Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN ANALISA

PENGEMBANGAN
KOMPETENSI APIP
BADAN EKONOMI KREATIF
BAB I

PENDAHULUAN

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem


Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pasal 11 dinyatakan bahwa peran aparat
pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang efektif sekurang-kurangnya harus
“memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi dan
efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas pokok fungsi instansi
pemerintah; memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen
risiko dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi instansi pemerintah; dan
meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi instansi
pemerintah.” Mengingat peran dan fungsi APIP yang strategis, perwujudan APIP
yang efektif sangat diperlukan untuk pencapaian tujuan organisasi secara taat,
hemat, efektif, dan efisien dengan memberi nilai tambah dan meningkatkan
efektivitas manajemen risiko, pengendalian, serta proses tata kelola di lingkungan
instansi pemerintah.

Tujuan perwujudan peran APIP yang efektif tersebut memiliki pengertian yang
sama dengan Internal Auditing, yaitu suatu kegiatan assurance dan consulting,
yang dilaksanakan secara independen dan objektif, dirancang untuk menambah
nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Internal auditing membantu organisasi
mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan keilmuan yang sistematis, untuk
mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan
proses tata kelola.

Terkait dengan jabatan fungsional Auditor, salah satu syarat untuk diangkat
menjadi Auditor adalah harus melalui pendidikan dan lulus sertifikasi auditor. Selain
itu, untuk menambah nilai kompetensinya maka Auditor harus terus menambah
pengetahuan tentang pengawasan. Dalam hal ini cukup banyak Pendidikan dan
pelatihan (diklat) tentang pengawasan yang diselenggarakan oleh Pusdiklat
Pengawasan BPKP. Memiliki sikap/attitude , pemikiran yang analitis (analytical
thinking), kemampuan untuk mencari informasi (information seeking) , kemampuan
untuk berkomunikasi yang baik dan efektif, memiliki rasa percaya diri (self
confidences) , perhatian terhadap kejelasan tugas (concern for order), sikap

1|INSPEKTORAT
kepemimpinan (leadership), dan kehendak untuk terus menerus menambah
pengetahuan (continuous learning), merupakan nilai – nilai kompetensi yang juga
harus dimiliki oleh seorang Auditor.

Terdapat tiga area kompetensi utama dan dua area kompetensi tambahan yang
dibutuhkan auditor internal dalam pelaksanaan tugasnya. Jenis kompetensi yang
paling dibutuhkan antara lain:

1. Kompetensi Umum
a. Kemampuan mengidentifikasi permasalahan dan memberi solusi;
b. Kemampuan berkomunikasi;
c. Kemampuan bernegosiasi dan pemecahan konflik;
d. Kemampuan mempromosikan pentingnya pengawasan intern, dan
e. Pengetahuan tentang perubahan aktifitas, peraturan, dan standar
kegiatan klien/auditee.

2. Perilaku

a. Bersikap objektif;
b. Mampu bekerjasama dalan satu tim;
c. Sinergi kelompok;
d. Bersikap komunikatif;
e. Mau mengikuti perubahan;
f. Kemampuan menjaga rahasia, dan
g. Kemampuan untuk memimpin.

3. Kemampuan Teknis

a. Kemampuan mengidentifikasi jenis-jenis pengendalian;


b. Pengetahuan mengenai forensik atau kewaspadaan terhadap
kecurangan;
c. Pemahaman analisis risiko dan teknik-teknik penilaian pengendalian;
d. Pengetahuan mengenai perangkat dan teknik-teknik tata kelola, risiko,
dan pengendalian;
e. Kemampuan memahami kegiatan klien, dan
f. Kemampuan mengenai perangkat dan Teknik pengumpulan
serta analisis data.

2|INSPEKTORAT
4. Pengetahuan

a. Standar audit internal;


b. Auditing;
c. Fraud;
d. Standar profesi;
e. Manajemen risiko, dan
f. Akuntansi keuangan.

5. Perangkat dan Teknik Audit

a. Penilaian sendiri atas pengendalian;


b. Reviu penilaian mutu;
c. Kertas kerja elektronik;
d. Audit dengan computer;
e. Komunikasi elektronik;
f. Perencanaan audit berbasis risiko;
g. Penggalian data, dan
h. Reviu analitis

Sesuai dengan Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SA-IPI) salah satu
kewajiban Auditor adalah meningkatkan kompetensi. Auditor wajib meningkatkan
pengetahuan, keahlian dan keterampilan, serta kompetensi lain melalui Pendidikan
dan pelatihan professional berkelanjutan (continuing professional education) guna
menjamin kompetensi yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan APIP dan
perkembangan lingkungan pengawasan.

