Anda di halaman 1dari 59

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

SALINAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER-25/PJ/2021
TENTANG

MANAJEMEN KARIER DI LINGKUNGAN


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan objektivitas dan transparansi


perencanaan karier serta mendorong kinerja pegawai di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, perlu dilakukan
pengaturan kembali mengenai Manajemen Karier pegawai di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak;

260
b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 54 ayat (2)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.01/2020
tentang Manajemen Karier di Lingkungan Kementerian
Keuangan, perlu dilakukan penyelarasan Manajemen Karier
di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak tentang Manajemen Karier di
Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5494);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 63, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6037) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
-2-

68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor


6477);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019 tentang
Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 77, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6430);
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 22 Tahun 2021 tentang Pola
Karier Pegawai Negeri Sipil (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 526);
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.01/2016
tentang Manajemen Talenta Kementerian Keuangan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 557)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 161/PMK.01/2017 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.01/2016

260
tentang Manajemen Talenta Kementerian Keuangan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1617);
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.01/2018
tentang Leaders Factory di Lingkungan Kementerian
Keuangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 1836);
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 216/PMK.01/2018
tentang Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia
di Lingkungan Kementerian Keuangan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1861);
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.01/2021
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 1031);
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.01/2020
tentang Manajemen Sumber Daya Manusia pada Unit Non
Eselon Kementerian Keuangan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 1155);
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.01/2020
tentang Manajemen Karier di Lingkungan Kementerian
Keuangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 1656);
-3-

11. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 916/KMK.01/2019


tentang Rumpun Jabatan di Lingkungan Kementerian
Keuangan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 382/KMK.01/2021
tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 916/KMK.01/2019 tentang Rumpun
Jabatan di Lingkungan Kementerian Keuangan.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG


MANAJEMEN KARIER DI LINGKUNGAN DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK.

BAB I
KETENTUAN UMUM

1.
260 Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini yang dimaksud dengan:
Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai pegawai aparatur sipil negara
secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki Jabatan pemerintahan.
2. PNS Direktorat Jenderal Pajak yang selanjutnya disebut
PNS DJP adalah warga negara Indonesia yang memenuhi
syarat tertentu dan diangkat sebagai PNS secara tetap oleh
Menteri Keuangan untuk menduduki Jabatan
pemerintahan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.
3. Calon PNS Direktorat Jenderal Pajak yang selanjutnya
disebut CPNS DJP adalah warga negara Indonesia yang
dinyatakan lulus seleksi pengadaan PNS secara terbuka di
Kementerian Keuangan dan diangkat serta ditetapkan
sebagai calon pegawai negeri sipil di Direktorat Jenderal
Pajak oleh Menteri Keuangan setelah mendapat
-4-

persetujuan teknis dan penetapan nomor induk pegawai


dari Kepala Badan Kepegawaian Negara.
4. Pejabat Pembina Kepegawaian di Kementerian Keuangan
yang selanjutnya disebut PPK adalah Menteri Keuangan
yang mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian PNS Kementerian
Keuangan dan pembinaan manajemen pegawai negeri sipil
di lingkungan Kementerian Keuangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Pejabat yang Berwenang di Kementerian Keuangan yang
selanjutnya disebut PyB adalah pejabat yang diberi
kewenangan untuk melaksanakan proses pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian PNS Kementerian
Keuangan di lingkungan Kementerian Keuangan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
6. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan fungsi,

260
tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS
dalam suatu satuan organisasi.
7. Jabatan Pimpinan Tinggi yang selanjutnya disingkat JPT
adalah sekelompok Jabatan tinggi pada instansi
pemerintahan.
8. Jabatan Administrasi yang selanjutnya disingkat JA
adalah sekelompok Jabatan yang berisi fungsi dan tugas
berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi
pemerintahan dan pembangunan.
9. Jabatan Fungsional yang selanjutnya disingkat JF adalah
sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan
dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada
keahlian dan keterampilan tertentu.
10. Unit Organisasi Non Eselon Kementerian Keuangan yang
selanjutnya disebut Unit non Eselon adalah unit
organisasi yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri Keuangan, dibentuk melalui peraturan
perundang-undangan dengan struktur organisasi tertentu
yang tidak memiliki eselonisasi, baik yang menerapkan
pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum maupun
-5-

yang tidak menerapkan pengelolaan keuangan Badan


Layanan Umum.
11. Zona Kerja adalah zona geografis atau teritorial pada unit
vertikal Direktorat Jenderal Pajak.
12. Manajemen Talenta adalah serangkaian sistem
pengelolaan sumber daya manusia untuk mencari,
mengelola, mengembangkan, mempertahankan, dan
mengevaluasi PNS DJP terbaik yang dipersiapkan sebagai
calon pemimpin masa depan sesuai kebutuhan organisasi.
13. Talent adalah PNS DJP yang memenuhi syarat tertentu
dan telah lulus tahapan seleksi yang ditentukan untuk
masuk dalam kelompok rencana suksesi (Talent pool).
14. Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan
dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang
teknis Jabatan.

260
15. Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur, dikembangkan untuk memimpin, dan/atau
mengelola unit organisasi.
16. Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman
berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal
agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan,
etika, nilai-nilai, moral, emosi, dan prinsip, yang harus
dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk
memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi, dan
Jabatan.
17. Kinerja PNS adalah hasil kerja yang dicapai oleh setiap
PNS pada organisasi/unit kerja sesuai dengan sasaran
kinerja PNS dan perilaku kerja.
18. Peta Jabatan adalah susunan nama dan tingkat JA, JF,
dan JPT yang tergambar dalam struktur unit organisasi
dari tingkat yang paling rendah sampai dengan yang
paling tinggi.
-6-

19. Rumpun Jabatan adalah pengelompokan Jabatan yang


memiliki kemiripan bidang atau jenis pekerjaan dan
kebutuhan kompetensi yang sama.
20. Jabatan Target Karier adalah Jabatan yang setara atau
setingkat lebih tinggi yang menjadi tujuan pengembangan
karier PNS pada tahap selanjutnya.
21. Hukuman Disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan oleh
pejabat yang berwenang menghukum kepada PNS karena
melanggar peraturan disiplin PNS.
22. Tim Penilai Kinerja PNS yang selanjutnya disebut Tim
Penilai Kinerja adalah tim yang dibentuk untuk
memberikan pertimbangan kepada Direktur Jenderal
Pajak atau pejabat lain atas usulan pengangkatan dalam
Jabatan, mutasi/pemindahan, evaluasi kompetensi, serta
pemberian penghargaan bagi PNS.
23. Sistem Merit adalah kebijakan dan manajemen aparatur

260
sipil negara yang berdasarkan pada kualifikasi,
kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan
tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna
kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan,
umur, atau kondisi kecacatan.
24. Manajemen Karier di Lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak yang selanjutnya disebut Manajemen Karier adalah
serangkaian pengelolaan sumber daya manusia yang
objektif, terencana, dan akuntabel untuk melaksanakan
pengembangan karier, pengembangan kompetensi, pola
karier, mutasi, dan promosi dengan menerapkan prinsip
Sistem Merit.
25. Sistem Informasi Sumber Daya Manusia yang selanjutnya
disebut Sistem Informasi SDM adalah sistem yang
menjalankan fungsi tata kelola PNS yang terdiri dari
sumber daya manusia, organisasi, prosedur/aturan dan
infrastruktur berbasis teknologi informasi secara terpadu
untuk menjalankan proses bisnis, serta menyimpan data
untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi proses
pengambilan keputusan di bidang kepegawaian serta
untuk tujuan lain sesuai ketentuan yang berlaku.
-7-

26. Profil PNS Direktorat Jenderal Pajak adalah informasi data


PNS Direktorat Jenderal Pajak secara keseluruhan yang
berasal dari hasil proses bisnis internal dan/atau sumber
eksternal yang dapat dipertanggungjawabkan dan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan data PNS
Direktorat Jenderal Pajak.

Pasal 2
Manajemen Karier bertujuan untuk:
a. menunjang pencapaian visi, misi, dan strategi Direktorat
Jenderal Pajak atau Kementerian Keuangan;
b. memberikan kejelasan dan kepastian karier;
c. menyeimbangkan antara kebutuhan organisasi dan
pengembangan karier PNS serta mendukung pelaksanaan
program Leaders Factory;
d. meningkatkan motivasi, kompetensi, dan Kinerja PNS;

260
e. mendorong peningkatan profesionalitas PNS; dan
f. meningkatkan objektivitas dan transparansi perencanaan
karier.

Pasal 3
Manajemen Karier meliputi pengembangan kompetensi,
pengembangan karier, pola karier, mutasi dan promosi, yang
dilaksanakan berdasarkan Sistem Merit.

Pasal 4
(1) Manajemen Karier digunakan sebagai pedoman bagi
pengelola kepegawaian dan PNS dalam melaksanakan
Manajemen Karier di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak.
(2) Manajemen Karier sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
a. pengusulan perencanaan untuk pengisian Jabatan
administrator dan JF Ahli Madya/setingkat;
b. perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan dan
evaluasi untuk pengisian Jabatan pengawas, JF Ahli
Muda/setingkat atau Jabatan yang lebih rendah, di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak;
-8-

c. pengusulan perencanaan untuk pengisian Jabatan lain


melalui perpindahan antar-unit JPT Madya/Unit non
Eselon di lingkungan Kementerian Keuangan yang
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Menteri Keuangan; dan
d. pengusulan perencanaan untuk pengisian jabatan lain
di luar Kementerian Keuangan melalui penugasan.

BAB II
INFRASTRUKTUR MANAJEMEN KARIER

Pasal 5
(1) Pelaksanaan Manajemen Karier berdasarkan Sistem Merit
di Direktorat Jenderal Pajak dilakukan dengan
menggunakan infrastruktur Manajemen Karier di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.

260
(2) Infrastruktur Manajemen Karier sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. jenis Jabatan;
b. Rumpun Jabatan;
c. kelas kantor;
d. kategori Jabatan;
e. sistem penilaian kompetensi;
f. sistem manajemen kinerja;
g. Manajemen Talenta;
h. Zona Kerja;
i. Peta Jabatan;
j. Jabatan Target Karier;
k. rencana pengembangan karier individu;
l. Sistem Informasi SDM; dan/atau
m. infrastruktur lain sesuai kebutuhan organisasi.
-9-

Bagian Kesatu
Jenis Jabatan

Pasal 6
(1) Jenis Jabatan dalam Manajemen Karier di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (2) huruf a terdiri atas:
a. JA; dan
b. JF.
(2) Jenjang JA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri atas:
a. Jabatan administrator;
b. Jabatan pengawas; dan
c. Jabatan pelaksana.
(3) Kategori JF sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
terdiri atas:

260
a. JF kategori keahlian; dan
b. JF kategori keterampilan.
(4) Jenjang JF kategori keahlian sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a terdiri atas:
a. ahli utama;
b. ahli madya;
c. ahli muda; dan
d. ahli pertama.
(5) Jenjang JF kategori keterampilan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf b terdiri atas:
a. penyelia;
b. mahir;
c. terampil; dan
d. pemula.
(6) Selain Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), jenis
Jabatan dalam Manajemen Karier di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak dapat meliputi:
a. Jabatan pada unit JPT Madya lain di lingkungan
Kementerian Keuangan;
b. Jabatan pada Unit non Eselon di lingkungan
Kementerian Keuangan;
- 10 -

c. Jabatan lain di luar Kementerian Keuangan yang tidak


menyebabkan PNS DJP diberhentikan atau
diberhentikan sementara dari statusnya sebagai PNS
DJP atau PNS Kementerian Keuangan.

