SALINAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER-25/PJ/2021
TENTANG
260
b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 54 ayat (2)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.01/2020
tentang Manajemen Karier di Lingkungan Kementerian
Keuangan, perlu dilakukan penyelarasan Manajemen Karier
di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak tentang Manajemen Karier di
Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5494);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 63, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6037) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
-2-
260
tentang Manajemen Talenta Kementerian Keuangan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1617);
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.01/2018
tentang Leaders Factory di Lingkungan Kementerian
Keuangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 1836);
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 216/PMK.01/2018
tentang Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia
di Lingkungan Kementerian Keuangan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1861);
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.01/2021
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 1031);
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.01/2020
tentang Manajemen Sumber Daya Manusia pada Unit Non
Eselon Kementerian Keuangan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 1155);
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.01/2020
tentang Manajemen Karier di Lingkungan Kementerian
Keuangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 1656);
-3-
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
1.
260 Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini yang dimaksud dengan:
Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai pegawai aparatur sipil negara
secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki Jabatan pemerintahan.
2. PNS Direktorat Jenderal Pajak yang selanjutnya disebut
PNS DJP adalah warga negara Indonesia yang memenuhi
syarat tertentu dan diangkat sebagai PNS secara tetap oleh
Menteri Keuangan untuk menduduki Jabatan
pemerintahan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.
3. Calon PNS Direktorat Jenderal Pajak yang selanjutnya
disebut CPNS DJP adalah warga negara Indonesia yang
dinyatakan lulus seleksi pengadaan PNS secara terbuka di
Kementerian Keuangan dan diangkat serta ditetapkan
sebagai calon pegawai negeri sipil di Direktorat Jenderal
Pajak oleh Menteri Keuangan setelah mendapat
-4-
260
tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS
dalam suatu satuan organisasi.
7. Jabatan Pimpinan Tinggi yang selanjutnya disingkat JPT
adalah sekelompok Jabatan tinggi pada instansi
pemerintahan.
8. Jabatan Administrasi yang selanjutnya disingkat JA
adalah sekelompok Jabatan yang berisi fungsi dan tugas
berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi
pemerintahan dan pembangunan.
9. Jabatan Fungsional yang selanjutnya disingkat JF adalah
sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan
dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada
keahlian dan keterampilan tertentu.
10. Unit Organisasi Non Eselon Kementerian Keuangan yang
selanjutnya disebut Unit non Eselon adalah unit
organisasi yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri Keuangan, dibentuk melalui peraturan
perundang-undangan dengan struktur organisasi tertentu
yang tidak memiliki eselonisasi, baik yang menerapkan
pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum maupun
-5-
260
15. Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur, dikembangkan untuk memimpin, dan/atau
mengelola unit organisasi.
16. Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman
berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal
agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan,
etika, nilai-nilai, moral, emosi, dan prinsip, yang harus
dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk
memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi, dan
Jabatan.
17. Kinerja PNS adalah hasil kerja yang dicapai oleh setiap
PNS pada organisasi/unit kerja sesuai dengan sasaran
kinerja PNS dan perilaku kerja.
18. Peta Jabatan adalah susunan nama dan tingkat JA, JF,
dan JPT yang tergambar dalam struktur unit organisasi
dari tingkat yang paling rendah sampai dengan yang
paling tinggi.
-6-
260
sipil negara yang berdasarkan pada kualifikasi,
kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan
tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna
kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan,
umur, atau kondisi kecacatan.
24. Manajemen Karier di Lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak yang selanjutnya disebut Manajemen Karier adalah
serangkaian pengelolaan sumber daya manusia yang
objektif, terencana, dan akuntabel untuk melaksanakan
pengembangan karier, pengembangan kompetensi, pola
karier, mutasi, dan promosi dengan menerapkan prinsip
Sistem Merit.
25. Sistem Informasi Sumber Daya Manusia yang selanjutnya
disebut Sistem Informasi SDM adalah sistem yang
menjalankan fungsi tata kelola PNS yang terdiri dari
sumber daya manusia, organisasi, prosedur/aturan dan
infrastruktur berbasis teknologi informasi secara terpadu
untuk menjalankan proses bisnis, serta menyimpan data
untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi proses
pengambilan keputusan di bidang kepegawaian serta
untuk tujuan lain sesuai ketentuan yang berlaku.
-7-
Pasal 2
Manajemen Karier bertujuan untuk:
a. menunjang pencapaian visi, misi, dan strategi Direktorat
Jenderal Pajak atau Kementerian Keuangan;
b. memberikan kejelasan dan kepastian karier;
c. menyeimbangkan antara kebutuhan organisasi dan
pengembangan karier PNS serta mendukung pelaksanaan
program Leaders Factory;
d. meningkatkan motivasi, kompetensi, dan Kinerja PNS;
260
e. mendorong peningkatan profesionalitas PNS; dan
f. meningkatkan objektivitas dan transparansi perencanaan
karier.
Pasal 3
Manajemen Karier meliputi pengembangan kompetensi,
pengembangan karier, pola karier, mutasi dan promosi, yang
dilaksanakan berdasarkan Sistem Merit.
Pasal 4
(1) Manajemen Karier digunakan sebagai pedoman bagi
pengelola kepegawaian dan PNS dalam melaksanakan
Manajemen Karier di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak.
(2) Manajemen Karier sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
a. pengusulan perencanaan untuk pengisian Jabatan
administrator dan JF Ahli Madya/setingkat;
b. perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan dan
evaluasi untuk pengisian Jabatan pengawas, JF Ahli
Muda/setingkat atau Jabatan yang lebih rendah, di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak;
-8-
BAB II
INFRASTRUKTUR MANAJEMEN KARIER
Pasal 5
(1) Pelaksanaan Manajemen Karier berdasarkan Sistem Merit
di Direktorat Jenderal Pajak dilakukan dengan
menggunakan infrastruktur Manajemen Karier di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.
260
(2) Infrastruktur Manajemen Karier sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. jenis Jabatan;
b. Rumpun Jabatan;
c. kelas kantor;
d. kategori Jabatan;
e. sistem penilaian kompetensi;
f. sistem manajemen kinerja;
g. Manajemen Talenta;
h. Zona Kerja;
i. Peta Jabatan;
j. Jabatan Target Karier;
k. rencana pengembangan karier individu;
l. Sistem Informasi SDM; dan/atau
m. infrastruktur lain sesuai kebutuhan organisasi.
-9-
Bagian Kesatu
Jenis Jabatan
Pasal 6
(1) Jenis Jabatan dalam Manajemen Karier di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (2) huruf a terdiri atas:
a. JA; dan
b. JF.
(2) Jenjang JA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri atas:
a. Jabatan administrator;
b. Jabatan pengawas; dan
c. Jabatan pelaksana.
(3) Kategori JF sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
terdiri atas:
260
a. JF kategori keahlian; dan
b. JF kategori keterampilan.
(4) Jenjang JF kategori keahlian sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a terdiri atas:
a. ahli utama;
b. ahli madya;
c. ahli muda; dan
d. ahli pertama.
(5) Jenjang JF kategori keterampilan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf b terdiri atas:
a. penyelia;
b. mahir;
c. terampil; dan
d. pemula.