Continuing professional education merupakan bagian yang tak terpisahkan dari


pembelajaran terus menerus yang sangat penting bagi auditor dalam meningkatkan
kompetensinya. Auditor wajib memiliki pengetahuan dan akses atas informasi
teraktual dalam standar, metodologi, prosedur, dan teknik. Continuing professional
education dapat diperoleh melalui keanggotaan dan partisipasi dalam asosiasi
profesi, pendidikan dan pelatihan auditor, konferensi, seminar, kursus-kursus,
program pelatihan di kantor sendiri, dan partisipasi dalam proyek penelitian yang
memiliki subtansi di bidang pengawasan.

3|INSPEKTORAT
BAB II

TELAAH

Berdasarkan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) 2019, objek audit


yang akan dilaksanakan Inspektorat Badan Ekonomi Kreatif pada tahun anggaran
2019 terbagi dalam dua kegiatan besar, Layanan Reformasi Birokrasi dan Layanan
Audit Internal. Untuk layanan Reformasi Birokrasi, kegiatannya adalah reviu
laporan AKIP, evaluasi atas penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah,
serta evaluasi atas implementasi rencana aksi program pencegahan terintegrasi.
Sementara untuk layanan audit internal, kegiatan yang akan dilaksanakan adalah
audit pengadaan barang/jasa, reviu pengelolaan anggaran, reviu pengelolaan PBJ,
audit pengelolaan keuangan, audit dengan tujuan tertentu, monitoring tindak lanjut
hasil pemeriksaan inspektorat, monitoring tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK,
monitoring tindak lanjut hasil pemeriksaan BPKP, evaluasi laporan hasil
pengawasan, reviu RKA-K/L pagu anggaran, reviu RKA-K/L pagu alokasi, reviu RK-
BMN, serta reviu laporan keuangan. Berdasarkan PKPT tersebut, dapat
disimpulkan bahwa APIP memerlukan kompetensi yang memadai agar dapat
melaksanakan perannya secara efektif.

Untuk dapat menjalankan tugas-tugas sesuai PKPT 2019 tersebut, Auditor


tidak hanya perlu lulus diklat pembentukan auditor ahli, namun juga perlu
mengembangkan kompetensinya melalui pendidikan dan pelatihan professional
berkelanjutan untuk menjamin kompetensi yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan
APIP sehingga dapat menjalankan perannya secara optimal, baik sebagai
watchdog, consultant, maupun catalyst. Saat ini, keadaan jumlah pegawai di
Inspektorat Badan Ekonomi Kreatif, adalah sebagai berikut:

- Inspektur berjumlah 1 orang


- Auditor Pertama berjumlah 1 orang
- PNS dengan formasi Auditor berjumlah 8 orang
- PNS dengan formasi non Auditor berjumlah 3 orang
- CPNS dengan formasi non Auditor berjumlah 2 orang
- Pegawai Tidak Tetap berjumlah 6 orang

4|INSPEKTORAT
Dari 8 (delapan) orang PNS formasi Auditor Ahli, sudah 7 (tujuh) orang yang
mengikuti diklat pembentukan auditor ahli yang diselenggarakan oleh BPKP
sebagai instansi pembina. Kompetensi yang dimiliki ini belum cukup bagi APIP
untuk dapat menjalankan perannya secara efektif.

Untuk dapat menjalankan peran APIP yang efektif, APIP perlu


mengembangkan kompetensi melalui diklat teknis substansi. Diklat teknis
substansi memberikan keterampilan dan/atau penguasan pengetahuan teknis yang
berhubungan secara langsung dengan pelaksanaa tugas pokok instansi yang
bersangkutan. Diklat teknis dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi
teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas PNS. Diklat teknis substansi yang
diperlukan antara lain:

1. Diklat peningkatan kapabilitas APIP;


2. Diklat manajemen pengawasan;
3. Diklat analisis pemecahan masalah;
4. Diklat dan sertifikasi pengadaan barang/jasa;
5. Diklat reviu laporan keuangan;
6. Diklat evaluasi atas implementasi SAKIP;
7. Diklat penyusunan anggaran berbasis kinerja;
8. Diklat audit barang milik negara;
9. Diklat audit berbasis risiko;
10. Diklat audit forensik;
11. Diklat audit investigatif,
12. Diklat audi kinerja, dan
13. Diklat probity audit.

