Anda di halaman 1dari 3

Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus

dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan ole guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Audit internal adalah audit yang dilakukan ole unit pemeriksa yang merupakan
bagian dari organisasi yang diawasi (Mardiasmo, 2005).
Menurut Boynton (dalam Rohman, 2007) fungi auditor internal adalah melaksanakan fungi
pemeriksaan internal yang merupakan suatu fungi penilaian yang independen dalam suatu
organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilakukan. Selain itu,
auditor internal diharapkan pula dapat lebih memberikan sumbangan bag perbaikan efisiensi dan
efektivitas dalam rangka peningkatan kinerja organisasi.
Pernyataan standar umum pertama dalam SPKN adalah: "Pemeriksa secara kolektif harus
memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan'.
Dengan Pernyataan Standar Pemeriksaan in semua organisasi pemeriksa bertanggung jawab
untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilaksanakan ole para pemeriksa yang secara
kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan
tugas tersebut. Ole karena itu, organisasi pemeriksa harus memiliki prosedur rekrutmen,
pengangkatan, pengembangan berkelanjutan, dan evaluasi atas pemeriksa untuk membantu
organisasi pemeriksa dalam mempertahankan pemeriksa yang memiliki kompetensi yang
memadai.
Webster's Ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Sri Lastanti (2005)
mendefinisikan kompetensi sebagai ketrampilan dari seorang ahli. Dimana ahli didefinisikan
sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi
dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman. Sedangkan Trotter (1986)
dalam Saifuddin (2004) mendefinisikan bahwa seorang yang berkompeten adalah orang yang
dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang
atau tidak pernah membuat kesalahan. 
Lee dan Stone (1995), mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang cukup yang secara
eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara obiektif. Adapun Bedard (1986) dalam
Sri lastanti (2005) mengartikan keahlian atau kompetensi sebagai seseorang yang memiliki
pengetahuan dan ketrampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi auditor adalah
pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan auditor untuk dapat melakukan audit
secara objektif, cermat dan seksama. Hayes-Roth mendefinisikan keahlian sebagai pengetahuan
tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul dari lingkungan
tersebut, dan keterampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut (Mayangsari, 2003).
Dalam standar audit APIP disebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh orang yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor. Dengan demikian, auditor belum memenuhi
persyaratan jika a tidak memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai dalam bidang audit.
Dalam audit pemerintahan, auditor dituntut untuk memiliki dan meningkatkan kemampuan atau
keahlian bukan hanya dalam metode dan teknik audit, akan tetapi segala hal yang menyangkut
pemerintahan seperti organisasi, fungsi, program, dan kegiatan pemerintah.
Dalam lampiran 2 SPKN disebutkan bahwa: "Pemeriksa yang ditugasi untuk melaksanakan
pemeriksaan menurut Standar Pemeriksaan harus secara kolektif memiliki:
Pengetahuan tentang Standar Pemeriksaan yang dapat diterapkan terhadap jenis pemeriksaan
yang ditugaskan serta memiliki latar belakang pendidikan, keahlian dan pengalaman untuk
menerapkan pengetahuan tersebut dalam pemeriksaan yang dilaksanakan; Pengetahuan umum
tentang lingkungan entitas, program, dan kegiatan yang diperiksa (obyek pemeriksaan)" (paragraf
10) dan "Pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan keuangan harus memiliki keahlian di
bidang akuntansi dan auditing, serta memahami prinsip akuntansi yang berlaku umum yang
berkaitan dengan entitas yang diperiksa" (paragraf 11).
Kompetensi yang diperlukan dalam proses audit tidak hanya berupa penguasaan terhadap standar
akuntansi dan auditing, namun juga penguasaan terhadap objek audit. Selain dua hal di atas, ada
tidaknya program atau proses peningkatan keahlian dapat dijadikan indikator untuk mengukur
tingkat kompetensi auditor.
Kompetensi audit internal menjadi sangat penting sebagai penunjang dalam pencapaian tujuan
yang telah direncanakan sebelumnya. Kompeten memiliki pengertian bahwa auditor internal
harus memiliki keahlian dibidang audit dan mempunyai pengetahuan yang cukup dibidang yang
diauditnya. Kompetensi sendiri menurut The Institute of Internal Auditor's (IIA) (2009:p1) yaitu:
"Internal auditors apply the knowledge, skills, and experience needed in the performance of
internal audit services".
Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tugas audit menurut Standar Profesi Audit
Internal yang dikutip dalam Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal: "Penugasan harus
dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan kecermatan profesional".
Keahlian dan kecermatan profesional menurut Standar Profesi Audit Internal yang dikutip dalam
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal diuraikan sebagai berikut

a. Keahlian
Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dibutuhkan
untuk melaksanakan tanggung jawab perorangan. Fungsi audit internal secara kolektif harus
memiliki atau memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tanggungjawabnya.
Penanggung jawab fungsi audit internal harus memperoleh saran, dan asistensi dari pihak yang
kompeten jika pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi dari staf auditor internal tidak
memadai untuk pelaksanaan sebagian atau se luruh penugasannya.
Auditor internal harus memiliki pengetahuan yang memadai untuk dapat mengenali, meneliti, dan
menguji adanya indikasi kecurangan. Fungsi audit internal secara kolektif harus memiliki
pengetahuan tentang resiko dan pengendalian yang penting dalam bidang teknologi informasi dan
teknik-teknik audit berbasis teknologi informasi yang tersedia.