(6) Selain Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), jenis
Jabatan dalam Manajemen Karier di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak dapat meliputi:
a. Jabatan pada unit JPT Madya lain di lingkungan
Kementerian Keuangan;
b. Jabatan pada Unit non Eselon di lingkungan
Kementerian Keuangan;
- 10 -
Pasal 7
(1) Persyaratan untuk dapat diangkat dalam Jabatan
administrator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(2) huruf a, sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan paling
rendah sarjana atau diploma IV;
c. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
d. memiliki pengalaman pada Jabatan pengawas paling
singkat 3 (tiga) tahun atau JF yang setingkat dengan
Jabatan pengawas sesuai dengan bidang tugas
260
Jabatan yang akan diduduki;
e. setiap unsur penilaian prestasi kerja paling sedikit
bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
f. memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial,
dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar
kompetensi yang dibuktikan berdasarkan hasil
evaluasi oleh Tim Penilai Kinerja atas hasil penilaian
kompetensi yang telah dilaksanakan berdasarkan
sistem penilaian kompetensi di lingkungan
Kementerian Keuangan;
g. sehat jasmani dan rohani; dan
h. persyaratan lain sesuai ketentuan yang berlaku
dan/atau pertimbangan Tim Penilai Kinerja
berdasarkan kebutuhan organisasi.
(2) Persyaratan pengangkatan dalam Jabatan administrator
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi
PNS yang mengikuti dan lulus sekolah kader dengan
predikat sangat memuaskan dan dilaksanakan
berdasarkan ketentuan dan/atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku secara nasional.
- 11 -
260
evaluasi oleh Tim Penilai Kinerja di Direktorat
Jenderal Pajak atas hasil penilaian kompetensi yang
telah dilaksanakan berdasarkan sistem penilaian
kompetensi di lingkungan Kementerian Keuangan;
g. sehat jasmani dan rohani; dan
h. persyaratan lain sesuai ketentuan yang berlaku
dan/atau pertimbangan Tim Penilai Kinerja
berdasarkan kebutuhan organisasi.
(4) Persyaratan untuk dapat diangkat dalam Jabatan
pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
huruf c, sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan paling
rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau yang
setara;
c. telah mengikuti dan lulus pelatihan terkait dengan
bidang tugas dan/atau lulus pendidikan dan
pelatihan terintegrasi;
d. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
- 12 -
Pasal 8
(1) Pengangkatan ke dalam JF kategori keahlian dan JF
kategori keterampilan dilakukan melalui pengangkatan:
a. pertama;
b. perpindahan dari Jabatan lain;
c. penyesuaian/inpassing; dan
d. promosi.
(2) Persyaratan untuk dapat diangkat dalam JF melalui
260
pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah paling rendah sarjana atau diploma IV
sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang
dibutuhkan dalam JF kategori keahlian;
e. berijazah paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas
atau yang setara sesuai dengan kualifikasi
pendidikan yang dibutuhkan dalam JF kategori
keterampilan;
f. nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam
1 (satu) tahun terakhir; dan
g. persyaratan lain sesuai ketentuan yang berlaku.
(3) Persyaratan untuk dapat diangkat dalam JF melalui
perpindahan dari Jabatan lain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
- 13 -
260
i. berusia paling tinggi:
1. 53 (lima puluh tiga) tahun bagi yang akan
menduduki JF kategori keterampilan;
2. 53 (lima puluh tiga) tahun bagi yang akan
menduduki JF ahli pertama dan ahli muda;
3. 55 (lima puluh lima) tahun bagi yang akan
menduduki JF ahli madya; dan
4. 60 (enam puluh) tahun bagi yang akan
menduduki JF ahli utama bagi Pegawai yang
telah menduduki JPT, dan
j. persyaratan lain sesuai ketentuan yang berlaku
dan/atau pertimbangan Tim Penilai Kinerja
berdasarkan kebutuhan organisasi.
(4) Persyaratan untuk dapat diangkat dalam JF melalui
penyesuaian/inpassing sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c, sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
- 14 -
260
a. penetapan JF baru;
b. perubahan ruang lingkup tugas JF; atau
c. kebutuhan mendesak sesuai prioritas strategis
nasional,
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Pengangkatan dalam JF melalui penyesuaian/inpassing
dalam hal JF baru ditetapkan sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) huruf a, berlaku bagi Pegawai yang telah
memiliki pengalaman dan/atau masih melaksanakan
tugas di bidang JF yang akan diduduki berdasarkan
keputusan PyB sesuai ketentuan yang berlaku.
(7) Persyaratan untuk dapat diangkat dalam JF melalui
promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
sebagai berikut:
a. mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis,
Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi Sosial
Kultural sesuai standar kompetensi yang telah
disusun oleh Unit JPT Madya Pembina;
b. nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam
2 (dua) tahun terakhir; dan
c. persyaratan lain sesuai ketentuan yang berlaku.
- 15 -
Pasal 9
(1) Pengangkatan dalam JF sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d harus
mempertimbangkan ketersediaan lowongan kebutuhan
untuk jenjang JF yang akan diduduki.
(2) Angka kredit untuk pengangkatan dalam JF melalui
perpindahan Jabatan, dinilai dan ditetapkan dari tugas
Jabatan dan pengalaman Jabatan dengan
mempertimbangkan pengalaman Jabatan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan mengenai JF.
(3) Angka kredit untuk pengangkatan JF melalui
penyesuaian/inpassing, dinilai dan ditetapkan
berdasarkan golongan ruang, jenjang pendidikan, dan
masa kepangkatan sesuai ketentuan perundang-
undangan mengenai JF.
260
(4) Angka kredit untuk pengangkatan dalam JF melalui
promosi, dinilai dan ditetapkan dari tugas Jabatan.
Pasal 10
Persyaratan untuk dapat diangkat dalam Jabatan pada Unit
non EseIon dan/atau Jabatan lain di luar Kementerian
Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6)
mengacu pada peraturan perundang-undangan dan/atau
ketentuan yang berlaku mengenai pengisian Jabatan
berkenaan.
Bagian Kedua
Rumpun Jabatan
Pasal 11
(1) Rumpun Jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (2) huruf b mengacu pada ketentuan yang mengatur
mengenai pemetaan jabatan dalam Rumpun Jabatan di
lingkungan Kementerian Keuangan.
(2) Rumpun Jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (2) huruf b terdiri dari Rumpun Jabatan Keuangan
- 16 -
Bagian Ketiga
Kelas Kantor
260
Pasal 12
Kelas Kantor sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (2)
huruf c merupakan penggolongan unit organisasi DJP
berdasarkan pertimbangan beban kerja, risiko kerja, dan/atau
pertimbangan lainnya, yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak.
Bagian Keempat
Kategori Jabatan
Pasal 13
(1) Kategori Jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (2) huruf d, terdiri atas:
a. kategori Jabatan pemula;
b. kategori Jabatan pengembangan; dan/atau
c. kategori Jabatan pemantapan;
(2) Kategori Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun untuk setiap jenjang dan Rumpun Jabatan pada
Jabatan Pengawas, JF Muda, atau Jabatan yang setingkat
atau lebih rendah, yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak.
- 17 -
260
Jabatan yang sama;
2. dapat digunakan untuk menambah pengalaman
Jabatan dan/atau pengembangan kapasitas pejabat
yang mendudukinya; dan
3. dapat diprioritaskan sebagai Jabatan Target Karier
mutasi untuk jalur karier reguler dan/atau promosi
untuk jalur karier cepat.
c. kategori Jabatan pemantapan, yaitu:
1. merupakan kelompok Jabatan dengan
mengutamakan kelas kantor, klasifikasi wilayah,
dan/atau peringkat Jabatan yang paling tinggi pada
satu jenjang dan Rumpun Jabatan yang sama;
2. dapat digunakan sebagai masa aktualisasi diri
pejabat yang mendudukinya; dan
3. dapat diprioritaskan sebagai Jabatan Target Karier
bagi PNS sebelum menduduki jenjang Jabatan yang
lebih tinggi.
(4) Kategori Jabatan digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menyusun rencana pengembangan karier.
- 18 -
Bagian Kelima
Sistem Penilaian Kompetensi
Pasal 14
(1) Sistem penilaian kompetensi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) huruf e mengacu pada ketentuan
mengenai penilaian kompetensi di lingkungan
Kementerian Keuangan.