5|INSPEKTORAT
A. Diklat Peningkatan Kapabilitas APIP

Tujuan Diklat Peningkatan Kapabilitas APIP adalah untuk meningkatkan peran


Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam melakukan pengawasan
intern di lingkungan Badan Ekonomi Kreatif. Sementara sasaran Diklat
Peningkatan Kapabilitas APIP adalah terwujudnya Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas
pengawasan yang terdiri dari tiga unsur yang saling terkait yaitu kapasitas,
kewenangan dan kompetensi SDM APIP yang harus dimiliki APIP agar dapat
mewujudkan peran APIP yang efektif. Peserta diklat yang dapat menyelesaikan
seluruh program diklat yang telah ditetapkan, akan diberikan Surat Tanda Tamat
Pendidikan dan Pelatihan atau Sertifikat yang dikeluarkan oleh Pusdiklat
Pengawasan BPKP.

Diklat peningkatan kapabilitas APIP ini perlu diikuti oleh seluruh pegawai
Inspektorat Badan Ekonomi Kreatif, yaitu sebanyak 21 orang. Sehingga diharapkan
APIP Badan Ekonomi Kreatif mampu melaksanakan pengawasan intern di
lingkungan Badan Ekonmi Kreatif secara ekonomis, efektif, dan efisien.

B. Diklat Manajemen Pengawasan

Tata kelola kegiatan pengawasan yang baik diperlukan agar tujuan dan
prinsip-prinsip pengawasan dapat berfungsi secara optimal. Hal tersebut dapat
dicapai apabila dalam program pengawasan diterapkan proses manajemen
(planning, organizing, actuating, controlling), dan korektif secara konsisten. Selain
ke-empat prinsip manajemen tersebut, keberhasilan manajemen pengawasan
didukung oleh faktor profesionalisme dan keterampilan auditor untuk menentukan
kelancaran dan tercapainya tujuan pengawasan.

Keterbatasan yang dimiliki oleh Inspektorat Badan Ekonomi Kreatif dalam hal
kurangnya jumlah auditor, masih kurangnya kompetensi dan keterampilan auditor,
waktu serta sarana dan prasarana perlu diantisipasi melalui
penerapan manajemen pengawasan. Pengawasan diperlukan untuk mencegah

6|INSPEKTORAT
terjadinya fraud/penyelewengan dan memastikan kegiatan tetap berjalan sesuai
rencana.

Diklat ini perlu diikuti oleh 15 pegawai Inspektorat Badan Ekonomi Kreatif.
Dengan dilaksanakannya Diklat Manajemen Pengawasan ini diharapkan kegiatan
pengawasan yang dilaksanakan kedepan dapat memenuhi tujuan pengawasan.

C. Diklat Analisis Pemecahan Masalah

Melalui diklat analisis pemecahan masalah, APIP diberikan bekal pengetahuan


dan keterampilan analisis pemecahan masalah dengan menggunakan teknik-
teknik pemecahan masalah, agar dapat menetapkan keputusan yang tepat guna
kepentingan organisasi.

Beberapa kompetensi seperti analisis situasi, analisis persoalan, analisis


keputusan dan analisis persoalan potensial akan dipelajari lebih lanjut dalam diklat
analisis pemecahan masalah. Setelah diklat ini, diharapkan APIP dapat
memahami teknik-teknik pemecahan masalah secara rasional, memahami teknik
pengambilan keputusan secara optimal dan rasional, memahami metode
menganalisis masalah potensial, meningkatkan keterampilan memecahkan
masalah dan pengambilan keputusan, serta mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan pengambilan keputusan.

Diklat ini perlu diikuti oleh 21 orang pegawai di lingkungan Inspektorat Badan
Ekonomi Kreatif, sehingga APIP Badan Ekonomi Kreatif dapat menjalankan
perannya secara optimal.

D. Diklat dan Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa

Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa pemerintah adalah pelatihan yang


bertujuan untuk melaksanakan proses pengadaan barang/jasa pemerintah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setelah mengikuti pelatihan
ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan tahapan kegiatan pengadaan
barang/jasa pemerintah, dan mampu melakukan kegiatan pengadaan yang
mempunyai spesifikasi sederhana secara efesien dan efektif.

7|INSPEKTORAT
APIP sebagai pengawas yang akan melaksanakan pemeriksaan atas
pengadaan barang/jasa di lingkungan Badan Ekonomi Kreatif dirasa perlu
memahami proses pengadaan barang/jasa yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, baik proses pengadaan barang, pengadaan
pekerjaan konstruksi, pengadaan jasa lainnya, pengadaan jasa konsultansi,
pengadaan swakelola, maupun pengadaan dengan dana pinjaman/hibah, serta
pengadaan dengan sistem e-procurement. APIP juga perlu memahami mengenai
gambaran umum pengadaan, prinsip-prinsip dasar, kebijakan umum, kode etik
dan dasar hukum/peraturan yang terkait, pihak-pihak yang terkait, serta prinsip
pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pengadaan barang/jasa. APIP juga
perlu memahami persiapan pengadaan barang/jasa mulai dari tahap perencanaan
umum, penentuan sistem pengadaan (metode pemilihan, metode penyampaian
dokumen, metode evaluasi pengadaan, pemilihan jenis kontrak), pemilihan
metode kualifikasi, penyusunan jadwal pemilihan, penyusunan Harga Perkiraan
Sendiri, dan penyusunan dokumen pengadaan.