Pasal 7
(1) Persyaratan untuk dapat diangkat dalam Jabatan
administrator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(2) huruf a, sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan paling
rendah sarjana atau diploma IV;
c. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
d. memiliki pengalaman pada Jabatan pengawas paling
singkat 3 (tiga) tahun atau JF yang setingkat dengan
Jabatan pengawas sesuai dengan bidang tugas

260
Jabatan yang akan diduduki;
e. setiap unsur penilaian prestasi kerja paling sedikit
bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
f. memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial,
dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar
kompetensi yang dibuktikan berdasarkan hasil
evaluasi oleh Tim Penilai Kinerja atas hasil penilaian
kompetensi yang telah dilaksanakan berdasarkan
sistem penilaian kompetensi di lingkungan
Kementerian Keuangan;
g. sehat jasmani dan rohani; dan
h. persyaratan lain sesuai ketentuan yang berlaku
dan/atau pertimbangan Tim Penilai Kinerja
berdasarkan kebutuhan organisasi.
(2) Persyaratan pengangkatan dalam Jabatan administrator
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi
PNS yang mengikuti dan lulus sekolah kader dengan
predikat sangat memuaskan dan dilaksanakan
berdasarkan ketentuan dan/atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku secara nasional.
- 11 -

(3) Persyaratan untuk dapat diangkat dalam Jabatan


pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
huruf b, sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan paling
rendah diploma III atau yang setara;
c. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
d. memiliki pengalaman dalam Jabatan pelaksana
paling singkat 4 (empat) tahun atau JF yang setingkat
dengan Jabatan pelaksana sesuai dengan bidang
tugas Jabatan yang akan diduduki;
e. setiap unsur penilaian prestasi kerja paling sedikit
bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
f. memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial,
dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar
kompetensi yang dibuktikan berdasarkan hasil

260
evaluasi oleh Tim Penilai Kinerja di Direktorat
Jenderal Pajak atas hasil penilaian kompetensi yang
telah dilaksanakan berdasarkan sistem penilaian
kompetensi di lingkungan Kementerian Keuangan;
g. sehat jasmani dan rohani; dan
h. persyaratan lain sesuai ketentuan yang berlaku
dan/atau pertimbangan Tim Penilai Kinerja
berdasarkan kebutuhan organisasi.
(4) Persyaratan untuk dapat diangkat dalam Jabatan
pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
huruf c, sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan paling
rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau yang
setara;
c. telah mengikuti dan lulus pelatihan terkait dengan
bidang tugas dan/atau lulus pendidikan dan
pelatihan terintegrasi;
d. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
- 12 -

e. memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial,


dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar
kompetensi yang ditetapkan;
f. sehat jasmani dan rohani; dan
g. persyaratan lain sesuai ketentuan yang berlaku
dan/atau pertimbangan Tim Penilai Kinerja
berdasarkan kebutuhan organisasi.

Pasal 8
(1) Pengangkatan ke dalam JF kategori keahlian dan JF
kategori keterampilan dilakukan melalui pengangkatan:
a. pertama;
b. perpindahan dari Jabatan lain;
c. penyesuaian/inpassing; dan
d. promosi.
(2) Persyaratan untuk dapat diangkat dalam JF melalui

260
pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah paling rendah sarjana atau diploma IV
sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang
dibutuhkan dalam JF kategori keahlian;
e. berijazah paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas
atau yang setara sesuai dengan kualifikasi
pendidikan yang dibutuhkan dalam JF kategori
keterampilan;
f. nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam
1 (satu) tahun terakhir; dan
g. persyaratan lain sesuai ketentuan yang berlaku.
(3) Persyaratan untuk dapat diangkat dalam JF melalui
perpindahan dari Jabatan lain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
- 13 -

d. berijazah paling rendah sarjana atau diploma IV


sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang
dibutuhkan dalam JF kategori keahlian;
e. berijazah paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas
atau yang setara sesuai dengan kualifikasi
pendidikan yang dibutuhkan dalam JF kategori
keterampilan;
f. mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis,
Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi Sosial
Kultural sesuai standar kompetensi yang telah
disusun oleh Unit JPT Madya Pembina;
g. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di
bidang JF yang akan diduduki paling singkat 2 (dua)
tahun;
h. nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam
2 (dua) tahun terakhir;

260
i. berusia paling tinggi:
1. 53 (lima puluh tiga) tahun bagi yang akan
menduduki JF kategori keterampilan;
2. 53 (lima puluh tiga) tahun bagi yang akan
menduduki JF ahli pertama dan ahli muda;
3. 55 (lima puluh lima) tahun bagi yang akan
menduduki JF ahli madya; dan
4. 60 (enam puluh) tahun bagi yang akan
menduduki JF ahli utama bagi Pegawai yang
telah menduduki JPT, dan
j. persyaratan lain sesuai ketentuan yang berlaku
dan/atau pertimbangan Tim Penilai Kinerja
berdasarkan kebutuhan organisasi.
(4) Persyaratan untuk dapat diangkat dalam JF melalui
penyesuaian/inpassing sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c, sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
- 14 -

d. berijazah paling rendah sarjana atau diploma IV


sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang
dibutuhkan dalam JF kategori keahlian;
e. berijazah paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas
atau yang setara sesuai dengan kualifikasi
pendidikan yang dibutuhkan dalam JF kategori
keterampilan;
f. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di
bidang JF yang akan diduduki paling singkat 2 (dua)
tahun;
g. nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam
2 (dua) tahun terakhir; dan
h. persyaratan lain sesuai ketentuan yang berlaku.
(5) Pengangkatan dalam JF melalui penyesuaian/inpassing
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dilaksanakan dalam hal:

260
a. penetapan JF baru;
b. perubahan ruang lingkup tugas JF; atau
c. kebutuhan mendesak sesuai prioritas strategis
nasional,
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Pengangkatan dalam JF melalui penyesuaian/inpassing
dalam hal JF baru ditetapkan sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) huruf a, berlaku bagi Pegawai yang telah
memiliki pengalaman dan/atau masih melaksanakan
tugas di bidang JF yang akan diduduki berdasarkan
keputusan PyB sesuai ketentuan yang berlaku.
(7) Persyaratan untuk dapat diangkat dalam JF melalui
promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
sebagai berikut:
a. mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis,
Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi Sosial
Kultural sesuai standar kompetensi yang telah
disusun oleh Unit JPT Madya Pembina;
b. nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam
2 (dua) tahun terakhir; dan
c. persyaratan lain sesuai ketentuan yang berlaku.
- 15 -

Pasal 9
(1) Pengangkatan dalam JF sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d harus
mempertimbangkan ketersediaan lowongan kebutuhan
untuk jenjang JF yang akan diduduki.
(2) Angka kredit untuk pengangkatan dalam JF melalui
perpindahan Jabatan, dinilai dan ditetapkan dari tugas
Jabatan dan pengalaman Jabatan dengan
mempertimbangkan pengalaman Jabatan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan mengenai JF.
(3) Angka kredit untuk pengangkatan JF melalui
penyesuaian/inpassing, dinilai dan ditetapkan
berdasarkan golongan ruang, jenjang pendidikan, dan
masa kepangkatan sesuai ketentuan perundang-
undangan mengenai JF.

260
(4) Angka kredit untuk pengangkatan dalam JF melalui
promosi, dinilai dan ditetapkan dari tugas Jabatan.

Pasal 10
Persyaratan untuk dapat diangkat dalam Jabatan pada Unit
non EseIon dan/atau Jabatan lain di luar Kementerian
Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6)
mengacu pada peraturan perundang-undangan dan/atau
ketentuan yang berlaku mengenai pengisian Jabatan
berkenaan.

Bagian Kedua
Rumpun Jabatan

Pasal 11
(1) Rumpun Jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (2) huruf b mengacu pada ketentuan yang mengatur
mengenai pemetaan jabatan dalam Rumpun Jabatan di
lingkungan Kementerian Keuangan.
(2) Rumpun Jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (2) huruf b terdiri dari Rumpun Jabatan Keuangan
- 16 -

Negara, Organisasi dan Sumber Daya Manusia,


Komunikasi, Administrasi, Hukum, Teknologi Informasi
dan Pengendalian Internal.
(3) Rumpun Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terbagi menjadi Sub Rumpun Jabatan, Sub Sub Rumpun
Jabatan dan area.
(4) Seluruh Jabatan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
diklasifikasikan pada Rumpun Jabatan, Sub Rumpun
Jabatan, Sub Sub Rumpun Jabatan dan area
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), serta
diklasifikasikan berdasarkan kedekatan dengan tugas dan
fungsi utama Direktorat Jenderal Pajak.

Bagian Ketiga
Kelas Kantor

260
Pasal 12
Kelas Kantor sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (2)
huruf c merupakan penggolongan unit organisasi DJP
berdasarkan pertimbangan beban kerja, risiko kerja, dan/atau
pertimbangan lainnya, yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak.

Bagian Keempat
Kategori Jabatan

Pasal 13
(1) Kategori Jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (2) huruf d, terdiri atas:
a. kategori Jabatan pemula;
b. kategori Jabatan pengembangan; dan/atau
c. kategori Jabatan pemantapan;
(2) Kategori Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun untuk setiap jenjang dan Rumpun Jabatan pada
Jabatan Pengawas, JF Muda, atau Jabatan yang setingkat
atau lebih rendah, yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak.
- 17 -

(3) Penyusunan kategori Jabatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
a. kategori Jabatan pemula, yaitu:
1. merupakan kelompok Jabatan dengan
mengutamakan kelas kantor paling rendah,
klasifikasi wilayah paling rendah, dan/atau
peringkat Jabatan paling rendah, pada satu jenjang
dan Rumpun Jabatan yang sama; dan
2. dapat diprioritaskan sebagai Jabatan Target Karier
untuk promosi.
b. kategori Jabatan pengembangan, yaitu:
1. merupakan kelompok Jabatan dengan
mengutamakan kelas kantor, klasifikasi wilayah,
dan/atau peringkat Jabatan yang lebih tinggi dari
Jabatan pemula, pada satu jenjang dan Rumpun

260
Jabatan yang sama;
2. dapat digunakan untuk menambah pengalaman
Jabatan dan/atau pengembangan kapasitas pejabat
yang mendudukinya; dan
3. dapat diprioritaskan sebagai Jabatan Target Karier
mutasi untuk jalur karier reguler dan/atau promosi
untuk jalur karier cepat.
c. kategori Jabatan pemantapan, yaitu:
1. merupakan kelompok Jabatan dengan
mengutamakan kelas kantor, klasifikasi wilayah,
dan/atau peringkat Jabatan yang paling tinggi pada
satu jenjang dan Rumpun Jabatan yang sama;
2. dapat digunakan sebagai masa aktualisasi diri
pejabat yang mendudukinya; dan
3. dapat diprioritaskan sebagai Jabatan Target Karier
bagi PNS sebelum menduduki jenjang Jabatan yang
lebih tinggi.
(4) Kategori Jabatan digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menyusun rencana pengembangan karier.
- 18 -

(5) Dalam penyusunan kategori Jabatan sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) dapat pula mempertimbangkan
aspek lain sesuai kebutuhan organisasi.