(2) Kompetensi yang dinilai meliputi Kompetensi Teknis,
Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi Sosial Kultural.
(3) Hasil penilaian kompetensi yang diperoleh dalam sistem
penilaian kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat
260
(1), digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyusun rencana dan melaksanakan pengembangan
karier PNS DJP.
Bagian Keenam
Sistem Manajemen Kinerja
Pasal 15
(1) Sistem manajemen kinerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (2) huruf f mengacu pada ketentuan mengenai
pengelolaan kinerja di lingkungan Kementerian Keuangan.
(2) Hasil penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyusun rencana dan melaksanakan pengembangan
karier PNS DJP.
- 19 -
Bagian Ketujuh
Manajemen Talenta
Pasal 16
(1) Manajemen Talenta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (2) huruf g mengacu pada ketentuan mengenai
Manajemen Talenta di lingkungan Kementerian Keuangan.
(2) Manajemen Talenta sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan untuk melaksanakan pengembangan karier
PNS DJP.
Bagian Kedelapan
Zona Kerja
Pasal 17
(1) Zona Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
260
huruf h diklasifikasikan dalam Klasifikasi Wilayah bagi
Jabatan Pengawas dan JF serta Zona Wilayah bagi
Jabatan Pelaksana, sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Direktur Jenderal ini.
(2) Perubahan Zona Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Bagian Kesembilan
Peta Jabatan
Pasal 18
(1) Peta Jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(2) huruf i mengacu pada ketentuan mengenai Peta
Jabatan di lingkungan Kementerian Keuangan.
(2) Peta Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pengembangan karier PNS
DJP.
- 20 -
Bagian Kesepuluh
Jabatan Target Karier
Pasal 19
(1) Jabatan Target Karier sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 ayat (2) huruf j diperoleh dengan melakukan identifikasi
Jabatan dan/atau formasi, dengan memperhatikan:
a. Jabatan yang lowong karena pensiun, penugasan
lain, reorganisasi, atau pertimbangan lain oleh PPK
atau PyB;
b. Jabatan yang telah diduduki paling kurang 2 (dua)
tahun;
c. Rumpun Jabatan;
d. Jenis Jabatan;
e. Zona Kerja;
f. formasi untuk JF; dan/atau
260
g. formasi untuk Jabatan pelaksana.
(2) Hasil identifikasi Jabatan Target Karier sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), yaitu:
a. Jabatan target mutasi;
b. Jabatan target promosi; dan/atau
c. unit tujuan mutasi bagi Jabatan pelaksana.
(3) Jabatan Target Karier digunakan untuk melaksanakan
pengembangan karier PNS DJP.
Bagian Kesebelas
Rencana Pengembangan Karier Individu
Pasal 20
(1) Rencana pengembangan karier individu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf k merupakan
rencana pengembangan karier yang disusun sesuai
dengan potensi atau kompetensi dan aspirasi karier PNS
DJP.
(2) PNS DJP dapat merencanakan paling banyak 2 (dua)
pilihan alternatif rencana karier yang sesuai dengan
potensi/kompetensi dan aspirasi karier PNS DJP yang
- 21 -
260
penyusunan rencana pengembangan karier individu.
Bagian Keduabelas
Sistem Informasi SDM
Pasal 21
(1) Sistem Informasi SDM sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (2) huruf l memuat antara lain Profil PNS DJP
termutakhir yang dapat dipertanggungjawabkan dan
layanan kepegawaian, termasuk yang terkait dengan data
rencana pengembangan karier individu dengan mengacu
pada ketentuan mengenai pengelolaan sistem informasi
kepegawaian di lingkungan Kementerian Keuangan.
(2) Pemutakhiran Profil PNS DJP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan
setelah terdapat perubahan dan/atau penambahan data
kepegawaian.
(3) Sistem Informasi SDM yang berisi Profil PNS DJP
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam menyusun rencana dan
melaksanakan pengembangan karier PNS DJP.
- 22 -
BAB III
POLA KARIER
Pasal 22
(1) Pola karier merupakan skema yang berisi sekumpulan
norma/petunjuk yang perlu diperhatikan dalam
penempatan dan/atau pemindahan PNS sejak diangkat
pertama kali sebagai PNS DJP sampai dengan pensiun
dan/atau pemberhentian.
(2) Pola karier PNS DJP disusun dengan mempertimbangkan
Kategori Jabatan dan Rumpun Jabatan.
(3) Skema pola karier sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. tahapan karier;
b. bentuk pola karier; dan
c. jalur karier.
(1)
260 Pasal 23
Pola Karier PNS DJP selaras dengan klasifikasi kategori
Jabatan dari kategori Jabatan terendah hingga tertinggi,
sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (3).
(2) Perpindahan PNS DJP ke kategori Jabatan yang lebih
tinggi memperhatikan kompetensi pegawai serta kinerja
pegawai dengan distribusi predikat penilaian kinerja
minimal sesuai ekspektasi.
(3) Perpindahan PNS DJP ke kategori Jabatan yang lebih
rendah memperhatikan kompetensi pegawai serta kinerja
pegawai dengan distribusi predikat penilaian kinerja di
bawah ekspektasi.
(4) Kompetensi pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan (3) memperhatikan Kelas Kantor sebagaimana
dimaksud dalam pasal 12.
(5) Distribusi predikat penilaian kinerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan (3) berdasarkan ketentuan
yang mengatur mengenai penilaian kinerja Pegawai Negeri
Sipil.
- 23 -
Pasal 24
(1) PNS DJP dapat memulai karier pada Rumpun Jabatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (2).
(2) PNS DJP dapat berpindah antar Rumpun Jabatan dalam
Jenjang Jabatan yang sama.
(3) Perpindahan PNS DJP antar-Rumpun Jabatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memperhatikan
kesesuaian antara kompetensi PNS DJP dan persyaratan
Jabatan dengan pertimbangan Tim Penilai Kinerja.
(4) Perpindahan PNS DJP ke Jenjang Jabatan yang lebih
tinggi memperhatikan kesesuaian kompetensi dan
persyaratan Jabatan serta riwayat Rumpun Jabatan.
(1)
260 Bagian Kesatu
Tahapan Karier
Pasal 25
Tahapan karier sebagaimana dimaksud dalam pasal 22
ayat (3) huruf a meliputi:
a. masa percobaan, yaitu saat CPNS DJP belum
diangkat sebagai PNS DJP;
b. masa branding, yaitu masa 2 (dua) tahun setelah
CPNS DJP diangkat sebagai PNS DJP;
c. masa pengembangan karier, yaitu masa setelah PNS
DJP menyelesaikan masa branding sampai dengan
paling kurang 1 (satu) tahun menjelang batas usia
pensiun; dan
d. masa menjelang pensiun, yaitu masa paling kurang 1
(satu) tahun sebelum batas usia pensiun.
(2) Masa percobaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dilaksanakan sesuai ketentuan perundang-
undangan mengenai manajemen PNS dan ketentuan
mengenai orientasi pegawai di Kementerian Keuangan.
- 24 -
260
(5) Pelaksanaan masa branding disesuaikan dengan
kebutuhan organisasi dan mengacu pada ketentuan masa
branding pegawai Kementerian Keuangan.
(6) PNS DJP yang telah selesai menjalani masa branding dan
menyusun rencana pengembangan karier individu, dapat
dikembangkan kariernya melalui mutasi atau promosi.
(7) Masa pengembangan karier sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c dilaksanakan melalui mutasi, promosi,
dan/atau penugasan yang diberikan selama menjadi PNS
DJP.