Dalam PKPT 2019, direncanakan APIP akan melaksanakan audit pengadaan


barang/jasa dan reviu pengelolaan pengadaan barang/jasa, sehingga dapat
disimpulkan diklat pengadaan barang/jasa menjadi diklat yang sangat penting
untuk diikuti oleh seluruh pegawai Inspektorat di lingkungan Badan Ekonomi
Kreatif. Hingga saat ini, sudah 4 pegawai yang tersertifikasi proses pengadaan
barang/jasa.

E. Diklat Reviu Laporan Keuangan

Reviu laporan keuangan dilaksanakan untuk memberikan keyakinan terbatas


bahwa penyelenggaraan akuntansi telah sesuai dengan SAI dan laporan
keuangan telah disajikan sesuai dengan SAP. Sehingga instansi dapat
menghasilkan Laporan Keuangan yang andal, akurat, dan berkualitas.

Sebagai pereviu, APIP harus menguasai SAP, menguasai SAI dan SIMAK BMN,
memahami proses bisnis instansi, menguasai dasar-dasar audit, menguasai teknik
komunikasi, serta memahami analisis basis data. Sementara objek reviunya
adalah Laporan Realisasi Anggaran (LRA), neraca, serta Catatan Atas Laporan
Keuangan.

8|INSPEKTORAT
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, untuk pelaksanaan reviu laporan keuangan
diperlukan kompetensi teknis yang memadai. Kompetensi ini didapatkan melalui
diklat teknis substansi diklat reviu laporan keuangan.

Mengingat fungsi laporan keuangan yang cukup penting, yaitu sebagai bentuk
pertanggung jawaban pemerintah pusat dalam pengelolaan APBN serta alat untuk
menilai kinerja pemerintah secara objektif atau lebih jauh dapat digunakan untuk
menentukan sikap politik masyarakat, reviu laporan keuangan harus dilaksanakan
oleh APIP yang memiliki kompetensi yang memadai.

Diklat reviu laporan keuangan ini perlu diikuti oleh 10 orang pegawai
Inspektorat Badan Ekonomi Kreatif yaitu, 1 orang Auditor Ahli Pertama, 8 orang
PNS formasi Auditor Ahli, 1 orang PNS formasi non auditor. Diklat ini diharapkan
dapat memberi outcome yang positif bagi kompetensi APIP sehingga APIP dapat
melaksanakan reviu laporan keuangan yang efektif sekaligus bernilai guna bagi
pemeriksaan BPK dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.

F. Diklat Evaluasi Atas Implementasi SAKIP

Penguatan akuntabilitas kinerja merupakan salah satu program yang


dilaksanakan dalam rangka Reformasi Birokrasi. Melalui Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) seluruh instansi dipacu untuk terus
meningkatkan kualitas kinerja mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga
pelaporannya. Dalam pelaksanaannya di lapangan, SAKIP juga menguji
akuntabilitas seluruh proses yang berlangsung melalui kegiatan evaluasi atas
implementasinya sehingga teruji kebenarannya.

Sebagai tindak lanjut dari SAKIP, perlu dilakukan evaluasi terhadap Laporan
AKIP yang telah disusun instansi sebagai masukan maupun umpan balik terhadap
program-program atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi yang
bersangkutan.

Setelah mengikuti diklat evaluasi atas implementasi SAKIP ini diharapkan APIP
dapat memahami fungsi LAKIP dan pentingnya Evaluasi terhadap LAKIP serta
mampu mengevaluasi dan melakukan analisis terhadap indikator-indikator LAKIP,
dimulai sejak penyusunan program kerja atau kegiatan sampai dengan pelaporan

9|INSPEKTORAT
pencapaian kegiatan. Diklat ini perlu diikuti oleh 10 orang pegawai Inspektorat
Badan Ekonomi Kreatif yaitu, 1 orang Auditor Ahli Pertama, 8 orang PNS formasi
Auditor Ahli, 1 orang PNS formasi non auditor.