Bagian Kelima
Sistem Penilaian Kompetensi

Pasal 14
(1) Sistem penilaian kompetensi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) huruf e mengacu pada ketentuan
mengenai penilaian kompetensi di lingkungan
Kementerian Keuangan.
(2) Kompetensi yang dinilai meliputi Kompetensi Teknis,
Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi Sosial Kultural.
(3) Hasil penilaian kompetensi yang diperoleh dalam sistem
penilaian kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat

260
(1), digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyusun rencana dan melaksanakan pengembangan
karier PNS DJP.

Bagian Keenam
Sistem Manajemen Kinerja

Pasal 15
(1) Sistem manajemen kinerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (2) huruf f mengacu pada ketentuan mengenai
pengelolaan kinerja di lingkungan Kementerian Keuangan.
(2) Hasil penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyusun rencana dan melaksanakan pengembangan
karier PNS DJP.
- 19 -

Bagian Ketujuh
Manajemen Talenta

Pasal 16
(1) Manajemen Talenta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (2) huruf g mengacu pada ketentuan mengenai
Manajemen Talenta di lingkungan Kementerian Keuangan.
(2) Manajemen Talenta sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan untuk melaksanakan pengembangan karier
PNS DJP.

Bagian Kedelapan
Zona Kerja

Pasal 17
(1) Zona Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)

260
huruf h diklasifikasikan dalam Klasifikasi Wilayah bagi
Jabatan Pengawas dan JF serta Zona Wilayah bagi
Jabatan Pelaksana, sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Direktur Jenderal ini.
(2) Perubahan Zona Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Bagian Kesembilan
Peta Jabatan

Pasal 18
(1) Peta Jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(2) huruf i mengacu pada ketentuan mengenai Peta
Jabatan di lingkungan Kementerian Keuangan.
(2) Peta Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pengembangan karier PNS
DJP.
- 20 -

Bagian Kesepuluh
Jabatan Target Karier

Pasal 19
(1) Jabatan Target Karier sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 ayat (2) huruf j diperoleh dengan melakukan identifikasi
Jabatan dan/atau formasi, dengan memperhatikan:
a. Jabatan yang lowong karena pensiun, penugasan
lain, reorganisasi, atau pertimbangan lain oleh PPK
atau PyB;
b. Jabatan yang telah diduduki paling kurang 2 (dua)
tahun;
c. Rumpun Jabatan;
d. Jenis Jabatan;
e. Zona Kerja;
f. formasi untuk JF; dan/atau

260
g. formasi untuk Jabatan pelaksana.
(2) Hasil identifikasi Jabatan Target Karier sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), yaitu:
a. Jabatan target mutasi;
b. Jabatan target promosi; dan/atau
c. unit tujuan mutasi bagi Jabatan pelaksana.
(3) Jabatan Target Karier digunakan untuk melaksanakan
pengembangan karier PNS DJP.

Bagian Kesebelas
Rencana Pengembangan Karier Individu

Pasal 20
(1) Rencana pengembangan karier individu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf k merupakan
rencana pengembangan karier yang disusun sesuai
dengan potensi atau kompetensi dan aspirasi karier PNS
DJP.
(2) PNS DJP dapat merencanakan paling banyak 2 (dua)
pilihan alternatif rencana karier yang sesuai dengan
potensi/kompetensi dan aspirasi karier PNS DJP yang
- 21 -

bersangkutan dengan mempertimbangkan hasil penilaian


kinerja, jenis Jabatan, Rumpun Jabatan, Kategori
Jabatan, dan Zona Kerja.
(3) Penyusunan dan pengisian rencana pengembangan karier
individu diselaraskan dengan rencana pengembangan
kompetensi individu dan dapat dilakukan secara
elektronik.
(4) Penyusunan dan pengisian rencana pengembangan karier
individu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
PNS DJP bersama atasan langsung dan/atau pihak yang
berperan sebagai konsultan karier pada awal tahun sesuai
dengan periode penyusunan kontrak kinerja atau sesuai
kebutuhan organisasi.
(5) Atasan langsung dan/atau konsultan karier sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) memberikan masukan dan
pengarahan yang dibutuhkan PNS DJP selama proses

260
penyusunan rencana pengembangan karier individu.

Bagian Keduabelas
Sistem Informasi SDM

Pasal 21
(1) Sistem Informasi SDM sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (2) huruf l memuat antara lain Profil PNS DJP
termutakhir yang dapat dipertanggungjawabkan dan
layanan kepegawaian, termasuk yang terkait dengan data
rencana pengembangan karier individu dengan mengacu
pada ketentuan mengenai pengelolaan sistem informasi
kepegawaian di lingkungan Kementerian Keuangan.
(2) Pemutakhiran Profil PNS DJP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan
setelah terdapat perubahan dan/atau penambahan data
kepegawaian.
(3) Sistem Informasi SDM yang berisi Profil PNS DJP
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam menyusun rencana dan
melaksanakan pengembangan karier PNS DJP.
- 22 -

BAB III
POLA KARIER

Pasal 22
(1) Pola karier merupakan skema yang berisi sekumpulan
norma/petunjuk yang perlu diperhatikan dalam
penempatan dan/atau pemindahan PNS sejak diangkat
pertama kali sebagai PNS DJP sampai dengan pensiun
dan/atau pemberhentian.
(2) Pola karier PNS DJP disusun dengan mempertimbangkan
Kategori Jabatan dan Rumpun Jabatan.
(3) Skema pola karier sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. tahapan karier;
b. bentuk pola karier; dan
c. jalur karier.

(1)
260 Pasal 23
Pola Karier PNS DJP selaras dengan klasifikasi kategori
Jabatan dari kategori Jabatan terendah hingga tertinggi,
sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (3).
(2) Perpindahan PNS DJP ke kategori Jabatan yang lebih
tinggi memperhatikan kompetensi pegawai serta kinerja
pegawai dengan distribusi predikat penilaian kinerja
minimal sesuai ekspektasi.
(3) Perpindahan PNS DJP ke kategori Jabatan yang lebih
rendah memperhatikan kompetensi pegawai serta kinerja
pegawai dengan distribusi predikat penilaian kinerja di
bawah ekspektasi.
(4) Kompetensi pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan (3) memperhatikan Kelas Kantor sebagaimana
dimaksud dalam pasal 12.
(5) Distribusi predikat penilaian kinerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan (3) berdasarkan ketentuan
yang mengatur mengenai penilaian kinerja Pegawai Negeri
Sipil.
- 23 -

(6) Dalam hal belum terdapat distribusi predikat penilaian


kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3),
digunakan predikat penilaian kinerja pegawai.

Pasal 24
(1) PNS DJP dapat memulai karier pada Rumpun Jabatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (2).
(2) PNS DJP dapat berpindah antar Rumpun Jabatan dalam
Jenjang Jabatan yang sama.
(3) Perpindahan PNS DJP antar-Rumpun Jabatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memperhatikan
kesesuaian antara kompetensi PNS DJP dan persyaratan
Jabatan dengan pertimbangan Tim Penilai Kinerja.
(4) Perpindahan PNS DJP ke Jenjang Jabatan yang lebih
tinggi memperhatikan kesesuaian kompetensi dan
persyaratan Jabatan serta riwayat Rumpun Jabatan.

(1)
260 Bagian Kesatu
Tahapan Karier

Pasal 25
Tahapan karier sebagaimana dimaksud dalam pasal 22
ayat (3) huruf a meliputi:
a. masa percobaan, yaitu saat CPNS DJP belum
diangkat sebagai PNS DJP;
b. masa branding, yaitu masa 2 (dua) tahun setelah
CPNS DJP diangkat sebagai PNS DJP;
c. masa pengembangan karier, yaitu masa setelah PNS
DJP menyelesaikan masa branding sampai dengan
paling kurang 1 (satu) tahun menjelang batas usia
pensiun; dan
d. masa menjelang pensiun, yaitu masa paling kurang 1
(satu) tahun sebelum batas usia pensiun.
(2) Masa percobaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dilaksanakan sesuai ketentuan perundang-
undangan mengenai manajemen PNS dan ketentuan
mengenai orientasi pegawai di Kementerian Keuangan.
- 24 -

(3) Masa branding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf


b bertujuan untuk membentuk pengetahuan, sikap, dan
perilaku yang akan menjadi ciri khas/kekuatan
profesional diri PNS DJP yang bersangkutan melalui
program pengembangan dengan mengacu pada ketentuan
dan peraturan perundang-undangan mengenai
pengembangan sumber daya manusia Kementerian
Keuangan.
(4) Program pengembangan sumber daya manusia Direktorat
Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
paling kurang meliputi:
a. penguatan nilai-nilai Kementerian Keuangan, kode etik
dan kode perilaku, dan disiplin PNS Kemenkeu;
b. pengembangan terkait teknis Jabatan; dan
c. Pembekalan penyusunan rencana pengembangan
karier individu.

260
(5) Pelaksanaan masa branding disesuaikan dengan
kebutuhan organisasi dan mengacu pada ketentuan masa
branding pegawai Kementerian Keuangan.
(6) PNS DJP yang telah selesai menjalani masa branding dan
menyusun rencana pengembangan karier individu, dapat
dikembangkan kariernya melalui mutasi atau promosi.
(7) Masa pengembangan karier sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c dilaksanakan melalui mutasi, promosi,
dan/atau penugasan yang diberikan selama menjadi PNS
DJP.
(8) Dalam masa pengembangan karier sebagaimana
dimaksud pada ayat (7), berlaku ketentuan sebagai
berikut:
a. PNS DJP yang berada pada boks IX dapat diangkat
dalam Jabatan yang lebih tinggi dengan pola karier
berbentuk vertikal, diagonal, atau dalam Jabatan
pada Unit non Eselon dengan pola karier berbentuk
semi vertikal, melalui mekanisme Manajemen
Talenta; dan
b. PNS DJP yang berada pada boks VII, VIII, dan IX
dapat diprioritaskan mutasi ke Kategori Jabatan yang
- 25 -

setara atau lebih tinggi dari Kategori Jabatan


sebelumnya.
(9) Pelaksanaan masa pengembangan karier sebagaimana
dimaksud pada ayat (8) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
program Leaders Factory atau ketentuan program
mengenai mutasi, promosi, dan penugasan dalam rangka
optimalisasi pelaksanaan tugas dan pencapaian kinerja
organisasi, di lingkungan Kementerian Keuangan.
(10) Masa menjelang pensiun sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d dilaksanakan sesuai ketentuan dan/atau
kebijakan mengenai persiapan pensiun di Kementerian
Keuangan.

Bagian Kedua
Bentuk Pola Karier

(1)
260
horizontal, yaitu
Pasal 26
Bentuk pola karier sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
ayat (3) huruf b meliputi:
a. perpindahan dari satu posisi
Jabatan ke posisi Jabatan lain yang setara, baik di
dalam satu kelompok maupun antarkelompok JA
atau JF;
b. vertikal, yaitu perpindahan dari satu posisi Jabatan
ke posisi Jabatan yang lain yang lebih tinggi, di dalam
satu kelompok JA atau JF; dan
c. diagonal, yaitu perpindahan dari satu posisi Jabatan
ke posisi Jabatan lain yang lebih tinggi
antarkelompok JA atau JF.
(2) Selain pola karier sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pola karier di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dapat
berbentuk:
a. semi horizontal, yaitu perpindahan Jabatan dari JA
atau JF ke posisi Jabatan pada Unit non Eselon yang
dianggap setingkat;
- 26 -

b. semi vertikal, yaitu perpindahan Jabatan dari JA atau


JF ke posisi Jabatan pada Unit non Eselon yang
dianggap lebih tinggi;
(3) Dalam hal terdapat kebutuhan untuk pembinaan PNS
dan/atau kebutuhan organisasi, selain bentuk pola karier
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
pelaksanaan pola karier dapat berbentuk perpindahan
dari suatu Jabatan ke Jabatan lain yang lebih
rendah/dianggap lebih rendah.
(4) Bentuk pola karier digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menyusun rencana dan
melaksanakan pengembangan karier PNS.