(8) Dalam masa pengembangan karier sebagaimana
dimaksud pada ayat (7), berlaku ketentuan sebagai
berikut:
a. PNS DJP yang berada pada boks IX dapat diangkat
dalam Jabatan yang lebih tinggi dengan pola karier
berbentuk vertikal, diagonal, atau dalam Jabatan
pada Unit non Eselon dengan pola karier berbentuk
semi vertikal, melalui mekanisme Manajemen
Talenta; dan
b. PNS DJP yang berada pada boks VII, VIII, dan IX
dapat diprioritaskan mutasi ke Kategori Jabatan yang
- 25 -
Bagian Kedua
Bentuk Pola Karier
(1)
260
horizontal, yaitu
Pasal 26
Bentuk pola karier sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
ayat (3) huruf b meliputi:
a. perpindahan dari satu posisi
Jabatan ke posisi Jabatan lain yang setara, baik di
dalam satu kelompok maupun antarkelompok JA
atau JF;
b. vertikal, yaitu perpindahan dari satu posisi Jabatan
ke posisi Jabatan yang lain yang lebih tinggi, di dalam
satu kelompok JA atau JF; dan
c. diagonal, yaitu perpindahan dari satu posisi Jabatan
ke posisi Jabatan lain yang lebih tinggi
antarkelompok JA atau JF.
(2) Selain pola karier sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pola karier di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dapat
berbentuk:
a. semi horizontal, yaitu perpindahan Jabatan dari JA
atau JF ke posisi Jabatan pada Unit non Eselon yang
dianggap setingkat;
- 26 -
Bagian Ketiga
Jalur Karier
260
Pasal 27
(1) Jalur karier sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat
(3) huruf c terdiri atas:
a. jalur karier JA; dan
b. jalur karier JF.
(2) PNS DJP dapat mengembangkan kariernya sesuai jalur
karier sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan
kebutuhan organisasi dengan memperhatikan rencana
pengembangan karier individu.
(3) Selain jalur karier sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
PNS DJP dapat mengembangkan karier melalui
perpindahan antara jalur karier JA dengan jalur karier JF,
serta dapat melalui penugasan/penempatan pada Unit
non Eselon di Kementerian Keuangan.
(4) Dalam hal terdapat kebutuhan organisasi, PNS DJP dapat
mengikuti program jalur karier cepat untuk
mengembangkan karier dan mencapai posisi yang lebih
tinggi dalam jangka waktu yang lebih singkat untuk
masing-masing jalur karier sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dengan tetap berpedoman pada ketentuan
peraturan perundang-undangan.
- 27 -
BAB IV
PENGEMBANGAN KARIER
Pasal 28
(1) Pengembangan karier bagi PNS DJP dilakukan melalui:
a. Mutasi;
b. promosi; dan/atau
c. penugasan di luar Direktorat Jenderal Pajak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(2) Bagi PNS DJP dapat diberikan pengembangan karier lain
dalam JF, yang meliputi:
a. pengangkatan pertama;
260
b. perpindahan dari Jabatan lain;
c. penyesuaian/inpassing;
d. kenaikan jenjang JF satu tingkat lebih tinggi setelah
memenuhi angka kredit yang dipersyaratkan; dan
e. pengangkatan kembali.
Pasal 29
Pelaksanaan mutasi dan/atau promosi di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak dilaksanakan sekurang-kurangnya
satu kali dalam satu tahun kalender.
Bagian Kesatu
Mutasi
Paragraf 1
Umum
Pasal 30
(1) Mutasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1)
huruf a meliputi:
a. Mutasi Jabatan Administrator;
b. Mutasi Jabatan Pengawas;
- 28 -
260
Disiplin;
f. rencana pengembangan karier individu;
g. Zona Kerja;
h. Kelas Kantor;
i. waktu pelaksanaan mutasi;
j. periode penilaian kinerja pegawai; dan/atau
k. persyaratan lain yang ditentukan oleh Direktur
Jenderal.
(5) Komposisi kebutuhan pegawai sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) huruf a adalah berdasarkan ketentuan yang
mengatur mengenai formasi pegawai di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak.
(6) Tata cara pengajuan permohonan mutasi atas permintaan
sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku mengenai
mutasi atas permintaan sendiri.
Pasal 31
Mutasi dengan bentuk semi horizontal dilaksanakan sesuai
peraturan perundang-undangan dan/atau ketentuan yang
- 29 -
Paragraf 2
Mutasi Jabatan Administrator
Pasal 32
Mutasi bagi Jabatan administrator di Direktorat Jenderal Pajak
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Direktorat Jenderal Pajak menyampaikan usulan mutasi
kepada Sekretariat Jenderal;
b. Mutasi Jabatan Administrator ditetapkan oleh Sekretaris
Jenderal untuk dan atas nama Menteri Keuangan;
c. Pelantikan dilakukan oleh Direktur Jenderal atau Sekretaris
Jenderal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
260 Paragraf 3
Mutasi Jabatan Pengawas
Pasal 33
(1) Mutasi dalam Jabatan Pengawas dilakukan apabila
Pejabat Pengawas telah menduduki jabatan atau
penugasan paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 5
(lima) tahun, sesuai kebutuhan organisasi dan ketentuan
yang berlaku.
(2) Persyaratan paling singkat 2 (dua) tahun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan untuk unit kerja di
Klasifikasi Wilayah V sebagaimana diatur dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Direktur Jenderal ini, dengan memperhatikan kinerja dan
kompetensi pegawai.
(3) Mutasi bagi Jabatan Pengawas dapat mensyaratkan hasil
rekam jejak, termasuk rekam jejak digital (digital footprint)
dan integritas.
(4) Mutasi bagi Jabatan Pengawas dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
- 30 -
Paragraf 4
Mutasi Jabatan Fungsional
Pasal 34
260
(1) Mutasi JF dilakukan apabila Pejabat Fungsional telah
menjalani penugasan di unit kerja paling singkat 2 (dua)
tahun dan paling lama 5 (lima) tahun, sesuai kebutuhan
organisasi dan ketentuan yang berlaku.
(2) Persyaratan paling singkat 2 (dua) tahun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan untuk unit kerja di
Klasifikasi Wilayah V sebagaimana diatur dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Direktur Jenderal ini, dengan memperhatikan kinerja dan
kompetensi pegawai.
(3) Mutasi bagi JF dilakukan dengan memperhatikan
ketersediaan formasi Jabatan.
(4) Mutasi JF dapat dilakukan melalui perpindahan dari
Jabatan lain dan penyesuaian/inpassing.
(5) Mutasi dalam Jabatan Fungsional dapat mensyaratkan
hasil rekam jejak, termasuk rekam jejak digital (digital
footprint) dan integritas sesuai ketentuan yang berlaku.
(6) Mutasi bagi Jabatan Fungsional dilaksanakan:
a. antar unit kerja dalam Direktorat Jenderal Pajak,
dengan ketentuan sebagai berikut:
- 31 -
260
ketentuan sebagai berikut:
1. Fungsional yang dapat dipindahkan adalah JF
Kategori Keterampilan dan Kategori Keahlian
Jenjang Pertama dan Muda;
2. mutasi ditetapkan dengan Keputusan Kepala Kantor
Wilayah untuk dan atas nama Direktur Jenderal
Pajak, setelah berkoordinasi dengan Sekretaris
Direktorat Jenderal Pajak cq. Kepala Bagian Mutasi
dan Kepangkatan dan Direktorat pengampu;
3. pelantikan dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah
atau pejabat yang diberikan pelimpahan
kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Paragraf 5
Mutasi Jabatan Pelaksana
Pasal 35
(1) Mutasi dalam Jabatan Pelaksana dapat dilakukan apabila
pegawai telah menjalani penugasan di unit kerja atau Zona
Wilayah paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 5
- 32 -
Pasal 36
(1) Mutasi Internal Unit Kerja sebagaimana dimaksud dalam
pasal 35 ayat (2) huruf a meliputi:
a. Mutasi antar unit JA Pengawas dalam unit JA
Administrator; dan
b. Mutasi antar Bagian/Subdirektorat/Bidang dalam
260
unit JPT Pratama.