G. Diklat Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja

Penyusunan anggaran berbasis kinerja merupakan sebuah pendekatan dalam


sistem penganggaran yang memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan
keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil
dan keluaran tersebut. Anggaran berbasis kinerja disusun dengan memperhatikan
keterkaitan antara pendanaan (input), keluaran (output), dan hasil yang
diharapkan (outcomes) sehingga dapat memberikan informasi tentang efektivitas
dan efisiensi pelaksanaan setiap kegiatan. Oleh karena itu, dalam menyusun
perencanaan dan penganggaran tersebut dituntut adanya keterkaitan yang erat
antara anggaran dengan kinerja yang diharapkan. Untuk memenuhi kebutuhan
akan kompetensi penyusunan anggaran berbasis kinerja yang memadai,
Inspektorat Badan Ekonomi Kreatif merasa perlu mengikuti diklat penyusunan
anggaran berbasis kinerja.

Diklat penyusunan anggaran berbasis kinerja dimaksudkan untuk


meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam perencanaan dan
penganggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Diklat ini perlu diikuti oleh 12 orang pegawai di lingkungan Inspektorat Badan
Ekonomi Kreatif yang terdiri dari, 1 orang Auditor Ahli, 8 orang PNS formasi Auditor
Ahli, 1 orang PNS formasi non Auditor, serta 2 orang Pegawai Tidak Tetap sebagai
pengelola keuangan.

H. Diklat Audit Barang Milik Negara

Laporan BMN merupakan salah satu tolok ukur untuk mendapatkan opini Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP) atas pemeriksaan BPK. APIP memiliki tugas
pembinaan terhadap seluruh satker yang ada di lingkungan Badan Ekonomi Kreatif
dalam hal pengelolaan barang milik negara dan penyajian laporan BMN bagi
pengelola BMN sehingga pengelolaan dan penyajian laporan BMN dapat terukur,

10 | I N S P E K T O R A T
akuntabel, dan tepat waktu. Diklat audit barang milik negara dirancang untuk
membekali APIP agar mampu melaksanakan audit BMN dan dapat memberi saran
langkah-langkah perbaikan atas pengelolaan BMN.

Diklat audit barang milik negara ini penting dilaksanakan oleh APIP, sehingga
APIP memahami secara rinci semua risiko pada seluruh aspek pengelolaan,
penatausahaan, inventarisasi, dan pelaporan barang milik negara. Diklat barang
milik negara ini perlu diikuti oleh 10 orang pegawai Inspektorat Badan Ekonomi
Kreatif yaitu, 1 orang Auditor Ahli Pertama, 8 orang PNS formasi Auditor Ahli, 1
orang PNS formasi non auditor.

I. Diklat Audit Berbasis Risiko

Audit Berbasis Risiko adalah pendekatan audit yang dimulai dengan proses
penilaian risiko dari objek audit. Sehingga dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pelaporan auditnya telah difokuskan pada area penting yang memiliki tingkat risiko
tinggi, baik berisiko terjadinya penyimpangan atau kecurangan. Audit berbasis
risiko tidak hanya memuaskan perhatian pada catatan akuntansi dan penyiapan
laporan keuangan, namun juga memuaskan perhatian pada proses akuntansi,
pemilihan dan pencatatan data, pengidentifikasian indikator risiko kegagalan.
Pendekatan audit berbasis risiko timbul karena adanya permintaan dan tekanan
untuk melakukan reformasi dalam pengelolaan unit organisasi, keinginan
stakeholders agar unit organisasi dikelola efektif dan keinginan darai manajemen
untuk memperoleh saran saran perbaikan dalam kegiatan operasinya.

Audit berbasis risiko merupakan perubahan pola pandang Auditor untuk


menilai kemampuan menajemen dalam mengukur risiko, merespon risiko dan
melaporkan risiko. Dengan mengimplementasikan Audit Berbasis Risiko ini, APIP
diharapkan dapat berperan sebagai katalis dalam mendorong penerapan
manajemen risiko di Badan Ekonomi Kreatif untuk melaksanakan tata kelola
pemerintahan yang lebih baik.

Dengan dilaksanakannya diklat Audit Berbasis Risiko, diharapkan APIP dapat


meningkatkan kemampuan menerapkan audit berbasis risiko dalam perencanaan
audit tahunan dan pelaksanaan audit individu, serta APIP mampu mengidentifikasi

11 | I N S P E K T O R A T
wilayah area yang memiliki risiko yang menghambat capaian tujuan suatu
organisasi, dan untuk wilayah-wilayah tersebut memerlukan pengujian lebih
mendalam. Diklat audit berbasis risiko ini perlu diikuti oleh 10 orang pegawai
Inspektorat Badan Ekonomi Kreatif yaitu, 1 orang Auditor Ahli Pertama, 8 orang
PNS formasi Auditor Ahli, 1 orang PNS formasi non auditor.