Bagian Ketiga
Jalur Karier

260
Pasal 27
(1) Jalur karier sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat
(3) huruf c terdiri atas:
a. jalur karier JA; dan
b. jalur karier JF.
(2) PNS DJP dapat mengembangkan kariernya sesuai jalur
karier sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan
kebutuhan organisasi dengan memperhatikan rencana
pengembangan karier individu.
(3) Selain jalur karier sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
PNS DJP dapat mengembangkan karier melalui
perpindahan antara jalur karier JA dengan jalur karier JF,
serta dapat melalui penugasan/penempatan pada Unit
non Eselon di Kementerian Keuangan.
(4) Dalam hal terdapat kebutuhan organisasi, PNS DJP dapat
mengikuti program jalur karier cepat untuk
mengembangkan karier dan mencapai posisi yang lebih
tinggi dalam jangka waktu yang lebih singkat untuk
masing-masing jalur karier sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dengan tetap berpedoman pada ketentuan
peraturan perundang-undangan.
- 27 -

(5) Pelaksanaan program jalur karier cepat sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) mengikuti ketentuan program
jalur karier cepat di lingkungan Kementerian Keuangan.

BAB IV
PENGEMBANGAN KARIER

Pasal 28
(1) Pengembangan karier bagi PNS DJP dilakukan melalui:
a. Mutasi;
b. promosi; dan/atau
c. penugasan di luar Direktorat Jenderal Pajak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(2) Bagi PNS DJP dapat diberikan pengembangan karier lain
dalam JF, yang meliputi:
a. pengangkatan pertama;

260
b. perpindahan dari Jabatan lain;
c. penyesuaian/inpassing;
d. kenaikan jenjang JF satu tingkat lebih tinggi setelah
memenuhi angka kredit yang dipersyaratkan; dan
e. pengangkatan kembali.

Pasal 29
Pelaksanaan mutasi dan/atau promosi di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak dilaksanakan sekurang-kurangnya
satu kali dalam satu tahun kalender.

Bagian Kesatu
Mutasi

Paragraf 1
Umum

Pasal 30
(1) Mutasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1)
huruf a meliputi:
a. Mutasi Jabatan Administrator;
b. Mutasi Jabatan Pengawas;
- 28 -

c. Mutasi Jabatan Fungsional;


d. Mutasi Jabatan Pelaksana.
(2) Mutasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
bentuk pola karier yang dapat dilakukan dengan bentuk
horizontal atau semi horizontal.
(3) Mutasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan berdasarkan penugasan organisasi atau
permintaan sendiri.
(4) Mutasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dilakukan
dengan memperhatikan:
a. komposisi kebutuhan pegawai;
b. prinsip larangan konflik kepentingan;
c. Kategori Jabatan;
d. posisi dalam boks pemetaan PNS Kemenkeu dan/atau
nilai kompetensi dan Kinerja PNS;
e. riwayat penjatuhan sanksi kode etik dan Hukuman

260
Disiplin;
f. rencana pengembangan karier individu;
g. Zona Kerja;
h. Kelas Kantor;
i. waktu pelaksanaan mutasi;
j. periode penilaian kinerja pegawai; dan/atau
k. persyaratan lain yang ditentukan oleh Direktur
Jenderal.
(5) Komposisi kebutuhan pegawai sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) huruf a adalah berdasarkan ketentuan yang
mengatur mengenai formasi pegawai di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak.
(6) Tata cara pengajuan permohonan mutasi atas permintaan
sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku mengenai
mutasi atas permintaan sendiri.

Pasal 31
Mutasi dengan bentuk semi horizontal dilaksanakan sesuai
peraturan perundang-undangan dan/atau ketentuan yang
- 29 -

berlaku mengenai penugasan atau penempatan ke Unit non


Eselon dan/atau instansi.

Paragraf 2
Mutasi Jabatan Administrator

Pasal 32
Mutasi bagi Jabatan administrator di Direktorat Jenderal Pajak
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Direktorat Jenderal Pajak menyampaikan usulan mutasi
kepada Sekretariat Jenderal;
b. Mutasi Jabatan Administrator ditetapkan oleh Sekretaris
Jenderal untuk dan atas nama Menteri Keuangan;
c. Pelantikan dilakukan oleh Direktur Jenderal atau Sekretaris
Jenderal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

260 Paragraf 3
Mutasi Jabatan Pengawas

Pasal 33
(1) Mutasi dalam Jabatan Pengawas dilakukan apabila
Pejabat Pengawas telah menduduki jabatan atau
penugasan paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 5
(lima) tahun, sesuai kebutuhan organisasi dan ketentuan
yang berlaku.
(2) Persyaratan paling singkat 2 (dua) tahun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan untuk unit kerja di
Klasifikasi Wilayah V sebagaimana diatur dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Direktur Jenderal ini, dengan memperhatikan kinerja dan
kompetensi pegawai.
(3) Mutasi bagi Jabatan Pengawas dapat mensyaratkan hasil
rekam jejak, termasuk rekam jejak digital (digital footprint)
dan integritas.
(4) Mutasi bagi Jabatan Pengawas dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
- 30 -

a. Sekretariat Direktorat Jenderal melakukan telaah


terhadap usulan mutasi dan/atau analisis kebutuhan
organisasi sebagai bahan sidang Tim Penilai Kinerja;
b. Tim Penilai Kinerja memberikan pertimbangan atas
pejabat pengawas yang diusulkan mutasi, kepada
Direktur Jenderal;
c. mutasi Jabatan Pengawas ditetapkan oleh Direktur
Jenderal; dan
d. pelantikan dilakukan oleh Direktur Jenderal atau PyB
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Paragraf 4
Mutasi Jabatan Fungsional

Pasal 34

260
(1) Mutasi JF dilakukan apabila Pejabat Fungsional telah
menjalani penugasan di unit kerja paling singkat 2 (dua)
tahun dan paling lama 5 (lima) tahun, sesuai kebutuhan
organisasi dan ketentuan yang berlaku.
(2) Persyaratan paling singkat 2 (dua) tahun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan untuk unit kerja di
Klasifikasi Wilayah V sebagaimana diatur dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Direktur Jenderal ini, dengan memperhatikan kinerja dan
kompetensi pegawai.
(3) Mutasi bagi JF dilakukan dengan memperhatikan
ketersediaan formasi Jabatan.
(4) Mutasi JF dapat dilakukan melalui perpindahan dari
Jabatan lain dan penyesuaian/inpassing.
(5) Mutasi dalam Jabatan Fungsional dapat mensyaratkan
hasil rekam jejak, termasuk rekam jejak digital (digital
footprint) dan integritas sesuai ketentuan yang berlaku.
(6) Mutasi bagi Jabatan Fungsional dilaksanakan:
a. antar unit kerja dalam Direktorat Jenderal Pajak,
dengan ketentuan sebagai berikut:
- 31 -

1. Sekretariat Direktorat Jenderal Pajak melakukan


telaah terhadap usulan mutasi dan/atau analisis
kebutuhan organisasi sebagai bahan sidang Tim
Penilai Kinerja;
2. Tim Penilai Kinerja memberikan pertimbangan atas
pejabat fungsional yang diusulkan mutasi, kepada
Direktur Jenderal Pajak;
3. mutasi Jabatan Fungsional ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak atau pejabat yang diberikan
pelimpahan kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
4. pelantikan dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak
atau pejabat yang diberikan pelimpahan
kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. antar unit kerja di lingkungan Kanwil, dengan

260
ketentuan sebagai berikut:
1. Fungsional yang dapat dipindahkan adalah JF
Kategori Keterampilan dan Kategori Keahlian
Jenjang Pertama dan Muda;
2. mutasi ditetapkan dengan Keputusan Kepala Kantor
Wilayah untuk dan atas nama Direktur Jenderal
Pajak, setelah berkoordinasi dengan Sekretaris
Direktorat Jenderal Pajak cq. Kepala Bagian Mutasi
dan Kepangkatan dan Direktorat pengampu;
3. pelantikan dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah
atau pejabat yang diberikan pelimpahan
kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Paragraf 5
Mutasi Jabatan Pelaksana

Pasal 35
(1) Mutasi dalam Jabatan Pelaksana dapat dilakukan apabila
pegawai telah menjalani penugasan di unit kerja atau Zona
Wilayah paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 5
- 32 -

(lima) tahun, sesuai kebutuhan organisasi dan ketentuan


yang berlaku.
(2) Mutasi Jabatan Pelaksana terdiri atas:
a. Mutasi Internal Unit Kerja;
b. Mutasi Internal Kanwil; dan
c. Mutasi Antar Unit JPT Pratama.
(3) Mutasi dalam Jabatan pelaksana dapat mensyaratkan
hasil rekam jejak, termasuk rekam jejak digital (digital
footprint) dan integritas.

Pasal 36
(1) Mutasi Internal Unit Kerja sebagaimana dimaksud dalam
pasal 35 ayat (2) huruf a meliputi:
a. Mutasi antar unit JA Pengawas dalam unit JA
Administrator; dan
b. Mutasi antar Bagian/Subdirektorat/Bidang dalam

260
unit JPT Pratama.
(2) Mutasi Internal Unit Kerja dapat dilakukan sewaktu-
waktu dengan memperhatikan periode penilaian kinerja
sesuai kewenangan Kepala Unit Kerja.
(3) Mutasi Internal Unit Kerja ditetapkan oleh Kepala Unit
Kerja dengan memperhatikan kinerja dan kompetensi
pegawai.
Pasal 37
(1) Mutasi Internal Kanwil sebagaimana dimaksud dalam
pasal 35 ayat (2) huruf b meliputi:
a. Mutasi antar Kantor Pelayanan Pajak dalam Kantor
Wilayah yang sama;
b. Mutasi dari Kantor Wilayah ke Kantor Pelayanan Pajak
di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak yang sama atau sebaliknya.
(2) Penetapan dalam rangka Mutasi Internal Kanwil adalah
sebagai berikut:
a. Mutasi Internal Kanwil ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Kantor Wilayah setelah berkoordinasi dengan
Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak cq. Kepala Bagian
Mutasi dan Kepangkatan.
- 33 -

b. Keputusan Kepala Kantor Wilayah sebagaimana


dimaksud pada huruf a dapat diterbitkan sesuai
dengan kebutuhan unit kerja.
c. Salinan Surat Keputusan Mutasi sebagaimana
dimaksud pada huruf a dikirimkan kepada Sekretaris
Direktorat Jenderal Pajak dan Kepala Bagian Mutasi
dan Kepangkatan paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah Surat Keputusan Mutasi ditetapkan.