(2) Mutasi Internal Unit Kerja dapat dilakukan sewaktu-
waktu dengan memperhatikan periode penilaian kinerja
sesuai kewenangan Kepala Unit Kerja.
(3) Mutasi Internal Unit Kerja ditetapkan oleh Kepala Unit
Kerja dengan memperhatikan kinerja dan kompetensi
pegawai.
Pasal 37
(1) Mutasi Internal Kanwil sebagaimana dimaksud dalam
pasal 35 ayat (2) huruf b meliputi:
a. Mutasi antar Kantor Pelayanan Pajak dalam Kantor
Wilayah yang sama;
b. Mutasi dari Kantor Wilayah ke Kantor Pelayanan Pajak
di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak yang sama atau sebaliknya.
(2) Penetapan dalam rangka Mutasi Internal Kanwil adalah
sebagai berikut:
a. Mutasi Internal Kanwil ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Kantor Wilayah setelah berkoordinasi dengan
Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak cq. Kepala Bagian
Mutasi dan Kepangkatan.
- 33 -
Pasal 38
(1) Mutasi Antar Unit JPT Pratama sebagaimana dimaksud
dalam pasal 35 ayat (2) huruf c meliputi mutasi dalam
Zona Wilayah atau mutasi antar Zona Wilayah.
(2) Zona Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
260
Direktur Jenderal ini.
(3) Mutasi Antar Unit JPT Pratama dilakukan secara selektif
dengan mempertimbangkan:
a. kebutuhan pemenuhan formasi pegawai pada Zona
Wilayah yang membutuhkan;
b. kualifikasi, kompetensi dan kinerja pegawai;
c. jangka waktu pegawai berada pada suatu Zona
Wilayah;
d. masa kerja; dan
e. pertimbangan lain sesuai dengan kebutuhan
organisasi.
(4) Mutasi Antar Unit JPT Pratama dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal melakukan telaah
terhadap usulan mutasi dan/atau analisis kebutuhan
organisasi sebagai bahan sidang Tim Penilai Kinerja;
b. Tim Penilai Kinerja memberikan pertimbangan atas
pelaksana yang diusulkan mutasi; dan
c. Mutasi Antar Unit JPT Pratama ditetapkan dengan
keputusan Sekretaris Direktorat Jenderal.
- 34 -
Paragraf 6
Ketentuan Lain Mutasi
Pasal 39
Mutasi dapat dilakukan di luar ketentuan jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam pasal 33, 34, dan 35, dalam
rangka kebutuhan organisasi dan pertimbangan
kemanusiaan.
Paragraf 7
Penempatan Pertama
Pasal 40
(1) Persyaratan administratif penempatan pertama adalah
sebagai berikut:
a. pegawai telah berstatus sebagai Calon Pegawai Negeri
260
Sipil atau Pegawai Negeri Sipil; dan
b. telah diterbitkan keputusan pengangkatan atau
pemindahan atas pegawai dan telah diterima oleh
Direktorat Jenderal Pajak.
(2) Unit kerja tujuan penempatan pertama pegawai
diutamakan untuk mengisi kebutuhan pegawai pada unit
kerja yang termasuk dalam kategori jabatan pemula atau
pengembangan, sesuai dengan formasi pegawai per unit
kerja berdasarkan ketentuan yang mengatur mengenai
formasi pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.
(3) Parameter dalam melakukan penempatan pertama
pegawai dengan memperhatikan antara lain:
a. nilai akademis dan/atau hasil seleksi penerimaan
PNS;
b. maksud dari tujuan rekrutmen pegawai;
c. potensi dan/atau kompetensi pegawai; dan/atau
d. kualifikasi dan tingkat pendidikan.
- 35 -
Paragraf 8
Pengangkatan Kembali Setelah Menjalani Tugas Belajar
Pasal 41
(1) Pegawai yang telah selesai menjalani masa tugas belajar
diangkat kembali dalam jabatan setingkat dengan
jabatan terakhir dengan memperhatikan formasi yang
tersedia, kebutuhan organisasi, dan ketentuan yang
berlaku.
(2) Penempatan kembali pegawai yang telah selesai
menjalani masa Tugas Belajar adalah:
a. diutamakan untuk mengisi kebutuhan pegawai pada
unit kerja sesuai dengan kompetensi dan/atau
bidang atau jurusan pendidikan yang diambil bagi
pegawai Tugas Belajar yang lulus program Tugas
Belajar, dengan memperhatikan kinerja pegawai
260
selama masa tugas belajar;
b. diutamakan untuk mengisi formasi pada unit kerja
yang termasuk dalam kategori jabatan pemula atau
pengembangan bagi pegawai Tugas Belajar yang
tidak lulus program Tugas Belajar, dengan
memperhatikan kinerja pegawai selama masa tugas
belajar;
c. mempertimbangkan Rumpun Jabatan, unit kerja
sebelum tugas belajar dan riwayat jabatan dari
pegawai;
d. mempertimbangkan formasi unit kerja; dan
e. mempertimbangkan kebutuhan organisasi.
Bagian Kedua
Promosi
Pasal 42
(1) Promosi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1)
huruf b merupakan bentuk pola karier yang dapat
berbentuk vertikal, diagonal, atau semi vertikal.
- 36 -
260
c. Kategori Jabatan;
d. posisi dalam boks pemetaan PNS dan/atau nilai
kompetensi dan Kinerja PNS;
e. riwayat penjatuhan sanksi kode etik dan Hukuman
Disiplin;
f. rencana pengembangan karier individu;
g. Zona Kerja;
h. waktu pelaksanaan promosi;
i. Kelas kantor;
j. Rumpun Jabatan; dan/atau
k. persyaratan lain yang ditentukan oleh Direktur
Jenderal Pajak.
(4) Calon Talent untuk promosi diprioritaskan berasal dari
pegawai pada Kategori Jabatan pemantapan.
(5) Jabatan-jabatan pada Kategori Jabatan pemula
diprioritaskan untuk menjadi Jabatan Target Karier bagi
pegawai promosi.
(6) Promosi dalam lingkungan DJP memperhatikan
kesesuaian kompetensi pegawai dengan persyaratan
jabatan, dan keselarasan antara Rumpun Jabatan tujuan
promosi dengan riwayat Rumpun Jabatan pegawai.
- 37 -
Paragraf 1
Promosi Jabatan Administrator dan Pengawas
Pasal 43
(1) Promosi untuk pengisian Jabatan administrator
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Direktorat Jenderal Pajak mengusulkan Talent sesuai
mekanisme Manajemen Talenta kepada Sekretariat
Jenderal;
b. pengangkatan/promosi ditetapkan oleh Sekretaris
Jenderal untuk dan atas nama Menteri Keuangan;
260
dan
c. pelantikan dilaksanakan oleh Direktur Jenderal
Pajak atau Sekretaris Jenderal sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Promosi untuk pengisian Jabatan pengawas dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Direktorat Jenderal Pajak melakukan pengisian
Jabatan dengan Manajemen Talenta sebagai bahan
sidang Tim Penilai Kinerja unit;
b. Tim Penilai Kinerja unit memberikan pertimbangan
atas Talent yang diusulkan promosi kepada Direktur
Jenderal Pajak; dan
c. penetapan pengangkatan atau promosi dan
pelantikan dilaksanakan oleh Direktur Jenderal
Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Promosi dalam Jabatan administrator dan Jabatan
pengawas harus mensyaratkan hasil rekam jejak,
termasuk rekam jejak digital (digital footprint) dan
integritas.