b. Kecermatan Profesional
Auditor internal harus menerapkan kecermatan, dan keterampilan layaknya seorang auditor
internal yang prudent dan kompeten. Dalam menerapkan kecermatan profesional auditor internal
perlu mempertimbangkan:
- Ruang lingkup penugasan.
- Kompleksitas dan materialitas yang dicakup dalam penugasan.
- Kecukupan dan efektifitas manajemen resiko, pengendalian, dan proses governance.
- Biaya dan manfaat penggunaan sumber daya dalam penugasan.
- Penggunaan Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) atau Computer Assisted
Auditing Techniques (CAA'T) dan teknik-teknik analisis lainnya.

c. Pengembangan Profesional yang Berkelanjutan (PPL)


Auditor internal harus meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensinya melalui
Pengembangan Profesional yang Berkelanjutan. Menurut penjelasan yang telah dikemukakan
diatas, diketahui bahwa seorang auditor dapat dikatakari memiliki kompetensi jika telah memiliki
tiga hal utama yaitu keahlian, kecermatan profesional, dan selfikasi yang memadai yang
diperoleh dari keikutsertaan auditor internal dalam program Pengembangan Profesional yang
Berkelanjutan (PPL). Pengembangan Profesional yang Berkelanjutan (PPL) sendiri dapat
dilakukan dengan menjadi anggota, berpartisipasi, dan menjadi relawan di organisasi profesional,
rengikuti program pelatihan, penelesaian pendidikan perguruan tinggi, serta keterlibatan dalarn
suatu proyek penelitian.
Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit
dengan benar. Untuk memperoleh kompetensi tersebut, dibutuhkan pendidikan dan pelatiha bagi
auditor yang dikenal dengan nama pendidikan professional berkelanjutan (continuing
professional education). Ada beberapa komponen dari "kompetensi auditor", yakni mutu
personal, pengetahuan umum, dan keahlian khusus.

Mutu Personal
Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, seperti:
 Berpikiran terbuka (open-minded);
 Berpikiran luas (broad-minded);
 Mampu menangani ketidakpastian;
 Mampu bekerjasama dalam tim:
 Rasa ingin tahu inquisitive
 Mampu menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah;
 Menyadari bahwa beberapa temuan dapat bersifat subiektif.
Di samping itu, auditor juga harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik, karena selama
masa pemeriksaan banvak dilakukan wawancara dan permintaan Keterangan dari auditan untuk
memperoleh data. Buttery, Hurford, dan Simpson (Audit in the Public Sector, 1993)
menyebutkan beberapa mutu personal lainnya yang harus dimiliki ole seorang auditor, seperti
kepandaian (intelegensi), perilaku yang baik, komitmen yang tinggi, serta kemampuan imajinasi
yang baik untuk menciptakan sikap kreatif dan penuh inovasi.

Pengetahuan Umum
Seorang auditor harus memiliki pengetahuan mum untuk memahami entitas yang diaudit dan
membantu pelaksanaan audit. Pengetahuan dasar ini meliputi kemampuan untuk melakukan reviu
analitis (analytical review), pengetahuan teori organisasi untuk memahami suatu organisasi,
pengetahuan auditing, dan pengetahuan tentang sektor public. Yang tak boleh dilupakan, adalah
pengetahuan akuntansi untuk membantu dalam memahami siklus entitas dan laporan keuangan
serta mengolah data dan angka yang diperiksa.

Keahlian Khusus
Keahlian khusus yang harus dimiliki seorang auditor antara lain keahlian untuk melakukan
wawancara, kemampuan membaca cepat, statistic, keterampilan mengoperasikan computer, serta
Kemampuan menulis dan mempresentasikan laporan dengan balk.
Supaya auditor memiliki mutu personal, pengetahuan umum, dan keahlian khusus yang
memadai, maka diperlukan pelatihan bagi mereka. Dalam SPKN, dinyatakan bahwaauditor dalam
dua tahun paling tidak 80 jam pendidikan yang secara langsung meningkatkan kecakapan
profesional auditor untuk melaksanakan audit.

Anda mungkin juga menyukai