Pasal 38
(1) Mutasi Antar Unit JPT Pratama sebagaimana dimaksud
dalam pasal 35 ayat (2) huruf c meliputi mutasi dalam
Zona Wilayah atau mutasi antar Zona Wilayah.
(2) Zona Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

260
Direktur Jenderal ini.
(3) Mutasi Antar Unit JPT Pratama dilakukan secara selektif
dengan mempertimbangkan:
a. kebutuhan pemenuhan formasi pegawai pada Zona
Wilayah yang membutuhkan;
b. kualifikasi, kompetensi dan kinerja pegawai;
c. jangka waktu pegawai berada pada suatu Zona
Wilayah;
d. masa kerja; dan
e. pertimbangan lain sesuai dengan kebutuhan
organisasi.
(4) Mutasi Antar Unit JPT Pratama dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal melakukan telaah
terhadap usulan mutasi dan/atau analisis kebutuhan
organisasi sebagai bahan sidang Tim Penilai Kinerja;
b. Tim Penilai Kinerja memberikan pertimbangan atas
pelaksana yang diusulkan mutasi; dan
c. Mutasi Antar Unit JPT Pratama ditetapkan dengan
keputusan Sekretaris Direktorat Jenderal.
- 34 -

Paragraf 6
Ketentuan Lain Mutasi

Pasal 39
Mutasi dapat dilakukan di luar ketentuan jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam pasal 33, 34, dan 35, dalam
rangka kebutuhan organisasi dan pertimbangan
kemanusiaan.

Paragraf 7
Penempatan Pertama

Pasal 40
(1) Persyaratan administratif penempatan pertama adalah
sebagai berikut:
a. pegawai telah berstatus sebagai Calon Pegawai Negeri

260
Sipil atau Pegawai Negeri Sipil; dan
b. telah diterbitkan keputusan pengangkatan atau
pemindahan atas pegawai dan telah diterima oleh
Direktorat Jenderal Pajak.
(2) Unit kerja tujuan penempatan pertama pegawai
diutamakan untuk mengisi kebutuhan pegawai pada unit
kerja yang termasuk dalam kategori jabatan pemula atau
pengembangan, sesuai dengan formasi pegawai per unit
kerja berdasarkan ketentuan yang mengatur mengenai
formasi pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.
(3) Parameter dalam melakukan penempatan pertama
pegawai dengan memperhatikan antara lain:
a. nilai akademis dan/atau hasil seleksi penerimaan
PNS;
b. maksud dari tujuan rekrutmen pegawai;
c. potensi dan/atau kompetensi pegawai; dan/atau
d. kualifikasi dan tingkat pendidikan.
- 35 -

Paragraf 8
Pengangkatan Kembali Setelah Menjalani Tugas Belajar

Pasal 41
(1) Pegawai yang telah selesai menjalani masa tugas belajar
diangkat kembali dalam jabatan setingkat dengan
jabatan terakhir dengan memperhatikan formasi yang
tersedia, kebutuhan organisasi, dan ketentuan yang
berlaku.
(2) Penempatan kembali pegawai yang telah selesai
menjalani masa Tugas Belajar adalah:
a. diutamakan untuk mengisi kebutuhan pegawai pada
unit kerja sesuai dengan kompetensi dan/atau
bidang atau jurusan pendidikan yang diambil bagi
pegawai Tugas Belajar yang lulus program Tugas
Belajar, dengan memperhatikan kinerja pegawai

260
selama masa tugas belajar;
b. diutamakan untuk mengisi formasi pada unit kerja
yang termasuk dalam kategori jabatan pemula atau
pengembangan bagi pegawai Tugas Belajar yang
tidak lulus program Tugas Belajar, dengan
memperhatikan kinerja pegawai selama masa tugas
belajar;
c. mempertimbangkan Rumpun Jabatan, unit kerja
sebelum tugas belajar dan riwayat jabatan dari
pegawai;
d. mempertimbangkan formasi unit kerja; dan
e. mempertimbangkan kebutuhan organisasi.

Bagian Kedua
Promosi

Pasal 42
(1) Promosi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1)
huruf b merupakan bentuk pola karier yang dapat
berbentuk vertikal, diagonal, atau semi vertikal.
- 36 -

(2) Promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku


ketentuan sebagai berikut:
a. dilaksanakan berdasarkan kebutuhan jenis Jabatan
dan persyaratan untuk dapat diangkat dalam jenis
Jabatan berkenaan;
b. dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai Manajemen Talenta;
c. dilaksanakan setelah mendapat pertimbangan Tim
Penilai Kinerja; dan
d. dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku mengenai
pengisian Jabatan di lingkungan Kementerian
Keuangan.
(3) Promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
memperhatikan hal sebagai berikut:
a. komposisi kebutuhan pegawai;
b. prinsip larangan konflik kepentingan;

260
c. Kategori Jabatan;
d. posisi dalam boks pemetaan PNS dan/atau nilai
kompetensi dan Kinerja PNS;
e. riwayat penjatuhan sanksi kode etik dan Hukuman
Disiplin;
f. rencana pengembangan karier individu;
g. Zona Kerja;
h. waktu pelaksanaan promosi;
i. Kelas kantor;
j. Rumpun Jabatan; dan/atau
k. persyaratan lain yang ditentukan oleh Direktur
Jenderal Pajak.
(4) Calon Talent untuk promosi diprioritaskan berasal dari
pegawai pada Kategori Jabatan pemantapan.
(5) Jabatan-jabatan pada Kategori Jabatan pemula
diprioritaskan untuk menjadi Jabatan Target Karier bagi
pegawai promosi.
(6) Promosi dalam lingkungan DJP memperhatikan
kesesuaian kompetensi pegawai dengan persyaratan
jabatan, dan keselarasan antara Rumpun Jabatan tujuan
promosi dengan riwayat Rumpun Jabatan pegawai.
- 37 -

(7) Promosi dari lingkungan DJP ke unit JPT Madya lainnya


dalam Kementerian Keuangan dilaksanakan sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan tentang Manajemen
Karier di Lingkungan Kementerian Keuangan.

Paragraf 1
Promosi Jabatan Administrator dan Pengawas

Pasal 43
(1) Promosi untuk pengisian Jabatan administrator
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Direktorat Jenderal Pajak mengusulkan Talent sesuai
mekanisme Manajemen Talenta kepada Sekretariat
Jenderal;
b. pengangkatan/promosi ditetapkan oleh Sekretaris
Jenderal untuk dan atas nama Menteri Keuangan;

260
dan
c. pelantikan dilaksanakan oleh Direktur Jenderal
Pajak atau Sekretaris Jenderal sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Promosi untuk pengisian Jabatan pengawas dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Direktorat Jenderal Pajak melakukan pengisian
Jabatan dengan Manajemen Talenta sebagai bahan
sidang Tim Penilai Kinerja unit;
b. Tim Penilai Kinerja unit memberikan pertimbangan
atas Talent yang diusulkan promosi kepada Direktur
Jenderal Pajak; dan
c. penetapan pengangkatan atau promosi dan
pelantikan dilaksanakan oleh Direktur Jenderal
Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Promosi dalam Jabatan administrator dan Jabatan
pengawas harus mensyaratkan hasil rekam jejak,
termasuk rekam jejak digital (digital footprint) dan
integritas.
- 38 -

Pasal 44
(1) Promosi yang ditujukan untuk pengisian JA melalui pola
karier yang berbentuk diagonal, dapat dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. PNS DJP yang menduduki JF ahli muda dapat
dipromosikan ke Jabatan Administrator; dan
b. PNS DJP yang menduduki JF ahli pertama dan JF
penyelia dapat dipromosikan dalam Jabatan
Pengawas,
dengan tetap memperhatikan syarat dan ketentuan yang
berlaku.
(2) Promosi ke dalam Jabatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
(3) Pelantikan atas penetapan pengangkatan atau promosi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak atau pejabat yang diberikan

260
pelimpahan kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Paragraf 2
Promosi Jabatan Fungsional

Pasal 45
(1) Promosi yang ditujukan untuk pengisian JF, meliputi:
a. pengangkatan dalam JF; dan
b. kenaikan jenjang Jabatan satu tingkat lebih tinggi.
(2) Pengangkatan dalam JF sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dilakukan dalam Rumpun Jabatan yang sama
untuk yang belum menduduki JF ke JF yang lebih tinggi,
dan dapat berasal dari:
a. PNS DJP yang menduduki JA; dan/atau
b. PNS DJP yang sebelumnya ditugaskan pada unit
eselon I di luar Direktorat Jenderal Pajak.
(3) Kenaikan jenjang Jabatan satu tingkat lebih tinggi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
untuk pejabat fungsional dalam satu kategori JF ke
jenjang JF yang lebih tinggi, dengan kriteria di antaranya
- 39 -

berasal dari Talent atau sesuai ketentuan peraturan


perundang-undangan.
(4) Promosi ke dalam JF, berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak setelah
mendapat pertimbangan dari Tim Penilai Kinerja unit,
untuk promosi ke dalam JF kategori keahlian yang
meliputi jenjang ahli muda dan ahli pertama serta JF
kategori keterampilan;
b. dalam hal diperlukan, Direktur Jenderal Pajak dapat
memberikan kuasa kepada pejabat di bawahnya
untuk dan atas namanya untuk melakukan
penetapan berkenaan.
(5) Pelantikan atas penetapan promosi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak atau pejabat yang diberikan pelimpahan
kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan

260
perundang-undangan.

Bagian Ketiga
Tata Cara Pengembangan Karier Lain dalam JF

Pasal 46
Pelaksanaan pengembangan karier lain dalam JF berupa
pengangkatan pertama, kenaikan jenjang JF satu tingkat lebih
tinggi setelah memenuhi angka kredit yang dipersyaratkan, dan
pengangkatan kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
ayat (2) huruf a, huruf d, dan huruf e, dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. penetapan atas pengangkatan untuk JF ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak, untuk kenaikan jenjang JF satu
tingkat lebih tinggi setelah memenuhi angka kredit yang
dipersyaratkan dan pengangkatan kembali bagi JF
kategori keahlian yang meliputi jenjang ahli muda dan ahli
pertama serta bagi JF kategori keterampilan;
b. dalam hal diperlukan, Direktur Jenderal Pajak dapat
memberikan kuasa kepada pejabat di bawahnya untuk
- 40 -

dan atas namanya untuk melakukan penetapan


berkenaan; dan
c. pelantikan atas penetapan pengangkatan atau promosi
sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak atau pejabat yang diberikan
pelimpahan kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Bagian Keempat
Ketentuan Lain Pelantikan

Pasal 47
(1) Pejabat Pengawas dan Pejabat Fungsional Keahlian
jenjang Muda dan Pertama serta Pejabat Fungsional
Keterampilan, yang tidak mengikuti pelantikan dalam
rangka mutasi atau promosi dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari kerja dari tanggal penetapan tanpa alasan

260
yang sah, ditetapkan sebagai pelaksana pada unit kerja
tujuan penempatan.
(2) Alasan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah:
a. Kesehatan pegawai yang dapat dibuktikan dengan
Surat Keterangan dari dokter pemerintah bahwa
pegawai tidak dapat menghadiri pelantikan;
b. Cuti karena alasan keagamaan; atau
c. Alasan lain yang dapat diterima oleh Direktur Jenderal
Pajak atau pejabat yang diberikan pelimpahan
kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Bagian Kelima
Tim Penilai Kinerja

Pasal 48
(1) Tim Penilai Kinerja di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak dibentuk dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak dan terdiri atas:
a. Direktur Jenderal;
260
-1-

LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR 25/PJ/2021 TENTANG MANAJEMEN
KARIER DI LINGKUNGAN DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK

ZONA KERJA DI LINGKUNGAN


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

260
-2-

I. PEMBAGIAN KLASIFIKASI WILAYAH


Klasifikasi Wilayah ini berlaku untuk mutasi di Jabatan Pengawas dan Jabatan
Fungsional. Klasifikasi Wilayah I merupakan klasifikasi wilayah tertinggi dan
Klasifikasi Wilayah V merupakan klasifikasi wilayah terendah.