- 38 -
Pasal 44
(1) Promosi yang ditujukan untuk pengisian JA melalui pola
karier yang berbentuk diagonal, dapat dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. PNS DJP yang menduduki JF ahli muda dapat
dipromosikan ke Jabatan Administrator; dan
b. PNS DJP yang menduduki JF ahli pertama dan JF
penyelia dapat dipromosikan dalam Jabatan
Pengawas,
dengan tetap memperhatikan syarat dan ketentuan yang
berlaku.
(2) Promosi ke dalam Jabatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
(3) Pelantikan atas penetapan pengangkatan atau promosi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak atau pejabat yang diberikan
260
pelimpahan kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Paragraf 2
Promosi Jabatan Fungsional
Pasal 45
(1) Promosi yang ditujukan untuk pengisian JF, meliputi:
a. pengangkatan dalam JF; dan
b. kenaikan jenjang Jabatan satu tingkat lebih tinggi.
(2) Pengangkatan dalam JF sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dilakukan dalam Rumpun Jabatan yang sama
untuk yang belum menduduki JF ke JF yang lebih tinggi,
dan dapat berasal dari:
a. PNS DJP yang menduduki JA; dan/atau
b. PNS DJP yang sebelumnya ditugaskan pada unit
eselon I di luar Direktorat Jenderal Pajak.
(3) Kenaikan jenjang Jabatan satu tingkat lebih tinggi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
untuk pejabat fungsional dalam satu kategori JF ke
jenjang JF yang lebih tinggi, dengan kriteria di antaranya
- 39 -
260
perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Tata Cara Pengembangan Karier Lain dalam JF
Pasal 46
Pelaksanaan pengembangan karier lain dalam JF berupa
pengangkatan pertama, kenaikan jenjang JF satu tingkat lebih
tinggi setelah memenuhi angka kredit yang dipersyaratkan, dan
pengangkatan kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
ayat (2) huruf a, huruf d, dan huruf e, dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. penetapan atas pengangkatan untuk JF ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak, untuk kenaikan jenjang JF satu
tingkat lebih tinggi setelah memenuhi angka kredit yang
dipersyaratkan dan pengangkatan kembali bagi JF
kategori keahlian yang meliputi jenjang ahli muda dan ahli
pertama serta bagi JF kategori keterampilan;
b. dalam hal diperlukan, Direktur Jenderal Pajak dapat
memberikan kuasa kepada pejabat di bawahnya untuk
- 40 -
Bagian Keempat
Ketentuan Lain Pelantikan
Pasal 47
(1) Pejabat Pengawas dan Pejabat Fungsional Keahlian
jenjang Muda dan Pertama serta Pejabat Fungsional
Keterampilan, yang tidak mengikuti pelantikan dalam
rangka mutasi atau promosi dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari kerja dari tanggal penetapan tanpa alasan
260
yang sah, ditetapkan sebagai pelaksana pada unit kerja
tujuan penempatan.
(2) Alasan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah:
a. Kesehatan pegawai yang dapat dibuktikan dengan
Surat Keterangan dari dokter pemerintah bahwa
pegawai tidak dapat menghadiri pelantikan;
b. Cuti karena alasan keagamaan; atau
c. Alasan lain yang dapat diterima oleh Direktur Jenderal
Pajak atau pejabat yang diberikan pelimpahan
kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Bagian Kelima
Tim Penilai Kinerja
Pasal 48
(1) Tim Penilai Kinerja di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak dibentuk dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak dan terdiri atas:
a. Direktur Jenderal;
260
-1-
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR 25/PJ/2021 TENTANG MANAJEMEN
KARIER DI LINGKUNGAN DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK
260
-2-
260
15. Direktorat Teknologi Informasi dan
Komunikasi
16. Pusat Pengolahan Data dan Dokumen
Perpajakan
17. Kantor Layanan Informasi dan
Pengaduan Direktorat Jenderal Pajak
2 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat
Wilayah DJP 2. KPP Madya Jakarta Pusat
Jakarta Pusat 3. KPP Madya Dua Jakarta Pusat
4. KPP Pratama Jakarta Gambir Satu
5. KPP Pratama Jakarta Gambir Dua
6. KPP Pratama Jakarta Gambir Tiga
7. KPP Pratama Jakarta Sawah Besar Satu
8. KPP Pratama Jakarta Sawah Besar Dua
9. KPP Pratama Jakarta Kemayoran
10. KPP Pratama Jakarta Cempaka Putih
11. KPP Pratama Jakarta Menteng Satu
12. KPP Pratama Jakarta Menteng Dua
13. KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga
14. KPP Pratama Jakarta Senen
15. KPP Pratama Jakarta Tanah Abang
Satu
16. KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua
17. KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga
3 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jakarta Barat
Wilayah DJP 2. KPP Madya Jakarta Barat
Jakarta Barat 3. KPP Madya Dua Jakarta Barat
4. KPP Pratama Jakarta Palmerah
5. KPP Pratama Jakarta Grogol
Petamburan
6. KPP Pratama Jakarta Tambora
7. KPP Pratama Jakarta Cengkareng
8. KPP Pratama Jakarta Kalideres
-3-
260
10. KPP Pratama Jakarta Cakung
6 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jakarta Utara
Wilayah DJP 2. KPP Madya Jakarta Utara
Jakarta Utara 3. KPP Madya Dua Jakarta Utara
4. KPP Pratama Jakarta Penjaringan
5. KPP Pratama Jakarta Pademangan
6. KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok
7. KPP Pratama Jakarta Koja
8. KPP Pratama Jakarta Kelapa Gading
9. KPP Pratama Jakarta Pluit
10. KP2KP Kepulauan Seribu
7 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jakarta Selatan II
Wilayah DJP 2. KPP Madya Jakarta Selatan II
Jakarta 3. KPP Madya Dua Jakarta Selatan II
Selatan II 4. KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru
Satu
5. KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru
Dua
6. KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama
7. KPP Pratama Jakarta Pesanggrahan
8. KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu
9. KPP Pratama Jakarta Cilandak
10. KPP Pratama Jakarta Jagakarsa
8 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus
Wilayah DJP 2. KPP Penanaman Modal Asing Satu
Jakarta 3. KPP Penanaman Modal Asing Dua
Khusus 4. KPP Penanaman Modal Asing Tiga
5. KPP Penanaman Modal Asing Empat
6. KPP Penanaman Modal Asing Lima
7. KPP Penanaman Modal Asing Enam