J. Diklat Audit Forensik

Seiring bertambahnya jumlah dan ragam transaksi keuangan dan kegiatan


terkait keuangan/non keuangan negara, diperlukan Auditor yang memiliki keahlian
forensik dalam pencegahan dan penanggulangan kecurangan/korupsi.
Kompetensi forensik ini salah satunya diperlukan untuk mewujudkan good
governance di lingkungan Badan Ekonomi Kreatif.

Diklat audit forensik bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan


pemahaman tentang audit forensik, sehingga dapat memberikan dukungan proses
litigasi. Dari diklat ini, APIP diharapkan dapat memahami audit forensik secara
mendalam, perilaku menyimpang, penilaian resiko fraud, faluasi bisnis, pencucian
uang, penelusuran aset, pemberian keterangan ahli, teknik audit atas kecurangan
transaksi keuangan, kecurangan pengadaan barang dan jasa, kerangka hukum
dan peraturan peraturan perundang-undangan, pencegahan dan deteksi fraud,
teknik wawancara dan komunikasi lanjutan.

Dengan adanya auditor forensik, dapat diketahui suatu indikasi fraud sehingga
dapat dipastikan apakah suatu fraud telah terjadi atau tidak, dapat dihitung
kerugian bagi entitas akibat fraud, dapat menyediakan informasi dan bukti sebagai
dasar penyelesaian perselisihan kontrak, dan apabila diperlukan penyelesaian
secara hukum maka bukti-bukti dan simpulan audit forensik dapat digunakan
dalam proses litigasi. Mengingat pentingnya diklat audit forensik, diklat ini perlu
diikuti oleh 10 orang pegawai Inspektorat Badan Ekonomi Kreatif yaitu, 1 orang
Auditor Ahli Pertama, 8 orang PNS formasi Auditor Ahli, 1 orang PNS formasi non
auditor.

12 | I N S P E K T O R A T
K. Diklat Audit Investigatif

Audit Investigatif adalah suatu bentuk audit atau pemeriksaan yang bertujuan
untuk mengidentifikasi dan mengungkap kecurangan atau kejahatan dengan
menggunakan pendekatan, prosedur dan teknik-teknik yang umumnya digunakan
dalam suatu penyelidikan atau penyidikan terhadap suatu kejahatan. Karena
tujuan audit investigasi adalah untuk mengidentifikasi dan mengungkap
kecurangan atau kejahatan, maka pendekatan, prosedur dan teknik yang
digunakan di dalam audit investigatif relatif berbeda dengan pendekatan, prosedur
dan teknik yang digunakan di dalam audit keuangan, audit kinerja atau audit
dengan tujuan tertentu lainnya.

Diklat audit investigatif bertujuan untuk mengenal bentuk-bentuk kecurangan


yang dapat dideteksi melalui akuntansi, mengenal cara-cara mencegah dan
mendeteksi kecurangan, serta memahami teknik-teknik audit investigatif secara
mendalam. Diklat ini dirancang untuk membekali peserta pelatihan dengan
pemahaman yang komprehensif tentang tugas-tugas keinvestigasian, mulai dari
praperancanaan sampai dengan penerbitan laporan. Mengingat pentingnya diklat
audit investigatif, diklat ini perlu diikuti oleh 10 orang pegawai Inspektorat Badan
Ekonomi Kreatif yaitu, 1 orang Auditor Ahli Pertama, 8 orang PNS formasi Auditor
Ahli, 1 orang PNS formasi non auditor.

L. Diklat Audit Kinerja

Kinerja suatu organisasi dinilai baik jika organisasi yang bersangkutan mampu
melaksanakan tugas-tugas dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan pada
standar yang tinggi dengan biaya yang rendah. Kinerja yang baik bagi suatu
organisasi dicapai ketika administrasi dan penyedia jasa oleh organisasi yang
bersangkutan dilakukan pada tingkat yang telah ditentukan. Audit kinerja
diharapkan bermanfaat untuk mengetahui apakah sumber daya organisasi telah
diperoleh dan dipergunakan secara ekonomis dan tidak terjadi
pemborosan/kebocoran, salah alokasi, dan salah sasaran dalam mencapai
tujuan. Lebih lanjut, audit kinerja berfungsi untuk mengetahui penggunaan
sumberdaya dalam rangka mencapai target dan tujuan dan tidak melanggar
ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan.