KLASIFIKASI UNIT ESELON II


UNIT KERJA
WILAYAH ATAU UPT
Klasifikasi 1 Kantor Pusat 1. Sekretariat Direktorat Jenderal
Wilayah I DJP (KPDJP) 2. Direktorat Peraturan Perpajakan I
3. Direktorat Peraturan Perpajakan II
4. Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan
5. Direktorat Ekstensifikasi dan Penilaian
6. Direktorat Keberatan dan Banding
7. Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan
Penerimaan
8. Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan
Hubungan Masyarakat
9. Direktorat Kepatuhan Internal dan
Transformasi Sumber Daya Aparatur
10. Direktorat Transformasi Proses Bisnis
11. Direktorat Penegakan Hukum
12. Direktorat Perpajakan Internasional
13. Direktorat Intelijen Perpajakan
14. Direktorat Data dan Informasi
Perpajakan

260
15. Direktorat Teknologi Informasi dan
Komunikasi
16. Pusat Pengolahan Data dan Dokumen
Perpajakan
17. Kantor Layanan Informasi dan
Pengaduan Direktorat Jenderal Pajak
2 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat
Wilayah DJP 2. KPP Madya Jakarta Pusat
Jakarta Pusat 3. KPP Madya Dua Jakarta Pusat
4. KPP Pratama Jakarta Gambir Satu
5. KPP Pratama Jakarta Gambir Dua
6. KPP Pratama Jakarta Gambir Tiga
7. KPP Pratama Jakarta Sawah Besar Satu
8. KPP Pratama Jakarta Sawah Besar Dua
9. KPP Pratama Jakarta Kemayoran
10. KPP Pratama Jakarta Cempaka Putih
11. KPP Pratama Jakarta Menteng Satu
12. KPP Pratama Jakarta Menteng Dua
13. KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga
14. KPP Pratama Jakarta Senen
15. KPP Pratama Jakarta Tanah Abang
Satu
16. KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua
17. KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga
3 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jakarta Barat
Wilayah DJP 2. KPP Madya Jakarta Barat
Jakarta Barat 3. KPP Madya Dua Jakarta Barat
4. KPP Pratama Jakarta Palmerah
5. KPP Pratama Jakarta Grogol
Petamburan
6. KPP Pratama Jakarta Tambora
7. KPP Pratama Jakarta Cengkareng
8. KPP Pratama Jakarta Kalideres
-3-

KLASIFIKASI UNIT ESELON II


UNIT KERJA
WILAYAH ATAU UPT
9. KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu
10. KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua
11. KPP Pratama Jakarta Kembangan
12. KPP Pratama Jakarta Tamansari
4 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jakarta Selatan I
Wilayah DJP 2. KPP Madya Jakarta Selatan I
Jakarta 3. KPP Madya Dua Jakarta Selatan I
Selatan I 4. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu
5. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Dua
6. KPP Pratama Jakarta Tebet
7. KPP Pratama Jakarta Mampang
Prapatan
8. KPP Pratama Jakarta Pancoran
9. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Tiga
5 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jakarta Timur
Wilayah DJP 2. KPP Madya Jakarta Timur
Jakarta Timur 3. KPP Madya Dua Jakarta Timur
4. KPP Pratama Jakarta Matraman
5. KPP Pratama Jakarta Jatinegara
6. KPP Pratama Jakarta Pulogadung
7. KPP Pratama Jakarta Kramat Jati
8. KPP Pratama Jakarta Duren Sawit
9. KPP Pratama Jakarta Pasar Rebo

260
10. KPP Pratama Jakarta Cakung
6 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jakarta Utara
Wilayah DJP 2. KPP Madya Jakarta Utara
Jakarta Utara 3. KPP Madya Dua Jakarta Utara
4. KPP Pratama Jakarta Penjaringan
5. KPP Pratama Jakarta Pademangan
6. KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok
7. KPP Pratama Jakarta Koja
8. KPP Pratama Jakarta Kelapa Gading
9. KPP Pratama Jakarta Pluit
10. KP2KP Kepulauan Seribu
7 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jakarta Selatan II
Wilayah DJP 2. KPP Madya Jakarta Selatan II
Jakarta 3. KPP Madya Dua Jakarta Selatan II
Selatan II 4. KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru
Satu
5. KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru
Dua
6. KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama
7. KPP Pratama Jakarta Pesanggrahan
8. KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu
9. KPP Pratama Jakarta Cilandak
10. KPP Pratama Jakarta Jagakarsa
8 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus
Wilayah DJP 2. KPP Penanaman Modal Asing Satu
Jakarta 3. KPP Penanaman Modal Asing Dua
Khusus 4. KPP Penanaman Modal Asing Tiga
5. KPP Penanaman Modal Asing Empat
6. KPP Penanaman Modal Asing Lima
7. KPP Penanaman Modal Asing Enam
8. KPP Perusahaan Masuk Bursa
9. KPP Badan dan Orang Asing
10. KPP Minyak dan Gas Bumi
-4-

KLASIFIKASI UNIT ESELON II


UNIT KERJA
WILAYAH ATAU UPT
9 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Wajib Pajak Besar
Wilayah DJP 2. KPP Wajib Pajak Besar Satu
Wajib Pajak 3. KPP Wajib Pajak Besar Dua
Besar 4. KPP Wajib Pajak Besar Tiga
5. KPP Wajib Pajak Besar Empat
Klasifikasi 1 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Banten
Wilayah II A Wilayah DJP 2. KPP Madya Tangerang
Banten 3. KPP Madya Dua Tangerang
4. KPP Pratama Cilegon
5. KPP Pratama Serpong
6. KPP Pratama Kosambi
7. KPP Pratama Tigaraksa
8. KPP Pratama Tangerang Timur
9. KPP Pratama Tangerang Barat
10. KPP Pratama Pondok Aren
11. KPP Pratama Serang Barat
12. KPP Pratama Serang Timur
13. KP2KP Rangkas Bitung
2 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jawa Barat I
Wilayah DJP 2. KPP Madya Bandung
Jawa Barat I 3. KPP Madya Dua Bandung
4. KPP Pratama Bandung Bojonagara
5. KPP Pratama Bandung Cibeunying

260
6. KPP Pratama Bandung Cicadas
7. KPP Pratama Bandung Tegallega
8. KPP Pratama Cianjur
9. KPP Pratama Cimahi
10. KPP Pratama Purwakarta
11. KPP Pratama Soreang
12. KPP Pratama Majalaya
13. KPP Pratama Sukabumi
14. KPP Pratama Sumedang
3 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jawa Barat II
Wilayah DJP 2. KPP Madya Bekasi
Jawa Barat II 3. KPP Madya Karawang
4. KPP Pratama Cibitung
5. KPP Pratama Cikarang Selatan
6. KPP Pratama Cikarang Utara
7. KPP Pratama Kuningan
8. KPP Pratama Subang
9. KPP Pratama Cirebon Satu
10. KPP Pratama Cirebon Dua
11. KPP Pratama Karawang
12. KP2KP Majalengka
4 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jawa Barat III
Wilayah DJP 2. KPP Madya Bogor
Jawa Barat III 3. KPP Madya Kota Bekasi
4. KPP Pratama Pondok Gede
5. KPP Pratama Bekasi Barat
6. KPP Pratama Bekasi Utara
7. KPP Pratama Depok Sawangan
8. KPP Pratama Depok Cimanggis
9. KPP Pratama Cibinong
10. KPP Pratama Ciawi
11. KPP Pratama Cileungsi
12. KPP Pratama Bogor
-5-

KLASIFIKASI UNIT ESELON II


UNIT KERJA
WILAYAH ATAU UPT
5 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah I
Wilayah DJP 2. KPP Madya Semarang
Jawa Tengah I 3. KPP Madya Dua Semarang
4. KPP Pratama Demak
5. KPP Pratama Kudus
6. KPP Pratama Pati
7. KPP Pratama Pekalongan
8. KPP Pratama Batang
9. KPP Pratama Salatiga
10. KPP Pratama Semarang Barat
11. KPP Pratama Semarang Candisari
12. KPP Pratama Semarang Selatan
13. KPP Pratama Semarang Timur
14. KPP Pratama Semarang Gayamsari
15. KPP Pratama Tegal
16. KPP Pratama Semarang Tengah
17. KP2KP Purwodadi
18. KP2KP Kendal
19. KP2KP Ungaran
6 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah II
Wilayah DJP 2. KPP Madya Surakarta
Jawa Tengah 3. KPP Pratama Purwokerto
II 4. KPP Pratama Surakarta

260
5. KPP Pratama Boyolali
6. KPP Pratama Klaten
7. KPP Pratama Karanganyar
8. KPP Pratama Sukoharjo
9. KPP Pratama Magelang
10. KP2KP Muntilan
11. KP2KP Sragen
7 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Daerah Istimewa
Wilayah DJP Yogyakarta
Daerah 2. KPP Pratama Sleman
Istimewa 3. KPP Pratama Yogyakarta
Yogyakarta 4. KPP Pratama Wates
5. KPP Pratama Bantul
8 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I
Wilayah DJP 2. KPP Madya Surabaya
Jawa Timur I 3. KPP Madya Dua Surabaya
4. KPP Pratama Surabaya Genteng
5. KPP Pratama Surabaya Gubeng
6. KPP Pratama Surabaya Krembangan
7. KPP Pratama Surabaya Pabean
Cantikan
8. KPP Pratama Surabaya Rungkut
9. KPP Pratama Surabaya Sawahan
10. KPP Pratama Surabaya Mulyorejo
11. KPP Pratama Surabaya Sukomanunggal
12. KPP Pratama Surabaya Tegalsari
13. KPP Pratama Surabaya Wonocolo
14. KPP Pratama Surabaya Karangpilang
9 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jawa Timur II
Wilayah DJP 2. KPP Madya Sidoarjo
Jawa Timur II 3. KPP Madya Gresik
4. KPP Pratama Bojonegoro
5. KPP Pratama Lamongan
6. KPP Pratama Madiun
-6-

KLASIFIKASI UNIT ESELON II


UNIT KERJA
WILAYAH ATAU UPT
7. KPP Pratama Mojokerto
8. KPP Pratama Sidoarjo Barat
9. KPP Pratama Sidoarjo Selatan
10. KPP Pratama Sidoarjo Utara
11. KPP Pratama Ngawi
12. KPP Pratama Jombang
13. KPP Pratama Gresik
14. KP2KP Mojosari
10 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jawa Timur III
Wilayah DJP 2. KPP Madya Malang
Jawa Timur III 3. KPP Pratama Banyuwangi
4. KPP Pratama Batu
5. KPP Pratama Singosari
6. KPP Pratama Kepanjen
7. KPP Pratama Blitar
8. KPP Pratama Jember
9. KPP Pratama Kediri
10. KPP Pratama Pare
11. KPP Pratama Malang Selatan
12. KPP Pratama Malang Utara
13. KPP Pratama Pasuruan
14. KPP Pratama Probolinggo
15. KP2KP Bangil