8. KPP Perusahaan Masuk Bursa
9. KPP Badan dan Orang Asing
10. KPP Minyak dan Gas Bumi
-4-
260
6. KPP Pratama Bandung Cicadas
7. KPP Pratama Bandung Tegallega
8. KPP Pratama Cianjur
9. KPP Pratama Cimahi
10. KPP Pratama Purwakarta
11. KPP Pratama Soreang
12. KPP Pratama Majalaya
13. KPP Pratama Sukabumi
14. KPP Pratama Sumedang
3 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jawa Barat II
Wilayah DJP 2. KPP Madya Bekasi
Jawa Barat II 3. KPP Madya Karawang
4. KPP Pratama Cibitung
5. KPP Pratama Cikarang Selatan
6. KPP Pratama Cikarang Utara
7. KPP Pratama Kuningan
8. KPP Pratama Subang
9. KPP Pratama Cirebon Satu
10. KPP Pratama Cirebon Dua
11. KPP Pratama Karawang
12. KP2KP Majalengka
4 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jawa Barat III
Wilayah DJP 2. KPP Madya Bogor
Jawa Barat III 3. KPP Madya Kota Bekasi
4. KPP Pratama Pondok Gede
5. KPP Pratama Bekasi Barat
6. KPP Pratama Bekasi Utara
7. KPP Pratama Depok Sawangan
8. KPP Pratama Depok Cimanggis
9. KPP Pratama Cibinong
10. KPP Pratama Ciawi
11. KPP Pratama Cileungsi
12. KPP Pratama Bogor
-5-
260
5. KPP Pratama Boyolali
6. KPP Pratama Klaten
7. KPP Pratama Karanganyar
8. KPP Pratama Sukoharjo
9. KPP Pratama Magelang
10. KP2KP Muntilan
11. KP2KP Sragen
7 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Daerah Istimewa
Wilayah DJP Yogyakarta
Daerah 2. KPP Pratama Sleman
Istimewa 3. KPP Pratama Yogyakarta
Yogyakarta 4. KPP Pratama Wates
5. KPP Pratama Bantul
8 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I
Wilayah DJP 2. KPP Madya Surabaya
Jawa Timur I 3. KPP Madya Dua Surabaya
4. KPP Pratama Surabaya Genteng
5. KPP Pratama Surabaya Gubeng
6. KPP Pratama Surabaya Krembangan
7. KPP Pratama Surabaya Pabean
Cantikan
8. KPP Pratama Surabaya Rungkut
9. KPP Pratama Surabaya Sawahan
10. KPP Pratama Surabaya Mulyorejo
11. KPP Pratama Surabaya Sukomanunggal
12. KPP Pratama Surabaya Tegalsari
13. KPP Pratama Surabaya Wonocolo
14. KPP Pratama Surabaya Karangpilang
9 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Jawa Timur II
Wilayah DJP 2. KPP Madya Sidoarjo
Jawa Timur II 3. KPP Madya Gresik
4. KPP Pratama Bojonegoro
5. KPP Pratama Lamongan
6. KPP Pratama Madiun
-6-
260
11 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Bali
Wilayah DJP 2. KPP Madya Denpasar
Bali 3. KPP Pratama Badung Selatan
4. KPP Pratama Badung Utara
5. KPP Pratama Denpasar Barat
6. KPP Pratama Denpasar Timur
Klasifikasi 1 Kantor
Wilayah II B Wilayah DJP KPP Pratama Pandeglang
Banten
2 Kantor 1. KPP Pratama Ciamis
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Tasikmalaya
Jawa Barat I 3. KPP Pratama Garut
4. KP2KP Pelabuhan Ratu
5. KP2KP Banjar
3 Kantor
Wilayah DJP KPP Pratama Indramayu
Jawa Barat II
4 Kantor 1. KPP Pratama Blora
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Jepara
Jawa Tengah I 3. KP2KP Rembang
4. KP2KP Bumiayu
5 Kantor 1. KPP Pratama Purbalingga
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Temanggung
Jawa Tengah 3. KPP Pratama Cilacap
II 4. KPP Pratama Kebumen
5. KP2KP Wonogiri
6. KP2KP Banjarnegara
7. KP2KP Wonosobo
8. KP2KP Majenang
6 Kantor
Wilayah DJP
Daerah KPP Pratama Wonosari
Istimewa
Yogyakarta
-7-
260
7. KP2KP Negara
Klasifikasi 1 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Aceh
Wilayah III A Wilayah DJP 2. KPP Pratama Banda Aceh
Aceh 3. KPP Pratama Aceh Besar
2 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Sumatera Utara I
Wilayah DJP 2. KPP Madya Medan
Sumatera 3. KPP Madya Dua Medan
Utara I 4. KPP Pratama Binjai
5. KPP Pratama Medan Barat
6. KPP Pratama Medan Belawan
7. KPP Pratama Medan Petisah
8. KPP Pratama Medan Polonia
9. KPP Pratama Medan Timur
10. KPP Pratama Lubuk Pakam
3 Kantor
Wilayah DJP
KPP Pratama Tebing Tinggi
Sumatera
Utara II
4 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Sumatera Selatan
Wilayah DJP dan Kepulauan Bangka Belitung
Sumatera 2. KPP Madya Palembang
Selatan dan 3. KPP Pratama Palembang Ilir Barat
Kepulauan 4. KPP Pratama Palembang Ilir Timur
Bangka 5. KPP Pratama Palembang Seberang Ulu
Belitung 6. KPP Pratama Kayu Agung
7. KPP Pratama Pangkal Pinang
8. KPP Pratama Bangka
9. KP2KP Sungai Liat
10. KP2KP Koba
11. KP2KP Indralaya
12. KP2KP Pangkalan Balai
5 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Bengkulu dan
Wilayah DJP Lampung
2. KPP Madya Bandar Lampung
-8-
260
Data dan Kantor Pengolahan Data dan Dokumen
Dokumen Perpajakan Jambi
Perpajakan
Jambi
8 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Riau
Wilayah DJP 2. KPP Madya Pekanbaru
Riau 3. KPP Pratama Pekanbaru Senapelan
4. KPP Pratama Pekanbaru Tampan
5. KPP Pratama Bengkalis
6. KPP Pratama Bangkinang
7. KPP Pratama Pangkalan Kerinci
9 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Kepulauan Riau
Wilayah DJP 2. KPP Madya Batam
Kepulauan 3. KPP Pratama Tanjung Pinang
Riau 4. KPP Pratama Batam Utara
5. KPP Pratama Batam Selatan
10 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Kalimantan Barat
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Kubu Raya
Kalimantan 3. KPP Pratama Pontianak Barat
Barat 4. KPP Pratama Pontianak Timur
11 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Kalimantan
Wilayah DJP Selatan dan Tengah
Kalimantan 2. KPP Madya Banjarmasin
Selatan dan 3. KPP Pratama Banjarbaru
Tengah 4. KPP Pratama Palangkaraya
5. KPP Pratama Sampit
6. KPP Pratama Banjarmasin
7. KP2KP Martapura
8. KP2KP Kuala Kapuas
12 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Kalimantan Timur
Wilayah DJP dan Utara
Kalimantan 2. KPP Madya Balikpapan
Timur dan 3. KPP Pratama Penajam
Utara 4. KPP Pratama Tenggarong
-9-
260
Utara, Tengah,
3. KPP Pratama Palu
Gorontalo, dan
4. KP2KP Banawa
Maluku Utara
16 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Nusa Tenggara
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Mataram Timur
Nusa Tenggara 3. KPP Pratama Mataram Barat
4. KPP Pratama Praya
5. KPP Pratama Atambua
6. KPP Pratama Kupang
7. KP2KP Gerung
8. KP2KP Selong
Klasifikasi 1 Kantor
Wilayah III B Wilayah DJP KP2KP Sigli
Aceh
2 Kantor 1. Kantor Wilayah DJP Sumatera Utara II