13 | I N S P E K T O R A T
Audit yang dilakukan dalam suatu audit kinerja memerlukan disiplin ilmu yang
banyak. Audit yang dilakukan dalam suatu audit kinerja meliputi audit ekonomi,
efisiensi dan efektivitas. Penekanan kegiatan pada audit ekonomi, efisiensi dan
efektivitas suatu organisasi memberikan ciri khas yang membedakan audit kinerja
dengan audit jenis lainnya. Manfaat dari diselenggarakan diklat ini adalah
terwujudnya efektivitas, efisiensi dan ekonomis dalam kinerja di Badan Ekonomi
Kreatif, mengukur apakah uang negara telah digunakan secara efektif, efisien, dan
ekonomis, sebagai perbandingan kinerja antar unit, dan perbaikan organisasi.

Audit Kinerja merupakan kunci utama untuk memenuhi kewajiban pemerintah


dalam pertanggungjawaban kepada rakyat. Audit ini akan memberikan tingkat
keyakinan atas informasi yang dilaporkan mengenai hasil-hasil program atau
kegiatan, demikian pula dalam hubungannya dengan sistem pengendalian intern
dalam organisasi. Kegiatan audit juga akan dapat memberikan arah kepada
perbaikan pengelolaan pemerintah, pengambilan keputusan, dan
pertanggungjawaban kepada publik. Tuntutan akan terselenggaranya suatu
pemerintahan yang bersih serta tersedianya pelayanan kepada publik yang lebih
baik merupakan kecenderungan yang semakin nyata dari hari ke hari. Sektor
pemerintahan diharapkan secara terus menerus mengevaluasi diri serta
melakukan perbaikan kinerja secara berkelanjutan agar bisa bekerja secara
efektif, efisien dan ekonomis. Mengingat pentingnya diklat audit kinerja, diklat ini
perlu diikuti oleh 10 orang pegawai Inspektorat Badan Ekonomi Kreatif yaitu, 1
orang Auditor Ahli Pertama, 8 orang PNS formasi Auditor Ahli, 1 orang PNS
formasi non auditor.

M. Diklat Probity Audit

Dalam Pedoman Probity Audit Pengadaan Barang/jasa bagi APIP yang


dikeluarkan oleh BPKP, probity audit adalah kegiatan penilaian yang objektif dan
independen untuk memastikan bahwa proses pengadaan barang/jasa telah
dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan prinsip penegakan integritas,
kebenaran, dan kejujuran serta mematuhi peraturan perundangan yang berlaku
yang bertujuan meningkatkan akuntabilitas penggunaan dana sektor publik. Probity

14 | I N S P E K T O R A T
audit sebenarnya tidak terbatas pada pengadaan barang/jasa namun bisa
mencakup seluruh proyek-proyek publik.
Keterlibatan probity (integritas, kebenaran, dan kejujuran) tidak hanya untuk
menghidarkan proyek publik dari korupsi atau perilaku tidak jujur namun dapat
melibatkan proses-proses sektor publik seperti pengadaan, penghapusan asset
(BMN/D), pemberian bantuan dan hibah agar dilaksanakan dengan adil, tidak
memihak, akuntabel, dan transparan sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Implementasi probity audit bisa memberikan dampak pengurangan korupsi dan
perilaku menyimpang khususnya terkait pengadaan barang/jasa yang sedang
marak di Indonesia.

Probity audit penting untuk dilakukan sebagai upaya meningkatkan integritas


pelayanan publik, sehingga akan memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan
efisiensi, efektivitas, dan transparansi pelaksanaan pengadaan barang dan jasa
pemerintah. Sehingga dapat disimpulkan, diklat probity audit penting untuk
dilakukan mengingat fungsional auditor pada APIP Badan Ekonomi Kreatif perlu
diberi pelatihan spesifik terutama isu-isu probity. Diklat ini perlu diikuti oleh 10
orang pegawai Inspektorat Badan Ekonomi Kreatif yaitu, 1 orang Auditor Ahli
Pertama, 8 orang PNS formasi Auditor Ahli, 1 orang PNS formasi non auditor.

Kebutuhan diklat teknis substansi yang telah dijabarkan diatas, diharapkan


dapat meningkatkan kompetensi APIP secara komprehensif dan berkelanjutan.
Dengan memiliki APIP yang mampu berperan sebagai watchdog, consultant, dan
catalyst, pengawasan dan pencapaian tujuan organisasi tentu akan lebih mudah untuk
dilakukan secara ekonomis, efektif, dan efisien.