260
11 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Bali
Wilayah DJP 2. KPP Madya Denpasar
Bali 3. KPP Pratama Badung Selatan
4. KPP Pratama Badung Utara
5. KPP Pratama Denpasar Barat
6. KPP Pratama Denpasar Timur
Klasifikasi 1 Kantor
Wilayah II B Wilayah DJP KPP Pratama Pandeglang
Banten
2 Kantor 1. KPP Pratama Ciamis
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Tasikmalaya
Jawa Barat I 3. KPP Pratama Garut
4. KP2KP Pelabuhan Ratu
5. KP2KP Banjar
3 Kantor
Wilayah DJP KPP Pratama Indramayu
Jawa Barat II
4 Kantor 1. KPP Pratama Blora
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Jepara
Jawa Tengah I 3. KP2KP Rembang
4. KP2KP Bumiayu
5 Kantor 1. KPP Pratama Purbalingga
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Temanggung
Jawa Tengah 3. KPP Pratama Cilacap
II 4. KPP Pratama Kebumen
5. KP2KP Wonogiri
6. KP2KP Banjarnegara
7. KP2KP Wonosobo
8. KP2KP Majenang
6 Kantor
Wilayah DJP
Daerah KPP Pratama Wonosari
Istimewa
Yogyakarta
-7-

KLASIFIKASI UNIT ESELON II


UNIT KERJA
WILAYAH ATAU UPT
7 Kantor 1. KPP Pratama Tuban
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Ponorogo
Jawa Timur II 3. KPP Pratama Pamekasan
4. KPP Pratama Bangkalan
5. KP2KP Caruban
6. KP2KP Magetan
7. KP2KP Pacitan
8. KP2KP Sumenep
9. KP2KP Sampang
8 Kantor 1. KPP Pratama Situbondo
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Tulungagung
Jawa Timur III 3. KP2KP Wlingi
4. KP2KP Nganjuk
5. KP2KP Kraksaan
6. KP2KP Lumajang
7. KP2KP Bondowoso
8. KP2KP Trenggalek
9 Kantor 1. KPP Pratama Singaraja
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Tabanan
Bali 3. KPP Pratama Gianyar
4. KP2KP Kerobokan
5. KP2KP Amlapura
6. KP2KP Ubud

260
7. KP2KP Negara
Klasifikasi 1 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Aceh
Wilayah III A Wilayah DJP 2. KPP Pratama Banda Aceh
Aceh 3. KPP Pratama Aceh Besar
2 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Sumatera Utara I
Wilayah DJP 2. KPP Madya Medan
Sumatera 3. KPP Madya Dua Medan
Utara I 4. KPP Pratama Binjai
5. KPP Pratama Medan Barat
6. KPP Pratama Medan Belawan
7. KPP Pratama Medan Petisah
8. KPP Pratama Medan Polonia
9. KPP Pratama Medan Timur
10. KPP Pratama Lubuk Pakam
3 Kantor
Wilayah DJP
KPP Pratama Tebing Tinggi
Sumatera
Utara II
4 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Sumatera Selatan
Wilayah DJP dan Kepulauan Bangka Belitung
Sumatera 2. KPP Madya Palembang
Selatan dan 3. KPP Pratama Palembang Ilir Barat
Kepulauan 4. KPP Pratama Palembang Ilir Timur
Bangka 5. KPP Pratama Palembang Seberang Ulu
Belitung 6. KPP Pratama Kayu Agung
7. KPP Pratama Pangkal Pinang
8. KPP Pratama Bangka
9. KP2KP Sungai Liat
10. KP2KP Koba
11. KP2KP Indralaya
12. KP2KP Pangkalan Balai
5 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Bengkulu dan
Wilayah DJP Lampung
2. KPP Madya Bandar Lampung
-8-

KLASIFIKASI UNIT ESELON II


UNIT KERJA
WILAYAH ATAU UPT
Bengkulu dan 3. KPP Pratama Natar
Lampung 4. KPP Pratama Metro
5. KPP Pratama Kotabumi
6. KPP Pratama Bandar Lampung Satu
7. KPP Pratama Bandar Lampung Dua
8. KPP Pratama Bengkulu Satu
9. KPP Pratama Bengkulu Dua
10. KP2KP Kalianda
11. KP2KP Pringsewu
12. KP2KP Bandarjaya
13. KP2KP Menggala
14. KP2KP Kepahiang
6 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Sumatera Barat
Wilayah DJP dan Jambi
Sumatera 2. KPP Pratama Padang Satu
Barat dan 3. KPP Pratama Padang Dua
Jambi 4. KPP Pratama Jambi Telanaipura
5. KPP Pratama Jambi Pelayangan
6. KP2KP Muara Sabak
7. KP2KP Pariaman
8. KP2KP Sengeti
7 Kantor
Pengolahan

260
Data dan Kantor Pengolahan Data dan Dokumen
Dokumen Perpajakan Jambi
Perpajakan
Jambi
8 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Riau
Wilayah DJP 2. KPP Madya Pekanbaru
Riau 3. KPP Pratama Pekanbaru Senapelan
4. KPP Pratama Pekanbaru Tampan
5. KPP Pratama Bengkalis
6. KPP Pratama Bangkinang
7. KPP Pratama Pangkalan Kerinci
9 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Kepulauan Riau
Wilayah DJP 2. KPP Madya Batam
Kepulauan 3. KPP Pratama Tanjung Pinang
Riau 4. KPP Pratama Batam Utara
5. KPP Pratama Batam Selatan
10 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Kalimantan Barat
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Kubu Raya
Kalimantan 3. KPP Pratama Pontianak Barat
Barat 4. KPP Pratama Pontianak Timur
11 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Kalimantan
Wilayah DJP Selatan dan Tengah
Kalimantan 2. KPP Madya Banjarmasin
Selatan dan 3. KPP Pratama Banjarbaru
Tengah 4. KPP Pratama Palangkaraya
5. KPP Pratama Sampit
6. KPP Pratama Banjarmasin
7. KP2KP Martapura
8. KP2KP Kuala Kapuas
12 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Kalimantan Timur
Wilayah DJP dan Utara
Kalimantan 2. KPP Madya Balikpapan
Timur dan 3. KPP Pratama Penajam
Utara 4. KPP Pratama Tenggarong
-9-

KLASIFIKASI UNIT ESELON II


UNIT KERJA
WILAYAH ATAU UPT
5. KPP Pratama Balikpapan Barat
6. KPP Pratama Balikpapan Timur
7. KPP Pratama Samarinda Ilir
8. KPP Pratama Samarinda Ulu
13 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Sulawesi Selatan,
Wilayah DJP Barat, dan Tenggara
Sulawesi 2. KPP Madya Makassar
Selatan, Barat, 3. KPP Pratama Makassar Utara
dan Tenggara 4. KPP Pratama Makassar Barat
5. KPP Pratama Makassar Selatan
6. KPP Pratama Maros
7. KPP Pratama Kendari
8. KPP Pratama Kolaka
9. KP2KP Sungguminasa
14 Kantor
Pengolahan
Data dan Kantor Pengolahan Data dan Dokumen
Dokumen Perpajakan Makassar
Perpajakan
Makassar
15 Kantor
1. Kantor Wilayah DJP Sulawesi Utara,
Wilayah DJP
Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara
Sulawesi
2. KPP Pratama Manado

260
Utara, Tengah,
3. KPP Pratama Palu
Gorontalo, dan
4. KP2KP Banawa
Maluku Utara
16 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Nusa Tenggara
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Mataram Timur
Nusa Tenggara 3. KPP Pratama Mataram Barat
4. KPP Pratama Praya
5. KPP Pratama Atambua
6. KPP Pratama Kupang
7. KP2KP Gerung
8. KP2KP Selong
Klasifikasi 1 Kantor
Wilayah III B Wilayah DJP KP2KP Sigli
Aceh
2 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Sumatera Utara II
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Pematang Siantar
Sumatera 3. KPP Pratama Kabanjahe
Utara II 4. KPP Pratama Kisaran
5. KP2KP Perdagangan
3 Kantor 1. KPP Pratama Baturaja
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Prabumulih
Sumatera 3. KPP Pratama Sekayu
Selatan dan 4. KPP Pratama Tanjung Pandan
Kepulauan 5. KP2KP Manggar
Bangka 6. KP2KP Muntok
Belitung 7. KP2KP Toboali
8. KP2KP Ogan Komering Ulu Timur
9. KP2KP Muara Enim
4 Kantor 1. KPP Pratama Curup
Wilayah DJP 2. KP2KP Sukadana
Bengkulu dan 3. KP2KP Baradatu
Lampung 4. KP2KP Manna
5 Kantor 1. KPP Pratama Bukittinggi
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Payakumbuh
- 10 -

KLASIFIKASI UNIT ESELON II


UNIT KERJA
WILAYAH ATAU UPT
Sumatera 3. KPP Pratama Solok
Barat dan 4. KPP Pratama Kuala Tungkal
Jambi 5. KP2KP Lubuk Basung
6. KP2KP Padang Panjang
7. KP2KP Batu Sangkar
8. KP2KP Muaro Sijunjung
9. KP2KP Sawahlunto
10. KP2KP Painan
11. KP2KP Muara Bulian
6 Kantor 1. KPP Pratama Dumai
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Rengat
Riau 3. KP2KP Teluk Kuantan
4. KP2KP Duri
5. KP2KP Pasir Pangarayan
6. KP2KP Siak Sri Indrapura
7 Kantor
Wilayah DJP
KPP Pratama Bintan
Kepulauan
Riau
8 Kantor
Wilayah DJP
KP2KP Mempawah
Kalimantan
Barat

260
9 Kantor 1. KPP Pratama Pangkalanbun
Wilayah DJP 2. KP2KP Pelaihari
Kalimantan 3. KP2KP Rantau
Selatan dan 4. KP2KP Kandangan
Tengah 5. KP2KP Pulang Pisau
6. KP2KP Kasongan
7. KP2KP Marabahan
10 Kantor
Wilayah DJP
1. KPP Pratama Tarakan
Kalimantan
2. KPP Pratama Tanjung Redeb
Timur dan
Utara
11 Kantor 1. KPP Pratama Bantaeng
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Parepare
Sulawesi 3. KP2KP Bontosunggu
Selatan, Barat,4. KP2KP Takalar
dan Tenggara 5. KP2KP Pangkajene
6. KP2KP Pasangkayu
7. KP2KP Unaaha
12 Kantor 1. KPP Pratama Bitung
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Gorontalo
Sulawesi 3. KP2KP Tondano
Utara, Tengah, 4. KP2KP Tomohon
Gorontalo, dan 5. KP2KP Limboto
Maluku Utara 6. KP2KP Amurang
7. KP2KP Parigi
13 Kantor
Wilayah DJP
Papua, Papua KPP Pratama Ambon
Barat, dan
Maluku
Klasifikasi 1 Kantor 1. KPP Pratama Bireuen
Wilayah IV A Wilayah DJP 2. KPP Pratama Langsa
Aceh 3. KPP Pratama Lhokseumawe
- 11 -

KLASIFIKASI UNIT ESELON II


UNIT KERJA
WILAYAH ATAU UPT
4. KPP Pratama Meulaboh
5. KP2KP Karang Baru
6. KP2KP Lhoksukon
7. KP2KP Calang
2 Kantor 1. KPP Pratama Balige
Wilayah DJP 2. KP2KP Sidikalang
Sumatera 3. KP2KP Tanjung Balai
Utara II 4. KP2KP Kualuh Hulu
3 Kantor
Wilayah DJP
Sumatera 1. KPP Pratama Lahat
Selatan dan 2. KPP Pratama Lubuk Linggau
Kepulauan 3. KP2KP Muaradua
Bangka
Belitung
4 Kantor
1. KP2KP Liwa
Wilayah DJP
2. KP2KP Muko-Muko
Bengkulu dan
3. KP2KP Bintuhan
Lampung
5 Kantor 1. KPP Pratama Bangko
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Muara Bungo
Sumatera 3. KP2KP Lubuk Sikaping
Barat dan 4. KP2KP Simpang Ampat