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Pematang Siantar
Sumatera 3. KPP Pratama Kabanjahe
Utara II 4. KPP Pratama Kisaran
5. KP2KP Perdagangan
3 Kantor 1. KPP Pratama Baturaja
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Prabumulih
Sumatera 3. KPP Pratama Sekayu
Selatan dan 4. KPP Pratama Tanjung Pandan
Kepulauan 5. KP2KP Manggar
Bangka 6. KP2KP Muntok
Belitung 7. KP2KP Toboali
8. KP2KP Ogan Komering Ulu Timur
9. KP2KP Muara Enim
4 Kantor 1. KPP Pratama Curup
Wilayah DJP 2. KP2KP Sukadana
Bengkulu dan 3. KP2KP Baradatu
Lampung 4. KP2KP Manna
5 Kantor 1. KPP Pratama Bukittinggi
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Payakumbuh
- 10 -
260
9 Kantor 1. KPP Pratama Pangkalanbun
Wilayah DJP 2. KP2KP Pelaihari
Kalimantan 3. KP2KP Rantau
Selatan dan 4. KP2KP Kandangan
Tengah 5. KP2KP Pulang Pisau
6. KP2KP Kasongan
7. KP2KP Marabahan
10 Kantor
Wilayah DJP
1. KPP Pratama Tarakan
Kalimantan
2. KPP Pratama Tanjung Redeb
Timur dan
Utara
11 Kantor 1. KPP Pratama Bantaeng
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Parepare
Sulawesi 3. KP2KP Bontosunggu
Selatan, Barat,4. KP2KP Takalar
dan Tenggara 5. KP2KP Pangkajene
6. KP2KP Pasangkayu
7. KP2KP Unaaha
12 Kantor 1. KPP Pratama Bitung
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Gorontalo
Sulawesi 3. KP2KP Tondano
Utara, Tengah, 4. KP2KP Tomohon
Gorontalo, dan 5. KP2KP Limboto
Maluku Utara 6. KP2KP Amurang
7. KP2KP Parigi
13 Kantor
Wilayah DJP
Papua, Papua KPP Pratama Ambon
Barat, dan
Maluku
Klasifikasi 1 Kantor 1. KPP Pratama Bireuen
Wilayah IV A Wilayah DJP 2. KPP Pratama Langsa
Aceh 3. KPP Pratama Lhokseumawe
- 11 -
260
Jambi 5. KP2KP Kotabaru
6. KP2KP Padang Aro
7. KP2KP Sarolangun
8. KP2KP Rimbo Bujang
9. KP2KP Muara Tebo
6 Kantor
1. KP2KP Bagansiapiapi
Wilayah DJP
2. KP2KP Tembilahan
Riau
7 Kantor
Wilayah DJP 1. KPP Pratama Tanjung Balai Karimun
Kepulauan 2. KP2KP Tanjung Batu
Riau
8 Kantor 1. KPP Pratama Sanggau
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Singkawang
Kalimantan 3. KP2KP Ngabang
Barat 4. KP2KP Bengkayang
5. KP2KP Sambas
9 Kantor
1. KPP Pratama Barabai
Wilayah DJP
2. KP2KP Kuala Kurun
Kalimantan
3. KP2KP Nanga Bulik
Selatan dan
4. KP2KP Kuala Pembuang
Tengah
10 Kantor
Wilayah DJP
1. KPP Pratama Bontang
Kalimantan
2. KP2KP Sangatta
Timur dan
Utara
11 Kantor 1. KPP Pratama Bulukumba
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Watampone
Sulawesi 3. KP2KP Sinjai
Selatan, Barat, 4. KP2KP Watansoppeng
dan Tenggara 5. KP2KP Sengkang
6. KP2KP Enrekang
7. KP2KP Pinrang
- 12 -
260
Kepulauan 3. KP2KP Tugumulyo
Bangka
Belitung
4 Kantor
Wilayah DJP
Sumatera KP2KP Sungai Penuh
Barat dan
Jambi
5 Kantor
Wilayah DJP KP2KP Selat Panjang
Riau
6 Kantor
Wilayah DJP
KP2KP Dabo Singkep
Kepulauan
Riau
7 Kantor
Wilayah DJP
KP2KP Sekadau
Kalimantan
Barat
8 Kantor 1. KPP Pratama Batulicin
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Tanjung
Kalimantan 3. KP2KP Sukamara
Selatan dan 4. KP2KP Amuntai
Tengah 5. KP2KP Tamiang Layang
6. KP2KP Paringin
9 Kantor
Wilayah DJP 1. KPP Pratama Majene
Sulawesi 2. KP2KP Mamasa
Selatan, Barat, 3. KP2KP Lasusua
dan Tenggara
10 Kantor
Wilayah DJP 1. KP2KP Tilamuta
Sulawesi 2. KP2KP Tidore
Utara, Tengah,
- 13 -
260
4 Kantor
Wilayah DJP 1. KPP Pratama Ketapang
Kalimantan 2. KPP Pratama Sintang
Barat
5 Kantor
Wilayah DJP
Kalimantan KP2KP Buntok
Selatan dan
Tengah
6 Kantor
Wilayah DJP
Kalimantan KP2KP Tanah Grogot
Timur dan
Utara
7 Kantor 1. KPP Pratama Palopo
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Mamuju
Sulawesi 3. KPP Pratama Baubau
Selatan, Barat, 4. KP2KP Masamba
dan Tenggara 5. KP2KP Makale
6. KP2KP Raha
8 Kantor
Wilayah DJP
Sulawesi 1. KP2KP Marissa
Utara, Tengah, 2. KP2KP Bungku
Gorontalo, dan
Maluku Utara
9 Kanwil DJP 1. KPP Pratama Sumbawa Besar
Nusa Tenggara 2. KPP Pratama Ende
3. KPP Pratama Maumere
4. KP2KP Taliwang
5. KP2KP Dompu
6. KP2KP Larantuka
7. KP2KP Bajawa
- 14 -
260
Tengah
5 Kantor
1. KP2KP Nunukan
Wilayah DJP
2. KP2KP Tanjung Selor
Kalimantan
3. KP2KP Malinau
Timur dan
4. KP2KP Sendawar
Utara
6 Kantor
Wilayah DJP
1. KP2KP Benteng
Sulawesi
2. KP2KP Malili
Selatan, Barat,
dan Tenggara
7 Kantor 1. KPP Pratama Tahuna
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Toli Toli
Sulawesi 3. KPP Pratama Luwuk
Utara, Tengah,4. KPP Pratama Tobelo
Gorontalo, dan5. KP2KP Talaud
Maluku Utara 6. KP2KP Banggai
7. KP2KP Buol
8. KP2KP Maba
9. KP2KP Sanana
10. KP2KP Labuha
8 Kantor 1. KPP Pratama Raba Bima
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Waingapu
Nusa Tenggara 3. KP2KP Waikabubak
9 Kantor 1. KPP Pratama Merauke
Wilayah DJP 2. KPP Pratama Manokwari
Papua, Papua 3. KPP Pratama Timika
Barat, dan 4. KPP Pratama Biak
Maluku 5. KP2KP Namlea
6. KP2KP Masohi
7. KP2KP Piru
8. KP2KP Bula
9. KP2KP Dobo
10. KP2KP Langgur
- 15 -
260
II. PEMBAGIAN ZONA WILAYAH
Zona Wilayah ini hanya berlaku untuk mutasi di Jabatan Pelaksana, termasuk
untuk pengangkatan pelaksana menjadi Penelaah Keberatan atau Account
Representative.
A. Zona Wilayah 1
Adapun pembagian wilayah unit kerja DJP dalam Zona Wilayah 1 adalah
sebagai berikut:
Provinsi Aceh
Zona Wilayah 1
Provinsi Sumatera Utara
B. Zona Wilayah 2
Adapun pembagian wilayah unit kerja DJP dalam Zona Wilayah 2 adalah
sebagai berikut:
260
Provinsi Jambi
C. Zona Wilayah 3
Adapun pembagian wilayah unit kerja DJP dalam Zona Wilayah 3 adalah
sebagai berikut:
D. Zona Wilayah 4
Adapun pembagian wilayah unit kerja DJP dalam Zona Wilayah 4 adalah
sebagai berikut:
E. Zona Wilayah 5
Adapun pembagian wilayah unit kerja DJP dalam Zona Wilayah 5 adalah
sebagai berikut:
F. Zona Wilayah 6
Adapun pembagian wilayah unit kerja DJP dalam Zona Wilayah 6 adalah
sebagai berikut:
G. Zona Wilayah 7
Adapun pembagian wilayah unit kerja DJP dalam Zona Wilayah 7 adalah
sebagai berikut:
260
Zona Wilayah Unit Kerja di wilayah:
H. Zona Wilayah 8
Adapun pembagian wilayah unit kerja DJP dalam Zona Wilayah 8 adalah
sebagai berikut:
Provinsi Bali
Zona Wilayah 8 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Provinsi Nusa Tenggara Timur
260