15 | I N S P E K T O R A T
Berdasarkan kalender diklat yang dirilis oleh BPKP, berikut kami lampirkan rencana
waktu penyelenggaraan diklat yang perlu diikuti oleh APIP Badan Ekonomi Kreatif:

No Nama Diklat Rencana Waktu


Penyelenggaraan
1 Diklat peningkatan kapabilitas APIP Mei 2020
2 Diklat manajemen pengawasan Maret 2020
3 Diklat analisis pemecahan masalah Juni 2020
4 Diklat dan sertifikasi pengadaan barang/jasa September 2020
5 Diklat reviu laporan keuangan Mei 2020
6 Diklat evaluasi atas implementasi SAKIP Juli 2020
7 Diklat penyusunan anggaran berbasis kinerja Juli 2020
8 Diklat audit barang milik negara Agustus 2020
9 Diklat audit berbasis risiko Oktober 2020
10 Diklat audit forensik Oktober 2020
11 Diklat audit investigatif November 2020
12 Diklat audit kinerja September 2020
13 Diklat probity audit Desember 2020

16 | I N S P E K T O R A T
Timeline Diklat APIP TA 2020
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Diklat Diklat Diklat Diklat Diklat Diklat dan Diklat Diklat Diklat
manajemen peningkatan analisis evaluasi atas audit sertifikasi audit audit probity
pengawasan kapabilitas pemecahan implementasi barang pengadaan berbasis investigatif audit
APIP masalah SAKIP milik barang/jasa risiko
negara
Diklat reviu Diklat Diklat audit Diklat
laporan penyusunan kinerja audit
keuangan anggaran forensik
berbasis
kinerja

17 | I N S P E K T O R A T
BAB III

PENUTUP

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem


Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pasal 11 dinyatakan bahwa peran aparat
pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang efektif sekurang-kurangnya harus
“memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi dan
efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas pokok fungsi instansi
pemerintah; memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen
risiko dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi instansi pemerintah; dan
meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi instansi
pemerintah.” Mengingat peran dan fungsi APIP yang strategis, perwujudan APIP
yang efektif sangat diperlukan untuk pencapaian tujuan organisasi secara taat,
hemat, efektif, dan efisien dengan memberi nilai tambah dan meningkatkan
efektivitas manajemen risiko, pengendalian, serta proses tata kelola di lingkungan
instansi pemerintah.

Tujuan perwujudan peran APIP yang efektif tersebut memiliki pengertian yang
sama dengan Internal Auditing, yaitu suatu kegiatan assurance dan consulting,
yang dilaksanakan secara independen dan objektif, dirancang untuk menambah
nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Internal auditing membantu organisasi
mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan keilmuan yang sistematis, untuk
mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan
proses tata kelola.

Sesuai dengan Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SA-IPI) salah satu
kewajiban Auditor adalah meningkatkan kompetensi. Auditor wajib meningkatkan
pengetahuan, keahlian dan keterampilan, serta kompetensi lain melalui Pendidikan
dan pelatihan professional berkelanjutan (continuing professional education) guna
menjamin kompetensi yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan APIP dan
perkembangan lingkungan pengawasan.

Untuk dapat menjalankan peran APIP yang efektif, APIP perlu


mengembangkan kompetensi melalui diklat teknis substansi. Diklat teknis

18 | I N S P E K T O R A T
substansi memberikan keterampilan dan/atau penguasan pengetahuan teknis yang
berhubungan secara langsung dengan pelaksanaa tugas pokok instansi yang
bersangkutan. Diklat teknis dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi
teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas PNS. Diklat teknis substansi yang
diperlukan antara lain:

No Nama Diklat Jumlah Rencana Waktu


Kebutuhan Penyelenggaraan
Peserta
1 Diklat peningkatan kapabilitas APIP 21 orang Mei 2020
2 Diklat manajemen pengawasan 15 orang Maret 2020
3 Diklat analisis pemecahan masalah 21 orang Juni 2020
4 Diklat dan sertifikasi pengadaan barang/jasa 11 orang September 2020
5 Diklat reviu laporan keuangan 10 orang Mei 2020
6 Diklat evaluasi atas implementasi SAKIP 10 orang Juli 2020
7 Diklat penyusunan anggaran berbasis kinerja 12 orang Juli 2020
8 Diklat audit barang milik negara 10 orang Agustus 2020
9 Diklat audit berbasis risiko 10 orang Oktober 2020
10 Diklat audit forensik 10 orang Oktober 2020
11 Diklat audit investigatif 10 orang November 2020
12 Diklat audit kinerja 10 orang September 2020
13 Diklat probity audit 10 orang Desember 2020

Kebutuhan diklat teknis substansi yang telah dijabarkan diatas, diharapkan


dapat meningkatkan kompetensi APIP secara komprehensif dan berkelanjutan.
Dengan memiliki APIP yang mampu berperan sebagai watchdog, consultant, dan
catalyst, pengawasan dan pencapaian tujuan organisasi tentu akan lebih mudah untuk
dilakukan secara ekonomis, efektif, dan efisien.

19 | I N S P E K T O R A T

Anda mungkin juga menyukai