barang
milik negara memiliki hubungan keluarga/afiliasi dengan calon pembeli
sehingga menimbulkan potensi kecenderungan untuk mengarahkan kepada
calon pembeli tersebut.
22. Pegawai menerima sumbangan/sponsorship dalam bentuk apapun dari
pihak yang dilayani, rekanan, peserta tender/lelang atau pihak lainnya
terkait penyelenggaraan kegiatan di dalam maupun di luar kantor sehingga
berpotensi mempengaruhi keputusan yang diambil.
23. Pegawai menerima honorarium dari pihak yang diperiksa/diawasi sehingga
berpotensi mengganggu independensi pemeriksaan/pengawasan.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Ditandatangani secara elektronik


SRI MULYANI INDRAWATI
- 30 -

LAMPIRAN III
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 475 TAHUN 2023
TENTANG
PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

CONTOH PELANGGARAN TERHADAP LARANGAN ATAS BENTURAN


KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

NO. CONTOH PELANGGARAN TERHADAP LARANGAN ATAS BENTURAN


KEPENTINGAN
1. Pegawai membuat keputusan atau melakukan tindakan secara tidak
objektif karena pernah menerima uang/barang/fasilitas/akomodasi
dari pihak yang diawasi/dilayani.
2. Pegawai membuat/menyusun keputusan/kebijakan yang tidak
mengikuti prosedur kepada pihak tertentu karena adanya pengaruh
dan harapan;
3. Pegawai membuat keputusan atau melakukan tindakan karena pernah
menerima pemberian berupa uang, barang, fasilitas, atau bentuk
lainnya dari pihak yang dilayani atau pihak yang berkeluarga/afiliasi
dengan pihak yang dilayani.
4. Pegawai memiliki usaha berkaitan dengan tugas dan fungsinya yang
berpotensi terjadinya Benturan Kepentingan sesuai larangan yang
diatur dalam ketentuan proses bisnis di lingkungan Kementerian
Keuangan.
5. Pegawai mendapatkan keuntungan atau manfaat pribadi yang tidak
sepatutnya baik langsung maupun tidak langsung atas kebijakan,
keputusan/ tindakan yang diterbitkan atau dilakukan dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya.
6. Pegawai melakukan transaksi, menggunakan uang negara, Barang
Milik Negara untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau golongan tanpa
izin yang sah dan/atau di luar kepentingan Kementerian Keuangan.
7. Pegawai memanfaatkan data, informasi, dan/atau rahasia jabatan
milik Kementerian Keuangan untuk kepentingan pribadi, keluarga,
golongan, atau pihak tertentu lainnya tanpa izin yang sah dan/atau di
luar kepentingan Kementerian Keuangan.
8. Pegawai melakukan pengawasan tidak sesuai dengan prosedur karena
adanya pengaruh dan harapan dari pihak yang diawasi.
9. Pegawai memberikan data yang dilaksanakan tanpa melalui
mekanisme resmi kepada pihak yang memiliki hubungan
keluarga/afiliasi atau pihak eksternal Kementerian Keuangan.
10. Pegawai memberikan informasi yang sifatnya rahasia dan/atau
terbatas kepada pihak yang memiliki hubungan keluarga atau afiliasi
lainnya.
11. Pegawai melakukan intervensi atas pengawasan/pelayanan yang
dilakukan baik secara psikologis maupun teknis pelaksanaannya
karena memiliki hubungan keluarga/afiliasi dengan pihak yang
diawasi/dilayani.
12. Pegawai memenangkan penyedia barang/jasa dan/atau memberikan
manfaat lainnya yang dapat mengganggu independensi dalam
pengadaan barang/jasa karena memiliki hubungan keluarga atau
hubungan afiliasi lainnya dengan penyedia barang/jasa.
- 31 -

NO. CONTOH PELANGGARAN TERHADAP LARANGAN ATAS BENTURAN


KEPENTINGAN
13. Pegawai menyusun Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang mengakomodir
penyedia barang dan jasa karena memiliki hubungan keluarga/afiliasi
dengan penyedia barang dan jasa tersebut.
14. Pegawai mengarahkan/memberikan instruksi dalam pengadaan barang
dan jasa kepada penyedia barang dan jasa tertentu untuk menjadi
pemenang karena memiliki hubungan keluarga/afiliasi dengan
penyedia barang dan jasa tersebut.
15. Pegawai memberikan layanan kepada pengguna jasa di luar
kewenangan tugas dan fungsinya dengan tujuan mendapatkan
keuntungan atau manfaat pribadi yang tidak sepatutnya baik langsung
maupun tidak langsung.
16. Pegawai mengambil atau tidak mengambil keputusan atau melakukan
atau tidak melakukan tindakan yang berkaitan dengan pelaksanaan
tugas dan wewenangnya dengan tujuan mendapatkan keuntungan
pribadi atau golongan secara langsung maupun tidak langsung
17. Pegawai memberikan informasi terbatas terkait harga saham kepada
pihak yang tidak seharusnya memiliki akses data karena memiliki
kepentingan pribadi atau golongan atas data tersebut.
18. Pegawai mengarahkan dalam melakukan penjualan/pelepasan/lelang
barang milik negara karena memiliki hubungan keluarga/afiliasi
dengan calon pembeli.
19. Pegawai menerima gratifikasi yang tidak berhak diterima sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan atau hadiah atas suatu
keputusan/jabatan.
20. Pegawai memberikan akses khusus/perlakuan yang tidak mengikuti
prosedur kepada pihak tertentu karena adanya pengaruh dan harapan.
21. Pegawai menerbitkan keputusan atau melakukan tindakan yang tidak
objektif karena adanya hubungan bisnis atau hubungan transaksional
dengan pihak yang menerima atau pihak yang terkena dampak
kebijakan.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Ditandatangani secara elektronik


SRI MULYANI INDRAWATI

Anda mungkin juga menyukai