260
Jambi 5. KP2KP Kotabaru
6. KP2KP Padang Aro
7. KP2KP Sarolangun
8. KP2KP Rimbo Bujang
9. KP2KP Muara Tebo
6 Kantor
1. KP2KP Bagansiapiapi
Wilayah DJP
2. KP2KP Tembilahan
Riau
7 Kantor
Wilayah DJP 1. KPP Pratama Tanjung Balai Karimun
Kepulauan 2. KP2KP Tanjung Batu
Riau
8 Kantor 1. KPP Pratama Sanggau
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Singkawang
Kalimantan 3. KP2KP Ngabang
Barat 4. KP2KP Bengkayang
5. KP2KP Sambas
9 Kantor
1. KPP Pratama Barabai
Wilayah DJP
2. KP2KP Kuala Kurun
Kalimantan
3. KP2KP Nanga Bulik
Selatan dan
4. KP2KP Kuala Pembuang
Tengah
10 Kantor
Wilayah DJP
1. KPP Pratama Bontang
Kalimantan
2. KP2KP Sangatta
Timur dan
Utara
11 Kantor 1. KPP Pratama Bulukumba
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Watampone
Sulawesi 3. KP2KP Sinjai
Selatan, Barat, 4. KP2KP Watansoppeng
dan Tenggara 5. KP2KP Sengkang
6. KP2KP Enrekang
7. KP2KP Pinrang
- 12 -

KLASIFIKASI UNIT ESELON II


UNIT KERJA
WILAYAH ATAU UPT
8. KP2KP Sidrap
9. KP2KP Polewali
10. KP2KP Rumbia
12 Kantor
Wilayah DJP
1. KPP Pratama Kotamobagu
Sulawesi
2. KPP Pratama Poso
Utara, Tengah,
3. KPP Pratama Ternate
Gorontalo, dan
Maluku Utara
13 Kantor
Wilayah DJP KP2KP Soe
Nusa Tenggara
Klasifikasi 1 Kantor 1. KPP Pratama Subulussalam
Wilayah IV B Wilayah DJP 2. KP2KP Suka Makmur
Aceh 3. KP2KP Kutacane
2 Kantor 1. KPP Pratama Rantau Prapat
Wilayah DJP 2. KP2KP Dolok Sanggul
Sumatera 3. KP2KP Tarutung
Utara II 4. KP2KP Kota Pinang
3 Kantor
Wilayah DJP
Sumatera 1. KP2KP Pagar Alam
Selatan dan 2. KP2KP Empat Lawang

260
Kepulauan 3. KP2KP Tugumulyo
Bangka
Belitung
4 Kantor
Wilayah DJP
Sumatera KP2KP Sungai Penuh
Barat dan
Jambi
5 Kantor
Wilayah DJP KP2KP Selat Panjang
Riau
6 Kantor
Wilayah DJP
KP2KP Dabo Singkep
Kepulauan
Riau
7 Kantor
Wilayah DJP
KP2KP Sekadau
Kalimantan
Barat
8 Kantor 1. KPP Pratama Batulicin
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Tanjung
Kalimantan 3. KP2KP Sukamara
Selatan dan 4. KP2KP Amuntai
Tengah 5. KP2KP Tamiang Layang
6. KP2KP Paringin
9 Kantor
Wilayah DJP 1. KPP Pratama Majene
Sulawesi 2. KP2KP Mamasa
Selatan, Barat, 3. KP2KP Lasusua
dan Tenggara
10 Kantor
Wilayah DJP 1. KP2KP Tilamuta
Sulawesi 2. KP2KP Tidore
Utara, Tengah,
- 13 -

KLASIFIKASI UNIT ESELON II


UNIT KERJA
WILAYAH ATAU UPT
Gorontalo, dan
Maluku Utara
11 Kantor
1. KPP Pratama Ruteng
Wilayah DJP
2. KP2KP Labuan Bajo
Nusa Tenggara
Klasifikasi 1 Kantor 1. KPP Pratama Tapak Tuan
Wilayah V A Wilayah DJP 2. KP2KP Blangkejeran
Aceh 3. KP2KP Sinabang
4. KP2KP Aceh Singkil
5. KP2KP Sabang
6. KP2KP Takengon
7. KP2KP Rimba Raya
8. KP2KP Blangpidie
2 Kantor 1. KPP Pratama Sibolga
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Padang Sidempuan
Sumatera 3. KP2KP Pandan
Utara II 4. KP2KP Panyabungan
5. KP2KP Sibuhuan
3 Kantor
Wilayah DJP
Sumatera KP2KP Tua Pejat
Barat dan
Jambi

260
4 Kantor
Wilayah DJP 1. KPP Pratama Ketapang
Kalimantan 2. KPP Pratama Sintang
Barat
5 Kantor
Wilayah DJP
Kalimantan KP2KP Buntok
Selatan dan
Tengah
6 Kantor
Wilayah DJP
Kalimantan KP2KP Tanah Grogot
Timur dan
Utara
7 Kantor 1. KPP Pratama Palopo
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Mamuju
Sulawesi 3. KPP Pratama Baubau
Selatan, Barat, 4. KP2KP Masamba
dan Tenggara 5. KP2KP Makale
6. KP2KP Raha
8 Kantor
Wilayah DJP
Sulawesi 1. KP2KP Marissa
Utara, Tengah, 2. KP2KP Bungku
Gorontalo, dan
Maluku Utara
9 Kanwil DJP 1. KPP Pratama Sumbawa Besar
Nusa Tenggara 2. KPP Pratama Ende
3. KPP Pratama Maumere
4. KP2KP Taliwang
5. KP2KP Dompu
6. KP2KP Larantuka
7. KP2KP Bajawa
- 14 -

KLASIFIKASI UNIT ESELON II


UNIT KERJA
WILAYAH ATAU UPT
8. KP2KP Baa
9. KP2KP Kalabahi
10 Kantor
1. Kantor Wilayah DJP Papua, Papua
Wilayah DJP
Barat, dan Maluku
Papua, Papua
2. KPP Pratama Jayapura
Barat, dan
3. KPP Pratama Sorong
Maluku
Klasifikasi 1 Kantor
Wilayah V B Wilayah DJP
KP2KP Gunung Sitoli
Sumatera
Utara II
2 Kantor
Wilayah DJP
KP2KP Ranai
Kepulauan
Riau
3 Kantor
Wilayah DJP 1. KP2KP Putussibau
Kalimantan 2. KP2KP Nangapinoh
Barat
4 Kantor
Wilayah DJP 1. KPP Pratama Muara Teweh
Kalimantan 2. KP2KP Kota Baru
Selatan dan 3. KP2KP Puruk Cahu

260
Tengah
5 Kantor
1. KP2KP Nunukan
Wilayah DJP
2. KP2KP Tanjung Selor
Kalimantan
3. KP2KP Malinau
Timur dan
4. KP2KP Sendawar
Utara
6 Kantor
Wilayah DJP
1. KP2KP Benteng
Sulawesi
2. KP2KP Malili
Selatan, Barat,
dan Tenggara
7 Kantor 1. KPP Pratama Tahuna
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Toli Toli
Sulawesi 3. KPP Pratama Luwuk
Utara, Tengah,4. KPP Pratama Tobelo
Gorontalo, dan5. KP2KP Talaud
Maluku Utara 6. KP2KP Banggai
7. KP2KP Buol
8. KP2KP Maba
9. KP2KP Sanana
10. KP2KP Labuha
8 Kantor 1. KPP Pratama Raba Bima
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Waingapu
Nusa Tenggara 3. KP2KP Waikabubak
9 Kantor 1. KPP Pratama Merauke
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Manokwari
Papua, Papua 3. KPP Pratama Timika
Barat, dan 4. KPP Pratama Biak
Maluku 5. KP2KP Namlea
6. KP2KP Masohi
7. KP2KP Piru
8. KP2KP Bula
9. KP2KP Dobo
10. KP2KP Langgur
- 15 -

KLASIFIKASI UNIT ESELON II


UNIT KERJA
WILAYAH ATAU UPT
11. KP2KP Saumlaki
12. KP2KP Sarmi
13. KP2KP Wamena
14. KP2KP Bintuni
15. KP2KP Fakfak
16. KP2KP Teminabuan
17. KP2KP Kaimana
18. KP2KP Serui
19. KP2KP Nabire

260
II. PEMBAGIAN ZONA WILAYAH
Zona Wilayah ini hanya berlaku untuk mutasi di Jabatan Pelaksana, termasuk
untuk pengangkatan pelaksana menjadi Penelaah Keberatan atau Account
Representative.

A. Zona Wilayah 1
Adapun pembagian wilayah unit kerja DJP dalam Zona Wilayah 1 adalah
sebagai berikut:

Zona Wilayah Unit Kerja di wilayah:

Provinsi Aceh
Zona Wilayah 1
Provinsi Sumatera Utara

B. Zona Wilayah 2
Adapun pembagian wilayah unit kerja DJP dalam Zona Wilayah 2 adalah
sebagai berikut:

Zona Wilayah Unit Kerja di wilayah:

Provinsi Sumatera Barat


Provinsi Riau
Zona Wilayah 2
Provinsi Kepulauan Riau

260
Provinsi Jambi

C. Zona Wilayah 3
Adapun pembagian wilayah unit kerja DJP dalam Zona Wilayah 3 adalah
sebagai berikut:

Zona Wilayah Unit Kerja di wilayah:

Provinsi Sumatera Selatan


Provinsi Bangka Belitung
Zona Wilayah 3
Provinsi Bengkulu
Provinsi Lampung

D. Zona Wilayah 4
Adapun pembagian wilayah unit kerja DJP dalam Zona Wilayah 4 adalah
sebagai berikut:

Zona Wilayah Unit Kerja di wilayah:

Provinsi DKI Jakarta


Zona Wilayah 4 Provinsi Banten
Provinsi Jawa Barat
-- 17 - -

E. Zona Wilayah 5
Adapun pembagian wilayah unit kerja DJP dalam Zona Wilayah 5 adalah
sebagai berikut:

Zona Wilayah Unit Kerja di wilayah:

Provinsi Jawa Tengah


Zona Wilayah 5
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

F. Zona Wilayah 6
Adapun pembagian wilayah unit kerja DJP dalam Zona Wilayah 6 adalah
sebagai berikut:

Zona Wilayah Unit Kerja di wilayah:

Zona Wilayah 6 Provinsi Jawa Timur

G. Zona Wilayah 7
Adapun pembagian wilayah unit kerja DJP dalam Zona Wilayah 7 adalah
sebagai berikut:

260
Zona Wilayah Unit Kerja di wilayah:

Provinsi Kalimantan Barat


Provinsi Kalimantan Selatan
Zona Wilayah 7 Provinsi Kalimantan Tengah
Provinsi Kalimantan Timur
Provinsi Kalimantan Utara

H. Zona Wilayah 8
Adapun pembagian wilayah unit kerja DJP dalam Zona Wilayah 8 adalah
sebagai berikut:

Zona Wilayah Unit Kerja di wilayah:

Provinsi Bali
Zona Wilayah 8 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Provinsi Nusa Tenggara Timur
260

Anda mungkin juga menyukai